Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

NAMA KELOMPOK :
 
1. NUR YACOB DATAU
2. HAMRIDIA SAUDI ETUNG
3. REYNALDI I. SAMAUN
4. MAX DIDIN M. SALIKO
5. JERRY ADITYA OLII
6. MOH RAFLY P.A KAU
7. AZHAR ZUKUR PUTRA M. ALI
8. FEBRIAN SIMANJUNTAK

MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA


NAMA DOSEN : Hi. Ir. Aleks Olii, M.Sc.,SH.,MH
DAFTAR ISI
 
 
1. Pembukaan
 Kata
Pengantar…………………………………………………………………………
…………..i
 Daftar
Isi…………………………………………………………………………………
………….ii
 ……………………………………………………………………………………
….1
 Latar
Belakang…………………………………………………………………………
………….2
 Rumusan
Masalah……………………………………………………………………………
…..3
 Tujuan
masalah……………………………………………………………………………
………4
1. PEMBAHASAN
 Sila Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab……………………………………………..5
 Ideologi Sila Ke
Dua……………………………………………………………………………6
 Implementasi Sila Kedua (Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab)…………….7
 Nilai-nilai Sila kemanusian Yang Adil dan
Beradab………………………………..8
1. PENUTUP
 ……………………………………………………………………………………
….iii
 ……………………………………………………………………………………
…………..iv
 Kata
Penutup……………………………………………………………………………
…………v
 Daftar
Pustaka……………………………………………………………………………
………vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan judul “PANCASILA(Kemanusiaan Yang
Adil Dan Beradab)” berdasarkan UUD 1945”.Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Dalam makalah ini membahas tentang sila ke-2, Yakini pengertian


Kemanusiaan yang Adil dan Beradabyang bedasarkan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Akhirnya kami sampaikan terima kasih
atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi kelompok kami sendiri dan khususnya
pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah
adanya makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif


sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Gorontalo, 01 Oktober 2020

Penyusun,

Kelompok II

 
BAB I
PENDAHULUAN
 

1. Latar Belakang
 

Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan Negara Indonesia, bukan
terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang
sebagaimana yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dinua, namun terbentuknya
Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.

Secara kausalitas Pancasila sebulum disyahkan menjadi dasar filsafat Negara nilai-
nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai
adat-istiadat, kebudayaan, dan nilai-nilai religius. Kemudian para pendiri Negara
Indonesia mengangkat nilai-nilai tersebut dirumuskan secara musyawarah mufakat
berdasarkan moral yang luhur, antara lain dalam sidang-sidang BPUPKI pertama,
sidang Panitia Sembilan yang kemudian menghasilkan Piagam Jakarta yang memuat
Pancasila yang pertama kali, kemudian dibahas lagi dalam sidang resmi PPKI
Pancasila sebagai calon dasar filsafat nagara dibahas serta disempurnakan kembali
dan akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 disyahkan oleh PPKI sebagai dasar filsafat
Negara Republik Indonesia.

1. Rumusan Masalah
1)        Apakah yang dimaksud dengan kemanusiaan yang adil dan beradab ?

2)        Bagaimana peran dan fungsi kemanusiaan yang adil dan beradab ?

3)        Bagaimana nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab ?

1. TUJUAN
1)        Agar dapat memahami peran dan fungsih tentang kemanusiaan yang adil dan
beradab.
2)        Untuk dapat di laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari dalam
bermasyarakat.
3)        Sebagai pedoman menjadi masyarakat yang patuh pada konstitusi Negara
Indonesia.
 

 
IDEOLOGI SILA KE DUA
 
Pengertian ideologi pancasila pada hakikatnya tidak cuma adalah satu hasil
perenungan atau pemikiran seorang atau grup seperti ideologi-ideologi lain didunia.
Pancasila di ambil dari nilai-nilai mulia budaya serta nilai religius bangsa Indonesia.
Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi bangsa serta negara. Dengan hal
tersebut, pancasila juga sebagai ideologi bangsa serta negara Indonesia berakar pada
pandangan hidup serta budaya bangsa serta bukannya mengangkat atau mengambil
ideologi dari negara lain. Pengertian Ideologi Pancasila adalah kumpulan nilai/norma
yang meliputi sila-sila Pancasila.
 
 Ideologi Pancasila sebagai Ideologi terbuka. Artinya, ideologi Pancasila dapat mengikuti
perkembangan yang terjadi pada negara lain yang memiliki ideologi yang berbeda dengan Pancasila
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan karenq ideologi Pancasila memiliki
nilai-nilai yang meliputi; nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis. Pengertian Ideologi
terbuka adalah ideologi yang tidak dimutlakkan. Dapat diartikan juga bahwa nilai-nilai dan cita-citanya
tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakatnya sendiri. Ideologi terbuka merupakan ideologi yang dapat berinteraksi dengan
perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal.  Selain itu, Pancasila bukan merupakan ide
baru atau perenungan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pancasila berasal dari nilai-
nilai yang dimiliki oleh bangsa. Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya berlaku untuk seluruh
lapisan serta unsur-unsur bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, ciri khas Pancasila memiliki
kesesuaian dengan bangsa Indonesia.
 Ideologi Pancasila sebagai Ideologi tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak. Dengan kata lain
bahwa Ideologi tertutup merupakan ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan-
tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang ditasbihkan sebagai kebenaran yang tidak boleh
dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang sudah jadi dan harus dipatuhi.
 

Pancasila sebagai suatu ideologi bangsa dan negara, Pancasila diangkat dari nilai-nilai
adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan kata lain, unsur-
unsur yang merupakan materi Pancasila diangkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia sendiri. Sebagai contoh, kebiasayaan gotong royong dan bermusyawarah
adalah nilai-nilai luhur budaya bangsa yang terdapat dalam Pancasila. Pancasila
sebagai Ideologi berarti Pancasila dijadikan sebagai pandangan hidup bagi bangsa
Indonesia.

 
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
 

1. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Sila Kemanusiaan yang adil dan Beradab secara sistematis didasari dan dijiwai oleh
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya.
Sila kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan,
kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar
filosofis antropologi bahwa hakikat manusia adalah susunan kodrat rokhani (jiwa) dan
raga, sifat kodrat individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk pribadi berdiri
sendiri dan sabagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa Negara harus menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia sabagai makhluk yang beradab. Oleh karena itu dalam
kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-undangan Negara harus
mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia, terutama hak-
hak kodrat manusia sebagai hak dasar (hak asasi) harus dijamin dalam peraturan
perundang-undangan Negara. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang
didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma
dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia
maupun terhadap lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang beradab adalah perwujudan
nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya bermoral dan beragama.

Dalam kehidupan kenegaraan harus senantiasa dilandasi oleh moral kemanusiaan


antara lain dalam kehidupan pemerintah Negara, politik ekonomi, hukum, sosial,
budaya, pertahan dan keamanan serta dalam kehidupan keagamaan. Oleh karena itu
dalam kehidupan bersama dalam Negara harus dijiwai oleh moral kemanusiaan untuk
saling menghargai sekalipun terdapat untuk saling menjaga keharmonisan dalam
kehidupan bersama.

Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia
sebagai makhluk yang berbudaya dan beradap harus berkodrat adil. Hal ini mengadung
suatu pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan dengan diri
sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan Negara, adil
terhadap lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Konsekuensinya
nilai yang terkandung dalam Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai atas kesamaan hak dan derajat
tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status sosial maupun agama.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa, tidak
semena-menaterhadap sesama manusia, menjunjung tinggi nila-nilai kemanusiaan
(Darmodihardjo, 1996).

 
1. Implementasi Sila Kedua (Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab)
Sila kedua ini mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui adanya manusia
yang bermartabat (bermartabat adalah manusia memiliki kedudukan, dan derajat yang
lebih tinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang layak), memperlakukan
sesama secara adil (adil dalam pengertian tidak berat sebelah, jujur, tidak berpihak dan
memperlakukan orang secara sama) dan beradab (beradab dalam arti mengetahui tata
krama, sopan santun dalam kehidupan dan pergaulan) dimana manusia memiliki daya
cipta, rasa niat, dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan
hewan. Jadi sila kedua ini menghendaki warga Negara untuk menghormati kedudukan
setiap manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap manusia
mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma sopan
santun dalam pergaulan sesama manusia. Butir-butir implementasi sila kedua adalah
sebagai berikut:

1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Butir
ini menghendaki bahwa setiap manusia mempunyai martabat, sehingga tidak boleh melecehkan
manusia yang lain, atau meghalangi manusia lain untuk hidup secara layak, serta menghormati
kepunyaan atau milik (harta, sifat, dan karakter) orang lain serta menjalankan kewajiban atau sesuatu
yang harus dilakukan sesama manusia yaitu menghormati hak manusia lain seperti hidup, rasa aman,
dan hidup layak.
2. Saling mencintai sesama manusia. Kata cinta menghendaki adanya suatu keinginan yang sangat besar
untuk memperoleh sesuatu dan rasa untuk memiliki dan kalau perlu berkorban untuk
mempertahankannya. Oleh sebab itu, baik agama, suku, pendidikan, ekonomi, politik, sebaran geografi
seperti kota dan desa, dan lain-lain, sebagai manusia Indonesia, kita harus tetap memiliki keinginan
untuk mencintai sesama manusia (yaitu rasa memiliki dan kemauan berkorban untuk sesama manusia
sehingga tercipta hidup rukun dan sejahtera.
3. Mengembangkan sikab tenggang rasa. Tenggang rasa menghendaki adanya usaha dan kemauan dari
setiap manusia Indonesia untuk menghargai dan menghormati perasaan orang lain. Oleh sebab itu,
butir ini menghendaki, setiap manusia Indonesia untuk saling menghormati perasaan satu sama lain
dengan menjaga keseimbangan hak dan kewajiban. Sebagai contoh selalu memberikan kritik yang
membangun dengan cara yang santun dan berfokus pada permasalahan alih-alih kepada individu.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Semena-mena berarti berwenang-wenang, berat sebelah dan
tidak berimbang. Oleh sebab itu, butir ini menghendaki, perilaku setiap manusia terhadap orang tidak
boleh sewenang-wenang harus menjunjung hak dan kewajiban. Manusia karena kemampuan dan
usahanya sehinga mempunyai kelebihan dibandingkan yang lain baik dalam kekuasaan, ekonomi atau
kekayaan dan status sosial tidak boleh sewenang-wenang.
 

1. C. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan yang harus
diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini antara lain sebagai berikut:
 Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala hak dan kewajiban asasinya
 Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam sekitar dan terhadap Tuhan
 Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta, rasa, karsa dan
keyakinan.
Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari hari  yaitu:
dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh
lingkungan hidup yang baik dan sehat; hak setiap orang untuk mendapatkan informasi
lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup;
hak setiap orang untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang
sesuai dengan ketentuanketentuan hukum yang berlaku dan sebagainya (Koesnadi
Hardjasoemantri, 2000 : 558). Dalam hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh
masyarakat untuk mengamalkan Sila ini, misalnya mengadakan pengendalian tingkat
polusi udara agar udara yang dihirup bisa tetap nyaman; menjaga kelestarian tumbuh-
tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar; mengadakan gerakan penghijauan dan
sebagainya. Nilai-nilai Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ternyata mendapat
penjabaran dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 di atas, antara lain dalam Pasal
5 ayat (1) sampai ayat (3); Pasal 6 ayat (1) sampai ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1) sampai
ayat (2). Dalam Pasal 5 ayat (1) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak yang
sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat; dalam ayat (2) dikatakan, bahwa
setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan
peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; dalam ayat (3) dinyatakan, bahwa setiap
orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Pasal 6 ayat (1)
dikatakan, bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup dan dalam ayat (2) ditegaskan, bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan/
atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai
pengelolaan lingkungan hidup. Dalam Pasal 7 ayat (1) ditegaskan, bahwa masyarakat
mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam
pengelolaan lingkungan hidup; dalam ayat (2) ditegaskan, bahwa ketentuan pada ayat
(1) di atas dilakukan dengan cara :

1.      Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan;


2.      Menumbuhkembangkan kemampauan dan kepeloporan masyarakat;
3.      Menumbuhkan ketanggapsegeraan masya-rakat untuk melakukan pengwasan
sosial;
4.      Memberikan saran pendapat;
5.      Menyampaikan informasi dan/atau menyam-paikan laporan.

 
1. Nilai-nilai Sila kemanusian Yang Adil dan Beradab
 

Nilai kenusiaan yang adil dan beradab, mengandung makna : kesadaran sikap dan
perilaku yang sesuai dengan nilai moral dalam hidup bersama atas tuntutan mutlak hati
nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.

Yang perlu diperhatikan dan merupakan dasar hubungan semua umat manusia dalam
mewujudkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab adalah pengakuan hak asasi
manusia. Manusia harus diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang sama derajatnya. Untuk itu perlu
dikembangkan juga sikap saling mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa atau
tepo seliro. Oleh karena itu sikap dan perilaku semena-mena terhadap orang lain
merupakan perbuatan yang tidak sejalan dengan nilai kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Dalam sila ke dua terkandung nilai-nilai humanistis, antara lain:

 Pengakuan atas adanya martabat manusia dengan segala hak asasinya yang harus dihormati oleh
siapapun.
 Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia.
 Pengertian manusia beradab yang memiliki daya cipta, rasa, karsa dan iman, sehingga nyatalah
bedanya dengan makhluk lain.
 Arti Kemanusiaan yang adil dan beradab
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepo seliro.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung nilai-nilai kemanusiaan
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Penjelasan dari sila ke dua menjadi 10 butir di atas sungguh membuat sedih, karena
didalam praktek kehidupan berbangsa dan bertanah air banyak dicoreng oleh
masyarakatnya sendiri (terutama dikota besar).Biasa dibilang ke-10 butir tersebut
hanya butir ke-7 yang masi eksis itupun dikarenakan adanya kepentingan sesaat (mau
pemilu, ada bencana, perayaan ketatanegaraan maupun agama), sedang butir lainnya?
(dikampung masih ada gotong royong).

Dan patut diingat, ke sepuluh butir ini masih biasa dirasakan prakteknya justru di
kota/dusun yang jauh dengan pusat kota/kekuasaan, dimana masyarakat ‘pinggiran’
yang ‘memilik’ pemikiran sederhana dan apa adanya tanpa mempelajari apa itu
Pancasila bisa jadi malah tidak tahu dan tidak hafal isi Pancasila, apalagi P4.Sedang
didalam susunan dari Pancasila, sebagai urutan ke dua bukan semata asal diatur pada
posisi ke dua, karena sekali sila ke dua ini tidak berjalan dengan baik dan benar maka
bisa dibilang sila lainnyapun menjadi tidak bermanfaat baik sebagai dasar Negara
maupun sebagai ideologi apalagi unutuk kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sejarah sudah mencatat bahwa NKRI/Nusantara berdiri karena kesepakatan, bersama


dari banyak daerah, dan pusat ketatanegaraan maupun pusat kekuasaan menjadi
fondasi pertama untuk kelangsungan NKRI, dan sekali pusat ketatanegaraan/pusat
kekuasaan melupakan hakekat Pancasila, tidaklah heran hilang propinsi dan pulau,
apapun alasannya, karena pengalamannya dari sila ke dua tidak benar-benar “mau”
dijalankan, karena demi kepentingan sesaat.

Kembali masyarakat kecilpun jauh dari perkotaan dan pusat kekuasaan hanya bisa
heran dan malah kagum NKRI bisa berubah menjadi besar dalam hal banyak propinsi
dan menjadi kecil dalam hal luas dan wilayahnya.Inti sila kemanusiaan yang adil dan
beradab adalah landasan manusia. Maka konsekuensinya dalam setiap aspek
penyelenggaraan Negara antara lain hakikat Negara, bentuk Negara, tujuan Negara,
kekuasaan Negara, moral Negara, dan para penyelenggara Negara, dan lain-lainnya
harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat manusia. Hal ini dapat dipahami karena
Negara adalah lembaga masyarkat yang terdiri atas manusia-manusia, dibentuk oleh
anusia untuk memanusia dan mempunyai satu tujuan bersama untuk Manusia pula.
Maka segala aspek penyelenggaran Negara harus sesuai dengan hakikat dan sifat-sifat
manusia Indonesia yang monopluralis, terutama dalam pengertian yang lebih sentral
pendukung pokok Negara berdasarkan sifat kodrat manusia monodualis yaitu manusia
sebagai individu dan makhluk sosial.Oleh karena itu dalam kaitannya dengan hakikat
Negara harus sesuai dengan hakikat sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Maka bentuk dan sifat Negara Indonesia bukanlah Negara
individualis yang hanya menekankan sifat makhluk individu, namun juga bukan Negara
kelass yang hanya menekankan sifat makhluk sosial, yang berarti manusia hanya
berarti bila ia dalam masyarakat secara keseluruhan.

Maka sifat dan hakikat Negara Indonesia adalah monodualis yaitu baik sifat kodrat
individu maupun makhluk sosial secara serasi, harmonis, dan seimbang. Selain itu
hakikat dan sifat Negara Indonesia bukan hanya menekankan segi kerja jasmani
belaka, atau juga bukan hanya menekankan segi rokhaninya saja, namun sifat Negara
harus sesuai dengan kedua sifat tersebut yaitu baik kerja jasmani maupun kejiwaan
secara serasi dan seimbang, karena dalam praktek pelaksanaannya hakikat dan sifat
Negara harus sesuai dengan hakikat kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk
berdiri sendiri dan makhluk tuhan.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB III
PENUTUP
 

1. Kesimpulan
 

Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab adalah berwujudan nilai kemanusiaan
sebagai makhluk yang berbudaya, bermoral dan beragama, dalam kehidupan
kenegaraan, kita harus senantiasa dilandasi moral kemanusiaan, misalnya dalam
kehidupan pemerintah Negara, politik, ekonomi, hokum, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan, serta dalam kehidupan bersama dalam Negara harus dijiwai oleh moral
kemanusiaan untuk saling menghargai meskipun terhadap perbedaan.

1. Saran
Kita sebagai manusia harus menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai
akan kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status,
sosial, maupun agama, kita juga harus mengembangkan sikap saling mencintai,
menghargai, menghormati, tenggang rasa, dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan.

 
KATA PENUTUP
 

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.

Terima Kasih pada semua pihak yang membantu. Teman-teman, Bu Handini Sariti
selaku guru PKN yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini juga
sumber-sumber yang telah membantu kami dalam melengkapi materi makalah ini.

Kami banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Gorontalo, 01 Oktober 2020

Penyusun,

Kelompok II

 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
 

http://www.mail-archive.com/proletar@yahoogroups.com/msg28476.html
http://kuliahade.wordpress.com/2010/07/03/pancasila-sila-sila/

Anda mungkin juga menyukai