Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH REVISI II

NILAI NILAI KEMANUSIAAN DAN ETIKA GLOBAL


DISUSUN
O
L
E
H
IQHLASUL AMAL

Mata Kuliah:

Pancasila dan Kewarganegaraan

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
PRODI ILMU HUKUM
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2023 M/ 1444 H
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah memberi
Rahmat besesrta kesehatan dan juga kekuatan sehingga dapat memberi saya
kekuatan beserta kemampuan hingga dapat Menyusun suatu karangan yang
berrjudul “NILAI KEMANUSIAAN DAN ETIKA GLOBAL”.Selain itu tidak
lupa selawat beserta salam kita haturkan kepada baginda nabi Muhammad SAW .
Kemudian terima kasih saya juga untuk guru pembimbing saya yang telah
membimbing kami hingga dapat menyelesaikan karya yang sederhana ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui pengetahuan tentang
bagaimana nilai kemanusiaan yang ada di dalam pancasila dan UUD 1945 begitu
juga dengan etika global yang kami kutip dari berbagai buku, artikel, dan lain-lain.
Kami juga menyadari yang bahwa makalah ini pasti masih memiliki kekurangan
yang jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu, kami minta kepada dosen
pembimbing kami untuk terus memberi arahan kepada kami agar menjadi yang
lebih menjadi baik kedepannya
Demikian dari kami, semoga makalah dapat memberi manfaat bagi kita
semua,atas perhatiannya kami haturkan terima kasih.

Banda aceh, 9 November 23

TTD, penulis

i
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Kemanusiaan yang berasal dari kata manusia,yaitu makhluk yang paling
sempurna dari makhluk-makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha
Esa.Yang membedakan manusia dengan yang lainnya adalah manusia dibekali akal
dan pikiran untuk melakukan segala kegiatan.Oleh karena itulah manusia menjadi
makhluk yang paling sempurna dari semua makhluk ciptaanNya.Kata adil memiliki
arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas ukuran / norma-norma
yang obyektif ,dan subyektif ,sehingga tidak sewenang-wenang.
Kata beradab berasal dari kata adab, yang memiliki arti budaya. Jadi adab
mengandung arti berbudaya, yaitu sikap hidup, keputusan dan tindakan yang selalu
di landasi oleh nilai-nilai budaya, terutama norma-norma sosial dan kesusilaan atau
moral yang ada di Masyarakat
Bersumber pada ajaran Tuhan Yang Maha Esa yakni sesuai dengan kodrat
manusia sebagai Kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia
ciptaanNya. Jika di hubungkan dengan etika global, manusia sebagai objek dalam
kajian kemanusiaan pastinya terlibat dalam peranan masyarakat global.Oleh karena
itu, manusia sendiri diharuskan untuk memahami kenyataan global dan dengan
memahaminya kita dimungkinkan untuk menuju masa depan,menuju apa yang
secara ideal dicita-cita kan bersama.Sebab pada dasarnya,etika global mengacu
pada sikap moral manusia yang paling mendasar dan tentunya sesuai dengan
hakikat Pancasila di sila kedua yang bunyinya “Kemanusiaan yang adil dan
beradab”
Namun hal ini juga berkaitan dengan tentang konsep negara hukum, ham,
dan juga etika global dalam berperan sebagai warga negara Republik Indonesia
yang perlu kita kaji dan pelajari bersama-sama.

ii
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, dapat kami rumuskan beberapa
permasalahan yang perlu dibahas yaitu:
1.1 Apa saja nilai kemanusiaan yang dibahas dalam pancasila dan UUD 1945
1.2 Bagaimana yang dimaksud dengan negara hukum dan hak asasi manusia
berdasarkan pancasila dan UUD1945
1.3 Apa yang dimaksud dengan etika global

C. Tujuan makalah
Adapun manfaat dan tujuan dari makalah ini ialah untuk memberi wawasan
yang luas tentang bagaimana nilai-nilai kemanusian berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 bagi para pembaca dan juga untuk memberi ilmu pengetahuan tentang
hak asasi manusia berdasarkan dalam Pancasila dan UUD 1945.Oleh karena
itu,mari kita bahas secara seksama.

iii
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Nilai nilai kemanusiaan
Nilai kemanusiaan adalah nilai mengenai harkat dan martabat manusia.
Manusia merupakan makhluk yang tertinggi diantara makhluk ciptaan tuhan
lainnya sehingga nilai-nilai kemanusiaan tersebut mencermikan kedudukan
manusia sebagai makhluk tertinggi diantara makhluk-makhluk lainnya

2.2 Nilai kemanusiaan dalam pancasila


Nilai kemanusiaan adalah pembentukan suatu kesadaran tentang
keteraturan ,sebagai asas kehidupan sebab setiap manusia mempunyai potensi
untuk menjadi manusia sempurna ,yaitu manusia yang beradab. Manusia yang maju
peradabannya tenttu lebih mudah menerima kebenaran dengan tulus, lebih mungkin
untuk mengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang teratu,dan
mengenal hukum universal.
Jika kita melihat Sejarah perjalanan bangsa Indonesia dalam menentukan
landasan ideologi dan falsafah bangsa,tentu banyak curhatan pikiran, gagasan, dan
ide yang telah dikerahkan sepenuhnya oleh para sendiri negara untuk menemukan
dasar negara.Para pendiri negara sepakat bahwa Pancasila diakui sebagai nilai dasar
bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
Pancasila sebagai sistem nilai mengandung serangkaian nilai, yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai ini
merupakan satu kesatuan yang utuh, tak terpisahkan mengacu kepada tujuan yang
satu. Pancasila sebagai suatu sistem nilai termasuk ke dalam nilai moral (nilai
kebaikan) dan merupakan nilai-nilai dasar yang bersifat abstrak.
Pancasila sebagai nilai yang termasuk nilai moral atau nilai kerohanian juga
mengakui adanya nilai material dan nilai vital. Hal ini bersumber dari dasar
Pancasila, yaitu manusia yang mempunyai susunan kodrat, sebagai makhluk yang
tersusun atas jiwa (rohani) dan raga (materi). Di samping itu, Pancasila sebagai

1
sistem nilai juga mengakui nilai-nilai lainnya secara lengkap dan harmonis, yaitu
nilai kebenaran (epistimologis), estetis,etis,dan religious
Namun diantara ke lima sila tersebut terdapat satu sila yang memiliki nilai
kemanusiaan yang ada pada sila ke dua yaitu sila kemanusiaan yang adil dan
beradab.Kemanusiaan yang adil dan beradab memiliki arti menjujung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan dan mengajarkan untuk menghormati harkat dan martabat
manusia serta menjamin hak-hak asasi manusia. Manusia di ciptakan oleh Tuhan
Yang Maha Esa sebagai makhluk pribadi dan makhluk pribadi dan makhluk sosial
dilengkapi dengan hak-hak dan kewajiban yang sama. Antara manusia satu dan
manusia lainnya tidak boleh saling menguasai,menindas,dan menghina. Antara
bangsa yang satu dan bangsa yang lain tidak boleh mengejek,akan tetapi harus
menjalin kerja sama yang baik agar tercipta tatanan dunia yang tertib dan damai.
Sila kedua ini memberikan dasar moralitas bahwa manusia dalam
perkembangan ilmu pengetahuan haruslah secara beradab.Ilmu pengetahuan adalah
bagian dari proses budaya manusia yang beradab dan bermoral.oleh karena itu,
perkembangan ilmu pengetahuan harus selalu memperhatikan pada usaha-usaha
kesejahteraan umat manusia.Kemanusiaan yang adil dan beradab juga memiliki
makna setiap manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang di anugerahi budi dan
karsa Merdeka, dihargai dan dihormati sesuai dengan martabatnya. Semua manusia
adalah sama derajatnya bagi manusia adalah sama derajatnya sebagai manusia.
Semua manusia adalah sama hak dan kewajibannya. Pada dasarnya manusia
dibedakan atas dasar ras, agama, adat atu keturunan atau jenis kelamin. Manusia
adalah makhluk rohani sekaligus mkhluk jasmani, dan makhluk pribadi sekaligus
makhluk sosial.1
Setiap manusia diharapkan mendapatkan apa yang menjadi haknya maka di
rumuskan: “Kemanusiaan yang adil” .Disini kita menemukan dasar hak-hak asasi
manusia dalam pandangan hidup bangsa Indonesia.

 1
Agus mulyanto, BUKU SERI PANCASILA DALAM BERKEHIDUPAN DAN BERNEGARA

2
Sila kemanusiaan juga merupakan sumber nilai-nilai moralitas dalam
kehidupan negara.Bangsa Indonesia Sebagian dari umat manusia dunia hidup
secara bersama dalam suatu wilayah tertentu, dengan suatu cita-cita serta prinsip
hidup demi kesejahteraan bersama. Manusia merupakan dasar kehidupan dan
penyelenggaraan negara. Oleh karena itu asas-asas kemanusiaan adalah bersifat
mutlak dalam kehidupan negara dan hukum. Dalam kehidupan negara kemanusiaan
harus mendapatkan jaminan hukum, maka hal inilah yang diistilahkan dengan
jaminan atas hak-hak dasar (asasi) manusia. Selain itu asas kemanusiaan juga harus
merupakan prinsip dasar moralitas dalam penyelenggaraan negara.
Dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut setiap warga
negara dan penyelenggara negara agar memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang luhur. Dengan berdasarkan budi
pekerti yang luhur tersebut setidaknya dapat menjadi dasar dalam mnjaga etika
politik dan moral bangsa. Perilaku beradab dan kemanusiaan akan menjadi standar
perilaku bagi warga bangsa dan para penyelenggara politik kenegaraan Indonesia.
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap
dan perilaku sesuai dengan nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati
nurani dengan memperlakukan suatu hal sebagai mana mestinya.Kesadaran inilah
yang menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat dan alam semesta
untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih serta dapat diimplementasikan
dalam bentuk sikap hidup yang harmoni penuh toleransi dan damai. 2

2.3 Nilai-nilai kemanusiaan dalam UUD 1945


Nilai-nilai kemanusiaan yang terkadung di dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah sebagai berikut:
1. Pasal 28A
“setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya”.
2. Pasal 28B

 2
Agus mulyanto, BUKU SERI PANCASILA DALAM BERKEHIDUPAN DAN BERNEGARA,

3
Ayat:
1. “Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah”.
2. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
3. Pasal 28C
Ayat:
1. “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh dari manfaat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni budaya,demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan manusia”.
2. “Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun Masyarakat, bangsa, dan
negaranya”.
4. Pasal 28D
Ayat:
1. “Setiap orang berhak atas pengakuan jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.
2. “Setiap orang berhak untuk berkerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja”.
3. “Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan”.
4. “Setiap orang berhak atas standar kewargaan”.
5. Pasal 30
Ayat:
1. “Setiap orang berhak mendapat pendidikan”
2. “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya”.
3. “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia

4
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang di atur dengan
undang-undang”.
4. “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”.
5. “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia”. 3
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan yang bahwa negara Indonesia
menjunjung tinggi kemenusiaan, artinya warga negara Indonesia tidak hanya suku
bangsa indonesia asli, tetapi dibuka kemungkinan orang bangsa lain atau suku
bangsa lain juga dapat menjadi warga negara Indonesia melalui pengesahan dengan
undang-undang yang telah di tetapkan.
2.4 Negara hukum
A. Pengertian negara hukum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, kata negara dapat
diartikan kedalam dua hal. Yang pertama, negara adalah sebuah organisasi yang
berapa pada suatu wilayah dan memiliki kekuasaan tertinggi secara sah serta ditaati
oleh masyarakat di dalamnya.
Yang kedua, sebuah negara dapat disimpulkan sebagai kelompok sosial
yang mendiami sebuah wilayah maupun daerah tertentu yang berada di bawah
lembaga politik maupun pemerintah yang efektif, memiliki kesatuan politik,
berdaulat yang memiliki tujuan nasional yang ingin dicapai oleh suatu wilayah
tersebut.
Sedangkan hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap
mengikat yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Hukum juga meliputi
aturan berupa undang-undang serta peraturan terkait, kaidah dalam masyarakat, dan
keputusan yang ditetapkan oleh penegak hukum

3
Wahyu widodo, pendidikan kewarganegaraan,

5
Secara etimologis, istilah dari negara hukum berasal dari bahasa Belanda
yaitu rechtsstaat atau dalam bahasa Inggris bermakna the state according to law.
Sederhananya, negara hukum berarti memiliki makna negara yang menganut asas
hukum yang memiliki kedaulatannya.
Konsep negara hukum di Indonesia telah diterapkan sejak Indonesia
memproklamasikan dirinya. Dalam Penjelasan Umum UUD 1945 butir I tentang
Sistem Pemerintahan, dinyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang berdasar
atas hukum.
Negara hukum merupakan istilah yang meskipun kelihatan sederhana,
Namun mengandung muatan sejarah pemikiran yang relatif panjang. Negara hukum
adalah Istilah Indonesia yang terbentuk dari dua suku kata, negara dan hukum.
Padanan kata ini menunjukkan bentuk dan sifat yang saling isi mengisi antara
negara di satu pihak dan hukum pada pihak yang lain. Tujuan negara adalah untuk
memelihara ketertiban hukum (rechtsorde). Oleh karena itu, negara membuthkan
hukum dan sebaliknya pula hukum dijalankan dan ditegakkan melalui otoritas
negara.
B. Istilah dan pendapat para ahli tentang negara hukum
Ada beberapa istilah asing yang dipergunakan sebagai pengertian negara
hukum, yakni rechtsstaat, rule off law dan etat de droit. Sepintas istilah ini
mengandung makna sama, tetapi jika di kaji lebih jauh terdapat perbedaan-
perbedaan yang signifkan. Bahkan, dalam perkembangan pemikiran konsep negara
hukum, kedua istilah tersebut juga berkembang, baik secara teoretis-konseptual
maupun dalam kerangka praktis-operasional.
Menurut Philipus M Hadjon, konsep rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan
menentang absolutisme sehingga sifatnya revolusioner, sebaliknya konsep the rule
of law berkembang secara evolusioner. Hal ini tampak baik dari sisi manapun
kriteria rechstaat dan rule of law itu sendiri.
Konsep pertama bertumpu pada sistem hukum Eropa Kontinental yang
biasa disebut civil law atau modern roman law, Sedangkan konsep yang terakhir
bertumpu pada sistem hukum common law atau English-law. Miriam Budirdjo
dalam bukunya Dasar-dasar ilmu politik menegaskan yang bahwa perkembangan

6
ide demokrasi dapat dilihat dalam dua mainstream, pertama demokrasi pada negara
hukum klasik, dan kedua, demokrasi pada negara hukum dinamis atau meminjam
istilah Mahfud MD, yang pertama sebagai negara hukum formal (demokrasi abad
xix) dan terakhir sebagai negara hukum material (demokrasi abad xx).
Munculnnya keinginan untuk melakukan pembatasan yuridis terhadap
kekuasaan, pada dasarnya dikarenakan politik kekuasaan yang cenderung korup.
Hal ini dikhawatirkan menjauhkan fungsi dan peran negara bagikehidupan individu
dan masyarakat. Atas dasar itu, terdapat keinginan yang besar agar di lakukan
pembatasan kekuasaan secara yuridis-normatif untuk menghindari penguasa yang
despotik. Disinilah kemudian konstitusi menjadi penting artinya bagi kehidupan
masyarakat. Konstitusi dijadikan sebagai perwujudan hukum tertinggi yang harus
dipatuhi oleh negara dan pejabat-pejabat pemerintah sekalipun, sesuai dengan dalil,
government by laws, not by men (pemerintahan berdasarkan hukum, bukan
berdasarkan manusia).
Dalam bukunya, Constitutional Government and Democracy:Theory and
Practice in europe and America, Carl J. Friedrich memperkenalkan sebuah istilah
negara hukum dengan nama rechstaat atau constitutional state. Sebagaimana
dikutip dari Miriam Budiardjo, tokoh lainnya yang berperan dalam peristilahan
rechstaat adalah Friedrich J Stahl. Setidaknya menurut Stahl, terdapat empat unsur
berdirinya rechstaat, yaitu:
1. Hak-hak manusia
2. pemisahan atau Pembagian kekuasan untuk menjamin hak hak itu
3. Berdasarkan peraturan-peraturan
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan

Adalah Albert Venn Dicey dalam magnum opus nya, Intruduction the Law
of the Constitution memperkenalkan istilah the rule of law yang secara sederhana
diartikan dengan keteraturan hukum. Menurut Dicey, ada tiga unsur fundamental
dalam rule of law, yaitu :
1. Supremasi aturan-aturan hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang-
wenang, dalam arti, seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar
hukum.

7
2. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum. Petunjuk ini berlaku baik
bagi masyarakat biasa maupun para pejabat.
3. Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang serta keputusan-
keputusan pengadilan.

Berdasarkan pandangan diatas, kelihatan bahwa negara tidak bersifat


proaktif, melainkan pasif. Sikap negara yang demikian ini dikarenakan pada
posisinya negara hanya menjalankan apa yang termaktub dalam konstitusi semata.
Dengan kata lain, negara tidak lebih hanya sebatas nachtwachterstaat (negara
penjaga malam) atau meminjam istilah Miriam Budiarjo, “negara hukum klasik”
Konsep negara hukum formal (klasik) mulai digugat menjelang pertengahan
abad 20 tepatnya setelah Perang Dunia. Beberapa faktor yang mendorong lahirnya
kecaman atas negara hukum formal, yang pluralis liberal, seperti dikemukakan oleh
Miriam Budiardjo, Antara lain adalah akses-akses dalam industrialisasi dan sistem
kapitalis, tersebarnya paham sosialisme yang menginginkan pembagian kekuasaan
secara merata serta kemenangan beberapa partai sosialis di Eropa.
Menurut Jimly Asshiddiqie, Kemunculan kapitalisme dilapangan
perekonomian menyebabkan terjadinya kesenjangan dalam distribusi sumber-
sumber kemakmuran. Hal tersebut, menurutnya , berdampak pada disparitas sosial-
ekonomi yang tajam dan tidak dapat di pecahkan oleh negara yang difungsikan
secara minimal itu. Negara dianngap tidak dapat melepaskan tanggung jawab untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Gagasan bahwa pemerintah dilarang intervensi warga negara baik di bidang
sosial maupun dibidang ekonomi akhirnya bergeser kedalam gagasan baru bahwa
pemerintah harus bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat. Untuk itu,
pemerintah tidak boleh bersifat pasif atau berlaku sebagai “penjaga malam” ,
melainkan harus aktif melaksanakan upaya-upaya untuk membangun kesejahteraan
masyarakat nya dengan cara mengatur kehidupan ekonomi-sosial.
Gagasan baru inilah yang kemudian dikenal sebagai welvaart staat,
verzorgingingsstaat, welfare state, social service staat, atau “negara hukum
material” (dinamis) dengan ciri-ciri berbeda yang dirumuskan dalam konsep negara
hukum klasik (formal). Perkembangan ini selanjutnya menjadi raison d’ etre untuk

8
melakukan revisi atas pemikiran Dicey dan Stahl, dan dua tokoh besar negara
hukum klasik
2.5 Hak asasi manusia
A. Pengetian hak asasi manusia(HAM)
HAM adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tdak dapat dinganggu gugat siapapun.
Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak asasi
manusia tanpa membeda-bedakan status,golongan, keturunan, jabatan, dan lain
sebagainya.
HAM adalah hak-hak yang telah di punyai seseorang sejak ia dalam
kandungan. HAM berlaku secara universal. dasar HAM tertuang dalam deklarasi
kemerdekaan Ameika Serikat (declaration of independent of USA) dan tercantum
dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal
29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1.
B. Macam-macam ham
Secara umum, HAM bisa dibedakan menjadi dua macam, pembedaan dua
macam HAM di dasarkan pada dua instrumen HAM internasional. Kedua
instrumen itu adalah konvenan HAM internasional tentang Hak-Hak Sipil dan
Politik (the international covenant on civil and political and rights/ICCPR) dan
kovenan internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya (the
international covenant on economics,social, and cultural rights/ICESR).
1. HAM yang berkenaan dengan kehidupan sipil dan politik. Hak-hak ini
umumnya merupakan hak-hak yang mewajibkan suatu negara agar
menahan diri dari tindakan atau campur tangan terhadap kehidupan
individu-individu atau kelompok-kelompok masyarakat.
2. HAM yang berkenaan dengan kehidupan di bidang ekonomi, sosial, dan
budaya. Hak ini merupakan hak yang mewajibkan negara menyediakan
sarana-prasarana karena individu tidak bisa menyediakan sendiri
Contoh ham:
 hak untuk hidup
 hak untuk memperoleh pendidikan

9
 hak untuk hidup bersama-sama seperti orang lain
 hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama
 hak untuk mendapatkan pekerjaan

C. Hakikat ham
HAM merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran akan hak asasi manusia
didasarkan pada pengakuan bahwa semua manusia sebagai makhluk Tuhan
memiliki derajat dan martabat yang sama, maka setiap manusia memiliki hak dasar
yang disebut hak asasi manusia. Jadi kesadaran akan adanya hak asasi manusia
tumbuh dari pengakuan manusia sendiri bahwa mereka adalah sama derajat.

Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan sebagai berikut:


1. Landasan yang lansung dan pertama, yakni kodrat manusia
2. Landasan kedua yang lebih dalam Tuhan menciptakan manusia

Berdasarkan pengertian HAM, ciri pokok dari hakikat HAM adalah:


1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli, ataupun di warisi
2. HAM berlaku bagi semua orang
3. HAM tidak boleh dilanggar
Di linkungan masyarakat luas, sikap positif terhadap penegakkan HAM
dapat di lakukan antara lain sebagai berikut:
 Tidak mengganggu ketertiban umum
 Saling menjaga dan melindungi harkat dan martabat manusia
 Menghormati keberadaan diri sendiri
 Berkomunikasi dengan baik dan sopan
 Turut membantu terselenggaranya masyarakat madani, yakni hidup
berdampingan secara damai, sayang menyayangi tanpa membedakan ras,
suku, keturunan,dan pandangan politiknya, serta kelompok besar tidak
memaksakan kehendaknya kepada kelompok kecil sebaliknya kelompok
kecil menghormati kelompok besar.4

4
Ahmad busrotun nufus, pendidikan pancasila sebagai paradigma pembangunan

10
2.6 Etika global
A. Pengertian etika
Etika ialah kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat
dengan konsep individua tau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi
terhadap sesuatu yang telah dilakukan.
Etika juga berasal dari kata ethikus yang dalam bahasa Yunani disebut
ethicos yang berarti kebiasaan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidahm dan
ukuran-ukuran baik dan buruknya dari tingkah laku manusia.
Etika adalah cabang dari aksiologi yaitu ilmu tentang nilai yang
menitikberatkan pencarian salah dan benar yang berhubungan dengan moral dan
immoral.
Etika bersumber dari akal pikiran atau filsafat. Etika tidak bersifat mutlak,
absolut, dan tidak universal. Etika dapat berubah, terbatas, memiliki kekurangan,
kelebihan, dan sebagainya.
Etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia
seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi, dan
sebagainya.
B. Pengertian etika global
Globalisasi adalah masa kemajuan perkembangan IPTEK yang luar biasa
yang berdampak pada perubahan pesat dalam seluruh aspek kehidupan
manusia. Namun globalisasi ini dapat diumpamakan seperti pedang bermata dua,
yang dapat menjadi kawan maupun lawan. Maka dibutuhkanlah suatu jalan tengah
yaitu konsensus (kesepakatan bersama) tentang etika global sebagai solusi bagi
permasalahan di era globalisasi.
Dalam karya yang berjudul A Global Ethics for Global Politics and
Economics (1997), Hans Küng menyatakan tidak akan ada tatanan baru tanpa
sebuah etika dunia yang baru yakni sebuah etika global. Etika global
didefinisikannya sebagai konsensus dasar tentang nilai-nilai pengikat dan sikap
dasar yang dikukuhkan oleh semua sistem kepercayaan (agama) meskipun terdapat

11
perbedaan dogmatis, dan yang sesungguhnya bisa juga disumbangkan oleh kaum
non-beriman (ateis).
Etika Global bermula dari asumsi bahwa sebagai manusia kita telah terllibat
dalam masyarakat global, entah kita mengetahuinya atau tidak; entah kita
menyukainya atau tidak. Dengan kata lain, etika global merupakan sebuah
tanggapan etis terhadap konteks global yang baru. Tanggapan etis ini dianggap
bermanfaat bagi keseluruhan, yaitu bagi manusia, alam dan keseluruhan yang ada
di planet ini, yang merupakan titik berangkat yang normatif. Dengan memahami
kenyataan global, kita dimungkinkan untuk menuju masa depan, menuju apa yang
secara ideal dicita-citakan bersama. Sebab pada dasarnya, etika global mengacu
pada sikap moral manusia yang paling mendasar.
C. Ciri-ciri etika global
Dari ciri-ciri di atas, maka e Ciri-ciri dari etika global adalah:
1. Etika global masuk dalam level etis yang paling mendasar, nilai-nilai yang
mengikat, serta sikap-sikap dasariah yang paling fundamental.
2. Etika global menjadi sebuah konsensus bersama agama-agama, namun
tidak terhisab dalam satu tradisi iman tertentu. Karena etika global bukan
bertujuan menciptakan suatu agama tunggal (a unified religion),
melainkan semua agama memberikan sumbangsihnya terhadap persoalan
bersama.
3. Etika global bersifat otokritik. Artinya, ia bukan hanya mengalamatkan
pesannya kepada dunia, tetapi juga pada agama-agama itu sendiri. Hal ini
penting karena agama pada dirinya bersifat paradoksal, satu sisi ia
berpotensi mengupayakan kemanusiaan sejati, namun di sisi lain
berpotensi pula melegitimasi segala bentuk ketidakadilan dan perendahan
nilai kemanusiaan.
4. Etika global terkait dan berpijak pada kenyataan dan isu kongkret.
5. Etika global dapat dipahami secara umum. Itu berarti, etika global bukan
menjadi suatu diskursus ilmiah pada kalangan tertentu. Semuanya harus
dijelaskan dan dapat dipahami dalam setiap lapisan masyarakat.

12
6. Etika global harus memiliki pendasaran religius. Artinya, semua agama-
agama baik itu agama-agama besar maupun agama suku menjadi dasar
untuk menopang etika global. Dengan kata lain, pada saat yang sama etika
global dapat dipandang oleh setiap agama dari dalam masing-masing
tradisi yang ada.
tika global memiliki empat dimensi aktual yang menjadi realitas hidup global, yaitu
1. Dimensi Kosmis (Manusia dengan Alam)
Isu ekologis ini menuntut suatu cara hidup global baru yang tidak hanya
berfokus pada produktivitas, namun juga solidaritas dengan lingkungan
hidup. Cara hidup tersebut harus berpusat pada sebuah komunitas seluruh
ciptaan. Visi ekologis ini sekaligus menyiratkan kritik etis atas realitas
ekologis yang sedang dialami secara global oleh bumi ini, seperti
pengrusakan alam, global warming/climate change, kelaparan, punahnya
spesies tertentu, peperangan dsb.
2. Dimensi Antropologis (Laki-laki dan Perempuan)
Isu gender menjadi perhatian serius dalam mewujudkan etika global.
Dunia pada masa kini dipandang masih diwarnai sistem hubungan yang
terlalu patriarkis; laki-laki pada kodratnya dianggap memang lebih
unggul ketimbang perempuan. Sistem patriarkis ini lebih jauh dilihat
sebagai sumber dari banyak realitas hidup yang amat tidak manusiawi:
eksploitasi laki-laki atas perempuan, pelecehan seksual anak-anak, serta
pelacuran. Tanggung jawab global seharusnya membawa serta cara hidup
baru yang lebih mengusahakan kesetaraan dan kesederajatan. Dengan
kata lain, ada komitmen kuat pada sebuah budaya yang setara hak dan
kerja sama antara laki-laki dan perempuan.
3. Dimensi Sosio-Politis (Kaya dan Miskin)
Kemiskinan yang terjadi di seluruh dunia, penyebab utamanya bukan
hanya pada individu-individu. Institusi-institusi dan struktur-struktur
yang tidak adil juga menjadi penyebab atas tragedi kemiskinan.
Kesenjangan yang terjadi antara penguasa dan rakyat semakin meluas
mengakibatkan akses ekonomi semakin lemah. Atas nama investasi,

13
maka kaum borjuis menguasai perekonomian yang tak terkendali tanpa
memberikan penguatan pada ekonomi lokal yang dikelola secara
langsung oleh rakyat. Jika penguasa dengan “mesin politik” yang haus
kekuasaan tetap berlangsung, maka penguasa tidak lagi pro rakyat.
Akibatnya, penindasan dan eksploitasi atas nilai-nilai kemanusiaan tetap
berlangsung. Kesejahteraan hanya menjadi pemanis bibir pada saat
berkampanye untuk mencari kekuasaan. Politik seharusnya menjadi alat
untuk mengabdi pada kemanusiaan; mengupayakan perjuangan melawan
kemiskinan dan ketidakadilan global
4. Dimensi Religius (Manusia dan Tuhan)
Hubungan yang terbangun ini ada dalam lembaga-lembaga agama. Oleh
karenanya, tidak ada alasan dari semua agama untuk menjadi alat pemicu
konflik atas dasar dogma yang berbeda. Semua agama memiliki jalan
tersendiri, namun menuju kepada satu tujuan yakni Tuhan. Dengan
demikian, maka toleransi harus menjadi dasar hidup Bersama umat
beragama.

14
BAB 3
PENUTUP
3.1 Rangkuman
1. Nilai kemanusiaan adalah pembentukan suatu kesadaran tentang keteraturan,
sebagai asas kehidupan sebab setiap manusia mempunyai potensi untuk menjadi
manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab.
2. Ada beberapa istilah asing yang dipergunakan sebagai pengertian negara hukum,
yakni rechtsstaat, rule off law dan etat de droit.
3. HAM adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan
yang berlaku seumur hidup dan tdak dapat dinganggu gugat siapapun
4. Secara umum, HAM bisa dibedakan menjadi dua macam, pembedaan dua
macam HAM di dasarkan pada dua instrumen HAM internasional. Kedua
instrumen itu adalah konvenan HAM internasional tentang Hak-Hak Sipil dan
Politik (the international covenant on civil and political and rights/ICCPR) dan
kovenan internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya (the
international covenant on economics,social, and cultural rights/ICESR).
5. Etika Global bermula dari asumsi bahwa sebagai manusia kita telah terllibat
dalam masyarakat global, entah kita mengetahuinya atau tidak; entah kita
menyukainya atau tidak
6. Nilai kemanusiaan di dalam UUD 1945 terdapat didalam pasal 28,29,30, dan 31
7. etika global memiliki empat dimensi aktual yang menjadi realitas hidup global,
yaitu
 Dimensi kosmis (manusia dengan alam)
 Dimensi antropologis (laki-laki dengan perempuan)
 Dimensi sosio-politis (kaya dan miskin)
 Dimensi religius (manusia dan tuhan)

15
DAFTAR PUSTAKA
Agus mulyanto, BUKU SERI PANCASILA DALAM BERKEHIDUPAN DAN
BERNEGARA, Surakarta, PT. Tirta asih jaya, 2019
Wahyu widodo, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, CV. ANDI
OFFSET, 2015
Ahmad busrotun nufus, PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI
PARADIGMA PEMBANGUNAN, Madani media, 2018
http://kuumuukii.blogspot.com/2017/01/makalah-hakikat-kemanusiaan-
dan-etika.html

16

Anda mungkin juga menyukai