SILA KEDUA
“KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB”
DOSEN PENGAMPUH:
Disusun oleh:
Nama : HARI NOVRI MAULANA
Nim : 2005111352
Kelas : 1A PJKR
Fakultas : FKIP
Prodi : Pendidikan Jasmani dan Rekreasi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..
i
A. Latar Belakang.....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………..…………....
2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………….
2
A. Kesimpula n…………………………………………………………………………
9
B. Saran…………………………………………………………………………….….
9
i
KATA PENGANTAR
syukur alhahamdulillah penulis ucapkan, kehadirat ALLAH SWT yang maha
pencipta yang telah memberikan limpahan rahmat kepada penulis untuk dapat
mnyelesaikan tugas ini. Adapun makalah yang telah diselesaikan, berjudul Sila
Kedua dalam Konteks “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Makalah ini
adalah salah sebagai salah satu tugas pokok dalam mata kuliah “Pancasila”.
Makalah ini masih banyak kekurangan, mohon dimaklumi karena penulis sendiri
menyadari kemampuan penulis masih banyak sekali kekurangannya.
Untuk itu diharapkan keritik dari rekan-rekan semua dan terutama kepada dosen
pembimbing agar memberi kritik kepada penulis, agar penulis bisa lebih baik dan
sempurna dalam pembuatan makalah .
Semoga nantinya makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun untuk generasi
berikutnya. Amin yarabbal alamin.
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita republik Indonesia Tahun
II No.07 bersama-sama dengan batang tubuh UUD1945.
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia,
terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang
sebagaimana yanga terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia. Namun,
terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah
bangsa Indonesia.
Seperti kita ketahui, Pancasila berasal dari kata Panca yaitu lima dan Sila yang
berarti prinsip. Jadi dapat diartikan bahwa Pancasila adalah lima prinsip. Lima
Sila tersebut yaitu:
Sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila-sila Pancasila merupakan suatu
sistem nilai, oleh karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya merupakan
suatu kesatuan. Meskipun dalam sila-sila terkandung nilai-nilai yang memilih
perbedaan antara satu dengan lainnya namun kesemuanya itu tidak lain
merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
Dalam makalah ini, kita akan membahas secara khusus mengenai sila kedua yaitu
Kemanusian yang Adil dan Beradab. Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-
nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
1
makhluk yang beradab. Oleh karena itu, dalam kehidupan kenegaraan terutama
dalam peraturan perundang-undangan negara harus mewujudkan tercapainya
tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia, terutama hak-hak kodrat manusia
sebagai hak dasar (hak asasi) harus dijamin dalam peraturan perundang-undangan
negara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana nilai dan makna yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab?
2. Bagaimana bunyi butir-butir sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab?
3. Mengapa sangat penting di dalam Pancasila terdapat sila kedua yaitu sila
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab?
4. Bagaimana implementasi sila kedua Pncasila dalam kehidupan bermasyarakat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui nilai dan makna yang terkandung dalam sila Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab.
2. Untuk mengetahui bunyi butir-butir sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
3. Untuk mengetahui alasan pentingnya sila Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab.
4. Untuk mengetahui implementasi sila kedua Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat.
2
BAB II
PEMBAHASA
A. Nilai dan Makna yang Terkandung dalam Sila Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab
Sebagai suatu dasar filsafat negara, maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem nilai.
Oleh karena itu, sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Meskipun
dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya,
namun kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab secara sistematis didasari dan dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Sila
kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis antropologis bahwa
hakikat manusia adalah susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat individu dan
makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk pribadi berdiri sendiri sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral
dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan
dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap
sesama manusia maupun terhadap lingkungannya.
Dalam kehidupan kenegaraan harus senantiasa dilandasi oleh moral kemanusiaan antara lain
dalam kehidupan pemerintahan negara, politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, pertahanan
dan keamanan serta dalam kehidupan keagamaan. Oleh karena itu, dalam kehidupan
bersama dalam negara harus dijiwai oleh moral kemanusiaan untuk saling menghargai
sekalipun terdapat suatu perbedaan karena hal itu merupakan suatu bawaan kodrat manusia
untuk saling menjaga keharmonisan dalam kehidupan bersama.
Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai
makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu
pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil
3
terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap
lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4
Konsekuensinya nilai yang terkandung dalam Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai atas kesamaan hak dan derajat tanpa
membedakan suku, ras, keturunan, status sosial maupun agama. Mengembangkan sikap saling
mencintai sesama manusia, tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap manusia, menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan (Darmodihardjo, 1996).
Nilai dasar dari sila kedua mencakup peningkatan martabat, hak, dan kewajiban asasi warga
negara, penghapusan penjajahan, kesengsaraan dan ketidak adilan dari muka bumi. Harkat dan
martabat manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Tidak semena-mena terhadap orang
lain. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian. Gemar melakukan kegiatan kemanusian.
Berani membela kebenaran dan keadilan hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa 2 lain.
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
Alinea keempat, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pasal 27
2. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
5
Pasal 29
Pasal 30
1. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
Pasal 31
Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas
dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan
Pancasila, yaitu:
1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
6
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR No. I/MPR/2003 dengan 45 butir
Pancasila. Berikut inilah butir-butir dari sila kedua:
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya. Maknanya adalah tidak ada perbedaan di antara
mereka dalam status derajat, hak dan kewajiban dengan sebab dien (agama).
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
7
C. Alasan Pentingnya Keberadaan Sila Kedua
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia sehingga dijadikan pedoman hidup
bangsa Indonesia dalam mencapai kesejahteraan lahir dan batin dalam masyarakat yang
heterogen (beraneka ragam). Pancasila kemudian menjadi jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia, Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas
bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah lakunya sehingga dapat membedakan
dengan bangsa lain. Setiap sila Pancasila mengandung nilai-nilai yang menjadi dasar norma
dan aturan dalam kehidupan sehari-hari dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Banyak sekali nilai yang terkandung dalam sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab dan harus
kita terapkan, antara lain:Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Menyambut tantangan ke depan bangsa Indonesia dalam menghadapi era globalisasi ekonomi,
ancaman bahaya laten terorisme, komunisme dan fundamentalisme merupakan sebuah tantangan
tersendiri bagi bangsa Indonesia. Disamping itu yang patut diwaspadai adalah pengelompokan
suku bangsa di Indonesia yang kini semakin kuat. Ketika bangsa ini kembali dicoba oleh
pengaruh asing untuk dikotak kotakan tidak saja oleh konflik vertikal tetapi juga oleh pandangan
terhadap ke Tuhanan Yang Maha Esa.
Pemahaman nasionalisme yang berkurang turut menjadikan sila kedua Pancasila merupakan
sesuatu yang amat penting untuk dikaji. Di saat negara membutuhkan soliditas dan
persatuan hingga sikap gotong royong, sebagian kecil masyarakat terutama justru yang ada
di perkotaan justru lebih mengutamakan kelompoknya, golonganya bahkan negara lain
dibandingkan kepentingan negaranya. Untuk itu sebaiknya setiap komponen masyarakat saling
berinterospeksi diri untuk dikemudian bersatu bahu membahu membawa bangsa ini dari
keterpurukan dan krisis multidimensi.
Dari beberapa butir isi dari sila ke 2 Pancasila kita dapat merasakan adanya degradasi
(kemunduran) perilaku masyarakat Indonesia. Pada butir pertama kita diharapkan dapat
mengakui dan memperlakukan sesama sesuai dengan harkat martabatnya sebagai mahluk Tuhan.
Pada era sekarang ini hal ini tampak sangat sulit sekali ditemui, banyaknya prilaku chaos di
dalam masyarakat membuktikan bahwa butir pertama ini sudah dilupakan. Sama seperti butir
pertama, butir-butir dari sila ke dua Pancasila sudah mulai tidak diperhatikan oleh
masyarakat dalam kehidupan bernegaranya.
Sebagai warga Negara kita memiliki kewajiban untuk hidup bernegara sesuai dengan dasar-dasar
Negara kita. Prilaku-prilaku yang menyimpang seperti adanya sikap premanisme yang brutal
seperti yang kita lihat dalam kejadian “Kasus sidang Blowfish
8
di daerah Pengadilan Negeri Jakarta Selatan” menunjukkan bahwa perlunya pendidikan
kewarganegaraan bagi masyarakat baik itu di jenjang pendidikan formal ataupun pendidikan
berwarga Negara di dalam lingkungan masyarakat.
Pendidikan berwarga negara di jenjang pendidikan formal haruslah dilakukan tidak hanya
memberikan teori tetapi dengan praktek langsung. Karena teori cenderung hanya dianggap angin
lalu saja, praktek toleransi antara individu satu dengan yang lainnya dapat memberikan
gambaran langsung betapa pentingnya nilai-nilai kemanusiaan itu. Praktek langsung dari sebuah
teori kewarganegaraan dapat dilakukan dalam interaksi sosial di dalam lingkungan pendidikan
ataupun lingkungan tempat tinggal, di dalam lingkungan pendidikan teori ini dapat dipraktikkan
dengan cara sikap dan prilaku dalam lingkungan pendidikan.
Pada era sekarang ini teramat sulit menemukan sikap penghargaan di lingkungan
pendidikan, anak didik saat ini terbiasa dengan penggolonggan-penggolongan berdasarkan status
sosial, ada si kaya dan ada si miskin. Sikap seperti itu menjadikan toleransi antara sesama
menjadi sangat menyedihkan. Adanya penghargaan (sopan santun) dalam bertutur kata dan
bersikap kepada orang lain diharapkan dapat menjadi cermin langsung bahwa sikap toleransi itu
menjadi suatu hal yang penting dewasa ini. Bahwa penggolongan-penggolongan berdasarkan
status sosial itu adalah hal yang merusak sifat-sifat kemanusiaan.
Pendidikan berwarga Negara di dalam lingkungan masyarakat dapat dilakukan dengan cara
adanya lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang memberikan penyuluhan tentang
bagaimana cara hidup bernegara yang baik. Penyuluhan yang dilakukan tidak hanya dengan cara
formil (mengajarkan cara menjadi warga Negara yang baik), tetapi dapat dengan cara-cara
seperti gotong royong membersihkan lingkungan, siskamling dan cara-cara lain yang dapat
mengajarkan secara langsung apa artinya tenggang rasa antara sesama manusia.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sila kedua Pancasila mengandung nilai dan makna yaitu dalam kehidupan
kenegaraan haruslah oleh moral kemanusiaan, saling menghargai dan adil.
2. Terdapat 8 butir sila kedua untuk Tap MPR No.II/MPR/1978dan 10 butir sila kedua
untuk Tap MPR No.I/MPR/2003.
4. Implementasi dari sila kedua lebih mengutamakan pada rasa saling menghargai,
tenggang rasa dan keadilan terhadap manusia.
B. Saran
Melihat esensi dari sila kemanusiaan yang adil dan beradap, maka penting bagi setiap
bangsa Indonesia untuk selalu menjunjung tinggi sila kedua Pancasila. Dengan demikian,
maka akan mampu menjadi negara yang bermartabat dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, serta hak dan kewajiban sebagai warga negara.
10
DAFTAR
PUSTAKA
Rachmadrivai.(02april2013).Pancasila.
http://rachmadrivai.wordpress.com/2011/05/07/pancasila
iii