Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PANCASILA SILA KE DUA

PANCASILA

KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


MATA KULIAH: PENDIDIKAN PANCASILA
DOSEN PENGAMPU: FRINOV FELDIKOLBHAR, SE.MM

OLEH
RORIN ADRIANSYAH
KELAS 1A
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN & REKREASI
FAKULTAS FKIP UNIVERSITAS RIAU
DAFTAR ISI
 
 
1. Pembukaan
 Kata Pengantar………………………………………………………………………
 Daftar Isi……………………………………………………………………………
 Latar Belakang………………………………………………………………………
 Rumusan Masalah……………………………………………………………………
 Tujuan masalah……………………………………………………………………….
2. PEMBAHASAN
 Sila Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab…………………………………………………...
 Ideologi Sila Ke
Dua………………………………………………………………………….
 Implementasi Sila Kedua (Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab)
…………………………...
 Nilai-nilai Sila kemanusian Yang Adil dan
Beradab………………………………………….
3. PENUTUP
 kesimpulan……………………………………………………………………………
……...
 saran……………………………………………………………………………………
…….

 
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
dengan judul “PANCASILA(Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab)” berdasarkan UUD
1945”.Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila.

Dalam makalah ini membahas tentang sila ke-2, Yak ini pengertian Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab yang bedasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan khususnya pembaca pada
umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan
pada waktu mendatang.
BAB I
PENDAHULUAN 

1. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan Negara Indonesia, bukan
terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang
terjadi pada ideologi-ideologi lain di dinua, namun terbentuknya Pancasila melalui proses
yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.

Secara kausalitas Pancasila sebulum disyahkan menjadi dasar filsafat Negara nilai-
nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat-
istiadat, kebudayaan, dan nilai-nilai religius. Kemudian para pendiri Negara Indonesia
mengangkat nilai-nilai tersebut dirumuskan secara musyawarah mufakat berdasarkan
moral yang luhur, antara lain dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang Panitia
Sembilan yang kemudian menghasilkan Piagam Jakarta yang memuat Pancasila yang
pertama kali, kemudian dibahas lagi dalam sidang resmi PPKI Pancasila sebagai calon
dasar filsafat nagara dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya pada tanggal 18
Agustus 1945 disyahkan oleh PPKI sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia.

2. Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan kemanusiaan yang adil dan beradab ?

b. Bagaimana peran dan fungsi kemanusiaan yang adil dan beradab ?

c. Bagaimana nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab ?


3. TUJUAN

a.  Agar dapat memahami peran dan fungsi tentang kemanusiaan yang adil dan beradab.
b.  Untuk dapat di laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari dalam bermasyarakat.

c. Sebagai pedoman menjadi masyarakat yang patuh pada konstitusi Negara Indonesia

A. IDEOLOGI SILA KE DUA

Pengertian ideologi pancasila pada hakikatnya tidak cuma adalah satu hasil
perenungan atau pemikiran seorang atau grup seperti ideologi-ideologi lain didunia.
Pancasila di ambil dari nilai-nilai mulia budaya serta nilai religius bangsa Indonesia.
Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi bangsa serta negara. Dengan hal tersebut,
pancasila juga sebagai ideologi bangsa serta negara Indonesia berakar pada pandangan
hidup serta budaya bangsa serta bukannya mengangkat atau mengambil ideologi dari negara
lain. Pengertian Ideologi Pancasila adalah kumpulan nilai/norma yang meliputi sila-sila
Pancasila. 

 Ideologi Pancasila sebagai Ideologi terbuka. Artinya, ideologi Pancasila dapat


mengikuti perkembangan yang terjadi pada negara lain yang memiliki ideologi yang
berbeda dengan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Hal ini
disebabkan karenq ideologi Pancasila memiliki nilai-nilai yang meliputi; nilai dasar,
nilai instrumental, dan nilai praktis. Pengertian Ideologi terbuka adalah ideologi yang
tidak dimutlakkan. Dapat diartikan juga bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan
budaya masyarakatnya sendiri. Ideologi terbuka merupakan ideologi yang dapat
berinteraksi dengan perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal.  Selain
itu, Pancasila bukan merupakan ide baru atau perenungan suatu kelompok atau golongan
tertentu, melainkan Pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa. Dengan
demikian, Pancasila pada hakikatnya berlaku untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur
bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, ciri khas Pancasila memiliki kesesuaian
dengan bangsa Indonesia.
 Ideologi Pancasila sebagai Ideologi tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak.
Dengan kata lain bahwa Ideologi tertutup merupakan ajaran atau pandangan dunia atau
filsafat yang menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang
ditasbihkan sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus
diterima sebagai sesuatu yang sudah jadi dan harus dipatuhi. 

Pancasila sebagai suatu ideologi bangsa dan negara, Pancasila diangkat dari nilai-nilai
adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan kata lain, unsur-unsur yang
merupakan materi Pancasila diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Sila Kemanusiaan yang adil dan Beradab secara sistematis didasari dan dijiwai oleh
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Sila
kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis antropologi bahwa
hakikat manusia adalah susunan kodrat rokhani (jiwa) dan raga, sifat kodrat individu dan
makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk pribadi berdiri sendiri dan sabagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa Negara harus menjunjung


tinggi harkat dan martabat manusia sabagai makhluk yang beradab. Oleh karena itu dalam
kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-undangan Negara harus
mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia, terutama hak-hak
kodrat manusia sebagai hak dasar (hak asasi) harus dijamin dalam peraturan perundang-
undangan Negara. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu
kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani
manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik
terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungannya. Nilai
kemanusiaan yang beradab adalah perwujudan nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang
berbudaya bermoral dan beragama.
Dalam kehidupan kenegaraan harus senantiasa dilandasi oleh moral kemanusiaan
antara lain dalam kehidupan pemerintah Negara, politik ekonomi, hukum, sosial, budaya,
pertahan dan keamanan serta dalam kehidupan keagamaan. Oleh karena itu dalam
kehidupan bersama dalam Negara harus dijiwai oleh moral kemanusiaan untuk saling
menghargai sekalipun terdapat untuk saling menjaga keharmonisan dalam kehidupan
bersama.

Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia
sebagai makhluk yang berbudaya dan beradap harus berkodrat adil. Hal ini mengadung
suatu pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri,
adil terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan Negara, adil terhadap
lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Konsekuensinya nilai yang
terkandung dalam Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak
asasi manusia, menghargai atas kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, ras,
keturunan, status sosial maupun agama. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama
manusia, tenggang rasa, tidak semena-menaterhadap sesama manusia, menjunjung tinggi
nila-nilai kemanusiaan. 

A. Implementasi Sila Kedua (Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab)

Sila kedua ini mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui adanya
manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia memiliki kedudukan, dan derajat
yang lebih tinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang layak),
memperlakukan sesama secara adil (adil dalam pengertian tidak berat sebelah, jujur, tidak
berpihak dan memperlakukan orang secara sama) dan beradab (beradab dalam arti
mengetahui tata krama, sopan santun dalam kehidupan dan pergaulan) dimana manusia
memiliki daya cipta, rasa niat, dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara
manusia dan hewan. Jadi sila kedua ini menghendaki warga Negara untuk menghormati
kedudukan setiap manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap
manusia mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma
sopan santun dalam pergaulan sesama manusia. Butir-butir implementasi sila kedua
adalah sebagai berikut:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia. Butir ini menghendaki bahwa setiap manusia mempunyai martabat,
sehingga tidak boleh melecehkan manusia yang lain, atau meghalangi manusia lain
untuk hidup secara layak, serta menghormati kepunyaan atau milik (harta, sifat, dan
karakter) orang lain serta menjalankan kewajiban atau sesuatu yang harus dilakukan
sesama manusia yaitu menghormati hak manusia lain seperti hidup, rasa aman, dan
hidup layak.
2. Saling mencintai sesama manusia. Kata cinta menghendaki adanya suatu keinginan
yang sangat besar untuk memperoleh sesuatu dan rasa untuk memiliki dan kalau perlu
berkorban untuk mempertahankannya. Oleh sebab itu, baik agama, suku, pendidikan,
ekonomi, politik, sebaran geografi seperti kota dan desa, dan lain-lain, sebagai manusia
Indonesia, kita harus tetap memiliki keinginan untuk mencintai sesama manusia (yaitu
rasa memiliki dan kemauan berkorban untuk sesama manusia sehingga tercipta hidup
rukun dan sejahtera.
3. Mengembangkan sikab tenggang rasa. Tenggang rasa menghendaki adanya usaha dan
kemauan dari setiap manusia Indonesia untuk menghargai dan menghormati perasaan
orang lain. Oleh sebab itu, butir ini menghendaki, setiap manusia Indonesia untuk saling
menghormati perasaan satu sama lain dengan menjaga keseimbangan hak dan
kewajiban. Sebagai contoh selalu memberikan kritik yang membangun dengan cara
yang santun dan berfokus pada permasalahan alih-alih kepada individu.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Semena-mena berarti berwenang-wenang,
berat sebelah dan tidak berimbang. Oleh sebab itu, butir ini menghendaki, perilaku
setiap manusia terhadap orang tidak boleh sewenang-wenang harus menjunjung hak dan
kewajiban. Manusia karena kemampuan dan usahanya sehinga mempunyai kelebihan
dibandingkan yang lain baik dalam kekuasaan, ekonomi atau kekayaan dan status sosial
tidak boleh sewenang-wenang.
Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan yang
harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini antara lain sebagai berikut:
 Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala hak dan kewajiban
asasinya
 Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam sekitar dan
terhadap Tuhan
 Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta, rasa, karsa
dan keyakinan.
Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari hari  yaitu:dapat
diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh lingkungan
hidup yang baik dan sehat; hak setiap orang untuk mendapatkan informasi lingkungan hidup
yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; hak setiap orang untuk
berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuanketentuan
hukum yang berlaku dan sebagainya). Dalam hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh
masyarakat untuk mengamalkan Sila ini, misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi
udara agar udara yang dihirup bisa tetap nyaman; menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan
yang ada di lingkungan sekitar; mengadakan gerakan penghijauan dan sebagainya. Nilai-nilai
Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ternyata mendapat penjabaran dalam Undang-
Undang No. 23 Tahun 1997 di atas, antara lain dalam Pasal 5 ayat (1) sampai ayat (3); Pasal
6 ayat (1) sampai ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1) sampai ayat (2). Dalam Pasal 5 ayat (1)
dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat; dalam ayat (2) dikatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak atas informasi
lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; dalam
ayat (3) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam Pasal 6 ayat (1) dikatakan, bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup dan dalam ayat (2) ditegaskan, bahwa setiap orang yang melakukan usaha
dan/ atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai
pengelolaan lingkungan hidup. Dalam Pasal 7 ayat (1) ditegaskan, bahwa masyarakat
mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan
lingkungan hidup; dalam ayat (2) ditegaskan, bahwa ketentuan pada ayat (1) di atas dilakukan
dengan cara :

1.  Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan;


2.  Menumbuhkembangkan kemampauan dan kepeloporan masyarakat;
3.  Menumbuhkan ketanggap segeraan masya-rakat untuk melakukan pengwasan sosial;
4.  Memberikan saran pendapat
5.  Menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan.
B. Nilai-nilai Sila kemanusian Yang Adil dan Beradab

Nilai kenusiaan yang adil dan beradab, mengandung makna : kesadaran sikap dan
perilaku yang sesuai dengan nilai moral dalam hidup bersama atas tuntutan mutlak hati
nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.

Yang perlu diperhatikan dan merupakan dasar hubungan semua umat manusia dalam
mewujudkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab adalah pengakuan hak asasi manusia.
Manusia harus diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai Tuhan
Yang Maha Esa yang sama derajatnya. Untuk itu perlu dikembangkan juga sikap saling
mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa atau tepo seliro. Oleh karena itu sikap dan
perilaku semena-mena terhadap orang lain merupakan perbuatan yang tidak sejalan dengan
nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.

Dalam sila ke dua terkandung nilai-nilai humanistis, antara lain:

 Pengakuan atas adanya martabat manusia dengan segala hak asasinya yang harus
dihormati oleh siapapun.
 Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia.
 Pengertian manusia beradab yang memiliki daya cipta, rasa, karsa dan iman, sehingga
nyatalah bedanya dengan makhluk lain.
Arti Kemanusiaan yang adil dan beradab
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepo seliro.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung nilai-nilai kemanusiaan
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Penjelasan dari sila ke dua menjadi 10 butir di atas sungguh membuat sedih, karena
didalam praktek kehidupan berbangsa dan bertanah air banyak dicoreng oleh masyarakatnya
sendiri (terutama dikota besar).Biasa dibilang ke-10 butir tersebut hanya butir ke-7 yang masi
eksis itupun dikarenakan adanya kepentingan sesaat (mau pemilu, ada bencana, perayaan
ketatanegaraan maupun agama), sedang butir lainnya? (dikampung masih ada gotong royong).
Dan patut diingat, ke sepuluh butir ini masih biasa dirasakan prakteknya justru di kota/dusun
yang jauh dengan pusat kota/kekuasaan, dimana masyarakat ‘pinggiran’ yang ‘memilik’
pemikiran sederhana dan apa adanya tanpa mempelajari apa itu Pancasila bisa jadi malah tidak
tahu dan tidak hafal isi Pancasila, apalagi P4.Sedang didalam susunan dari Pancasila, sebagai
urutan ke dua bukan semata asal diatur pada posisi ke dua, karena sekali sila ke dua ini tidak
berjalan dengan baik dan benar maka bisa dibilang sila lainnyapun menjadi tidak bermanfaat
baik sebagai dasar Negara maupun sebagai ideologi apalagi unutuk kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Sejarah sudah mencatat bahwa NKRI/Nusantara berdiri karena kesepakatan, bersama
dari banyak daerah, dan pusat ketatanegaraan maupun pusat kekuasaan menjadi fondasi
pertama untuk kelangsungan NKRI, dan sekali pusat ketatanegaraan/pusat kekuasaan
melupakan hakekat Pancasila, tidaklah heran hilang propinsi dan pulau, apapun alasannya,
karena pengalamannya dari sila ke dua tidak benar-benar “mau” dijalankan, karena demi
kepentingan sesaat.
Kembali masyarakat kecilpun jauh dari perkotaan dan pusat kekuasaan hanya bisa
heran dan malah kagum NKRI bisa berubah menjadi besar dalam hal banyak propinsi dan
menjadi kecil dalam hal luas dan wilayahnya.Inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab
adalah landasan manusia. Maka konsekuensinya dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara
antara lain hakikat Negara, bentuk Negara, tujuan Negara, kekuasaan Negara, moral Negara,
dan para penyelenggara Negara, dan lain-lainnya harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat
manusia. Hal ini dapat dipahami karena Negara adalah lembaga masyarkat yang terdiri atas
manusia-manusia, dibentuk oleh anusia untuk memanusia dan mempunyai satu tujuan bersama
untuk Manusia pula.
Maka segala aspek penyelenggaran Negara harus sesuai dengan hakikat dan sifat-sifat
manusia Indonesia yang monopluralis, terutama dalam pengertian yang lebih sentral
pendukung pokok Negara berdasarkan sifat kodrat manusia monodualis yaitu manusia sebagai
individu dan makhluk sosial.Oleh karena itu dalam kaitannya dengan hakikat Negara harus
sesuai dengan hakikat sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial. Maka bentuk dan sifat Negara Indonesia bukanlah Negara individualis yang hanya
menekankan sifat makhluk individu, namun juga bukan Negara kelass yang hanya
menekankan sifat makhluk sosial, yang berarti manusia hanya berarti bila ia dalam masyarakat
secara keseluruhan.
Maka sifat dan hakikat Negara Indonesia adalah monodualis yaitu baik sifat kodrat
individu maupun makhluk sosial secara serasi, harmonis, dan seimbang. Selain itu hakikat dan
sifat Negara Indonesia bukan hanya menekankan segi kerja jasmani belaka, atau juga bukan
hanya menekankan segi rokhaninya saja, namun sifat Negara harus sesuai dengan kedua sifat
tersebut yaitu baik kerja jasmani maupun kejiwaan secara serasi dan seimbang, karena dalam
praktek pelaksanaannya hakikat dan sifat Negara harus sesuai dengan hakikat kedudukan
kodrat manusia sebagai makhluk berdiri sendiri dan makhluk tuhan.
 

 
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab adalah berwujudan nilai kemanusiaan
sebagai makhluk yang berbudaya, bermoral dan beragama, dalam kehidupan kenegaraan,
kita harus senantiasa dilandasi moral kemanusiaan, misalnya dalam kehidupan pemerintah
Negara, politik, ekonomi, hokum, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta dalam
kehidupan bersama dalam Negara harus dijiwai oleh moral kemanusiaan untuk saling
menghargai meskipun terhadap perbedaan.

2. Saran

Kita sebagai manusia harus menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai
akan kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status, sosial,
maupun agama, kita juga harus mengembangkan sikap saling mencintai, menghargai,
menghormati, tenggang rasa, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
 

KATA PENUTUP

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.

Terima Kasih pada semua pihak yang membantu. Teman-teman, Bapak Frinov
Feldikobhar,SE.MM selaku dosen pendidikan pancasila yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini juga sumber-sumber yang telah membantu penulis dalam
melengkapi materi makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai