Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI PANCASILA SILA KEDUA

Oleh :
1.Rini Sulistiyani (11401241016)
2.Tri Desti (11401241017)
3.Asriati Dwi N.S. (11401241018)
4.Sekar Arum Kurniati (11401241019)
5.Fitri Wulandari (11401241020)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allas SWT atas limpahan rahmat, hidayah
serta karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan lancar dan tepat pada
waktunya dengan judul Perkembangan Faham Konstitusionalisme.
Makalah ini dibuat untuk memenihi tugas semester 2 pada mata kuliah Pendidikan
Pancasila Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta. Penyusun menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak, penulisan karya tulis ilmiah ini tidak dapat segera diselesaikan.
Oleh Karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.Sunarso,M.SIT dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila, Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Semua pihak-pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu atas bantuan yang
diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk penyelesaian makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak serta sebagai insan biasa, penyusun menyadari atas kekurangan
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Kritik dan saran yang sifatnya membangun selalu
penyusun harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi diri
penyusun dan pembaca pada umumnya.



Yogyakarta, 19 Maret 2012


Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Sampul . i
Kata Pengantar ii
DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN .. 1
1.1 Latar Belakang Masalah . 1
1.2 Rumusan Masalah .. 2

BAB II. PEMBAHASAN 3
2.1Arti Pancasila.. 3
2.1.1 Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.. 3
2.2.2Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.. 4
2.2.ArtidanMaknaSilaKemanusiaan yang AdildanBeradab.. 4
2.3.Butir-butir Pancasila Sila ke-Dua. 5
2.4. Implementasi Sile ke-Dua dalam Kehidupan Masyarakat. 6

BAB III. PENUTUP 10
3.1 Kesimpulan 10

DAFTAR PUSTAKA.. 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara hanya dapat di kemudikan secara terarah dan efisien apabila ada gambaran yang jelas
tentang hakikat, tujuan dan susunannya. Dalam proses penyusunan Undang-undang Dasar negara
harus senantiasa berlandaskan pada suatu konsepsi dasar yang jelas tentang negara dan
tujuannya. Dengan kata lain realisasi pembentukan negara beserta konstitusinya harus
berlandaskan pada ideologi negara yaitu Pancasila.
Pancasila adalah falsafah atau pandangan hidup, jiwa dan kepribadian serta tujuan hidup bangsa
Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila mempunyai nilai-nilai yang dijadikan
dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, selain itu nilai-nilai Pancasila telah
memberikan ciri-ciri (identitas) bangsa yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain
dalam bersikap, bertingkah laku secara perorangaan maupun secara kemasyarakatan.
Pancasila sebagai filsafat negara indonesia memiliki visi dasar yang bersumber pada hakikat
manusia. Visi dasar inilah yang memberi visi dan arah bagi seluruh kehidupan kemasyarakatan
dan kenegaraan Indonesia. Sifat dasar filsafat Pancasila bersumber pada hakikat kodrat manusia
karena pada hakikatnya manusia adalah sebagai pendukung pokok negara. Inti kemanusiaan itu
terkandung dalam sila kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Dalam sila ke-dua mengandung nilai yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-
hari. Hal itu karena seorang manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari tidak lepas dari
manusia lain. Sehingga sila ke-dua tersebut mampu memberikan dasar kepada kita sebagai
manusia agar senantiasa memanusiakan orang lain dalam kehidupan. Selain itu, dalam sila ke-
dua juga terdapat nilai keadilan dimana menuntut kita sebagai manusia yang tidak dapat lepas
dari manusia lainnya harus menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi keadilan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sila ke-dua tersebut terdapat butiran-butiran yang dapat menjelaskan lebih rinci apa yang ada di
dalam Pancasila sila ke-dua tersebut. Dengan adanya butiran-butiran sila ke-dua tersebut
diharapkan manusia atau lebih tepatnya bangsa Indonesia dapat memahami dam mengamalkan
apa yang ada dalam sila ke-dua tersebut. Sehingga bangsa Indonesia senantiasa berdasar kepada
kemanusiaan yang adil dan beradap dalam bermasyarakat.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pancasila itu ?
2. Apa arti dan makna sila kemanusiaan yang Adil dan Beradab ?
3. Apa saja butir-butir Pancasila sila ke-dua tersebut ?
4. Apa implementasi Pancasila dari sila ke-dua dalam kehidupan bermasyarakat ?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arti Pancasila
Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila Pancasila sebagaimana yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alinea IV yang telah ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945[1]. Pada hakikatnya pengertian Pancasila dapat dikembalikan kepada dua
pengertian, yakni Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan Pancasila sebagai
dasar negara Republik Indonesia.
2.1.1 Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Pancasila dalam pengertian ini sering disebut juga way of life, Weltanschauung,
Wereldberschouwing, Wereld en Levens beschouwing (pandangan dunia, pandangan hidup,
pegangan hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup). Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai
petunjuk hidup sehari-hari. Dengan kata lain digunakan sebagai pancaran dari sila pancasila
karena Pancasila sebagai Weltanschauung merupakan kesatuan, tidak bisa dipisah-pisahkan;
keseluruhan sila dalam pancasila merupakan satu kesatuan organis. Pancasila sebagai norma
fundamental sehingga berfungsi sebagai cita-cita atau ide. Semestinya ia selalu diusahakan untuk
dicapai oleh tiap manusia Indonesia sehingga cita-cita itu bisa terwujud menjadi kenyataan.
Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa pancasila sebagai pegangan hidup yang merupakan
pandangan hidup bangsa, penjelmaan falsafah hidup bangsa, dalam pelaksanaan hidup sehari-
hari tidak boleh bertentangan dengan norma-norma agama, norma-norma kesusilaan, norma-
norma sopan santun, dan tidak bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku.


2.1.2 Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara atau mengatur
penyelenggaraan negara. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara sesuai dengan bunyi
pembukaan UUD 1945, yang menyatakan: maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu UUD Negara Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan negara
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada. Pancasila mempunyai
kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum bangsa Indonesia. Fungsi pokok
Pancasila adalah sebagai dasar negara, sesuai dengan pembukaan UUD 1945, sebagai sumber
dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum, sebagaimana tertuang dalam
Ketetapan MPRS No.XX/-MPRS/1966. Pengertian demikian adalah pengertian Pancasila yang
bersifat yuridis ketatanegaraan.[2]
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang dibentuk oleh para pendiri bangsa Indonesia.
Sebagai dasar negara, Pancasila mengandung nilai-nilai yang sejatinya sudah ada dalam bangsa
Indonesia sendiri. Sehingga Pancasila mampu menjadi wadah bagi masyarakat Indonesia yang
beragam. Pancasila sebagai dasar negara tidak dapat dirubah ke dalam bentuk suatu apapun. Mau
tidak mau, Pancasila adalah dasar negara yang mempunyai kedudukan istimewa dalam hidup
kenegaraan dan dan hukum bangsa Indonesia.

2.2 Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Menurut perumusan Dewan Perancang Nasional, perikemanusiaan adalah daya serta karya budi
dan hati nurani manusia untuk membangun dan membentuk kesatuan diantara manusia
sesamanya, tidak terbatas pada manusia-sesamanya yang terdekat saja, melainkan juga seluruh
umat manusia.[3] Sedangkan menurut Bung Karno istilah perikemanusiaan adalah hasil dari
pertumbuhan rohani, kebudayaan, hasil pertumbuhan dari alam tingkat rena ke taraf yang lebih
tinggi.[4]
Pokok pikiran dari sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab :
1. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. Maksudnya,
kemanusiaan itu universal.
2. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Menghargai hak setiap
warga dan menolak rasialisme.
3. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah.[5]
Hakikat manusia memiliki unsur-unsur yang diantaranya adalah susunan kodrat manusia (yang
terdiri atas raga dan jiwa), sifat kodrat manusia (yang terdiri atas makhluk social dan individu),
kedudukan kodrat manusia (yang terdiri atas makhluk berdiri sendiri dan makhluk Tuhan).[6].

2.3 Butir-butir Pancasila Sila ke-Dua
Sila ke-dua Pancasila ini mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui adanya
manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia yang memiliki kedudukan, dan derajat
yang lebih tiinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang layak), memperlakukan
manusia secara adil dan beradab di mana manusia memiliki daya cipta, rasa, karsa, niat dan
keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan.
Jadi sila kedua ini menghendaki warga Negara untuk menghormati kedudukan setiap manusia
dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap manusia berhak mempunyai kehidupan
yang layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma sopan santun dalam pergaulan sesama
manusia. Butir-butir sila ke-dua adalah sebagai berikut:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu perlu
mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.[7]
Makna dari sila ini diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa menghormati harkat
dan martabat oranglain sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Dengan sikap ini diharapkan
dapat menyadarkan bahwa dirinya merupakan makhluk sosial yang mempunyai hak dan
kewajiban yang sama.
Atas dasar sikap perikemanusiaan ini, maka bangsa Indonesia menghormati hak hidup bangsa
lain menurut aspirasinya masing-masing. Dan menolak segala bentuk penjajahan di muka bumi
ini. Hal itu dikarenakan berlawanan dengan nilai perikemanusiaan.[8]
2.4 Implementasi Sile ke-Dua dalam Kehidupan Masyarakat
Sesuai dengan butir-butir sila ke-dua yang telah diuraikan pada pembahasan diatas, sila
perikemanusiaan ini memiliki makna yang sangat berarti sebagai landasan kehidupan manusia.
Sila ini dijadikan sebagai pedoman bertingkah laku dalam masyarakat. Selain itu peri
kemanusiaan adalah naluri manusia yang berkembang sejak lahir. Sama halnya dengan naluri
manusia yang lain, seperti naluri suka berkumpul, naluri berkeluarga, dan lain-lain. Oleh karena
peri kemanusiaan merupakan naluri, maka tidak mungkin manusia menghapuskannya. Dengan
perasaan peri kemanusiaan itulah manusia dapat membentuk masyarakat yang penuh kasih
sayang serta saling menghormati diantara anggota-anggotanya.
Oleh karena itu tepatlah rumusan sila kemanusiaan yang adil dan beradab masuk dalam falsafah
Pancasila. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sila ini membentuk watak bangsa kita
menjadi bangsa yang lemah lembut, sopan santun, tengang rasa, saling mencintai, bergotong
royong dalam kebaikan, dan lain sebagainya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka pengamalannya adalah sebagai berikut:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia. Butir ini menghendaki bahwa setiap manusia mempunyai martabat, sehingga
tidak boleh melecehkan manusia yang lain, atau menghalangi manusia lain untuk hidup
secara layak, serta menghormati kepunyaan atau milik (harta, sifat dan karakter) orang
lain.[9]
2. Saling mencintai sesama manusia. Kata cinta menghendaki adanya suatu keinginan yang
sangat besar untuk memperoleh sesuatu dan rasa untuk memiliki dan kalau perlu
pengorbanan untuk mempertahankannya.[10] Dengan perasaan cinta pula manusia dapat
mempergiat hubungan social seperti kerjasama, gotong royong, dan solidaritas. Dengan
rasa cinta kasih itu pula orang akan berbuat ikhlas, saling membesarkan hati, saling
berlaku setia dan jujur, saling menghargai harkat dan derajat satu sama lain.[11]
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa. Sikap ini menghendaki adanya usaha dan kemauan
dari setiap manusia Indonesia untuk menghargai dan menghormati perasaan orang
lain.[12] Harusnya dalam bertingkah laku baik lisan maupun perbuatan kepada orang
lain, hendaknya diukur dengan diri kita sendiri; bilamana kita tidak senang disakiti
hatinya, maka janganlah kita menyakiti orang lain. Sikap tenggang rasa juga dapat kita
wujudkan dalam toleransi dalam beragama.[13]
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Semena-mena berarti sewenang-wenang, berat
sebelah, dan tidak berimbang. Oleh sebab itu butir ini menghendaki, perilaku setiap
manusia terhadap orang tidak boleh sewenang-wenang, harus menjunjung tinggi hak dan
kewajiban.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Setiap warga Negara harus menjunjung tinggi dan
melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan dengan baik, seperti:
i. Mengakui adanya masyarakat yang bersifat majemuk
ii. Melakukan musyawarah dengan dasar kesadaran dan
kedewasaan untuk menerima kompromi
iii. Melakukan sesuatu dengan pertimbangan moral dan
ketentuan agama
iv. Melakukan sesuatu dengan jujur dan kompetisi yang sehat
v. Memerhatikan kehidupan yang layak antar sesama
vi. Melakukan kerja sama dengan iktikad baik dan tidak
curang[14]
1. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan diartikan gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan sehingga setiap manusia dapat hidup layak, bebas, dan aman. Kegiatan ini
dapat di lakukan seperti kegiatan donor darah, memberikan santunan anak yatim piatu,
orang yang tertimpa musibah dan orang yang tidak mampu.
2. Berani membela kebenaran dan keadilan. Butir ini menghendaki manusia Indonesia
untuk mempunyai hati yang mantap dan percaya diri dalam menegakkan kebenaran dan
keadilan.
3. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu di
kembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain. Butir ini
menganjurkan untuk saling menghormati, sikap saling menghormati ini dapat di lakukan
dengan menghormati kedaulatan suatu bangsa dan menjalin kerja sama yang
menguntungkan.[15]
Selain itu penjelmaan Pancasila ke dalam hukum Negara kita tertuang dalam Undang-
Undang Dasar45 pasal 27 tentang Warga Negara dan Penduduk, pasal 28 A-J tentang HAM,
dan pasal 31 ayat 1 tentang pendidikan.[16]
Sebagai salah satu contoh nyata dari pelanggaran yang pernah terjadi di Indonesia adalah
pada masa kepemimpinan Soeharto, pada saat itu setiap orang atau kelompok yang tidak
sependapat dengan Soeharto akan dibunuh secara diam-diam. Tindakan ini sangat tidak
manusiawi, karena sampai sekarang jasad mereka tidak pernah diketahui dimana dan alasan
mereka dihilangkan nyawanya sangat tidak jelas. Hal yang sangat terlihat jelas adalah
pelanggaran dalam kebebasan berpendapat juga masalah hak hidup yang notaben-nya adalah hak
dasar seorang manusia untuk hidup. Dan pada saat itu Indonesia sudah menganut ideologi
Pancasila, itu berarti pada masa kepemimpinan Soeharto terjadi penyimpangan pada sila kedua
Pancasila.



BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Secara umum Pancasila merupakan hal yang fundamental dalam menentukan kehidupan di
Indonesia, terutama pada sila ke-dua yang mengatur tentang bagaimana cara hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sila ke-dua ini memiliki pengertian sebagai
pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan hidup, pedoman hidup, dan petunjuk hidup.
Pancasila sebagai pegangan hidup yang merupakan pandangan hidup bangsa, penjelmaan
falsafah hidup bangsa, dalam pelaksanaan hidup sehari-hari tidak boleh bertentangan dengan
norma-norma agama, norma-norma kesusilaan, norma-norma sopan santun, dan tidak
bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku. Nilai-nilai budaya yang terkandung
dalam sila ini membentuk watak bangsa kita menjadi bangsa yang lemah lembut, sopan santun,
tengang rasa, saling mencintai, bergotong royong dalam kebaikan, dan lain sebagainya. Untuk
itu, rumusan sila kemanusiaan yang adil dan beradab masuk dalam falsafah Pancasila.
Pada hakikatnya manusia memiliki unsur-unsur yang isinya merupakan susunan kodrat manusia,
sifat kodrat manusia, dan kedudukan kodrat manusia. Sila kedua Pancasila mengandung makna
warga Negara Indonesia mengakui adanya manusia yang bermartabat, memperlakukan manusia
secara adil dan beradab di mana manusia memiliki daya cipta, rasa, dan karsa. Nilai-nilai budaya
yang terkandung dalam sila ini membentuk watak bangsa kita menjadi bangsa yang lemah
lembut, sopan santun, tengang rasa, saling mencintai, bergotong royong dalam kebaikan, dan
lain sebagainya.





DAFTAR PUSTAKA
Atut saksono. (2007). Pancasila Soekarno. Yogyakarta: CV Urna Cipta Media Jaya.
Darji Darmo Diharjo, dkk. (1991). Santiaji Pancasila. Surabaya: Usana Offset Printing.
Herman, dkk. (1986). Panorama Jiwa dan Kepribadian Bangsa PANCASILA. Jakarta: CV
Indrajaya.
Kaelan. (1993). Filsafat Pancasila.Yogyakarta: Paradigma.
Muzayin, (1990). Ideologi Pancasila. Jakarta: Golden Terayon Press.
Notonagoro. . Pancasila Secara Ilmiah Populer.:Bumi Aksara
Rukiyati, dkk. (2008). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.

Soekarno. (1964). Tjamkan Pantjasila. Djakarta: hal 121.

Sri Janti, dkk. (2008). Etika Berwarganegara. Jakarta: Salemba Empat.



[1] Sri Janti, dkk. 2008.Etika Berwarganegara.Salemba Empat: Jakarta.Hal 22
[2] Darji Darmo Diharjo, dkk.1991.Santiaji Pancasila.Surabaya:Usana Offset Printing.hal.16-20.
[3] Atut saksono. 2007. Pancasila Soekarno. Yogyakarta: CV Urna Cipta Media Jaya. Hal 40.
[4] Soekarno. 1964. Tjamkan Pantjasila. Djakarta: hal 121.
[5] Rukiyati, dkk. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press. Hal 67-68.
[6] Drs. Kaelan. 1993. Filsafat Pancasila.Yogyakarta: Paradigma. Hal 104.
[7] Herman, dkk. 1986. Panorama Jiwa dan Kepribadian Bangsa PANCASILA. Jakarta: CV
Indrajaya. Hal 94.
[8] Prof.H.Muzayin, 1990. Ideologi Pancasila. Jakarta: Golden Terayon Press. Hal 38-39.
[9] Sri Janti,dkk. 2008. Etika berwarga Negara. Jakarta: Salemba Empat. Hal 26-28.
[10] Ibid. hal 28.
[11] Prof. H. Muzayin, ibid. hal 40.
[12] Sri Janti,dkk. ibid. hal
[13] Prof. H. Muyazin. ibid. hal 40.
[14] Sri Janti,dkk. ibid. hal
[15] Ibid, Hal 26-28.
[16] Prof. Notonagoro. . Pancasila Secara Ilmiah Populer.:Bumi Aksara. Hal 206.
http://asriatisetya.wordpress.com/2013/02/28/implementasi-pancasila-sila-ke-dua/ 15:07

Anda mungkin juga menyukai