Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Negara hanya dapat dikemudikan secara terarah dan efisien apabila ada
gambaran yang jelas tentang hakikat, tujuan dan susunannya. Dalam proses
penyusunan Undang-undang Dasar negara harus senantiasa berlandaskan pada
suatu konsepsi dasar yang jelas tentang negara dan tujuannya. Dengan kata lain
realisasi pembentukan negara beserta konstitusinya harus berlandaskan pada
ideologi negara, yaitu Pancasila. Pancasila adalah falsafah atau pandangan hidup,
jiwa dan kepribadian serta tujuan hidup bangsa Indonesia. Sebagai pandangan
hidup bangsa, Pancasila mempunyai nilai-nilai yang dijadikan dasar dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, selain itu nilai-nilai Pancasila telah
memberikan ciri-ciri (identitas) bangsa yang membedakan bangsa Indonesia dari
bangsa lain dalam bersikap, bertingkah laku secara perorangaan maupun secara
kemasyarakatan. Pancasila sebagai filsafat negara Indonesia memiliki visi dasar
yang bersumber pada hakikat manusia. Visi dasar inilah yang memberi visi dan
arah bagi seluruh kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan Indonesia. Sifat
dasar filsafat Pancasila bersumber pada hakikat kodrat manusia karena pada
hakikatnya manusia adalah sebagai pendukung pokok negara. Inti kemanusiaan
itu terkandung dalam sila kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Dalam
sila ke-dua mengandung nilai yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia sehari-hari. Hal itu karena seorang manusia dalam melakukan aktifitas
sehari-hari tidak lepas dari manusia lain. Sehingga sila ke-dua tersebut mampu
memberikan dasar kepada kita sebagai manusia agar senantiasa memanusiakan
orang lain dalam kehidupan. Selain itu, dalam sila ke-dua juga terdapat nilai
keadilan di mana menuntut kita sebagai manusia yang tidak dapat lepas dari
manusia lainnya harus menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi keadilan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila ke-dua tersebut terdapat butiran-
butiran yang dapat menjelaskan lebih rinci apa yang ada di dalam Pancasila sila
ke-dua tersebut. Dengan adanya butiran-butiran sila ke-dua tersebut diharapkan

1
manusia atau lebih tepatnya bangsa Indonesia dapat memahami dam
mengamalkan apa yang ada dalam sila ke-dua tersebut. Sehingga bangsa
Indonesia senantiasa berdasar kepada kemanusiaan yang adil dan beradab dalam
kehidupan bermasyarakat.

B.   Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dideskripsikan bahwa rumusan
masalahnyaadalah sebagai berikut ;
1.      Apa pengertian pancasila ?
2.      Bagaimana pancasila sebagai pandangan hidup bangsa indonesia ?
3.      Apa arti dan makna sila kemanusiaan yang adil dan beradab
4.      Apa Butir-butir Pancasila Sila Ke-dua
5.      Apa kaitan uud ’45 dengan pancasila sila ke-2
6.      Apa implementasi sila kedua dalam kehidupan masyarakat

C.   Tujuan dan Manfaat


1.      Mengenal alasan pentingnya keberadaan sila kedua
2.      Mengetahui tujuan pancasila khususnya sila kedua
3.      Penerapan etika global dalam kegiatan sehari-hari

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pancasila

Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila Pancasila
sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alinea IV yang telah
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada hakikatnya pengertian Pancasila
dapat dikembalikan kepada dua pengertian, yakni Pancasila sebagai dasar negara
Republik Indonesia dan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. 1.
Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia Setiap negara di dunia ini
mempunyai dasar negara yang dijadikan landasan dalam menyelenggarakan
pemerintah negara. Seperti Indonesia, Pancasila dijadikan sebagai dasar negara
atau ideologi negara untuk mengatur penyelenggaraan negara. Hal tersebut sesuai
dengan bunyi pembukaan UUD 1945 alenia ke-4 yang berbunyi : “Maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undangundang
Dasar negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan negara...” Dengan
demikian kedudukan Pancasila sebagai dasar negara termaktub secara yuridis
konstitusional dalam pembukaan UUD 1945, yang merupakan cita-cita hukum
dan norma hukum yang menguasai hukum dasar negara Republik Indonesia dan
dituangkan dalam pasal-pasal UUD 1945 dan diatur dalam peraturan
perundangan. Selain bersifat yuridis konstitusional, Pancasila juga bersifat
yuridis ketatanegaraan yang artinya Pancasila sebagai dasar negara, pada
hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum. Artinya segala
peraturan perundangan secara material harus berdasar dan bersumber pada
Pancasila. Apabila ada peraturan (termasuk di dalamnya UUD 1945) yang
bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila, maka sudah sepatutnya peraturan
tersebut dicabut. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila memiliki
sifat objektif-subjektif. Sifat subjektif maksudnya Pancasila merupakan hasil
perenungan dan pemikiran bangsa Indonesia, sedangkan bersifat objektif artinya
nilai Pancasila sesuai dengan kenyataan dan bersifat universal yang diterima oleh
bangsa-bangsa beradab. Oleh karena memiliki nilai objektif-universal dan

3
diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia maka Pancasila selalu
dipertahankan sebagai dasar negara. Jadi berdasarkan uraian tersebut di atas maka
dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara memiliki peranan yang
sangat penting dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga
cita-cita para pendiri bangsa Indonesi dapat terwujud.

2.2 Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Setiap bangsa di dunia yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas
ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup.
Dengan pandangan hidup inilah suatu bangsa akan memandang persoalan yang
dihadapinya sehingga dapat memecahkannya secara tepat. Tanpa memiliki
pandangan hidup, suatu bangsa akan merasa terombang-ambing dalam
menghadapi persoalan yang timbul, baik persoalan masyarakatnya sendiri
maupun persoalan dunia. Pancasila sebagai pandangan hidup sering juga disebut
way of life, pegangan hidup, pedoman hidup, pandangan dunia atau petunjuk
hidup. Walaupun ada banyak istilah mengenai pengertian pandangan hidup tetapi
pada dasarnya memiliki makna yang sama. Lebih lanjut Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa dipergunakan sebagai petunjuk dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat Indonesia baik dari segi sikap maupun perilaku haruslah selalu
dijiwai oleh nilai-nilai luhur Pancasila. Hal ini sangat penting karena dengan
menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari maka tata
kehidupan yang harmonis di antara masyarakat Indonesia dapat terwujud. Untuk
dapat mewujudkan semua itu maka masyarakat Indonesia tidak bisa hidup
sendiri, mereka harus tetap mengadakan hubungan dengan masyarakat lain.
Dengan begitu masing-masing pandangan hidup dapat beradaptasi, artinya
pandangan hidup perorangan atau individu dapat beradaptasi dengan pandangan
hidup kelompok karena pada dasarnya Pancasila mengakui adanya kehidupan
individu maupun kehidupan kelompok. Selain sebagai dasar Negara, Pancasila
juga merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai pendangan hidup
bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar tentang kehidupan yang dicita-
citakan oleh bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan dalam

4
menjalani hidup. Dalam konsepsi dasar itu terkandung gagasan dan pikiran
tentang kehidupan yang dianggap baik dan benar bagi bangsa Indonesia yang
bersifat majemuk. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya
merupakan perwujudan dari nilai-nilai budaya milik bangsa Indonesia sendiri
yang diyakini kebaikan dan kebenarannya. Pancasila digali dari budaya bangsa
sendiri yang sudah ada, tumbuh, dan berkembang berabad-abad lamanya. Oleh
karna itu, Pancasila adalah khas milik bangsa Indonesia sejak keberadaannya
sebagai sebuah bangsa. Pancasila merangkum nilai-nilai yang sama yang
terkandung dalam adat-istiadat, kebudayaan, dan agamaagama yang ada di
Indonesia. Dengan demikian, Pancasila sebagai pandangan hidup mencerminkan
jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa,
Pancasila juga berperan sebagai pedoman dan penuntun dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, ia menjadi sebuah
ukuran/kriteria umum yang diterima dan berlaku untuk semua pihak. Secara
sederhana, ideologi dipahami sebagai gagasan-gagasan dan nilainilai yang
tersusun secara sistematis yang diyakini kebenarannya oleh suatu masyarakat dan
diwujudkan di dalam kehidupan nyata. Nilai-nilai yang tercermin di dalam
pandangan hidup ditempatkan secara sistematis kedalam seluruh aspek kehidupan
yang mencakup aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan
didalam upaya mewujudkan cita-citanya. Jadi, dengan kata lain ideologi berisi
pandangan hidup suatu bangsa yang menyentuh segala segi kehidupan bangsa.
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah
mana tujuan yang ingin dicapainya sangat membutuhkan pandangan hidup.
Dengan pandangan hidup yang jelas, suatu bangsa akan memiliki pegangan dan
pedoman bagaimana mereka memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi,
sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju.
Dengan berpedoman pada pandangan hidup sebagai ideologi, sebuah bangsa akan
membangun diri dan negerinya.

5
2.3 Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang


memiliki potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Kemanusiaan terutama berarti sifat
manusia yang merupakan esensi dan identitas manusia karena martabat
kemanusiaannya (human dignity). Adil terutama mengandung arti bahwa suatu
keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang objektif; jadi, tidak
subjektif apalagi sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata adab yang berarti
budaya. Jadi, beradab berarti berbudaya. Ini mmengandung arti bahwa sikap
hidup, keputusan, dan tindakan selalu berdasarkan nilanilai budaya, terutama
norma sosial dan kesusilaan (moral). Adab terutama mengandung pengertian tata
kesopanan, kesusilaan atau moral. Dengan demikian, bearadab dapat ditafsirkan
sebagai berdasar nilai-nilai kesusilaan atau moralitas khususnya dan kebudayaan
umumnya. Jadi, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kesadaran sikap
dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia
dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya, baik terhadap
diri pribadi, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan. Pada prinsipnya
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah sikap dan perbuatan manusia yang
sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang berbudi, sadar nilai, dan berbudaya.
Sila ke-2 “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” didasari dan dijiwai oleh sila
ke-1 “Ketuhanan Yang Maha Esa”, serta mendasari dan menjiwai sila ke-3, ke-4
dan ke-5. Nilai-nilai sila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” adalah sebagai
dasar dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Di dalam
sila ke II Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab telah tersimpul cita-cita
kemanusiaan yang lengkap, yang memenuhi seluruh hakikat mahkluk manusia.
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah suatu rumusan sifat keluhuran budi
manusia (Indonesia). Dengan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, maka setiap
warga Negara mempunyai kedudukan yang sederajat dan sama terhadap Undang-
Undang Negara, mempunyai hak dan kewajiban yang sama; setiap warga Negara
dijamin haknya serta kebebasannya yang menyangkut hubungan dengan Tuhan,
dengan orang-orang seorang, dengan Negara, dengan masyarakat, dan

6
menyangkut pula kemerdekaan menyatakan pendapat dan mencapai kehidupan
yang layak sesuai dengan hak asasi manusia. Hakikat pengertian di atas sesuai
dengan :
a. Pembukaan UUD 1945 alinea pertama : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan
itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan .”
b. Pasal 27, 28, 29,30,dan 31 UUD 1945.
c. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila, memberikan petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud
pengamalan sila ” Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”.
Menurut perumusan Dewan Perancang Nasional, perikemanusiaan adalah
daya serta karya budi dan hati nurani manusia untuk membangun dan membentuk
kesatuan diantara manusia sesamanya, tidak terbatas pada manusia-sesamanya
yang terdekat saja, melainkan juga seluruh umat manusia. Sedangkan menurut
Bung Karno, istilah perikemanusiaan adalah hasil dari pertumbuhan rohani,
kebudayaan, hasil pertumbuhan dari alam tingkat rena ke taraf yang lebih tinggi.
Pokok pikiran dari sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab :
1. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan.
Maksudnya, kemanusiaan itu universal.
2. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Menghargai
hak setiap warga dan menolak rasialisme.
3. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah. Hakikat manusia
memiliki unsur-unsur yang diantaranya adalah susunan kodrat manusia (yang
terdiri atas raga dan jiwa), sifat kodrat manusia (yang terdiri atas makhluk sosial
dan individu), kedudukan kodrat manusia (yang terdiri atas makhluk berdiri
sendiri dan makhluk Tuhan).
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah kemanusiaan sejati yang
menghormati serta mengembangkan kemerdekaan, martabat dan hak sesama
manusia, memperlakukannya secara adil dan beradab. Ikut berusaha
mencerdaskan masyarakat agar masing-masing warga yang berusaha secara halal
dapat hidup layak sebagai manusia dan mengembangkan pribadinya. Unsur

7
kemanusiaan yang hakiki dalam keadilan sosial dalam suatu masyarakat dan
Negara. Yang diatur menurut hukum yang adil dan bermoral (Ketuhanan)
sehingga keadilan dapat diperoleh dengan mudah dan cepat oleh semua tanpa
diskriminasi apapun. Sikap seperti itu diperluas terhadap semua orang dari segala
bangsa.

2.4 Butir-butir Pancasila Sila Ke-dua

Sila ke-dua Pancasila ini mengandung makna warga Negara Indonesia


mengakui adanya manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia yang
memiliki kedudukan, dan derajat yang lebih tinggi dan harus dipertahankan
dengan kehidupan yang layak), memperlakukan manusia secara adil dan beradab
di mana manusia memiliki daya cipta, rasa, karsa, niat dan keinginan sehingga
jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan. Jadi sila ke-dua ini
menghendaki warga Negara untuk menghormati kedudukan setiap manusia
dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap manusia berhak
mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma
sopan santun dalam pergaulan sesama manusia. Butir-butir sila ke-dua adalah
sebagai berikut:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar sesama
manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu perlu
mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Makna dari sila ini diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa
menghormati harkat dan martabat oranglain sebagai pribadi dan anggota
masyarakat. Dengan sikap ini diharapkan dapat menyadarkan bahwa dirinya

8
merupakan makhluk sosial yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Atas
dasar sikap perikemanusiaan ini, maka bangsa Indonesia menghormati hak hidup
bangsa lain menurut aspirasinya masing-masing. Dan menolak segala bentuk
penjajahan di muka bumi ini. Hal itu dikarenakan berlawanan dengan nilai
perikemanusiaan.
2.5 Kaitan UUD ’45 dengan Pancasila sila ke-2
Sila ke-2 “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” didasari dan dijiwai oleh
sila ke-1 “Ketuhanan Yang Maha Esa”, serta mendasari dan menjiwai sila ke-3,
ke-4 dan ke-5. Nilainilai sila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” adalah
sebagai dasar dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.
UUD ‟45 berbunyi: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Undang-undang
tersebut sangat berkaitan erat dengan Pancasila sila ke – 2 “Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab”. Alm Bung Karno membuat Pancasila sila ke -2 tersebut
karena beliau tidak menginginkan lagi adanya penjajahan atau kekerasan di
dalam Negara kita Republik Indonesia. Oleh karena Pancasila tercantum dalam
UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi peraturan dasar tersebut yang
berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah
sebagai pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden
dan peraturanperaturan pelaksanaan lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan
pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan
Pancasila (dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh menyimpang dari jiwa
Pancasila.
2.6       Etika Global: Sebuah Nilai Dasar Kehidupan Bersama
Konteks saat ini, sebenarnya menunjukkan bahwa kita sedang berada pada
sebuah keprihatinan dunia yang semakin tidak menentu arahnya. Dunia yang
semakin tidak bersahabat, tidak damai, dan seolah-olah tidak menghargai
kemanusiaan, dunia yang diwarnai dengan pergolakan, konflik dan pertumpahan

9
darah. Anehnya agama kemudian dijadikan alat, ditunggangi atau bahkan ikut
melegitimasi kekacauan, konflik dan perang. Agama, dalam konteks ini
digunakan sebagai alasan pembenaran bagi tindakan melawan kemanusiaan.

Kalau dicermati secara saksama, fenomena keagamaan yang kita alami


banyak memberikan kesan paradoksal, tidak saja di Indonesia tapi juga pada skala
makro. Setiap agama besar dunia, terutama aspek esoteriknya menawarkan jalan
moral-spiritual yang sangat sejuk, indah, hidup damai dan intim dengan Dia Yang
Maha Abadi yang selalu didambakan oleh orang beriman. Namun, ketika agama
menjelma menjadi sebuah institusi sosial (secara historis memang tidak bisa
dihindari), maka masuklah berbagai muatan kepentingan dan media penyaluran
keluh-kesah pemeluknya yang merasa kalah dan terancam dalam persaingan
hidup. Agama yang awalnya diyakini sebagai wahyu Tuhan yang transhistoris,
kemudian berkembang menjadi sebuah realitas sosial-historis sebagai sebuah
ideologi. Namun perlu dicatat bahwa watak ideologi cenderung berfikir hitam-
putih, komunalistik, emosional dan selalu mengasumsikan adanya musuh bersama
yang datang dari luar. Tanpa musuh bersama, ideologi akan melemah.
Di sinilah permasalahannya, bahwa ketika agama telah menjadi sebuah
ideologi maka akan selalu terlibat dalam persaingan perebutan kekuasaan dan
ekonomi, bersaing dengan ideologi lain. Akibatnya, wajah agama-agama yang
semula dipandang ramah dan sejuk bisa berubah menjadi galak, menakutkan dan
penuh retorika yang mengandung intrik serta ancaman bagi kelomok yang lain.
Karena sikap keberagamaan yang selalu mendua ini, maka logis jika muncul
penilaian bahwa setiap agama sejak kemunculannya telah membawa potensi cacat
bawaan. Dengan wajah seperti ini, maka agama sering ditunggangi, dan dijadikan
alasan pembenaran tindakan melawan kemanusiaan. Dalam situasi dunia yang
mengalami krisis fundamental, krisis ekonomi, ekologi dan politik yang terjadi
secara global seperti inilah, “Etika Global” itu dirumuskan, oleh parlemen agama-
agama sedunia.
Etika global kemudian dirujuk sebagai dasar bersama agama-agama dalam
menyatukan paradigma, komitmen, rencana dan aksi sebagai langkah awal
penyelesaian pergolakan dunia. Sebagai dasar bersama, maka etika global
merupakan akumulasi dari nilai-nilai, kriteria utama dan sifat-sifat dasar yang ada
pada semua agama. Karena itu, etika global bukan merupakan sebuah kekhususan
dari satu agama tertentu. Dia adalah nilai bersama, yang bertujuan untuk
kemanusiaan. Menurut Hans Kung, formula dari etika global adalah kemanusiaan
sejati. Dalam hal ini, ada penghargaan yang sama kepada dua jenis makhluk yang
dilabelkan sebagai perempuan dan laki-laki itu. Keduanya harus mempunyai

10
kesempatan yang sama dalam segala bidang. Sebuah budaya tanpa kekerasan,
dengan komitmen solidaritas dan toleransi yang tinggi.
Sebagai sebuah nilai, yang dirumuskan dari setiap agama untuk
menanggulangi permasalahan global, tentunya nilai ini cukup memadai.
Permasalahannya, adalah bagaimana kita mampu mengkomunikasikan nilai-nilai
tersebut dalam komunitas yang lokal. Komunitas lokal tentunya masih
mempunyai perspektif tentang wujud dan pengalaman keagamaan yang pada
dasarnya bersifat metafisis dan individual serat sulit diukur secara kuantitatif.
Agama sanggup melahirkan kohesi sosial dan gerakan politik yang bisa
membangkitkan kekuatan revolusioner dengan pada pendukungnya yang sangat
militan. Sementara itu retorika agama yang selalu mengajarkan kedamaian tetap
bergaung, mungkin dalam wujud etika global, namun pada level praksis juga
muncul banyak peperangan yang terjadi karena motif keagamaan, terutama ketika
sentimen agama bergandengan dengan sentimen kelas maupun kelompok sosial.
Dalam konteks seperti ini, etika global harus terus di dialogkan, sebab
nilai kemanusiaan, sifat pemaaf, toleran dan kasih sayang dengan sesama manusia
yang ditawarkan, sebenarnya mampu mendorong sebuah dinamika perubahan
sosial, termasuk perubahan paradigma agama-agama. Etika global hadir dalam
rangka memperjuangkan martabat manusia, yang selama ini martabat manusia itu
dikorbankan untuk institusi agama. Permasalahannya, gerakan ideologi cenderung
memunculkan sikap militan yang ada kalanya destruktif dan menggeser akal sehat
ketika menghadapi kelompok yang berbeda, bahkan gerakan keagamaan dalam
realitasn ya sering menafikan nilai-nilai etika global. Karena itu, dialog antar dan
antara agama harus tetap ada dalam proses yang menjadi.

11
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.   Sila kedua Pancasila mengandung nilai dan makna yaitu dalam kehidupan
kenegaraan haruslah oleh moral kemanusiaan, saling menghargai dan adil.
2.   Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia sehingga dijadikan
pedoman hidup bangsa beserta sila-silanya.
3.   Implementasi dari sila kedua lebih mengutamakan pada rasa saling
menghargai, tenggang rasa dan keadilan terhadap manusia.

B.     Saran
Melihat esensi dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab, maka penting
bagi setiap bangsa Indonesia untuk selalu menjunjung tinggi sila kedua Pancasila.
Dengan demikian, maka akan mampu menjadi negara yang bermartabat dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, serta hak dan kewajiban sebagai warga
negara.

Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua. Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan makalah
selanjutnya, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran dari pembaca agar
makalah kami lebih sempurna.

12
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, Andhika. 2011. https://hmjisp.wordpress.com/2011/06/29/penjelasan-
sila-ke-2-kemanusiaan-yang-adil-dan-beradab/. Diakses pada tanggal 24
Oktober 2016.
https://dunginong.wordpress.com/2011/10/31/pengertian-sila-kedua-kemanusiaan-
yang-adil-dan-beradab/. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2016.
http://www.pusakaindonesia.org/makna-lima-sila-yang-terkandung-dalam-
pancasila/. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2016.
http://klikbbm.blogspot.com/2013/05/pengertian-etika-global.html. Diakses pada
tanggal 24 Oktober 2016. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2016.
https://ellykudubun.wordpress.com/2012/06/17/etika-global-sebuah-nilai-dasar-
kehidupan-bersama/. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2016.
http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/2002-October/000405.html.
Diakses pada tanggal 24 Oktober 2016.

13

Anda mungkin juga menyukai