Anda di halaman 1dari 46

MATERI 2 : PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA

A. Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar
tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai
tantangan dalam menjalani hidup. Dalam konsepsi dasar itu terkandung gagasan dan
pikiran tentang kehidupan yang dianggap baik dan benar bagi bangsa Indonesia yang
bersifat majemuk. Dengan demikian sebagai Pandangan Hidup Bangsa, Pancasila
berfungsi sebagai pedoman atau petunjuk dalam kehidupan sehari-hari. Ini berati,
Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan petunjuk arah semua kegiatan atau
aktivitas hidup dan kehidupan di segala bidang. Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa sebenarnya merupakan perwujudan dari nilai-nilai budaya milik bangsa Indonesia
sendiri yang diyakini kebaikan dan kebenarannya. Pancasila digali dari budaya bangsa
sendiri yang sudah ada, tumbuh, dan berkembang berabad-abad lamanya. Oleh karena
itu, Pancasila adalah khas milik bangsa Indonesia sejak keberadaannya sebagai sebuah
bangsa. Pancasila merangkum nilai-nilai yang sama yang terkandung dalam adat-istiadat,
kebudayaan, dan agama-agama yang ada di Indonesia. Ini berarti, Pancasila sebagai
pandangan hidup mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Sebagai
pandangan hidup bangsa, Pancasila juga berperan sebagai pedoman dan penuntun dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, nilai-nilai
Pancasila menjadi sebuah ukuran/kriteria umum yang diterima dan berlaku untuk semua
pihak. Secara sederhana, ideologi dipahami sebagai gagasan-gagasan dan nilai-nilai yang
tersusun secara sistematis yang diyakini kebenarannya oleh suatu masyarakat dan
diwujudkan di dalam kehidupan nyata. Nilai-nilai yang tercermin di dalam pandangan
hidup ditempatkan secara sistematis kedalam seluruh aspek kehidupan yang mencakup
aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan didalam upaya
mewujudkan cita-citanya. Jadi, dengan kata lain ideologi berisi pandangan hidup suatu
bangsa yang menyentuh segala segi kehidupan bangsa. Setiap bangsa yang ingin berdiri
kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat
membutuhkan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup yang jelas, suatu bangsa akan
memiliki pegangan dan pedoman bagaimana memecahkan masalah-masalah politik,
ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang

makin maju dinamis. Dengan berpedoman pada pandangan hidup sebagai ideologi,
sebuah bangsa akan membangun diri dan negerinya.
Dalam proses penjabaran dalam kehidupan modren antara pandangan hidup
masyarakat dengan pandangan hidup bangsa memiliki hubungan yang bersifat timbal
balik. Pandangan hidup bangsa diproyeksikan kembali kepada pandangan hidup
masyarakat serta tercermin dalam sikap hidup pribadi warganya. Dengan demikian dalam
negara Pancasila pandangan hidup masyarakat tercermin dalam kehidupan negara yaitu
pemerintah terikat oleh kewajiban konstitusional, yaitu kewajiban Pemerintah dan lain-
lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur (Darmodihardjo, 1996: 35)
Dalam Alinea ke IV Pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa upaya pencapaian
tujuan Negara harus didasarkan Pancasila sebagai dasar Negara. Ini menunjukkan bahwa
Pancasila merupakan cita hukum (Rechtsidee) bagi bangsa Indonesia yang harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Cita hukum
ini dijadikan dasar bagaimana bangsa Indonesia memandang segala persoalan yang
dihadapinya, bagaimana mendudukkan manusia dalam hubungan dengan pemerintahan
dan negaranya, bagaimana mengatur kekuasaan dan kedaulatan dalam kegiatan
pemerintahan dan negara, bagaimana lembaga-lembaga kenegaraan diadakan dan diatur
tatakerjanya, dan sebagainya.
Pancasila memenuhi syarat sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, karena:

1. nilai-nilai Pancasila adalah merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya bangsa


Indonesia, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad kepada bangsa
Indonesia untuk mewujudkannya;
2. sebagai kristalisasi nilai, Pancasila mampu menampung keadaan pluralistik yang
dialami oleh bangsa Indonesia, ditinjau dari keanekaragaman agama, suku bangsa,
adat budaya, ras, golongan dan sebagainya. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa,
menjamin kebebasan bagi warganegara untuk beribadah sesuai dengan agama dan
keyakinannya. Sementara itu sila ketiga persatuan Indonesia, mengikat
keanekaragaman tersebut di atas dalam suatu kesatuan bangsa dengan tetap
menghormati sifat masing-masing seperti apa adanya;
3. Pancasila memberikan jaminan terealisasinya kehidupan yang pluralistik, dengan
menjunjung tinggi dan menghargai manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan secara berkeadilan, disesuaikan dengan kemampuan dan
hasil usahanya. Hal ini ditunjukkan oleh sila kedua yaitu Kemanusiaan yang adil dan
beradab;
4. dengan terwadahinya kehidupan bangsa yang pluralistik maka pengamalan Pancasila
akan mampu menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang terdiri atas ribuan pulau. Sila ketiga
Persatuan Indonesia memberikan jaminan bersatunya bangsa Indonesia;
5. Pancasila memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan hak asasi manusia
sesuai dengan budaya bangsa. Hal ini dijamin oleh sila keempat Pancasila yakni
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan;
6. Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera. Sila kelima
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan acuan dalam mencapai
tujuan tersebut.
Dengan demikian sebagai pandangan hidup, nilai lima sila Pancasila memberi arah
dan sebagai patokan bagi bangsa Indonesia dalam berperilaku, bersikap dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa. Pada bagian lain, haluan kebangsaan-kenegaraan menurut
alam Pancasila (Yudi Latif, 2012: 42) dapat dilukiskan sebagai berikut:
1. menurut alam pemikiran Pancasila, nilai Ketuhanan (religiositas) sebagai sumber
etika dan spritualitas dianggap penting sebagai fundamen etik kehidupan bernegara.
Dalam kaitan ini, Indonesia bukanlah negara sekuler yang ekstrem, yang
memisahkan agama dan negara dan berpretensi untuk menyudutkan peran agama
keruang privat/komunitas. Negara menurut alam Pancasila bahkan diharapkan dapat
melindungi dan mengembangkan kehidupan beragama, sementara agama diharapkan
bisa memainkan peran publik yang berkaitan dengan penguatan etika sosial;
2. menurut alam pemikiran Pancasila, nilai kemanusian universal yang bersumber dari
Tuhan, hukum alam, dan sifat-sifat sosial manusia dianggap penting sebagai
fundamen etika-politik kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia. Prinsip
kebangsaan yang luas mengarah pada persaudaraan dunia itu dikembangkan melalui
jalan eksternalisasi dan internalisasi;
3. menurut alam pemikiran Pancasila, aktualisasi nilai-nilai etis kemanusiaan itu
terlebih dahulu harus mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan kebangsaan yang
lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh. Dengan demikian,
Indonesia memiliki prinsip dan visi kebangsaan yang kuat, yang bukan saja dapat
mempertemukan kemajemukan masyarakat dalam kebauran komunitas politik
bersama, tetapi juga mampu memberi kemungkinan bagi keragaman kounitas untuk
tidak tercabut dari akar tradisi dan kesejarahannya masing-masing;
4. menurut alam pemikiran Pancasila, nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai
serta cita- cita kebangsaan itu dalam aktualisasinya harus menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat dalam semangat permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan. Dalam visi demokrasi permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan;
5. menurut alam pemikiran Pancasila, nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita
kebangsaan, serta demokrasi permusyawaratan itu memperoleh kepenuhan artinya
sejauh dapat mewujudkan keadilan sosial.

B. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


1. Arti Pandangan Hidup Suatu Bangsa
Sejak tanggal 28 oktober 1928 kita telah menjadi satu bangsa, artinya satu
kesatuan dari berbagai ragam latar belakang sosial budaya, agama dan keturunan
yang bertekad
untuk membangun tatanan hidup berbagsa dan bernegara. Setiap bangsa
mempunya cita-cita untuk masa depan dan menghadapi masalah bersama dalam
mencapai cita-cita bersama. Cita-cita kita sebagai bangsa Indonesia tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, yakni mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang adil dan
makmur materil dan spirituan berdasarkan pancasila. Seperti halnya keluarga, suatu
bangsa yang bertekad mencapai cita-cita bersama memerlukan suatu pandangan
hidup. Tanpa pandangan hidup, suatu bangsa akan terombang ambing. Dengan
pandangan hidup suatu bangsa dapat secara jelas mengetahui arah yang dicapai.
Dengan pandangan hidup, suatu bangsa akan : dengna mudah memandang persoalan-
persoalan yang dihadapi; dengan mudah mencari pemecahan masalah-masalah yang
dihadapi; memiliki pedoman dan pegangan; dan membangun diirnya.
Dengan uraian diatas jelaslah betapa pentingnya pandangan hidup suatu
bangsa. Pertanyaan berikut yang secara wajar muncul pada diri kita sendiri “ apakah
padangan hidup itu sesungguhnya ?”
Pandangan hidup suatu bangsa adalah :
a) Cita-cita bangsa
b) Pikiran-pikiran yang dalam
c) Gagasan mengenai wujud kehidupan yang lebih baik
Jadi pandangan hidup suatu bangsa adalah intisari(kristalisasi) dari nilai-nilai
yang dimiliki bangsa itu dan diyakini kebenarannya, yang berdasarkan pengalaman
sejarah dan yang telah menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Dalam pandangan hidup terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pemikiran yang dianggap baik. Oleh
karena itu pandangan hidup suatu bangsa merupakan masalah yang sangat asasi bagi
kekokohan dan kelestarian suatu bangsa. Negara republik Indonesia memang
tergolong muda dalam barisan Negara-negara lain di dunia. Tetapi bangsa Indonesia
lahir dari sejarah dan kebudayaaan yang tua, melalui gemilangnya kerajaaan
Sriwijaya, Majapahit dan Mataram.Kemudian mengalamai penderitaan penjajahan
sepanjang tiga setengah abad, sampai akhirnya bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah perjuangan bangsa
Indonesia untuk merebut kembali kemerdekaan nasionalisnya sama tuanya dengan
sejarah penjajahan itu sendiri.
Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang
merupakan hasil antara proses dimasa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita
hidup di masa yang akan datang, yang secara keseluruhan membentuk
kepribadiannya sendiri. Oleh karena itu bangsa Indonesia lahir dengan
kepribadiannya sendiri, yang bersamaan dengan lahirnya bangsa dan Negara itu,
kepribadian itu ditekankan sebagai pandangan hidup dan dasar Negara pancasila.
Bangsa indonesia lahir dengan kekuatan sendiri, maka percaya kepada diri sendiri
juga merupakan salah satu ciri kepribadian bangsa Indonesia. Karena itulah,
pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah melalui
proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa kita sendiri,
dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh bangsa kita
dan gagasan-gagasan besar bangsa kita sendiri.
Karena pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang mengakar dalam
kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar Negara yang mengatur hidup
ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam
rumusan yang agak berbeda, namun dalam tiga buah UUD yang pernah kita
miliki yaitu pembukaan UUD 1945,mukhadimah konstitusi republik Indonesia
serikat dan UUD sementara republik Indonesia tahun 1950 pancasila itu tetap
tercantum di dalamnya.
Pancasila yang selalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional kita,
pancasila selalu menjadi pegangan bersama pada saat terjadi krisis nasional dan
ancaman terhadap eksistensi bangsa kita, merupakan bukti sejarah bahwa pancasila
memang selalu dikehendaki oleh bangsa Indonesiasebagai dasar kerohanian bangsa,
dikehendaki sebagai dasar Negara.
3. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Manusia yang diciptakan tuhan yang maha esa, dikodratkan hidup secara
berkelompok. Kelompok manusia itu akan selalu mengalami perubahan dan
perkembangan. Perkembangan manusia dari yang mengelompok sampai pada suatu
keadaan dimana mereka itu terjalin ikatan hubungan yang kuat dan serasi. Ini adalah
petanda adanya kelompok manusia dengan ciri-ciri kelompok tertentu. Kelompok ini
membesar dan menjadi suku-suku bangsa. Tiap suku bangsa dibedakan oleh
perbedaan nilai-nilai dan moral yang mereka patuhi bersama. Berdasarkan hal ini kita
dapat menyebutkan adanya kelompok suku minangkabau, batak, jawa, flores, sunda,
Madura, dan lain sebagainya. Semua suku itu adalah modal dasar terbentuknya
keasadaran berbangsa dan adanya bangsa Indonesia yang kita miliki adalah bagian
dari bangsa itu sekarang ini.
Kelompok-kelompok manusia tersebut dikatakan suku bangsa, karena
mempunyai tujuan hidup. Tujuan hidup kelompok ini akan membedakan mereka
dengan kelompok suku lainnya di nusantara. Jadi kita kenal dengan pandangan hidup
suku jawa, sunda, batak, Madura, dan lain-lain sebagainya.
Pandangan hidup meruapakan wawasan atau cara pandang mereka untuk
memenuhi kehidupan didunia dan bekal di hari akhir. Bangsa Indonesia yang terdiri
dari suku tersebut, meyakini adanya kehidupan didunia dan di hari akhir.
Berdasarkan hal tersebut kita menemukan persamaan pandangan hidup diantara suku-
suku bangsa di tanah air ini, ialah meyakini mereka adanya dua dunia kehidupan.
Inilah yang menyatukan pandangan hidup bangsa Indonesia, walaupun mereka
terdiri atas berbagai suku yang berbeda. Bangsa Indonesia yang terikat oleh
keyakinan kepada tuhan yang maha kuasa dan kuatnya tradisi sebagai norma dan
nilai kehidupann dalam bermasyarakat adalah tali persamaan pandangan hidup antara
berbagai suku bangsa di nusantara ini. Pandangan hidup kita berbangsa dan bernegara
tersimpul dalam falsafah kita pancasila.
Pancasila memberikan pancaran dan arah untuk setiap orang Indonesia tentang
masa depan yang ditempuhnya. Inilah pandangan hidup bangsa Indonesia
sebagaimana tertuang dalam kelima sila pancasila.
Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini kebenarannya,
kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya ole bangsa Indonesia yang dijadikan
sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dan menimbulkan tekad
yang kuat untuk mengamalkannya dalam kehidupan nyata (Bakry, 1994: 158).
Pancasila sebagai pandangan hidup
berarti nilai-nilai Pancasila melekat dalam kehidupan masarakat dan diadikan
norma dalam bersikap dan bertindak. Ketika Pancasila berfungsi sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia, maka seluruh nilai Pancasila dimanifestasi ke dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Latihan Soal
Pilihlah jawaban dari pertanyaan dibawah ini dengan benar dan tepat!
1. Pancasila sebagai pandangan hidup dan bangsa merupakan...
a. Dasar negara Indonesia
b. Ideologi politik tertentu
c. Prinsip-prinsip ekonomi
d. Kepercayaan agama mayoritas
e. Sistem pemerintahan yang berlaku

2. Pancasila sebagai pandangan hidup dan bangsa mencakup berbagai nilai yang meliputi...
a. Nilai-nilai kapitalisme
b. Nilai-nilai agama tertentu
c. Nilai-nilai keadilan sosial
d. Nilai-nilai kekuasaan mutlak
e. Nilai-nilai individualisme

3. Salah satu sila dalam Pancasila sebagai pandangan hidup dan bangsa adalah...
a. Kekuasaan yang absolut
b. Monopoli ekonomi
c. Ketaatan buta terhadap pemerintah
d. Persatuan Indonesia
e. Pemisahan agama dari kehidupan negara

4. Pancasila sebagai pandangan hidup dan bangsa menganut prinsip keadilan sosial yang
berarti...
a. Kesetaraan ekonomi bagi semua warga negara
b. Pemerataan pendapatan yang mutlak
c. Penghapusan sektor swasta dalam ekonomi
d. Dominasi satu kelompok sosial
e. Eksklusi terhadap kelompok minoritas

5. Pancasila sebagai pandangan hidup dan bangsa menghormati kebebasan beragama


dengan...
a. Memaksakan agama mayoritas kepada semua warga negara
b. Membatasi praktik keagamaan di ruang privat
c. Melarang praktik agama selain mayoritas
d. Memberikan kebebasan beragama tanpa diskriminasi
e. Membatasi hak beragama bagi kelompok minoritas

6. Prinsip gotong royong dalam Pancasila sebagai pandangan hidup dan bangsa
mengandung makna...
a. Kebebasan individu yang mutlak
b. Persaingan tanpa batas dalam kehidupan sosial
c. Ketergantungan individu pada negara
d. Solidaritas dan kerja sama dalam masyarakat
e. Ketidakpedulian terhadap nasib sesama

7. Pancasila sebagai pandangan hidup dan bangsa menekankan pentingnya...


a. Dominasi satu kelompok etnis
b. Pemisahan antara agama dan negara
c. Kesetaraan gender yang mutlak
d. Pendidikan yang eksklusif
e. Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia

8. Implementasi Pancasila sebagai pandangan hidup dan bangsa dapat dilakukan melalui...
a. Kesenjangan sosial yang semakin lebar
b. Pembentukan negara agama
c. Penerapan sistem politik otoriter
d. Pendidikan yang menekankan dominasi kelompok tertentu
e. Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari

9. Pancasila sebagai pandangan hidup dan bangsa mendorong individu untuk...


a. Mengutamakan kepentingan pribadi
b. Menentang keberagaman budaya
c. Menjauhi nilai-nilai keadilan sosial
d. Menghargai perbedaan pendapat dan keyakinan
e. Memisahkan diri dari masyarakat
10. Pancasila sebagai pandangan hidup dan bangsa mengandung prinsip kebhinekaan yang
berarti...
a. Pemaksimalan satu budaya dominan
b. Penghapusan perbedaan budaya dalam masyarakat
c. Penegasan identitas tunggal dalam masyarakat
d. Pengakuan dan penghargaan terhadap keberagaman budaya
e. Pemisahan kelompok sosial berdasarkan agama

Jawablah uraian di bawah ini dengan benar dan tepat!


1. Jelaskan pengertian Pancasila sebagai pandangan hidup dan bangsa, serta berikan contoh
penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
2. Jelaskan mengapa Pancasila sebagai pandangan hidup dan bangsa sangat penting bagi
masyarakat Indonesia dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Jelaskan peran individu dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan
hidup dan bangsa dalam kehidupan sehari-hari.
4. Jelaskan bagaimana Pancasila sebagai pandangan hidup dan bangsa memberikan
landasan yang kuat bagi pembangunan sosial dan ekonomi di Indonesia
5. Jelaskan bagaimana peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan bangsa dalam
menciptakan identitas nasional yang kuat.
MATERI 3 : PANCASILA DI ERA 4.0
A. Era Revolusi Industri 4.0
Proses penanaman nilai-nilai Pancasila pada era Revolusi Industri 4.0 saat ini
salah satunya terletak pada peserta didik yang sudah tidak dapat terlepas dari handphone
dan gadget. Mereka dengan mudah mendapatkan informasi dari luar melalui internet
yang terkadang informasi tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hadirnya
Revolusi Industri 4.0 memberikan suatu tantangan baru dalam pengembangan ideologi
Pancasila, disebabkan Pancasila harus menjalankan fungsinya sebagai ideologi terbuka,
dinamis, dan aktual. Banyak tantangan dalam mempertahankan Pancasila sebagai
ideologi, Pancasila telah membuktikan bahwa Pancasila bukan merupakan milk
golongan tertentu atau representasi suku tertentu. Pancasila itu netral dan akan selalu
hidup pada segala zaman seperti yang telah dilewati pada Revolusi Industri 2.0 dan 3.0
dahulu. Penguatan ideologi Pancasila dengan:
1. Membumikan Pancasila dalam perkembangan Revolusi In-dustri 4.0 dengan cara
meningkatkan pemahaman Pancasila, mengurangi eksklusivisme sosial, mengurangi
kesenjangan sosial, meningkatkan wawasan Pancasila bagi peneleng-garaan negara
seta menjadikan Pancasila sebagai ketela-danan dalam menghadapi Revolusi
Industri 4.0.
2. Penguatan Pancasila dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 adalah dengan
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang unggul sesai dengan nilai-nilai
Pancasila.
3. Mempertahankan eksistensi Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia
Pengamalan Pancasila sebagai way of life, berpadu dengan pe-ngamalan adat-
istiadat, kebudayaan, dan agama. Artinya, tapa petunjuk khusus, atau tapa melalui
penjabaran ke dalam norma tersendiri, pengamalan Pancasila sebagai way of life
berlangsung spontan, seketika, serentak, simultan dengan pengamalan adat-istiadat,
kebudayaan, dan agama. Pancasila memberikan kemudahan, kelapangan, dan fasilitatif
terhadap orang-orang yang ingin menjalankan adat-istiadatnya, kebudayaan, dan aga-
manya. Pancasila bukan agama, dan tidak bisa dibandingkan dengan agama, tetapi siapa
pun yang taat beragama dan dalam menjalankan agamanya kafah, berarti dia telah
mengamalkan Pancasila itu dengan baik dan benar. Sedemikian jauh, luas, dan beragam,
cakupan Pancasila dalam member arah, motivasi, dan energi untuk pencapaian
keberkahan hidup. Puncaknya adalah kebersatuan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Memosisikan Tuhan Yang Maha Esa sebagai tolok ukur kebenaran dan kebaikan akan
menghasilkan kekuatan lahir-batin yang mampu menembus segala dimensi wujud.
Keimanan kepada Allah SWT, merupakan pembuka pintu rezeki. Rezeki dalam skala
luas meliputi segala hal yang memberikan kemanfaatan bag manusia dalam rangka
peningkatan harkat-martabat hidupnya. Orang ber-Pancasila, adalah manusia ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, manusia bera-dab, manusia yang mampu berbuat adil bagi
kehidupan bersama.
Pengamalan dan implementasi nilai-nilai Pancasila hanya dapat terlaksana apabila
ada ketaatan dari penelenggara negara dan warga negara. Ketaatan kenegaraan ini,
menurut Notonagoro (1974), dapat diperinci sebagai berikut:
1. Ketaatan hukum, yang terkandung dalam Pasal 27 (1) UUD 1945, berdasarkan atas
keadilan legal.
2. Ketaatan kesusilaan, berdasarkan atas sila kedua Pancasila, yaitu kemanusiaan yang
adil dan beradab.
3. Ketaatan keagamaan, berdasarkan atas: sila pertama Pan-casila; Pasal 29 (1) UUD
1945; berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dalam alinea ketiga Pembukaan UUD
1945.
4. Ketaatan mutlak atau kodrat, atas dasar bawaan kodrat dari-pada organisasi hidup
bersama dalam bentuk masyarakat, lebih-lebih dalam bentuk negara, organisasi
hidup kesadaran dan berupa segala sesuatu yang dapat menjadi pengalaman
daripada manusia. Baik pengalaman tentang penilaian hidup yang meliputi
lingkungan hidup kebendaan, kerohanian, dan religius; lingkungan hidup sosial-
ekonomis, sosial-politis, dan sosial-kultural.
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Latihan Soal
Pilihlah jawaban dari pertanyaan dibawah ini dengan benar dan tepat!
1. Era 4.0 membawa perubahan signifikan dalam berbagai bidang kehidupan, bagaimana
Pancasila dapat relevan dan diaplikasikan dalam era ini?
a. Pancasila kehilangan relevansinya dalam era 4.0
b. Pancasila hanya berlaku pada era sebelumnya dan tidak berubah
c. Pancasila dapat diaplikasikan melalui penguatan nilai-nilai etika dan moral dalam
teknologi
d. Pancasila harus dihapuskan dan digantikan dengan ideologi baru
e. Pancasila hanya berlaku untuk sektor ekonomi tradisional

2. Era 4.0 ditandai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat.
Bagaimana Pancasila dapat memandu penggunaan teknologi tersebut?
a. Pancasila melarang penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
b. Pancasila mengabaikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
c. Pancasila mendorong penggunaan teknologi informasi dan komunikasi secara
bertanggung jawab
d. Pancasila hanya berlaku untuk teknologi konvensional dan tidak mencakup era 4.0
e. Pancasila tidak memiliki hubungan dengan perkembangan teknologi

3. Salah satu aspek penting dalam era 4.0 adalah konektivitas global yang semakin luas.
Bagaimana Pancasila dapat mendorong kerjasama global yang saling menguntungkan?
a. Pancasila tidak mendukung kerjasama global
b. Pancasila hanya berlaku dalam konteks nasional dan tidak mencakup kerjasama
global
c. Pancasila mengutamakan kepentingan nasional tanpa memperhatikan kerjasama
global
d. Pancasila mendorong kerjasama global berdasarkan saling menguntungkan dan rasa
persaudaraan
e. Pancasila tidak relevan dalam konteks kerjasama global

4. Era 4.0 juga membawa tantangan baru dalam bidang etika dan keamanan digital.
Bagaimana Pancasila dapat memberikan panduan dalam menghadapi tantangan ini?
a. Pancasila tidak memberikan panduan terkait etika dan keamanan digital
b. Pancasila hanya berlaku untuk kehidupan di luar dunia digital
c. Pancasila mendorong praktik etika dan keamanan digital yang bertanggung jawab
d. Pancasila mengabaikan masalah etika dan keamanan dalam era digital
e. Pancasila hanya relevan dalam konteks etika konvensional dan tidak mencakup digital

5. Perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) menjadi tren dalam era 4.0.
Bagaimana Pancasila dapat memandu pengembangan dan pemanfaatan AI secara etis?
a. Pancasila tidak memiliki hubungan dengan pengembangan dan pemanfaatan AI
b. Pancasila hanya berlaku untuk perkembangan teknologi konvensional
c. Pancasila mendorong penggunaan AI tanpa memperhatikan etika
d. Pancasila mengedepankan nilai-nilai etika dalam pengembangan dan pemanfaatan AI
e. Pancasila hanya berlaku untuk perkembangan teknologi di luar bidang AI

6. Era 4.0 juga melibatkan transformasi industri menuju industri 4.0. Bagaimana Pancasila
dapat berperan dalam memastikan keberlanjutan industri yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan?
a. Pancasila tidak relevan dalam konteks industri 4.0
b. Pancasila hanya berlaku untuk industri konvensional dan tidak mencakup era 4.0
c. Pancasila mendorong praktik industri yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
d. Pancasila mengabaikan masalah lingkungan dalam era industri 4.0
e. Pancasila hanya berlaku untuk industri yang tidak terkait dengan teknologi

7. Pentingnya inklusi digital menjadi sorotan dalam era 4.0. Bagaimana Pancasila dapat
memastikan bahwa inklusi digital mencakup seluruh lapisan masyarakat?
a. Pancasila tidak memperhatikan inklusi digital
b. Pancasila hanya berlaku untuk inklusi non-digital
c. Pancasila mendorong inklusi digital yang merata dan berkeadilan sosial
d. Pancasila mengabaikan peran teknologi dalam inklusi masyarakat
e. Pancasila hanya berlaku untuk inklusi digital pada lapisan tertentu

8. Era 4.0 membawa perubahan dalam bidang pekerjaan dan pasar tenaga kerja. Bagaimana
Pancasila dapat memandu dalam menciptakan lapangan kerja yang layak dan
berkelanjutan?
a. Pancasila tidak berkaitan dengan lapangan kerja dan pasar tenaga kerja
b. Pancasila hanya berlaku untuk lapangan kerja konvensional dan tidak mencakup era
4.0
c. Pancasila mendorong penciptaan lapangan kerja yang layak dan berkelanjutan
d. Pancasila mengabaikan masalah ketenagakerjaan dalam era 4.0
e. Pancasila hanya berlaku untuk jenis pekerjaan tertentu dan tidak mencakup era digital

9. Era 4.0 juga mencakup perubahan dalam cara interaksi sosial dan komunikasi.
Bagaimana Pancasila dapat memandu penggunaan media sosial dan teknologi
komunikasi dalam era ini?
a. Pancasila tidak memberikan pedoman terkait penggunaan media sosial dan teknologi
komunikasi
b. Pancasila hanya berlaku untuk interaksi sosial dan komunikasi offline
c. Pancasila mendorong penggunaan media sosial dan teknologi komunikasi secara
bertanggung jawab dan positif
d. Pancasila mengabaikan peran media sosial dan teknologi komunikasi dalam era 4.0
e. Pancasila hanya relevan untuk interaksi sosial dan komunikasi dalam konteks
konvensional

10. Bagaimana relevansi Pancasila dalam era 4.0?


a. Pancasila kehilangan relevansinya dalam era 4.0
b. Pancasila hanya berlaku pada era sebelumnya dan tidak berubah
c. Pancasila dapat diaplikasikan melalui penguatan nilai-nilai etika dan moral dalam
teknologi
d. Pancasila harus dihapuskan dan digantikan dengan ideologi baru
e. Pancasila hanya berlaku untuk sektor ekonomi tradisional

Jawablah uraian di bawah ini dengan benar dan tepat!


1. Jelaskan relevansi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dalam era 4.0, serta
berikan contoh konkrit penerapan nilai-nilai Pancasila dalam konteks teknologi dan
inovasi.
2. Jelaskan bagaimana Pancasila dapat memandu kerjasama global dalam era 4.0 yang
didasarkan pada saling menguntungkan dan persaudaraan.
3. Jelaskan peran Pancasila dalam menghadapi tantangan etika dan keamanan dalam era
4.0, khususnya dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
4. Jelaskan bagaimana Pancasila dapat mengarahkan pembangunan ekonomi yang inklusif
dan berkelanjutan dalam era 4.0.
5. Jelaskan bagaimana Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dapat membentuk
identitas nasional yang kuat dalam era 4.0.
MATERI 4 : PELUANG DAN TANTANGAN PENERAPAN PANCASILA DI
ERA DIGITAL
A. Pengantar
Pancasila bukan sekadar pajangan ataupun hafalan semata. Pancasila, pada saat
sidang BPUPKI, ditempatkan sebagai philosophische grondslag atau weltanschauung.
"Philosophische Grondslag" berasal dari bahasa Belanda yang berarti norma (lag), dasar
(grands), dan yang bersifat ilsafat (philosophische). Selain itu, berasal juga dari bahasa
Jerman, yaitu "Weltanschauung" yang memiliki arti sebagai pandangan mendasar
(anshcauung), dengan dunia (welt). Bahkan, ketika mengajukan penamaan lima dasar
negara merdeka dengan mengusulkan nama Pancasila. Soekarno menegaskan kelima dasar
yang diusulkannya itu bukan sesuatu yang asing bagi bangsa Indonesia karena ia digali
dari tradisi dan budaya bangsa Indonesia.
Namun demikian, praktik berbangsa tidak sepenuhnya sesuai dengan sila-sila
Pancasila. Dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, dapat kita jumpai sejumlah
“pelanggaran” terhadap sila-sila Pancasila. Tak hanya oleh masyarakat umum, di kalangan
peserta didik sendiri, praktik ber-Pancasila tak sepenuhnya dapat dijalankan dengan baik.
Mari kita diskusikan dan releksikan penerapan Pancasila menurut sila-sila Pancasila.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam konteks kehidupan berbangsa, sila pertama ini mereleksikan bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, ia
dapat melaksanakan ajaran-ajaran agamanya secara nyaman dan seksama tanpa
mengalami gangguan. Namun faktanya, tidak semua manusia Indonesia yang
berketuhanan ini dapat melaksanakan ajaran dan ritual agamanya dengan nyaman dan
seksama. Masih kerap terjadi sejumlah persoalan terkait dengan kebebasan
pelaksanaan ajaran agama, seperti soal intoleransi terhadap keyakinan yang berbeda
yang terjadi di kalangan masyarakat.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua ini memberikan pengertian bahwa setiap bangsa Indonesia dijunjung
tinggi, diakui, dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya selaku ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa. Pendek kata, setiap warga negara Indonesia memiliki derajat,
hak, dan kewajiban yang sama. Oleh karena itu, segala tindakan yang melanggar
“kemanusian”, seperti perundungan (bullying), diskriminasi, dan kekerasan antar
sesama tidak dapat dibenarkan. Sila ini juga secara eksplisit menyebut kata “adil dan
beradab” yang berarti bahwa perlakuan terhadap sesama manusia haruslah adil dan
sesuai dengan moral-etis serta adab yang berlaku. Sayangnya, kehidupan berbangsa
kita tidak sepenuhnya dapat menerapkan hal ini. Masih banyak terjadi tindakan-
tindakan yang tidak menghargai harkat dan martabat manusia, seperti perundungan,
diskriminasi, ujaran kebencian, bahkan kekerasan terhadap peserta didik dan guru.
3. Persatuan Indonesia
Sila ketiga ini memberikan syarat mutlak kepada setiap bangsa Indonesia untuk
menjunjung tinggi persatuan. Persatuan di sini bukan bermakna terjadinya
penyeragaman dari keragaman yang ada. Melalui sila ini, kita semua diminta bersatu
padu, kompak tanpa perpecahan untuk bersama-sama memajukan bangsa dan negara
Indonesia. Faktanya, kita masih kerap menjumpai berbagai narasi yang justru kontra-
produktif dengan semangat persatuan: saling menghujat, menghasut, memusuhi, dan
menyerang mereka hanya karena berbeda. Lebih parah lagi, gerakan separatis yang
hendak memisahkan diri dari Indonesia masih tetap eksis hingga kini.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan Dalam konteks berbangsa,
sila ini menegaskan bahwa segala keputusan di lingkungan masyarakat harus
dilakukan dengan penuh hikmat kebijaksanaan melalui mekanisme musyawarah.
Karena itulah, untuk melaksanakan kegiatan/program bersama di masyarakat harus
ditempuh dengan cara musyawarah. Prinsip musyawarah ini menyadarkan kita bahwa
setiap bangsa Indonesia memiliki hak, kedudukan, dan kewajiban yang setara.
Dengan demikian, tidak boleh ada seseorang atau satu kelompok yang merasa paling
otoritatif dan merasa paling benar. Faktanya, kita masih menjumpai sejumlah praktik
kehidupan di masyarakat yang tak sepenuhnya mengedepankan musyawarah, seperti
tidak menghargai pendapat yang berbeda, antikritik.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Keadilan adalah nilai universal yang harus dipraktikkan oleh setiap bangsa Indonesia.
Dalam konteks kehidupan berbangsa, keadilan dapat bermakna bahwa setiap bangsa
Indonesia berada dalam posisi yang setara, baik terkait dengan harkat, martabat,
maupun hak dan kewajibannya. Karena itu, merendahkan orang lain karena, misalnya,
status sosial, jenis kelamin, agama, dan budaya adalah bentuk dari ketidakadilan.
Untuk bersikap adil harus dimulai dari cara pikir yang adil. Sayangnya, ada banyak
ketidakadilan yang terjadi di sekitar kita. Misalnya, diskriminasi dan ketidakadilan
terhadap perempuan: perempuan tidak mendapatkan hak belajar yang setara dengan
laki-laki, perempuan jarang dikasih kesempatan untuk menjadi pemimpin karena
dianggap emosional, upah pekerja perempuan umumnya lebih rendah dibanding laki-
laki, atau dipaksa nikah muda karena ia perempuan. Tentu, masih banyak contoh lain
dari ketidakadilan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat.
B. Ber-Pancasila di Era Media Sosial

Menurut data We Are Social tahun 2019, pengguna media sosial di Indonesia
mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi rakyat Indonesia. Setiap tahunnya
pengguna internet terus mengalami peningkatan yang signiikan.
Sejumlah penelitian juga menyebutkan bahwa media sosial menjadi tempat
penyebaran hoaks yang sangat masif. Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kominfo), hingga 5 Mei 2020, mencatat sebanyak 1.401 konten hoaks dan disinformasi
terkait Covid-19 yang beredar di masyarakat. Riset Dailysocial.id melaporkan bahwa
informasi hoaks paling banyak ditemukan di platform Facebook (82,25%), WhatsApp
(56,55%), dan Instagram (29,48%). Sebagian besar responden (44,19%) yang ditelitinya,
tidak yakin memiliki kepiawaian dalam mendeteksi berita hoaks.
Selain hoaks, media sosial juga digunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian,
pemikiran intoleransi, dan radikalisme. Bahkan, menurut sejumlah lembaga penelitian,
penyebarannya sangat masif.
Di sisi lain, media sosial juga dapat digunakan untuk menyebarkan gagasan dan
program yang baik. Aktivitas mengumpulkan dana melalui media sosial (crowdfunding)
untuk tujuan kebaikan, seperti membantu pengobatan orang yang sakit, memperbaiki
rumah, dan sebagainya juga banyak dilakukan..
Pendek kata, media sosial bak pisau bermata dua. Satu sisi, ia bisa menjadi alat
untuk menebar kebaikan. Namun pada sisi lain, ia juga dapat menjadi alat untuk
melakukan pengrusakan sosial. Kata kuncinya adalah bagaimana penggunaan media
sosial, khususnya oleh peserta didik, dapat diarahkan kepada kebaikan.

C. Borderless Society: Lalu Lintas Manusia, Informasi, dan Ideologi


Tantangan lain pada abad ini adalah semakin kaburnya sekat-sekat geograis suatu
negara. Masyarakat di suatu wilayah atau negara dapat terkoneksi dengan masyarakat lain
di wilayah atau negara yang berbeda. Sekat-sekat geograis tak lagi signiikan akibat
masifnya teknologi informasi. Hal ini membawa dua dampak sekaligus: positif dan
negatif. Dampak positifnya, masyarakat dapat mempromosikan dan mengkampanyekan
ide, gagasan, program dan aktivitas yang baik, serta mengangkat keunikan dan kearifan
tradisi mereka ke khalayak global. Dampak negatifnya, segala yang tidak baik atau tidak
patut dapat pula dengan mudah ditiru oleh masyarakat di belahan dunia yang berbeda.
Pada titik ini, suatu interaksi sosial yang membentuk kepribadian manusia perlu
dimaknai secara lebih luas. Interaksi sosial, tidak selalu bermakna interaksi isik:
bertemunya satu orang dengan orang lain. Sejauh terkoneksi dengan internet, seseorang
dapat berinteraksi dengan orang lain. Situasi ini memberikan peluang dan sekaligus
tantangan dalam upaya penerapan Pancasila. Peluangnya adalah ide, pemikiran, dan tradisi
luhur yang bersumber dari nilai-nilai Pancasila dapat dengan mudah dipromosikan ke
masyarakat dunia. Tantangannya, Pancasila akan dipersandingkan atau bahkan
dibandingkan dengan sejumlah ideologi
D. Pancasila dan Pandemi
Tahun 2020 ditandai dengan munculnya virus Covid-19. Ia tak hanya menjangkiti
satu negara, melainkan menjadi wabah dunia (pandemi). Penyebaran virus ini sangat cepat
dan masif. Sebagai pandemi, tentu penanganan terhadap penyebaran Covid-19 ini tidak
bisa hanya dilakukan oleh satu orang, satu kelompok, ataupun satu negara. Penanganannya
menuntut komitmen dan kerja sama lintas negara, yang melibatkan seluruh warga dunia.
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Latihan Soal
Pilihlah jawaban dari pertanyaan dibawah ini dengan benar dan tepat!
1. Peluang penerapan Pancasila di era digital adalah...
a. Meningkatnya kebebasan berpendapat secara online
b. Berkurangnya nilai-nilai kebersamaan di dunia maya
c. Meningkatnya tindakan penipuan dan kejahatan cyber
d. Menurunnya partisipasi masyarakat dalam berdiskusi online
e. Munculnya segregasi digital berdasarkan perbedaan ideologi

2. Salah satu tantangan penerapan Pancasila di era digital adalah...


a. Kemudahan akses informasi yang terbuka untuk semua
b. Penyebaran berita palsu atau hoaks yang sulit dikendalikan
c. Adanya platform media sosial yang memperkuat persatuan dan kesatuan
d. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
e. Terjaganya keamanan data pribadi dalam transaksi online

3. Peluang yang dimiliki Pancasila di era digital adalah...


a. Adanya kebebasan berekspresi secara online
b. Menjadikan internet sebagai media yang menjunjung tinggi hak asasi manusia
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pluralisme dan toleransi
d. Menekankan pentingnya komunikasi langsung dan interaksi tatap muka
e. Mendorong terbentuknya ekonomi digital yang inklusif

4. Tantangan dalam penerapan Pancasila di era digital adalah...


a. Terbatasnya akses internet bagi sebagian masyarakat
b. Menurunnya kepedulian terhadap lingkungan karena dominasi teknologi
c. Meningkatnya ketimpangan sosial akibat digital divide
d. Berkurangnya inovasi dalam pengembangan teknologi informasi
e. Terbatasnya aksesibilitas layanan publik secara online

5. Peluang penerapan Pancasila di era digital dapat diwujudkan dengan...


a. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan melalui platform
digital
b. Memperkuat pengawasan pemerintah terhadap konten online yang bertentangan
dengan Pancasila
c. Membatasi kebebasan berekspresi untuk menjaga keutuhan negara
d. Memisahkan dunia maya dari dunia nyata untuk mencegah konflik sosial
e. Mengabaikan pengaruh internet dalam pembentukan karakter individu

6. Salah satu tantangan dalam penerapan Pancasila di era digital adalah...


a. Penyebaran konten-konten positif yang menginspirasi masyarakat
b. Menjaga keberagaman suara dan pendapat di dunia maya
c. Memperkuat nilai-nilai kebersamaan dalam interaksi online
d. Menghindari penyalahgunaan teknologi dalam kegiatan ekonomi
e. Menegakkan sanksi hukum terhadap tindakan cyberbullying

7. Peluang penerapan Pancasila di era digital dapat memberikan manfaat berupa...


a. Peningkatan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan layanan publik
b. Munculnya kesenjangan digital antara generasi muda dan generasi tua
c. Terbentuknya silo informasi yang membatasi perspektif masyarakat
d. Berkurangnya peran lembaga negara dalam mengatur dunia maya
e. Meningkatnya konflik sosial akibat perbedaan pandangan politik di media sosial

8. Tantangan dalam penerapan Pancasila di era digital adalah...


a. Menjaga keamanan data pribadi dalam transaksi online
b. Memfasilitasi tumbuhnya ekonomi kreatif melalui teknologi digital
c. Meningkatkan literasi digital masyarakat agar dapat memanfaatkan internet dengan
bijak
d. Mengurangi peran pemerintah dalam pengelolaan media sosial
e. Menumbuhkan budaya saling menghargai dalam berkomunikasi online

9. Peluang penerapan Pancasila di era digital dapat meningkatkan...


a. Ketahanan nasional melalui kesiapan dalam menghadapi serangan siber
b. Pemanfaatan kecerdasan buatan untuk pengembangan ekonomi
c. Keterbukaan informasi yang melampaui batas-batas geografis
d. Pengawasan yang ketat terhadap konten berbahaya di internet
e. Peran pemerintah dalam mengendalikan konten berita di media sosial
10. Salah satu tantangan dalam penerapan Pancasila di era digital adalah...
a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan politik melalui media sosial
b. Menjaga keberagaman budaya dalam interaksi digital
c. Meningkatkan efektivitas komunikasi antarlembaga negara melalui teknologi
d. Menjamin keadilan akses informasi bagi semua lapisan masyarakat
e. Menurunnya kepercayaan publik terhadap informasi yang beredar di dunia maya

Jawablah uraian di bawah ini dengan benar dan tepat!


1. Jelaskan peluang penerapan Pancasila dalam era digital dan bagaimana hal tersebut dapat
meningkatkan kesadaran pluralisme dan toleransi di masyarakat.
2. Sebutkan salah satu tantangan dalam penerapan Pancasila di era digital dan berikan
solusi yang dapat mengatasinya.
3. Bagaimana penerapan Pancasila di era digital dapat memberikan manfaat dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan?
4. Jelaskan salah satu peluang penerapan Pancasila di era digital yang dapat memperkuat
efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan layanan publik.
5. Tantangan apa yang dihadapi dalam penerapan Pancasila di era digital terkait dengan
pengawasan terhadap konten berbahaya di internet, dan bagaimana cara mengatasi
tantangan tersebut?
MATERI 5 : PELUANG DAN TANTANGAN PENERAPAN NILAI-NILAI
PANCASILA DALAM KEHIDUPAN GLOBAL
A. Tantangan Ber-Pancasila dalam Kehidupan Global
Kita sedang berada pada abad ke-21. Abad ini ditandai dengan kemajuan teknologi
yang sangat pesat. Pertukaran informasi, penggunaan internet, pemanfaatan data besar
(big data), dan teknologi otomatisasi adalah fenomena yang dapat dirasakan, terutama
yang berada di perkotaan. Sejauh memiliki perangkat elektronik (devices), seperti
smartphone dan laptop ditambah dengan jaringan internet, dapat membawa kalian
melanglang buana, berkomunikasi, berinteraksi dengan orang lain, bahkan dengan orang
yang sangat jauh sekali.
Tiga puluh tahun lalu, akses dan penyebaran informasi tentu tidak secepat
sekarang ini. Apalagi pada era kemerdekaan Indonesia, di mana teknologi masih sangat
terbatas.
Fenomena ini tentu menjadi tantangan yang perlu kalian pecahkan. Mari kita
membayangkan hal yang sederhana tentang pekerjaan. Pada tahun 1970an dan 1980an,
orang yang memiliki mesin ketik dan kemampuan mengetik cepat akan dicari banyak
orang, bisa menjadi pekerjaan yang dapat menghasilkan uang. Begitu juga menjadi loper
koran pada tahun 1990an, merupakan pekerjaan yang bisa menghasilkan uang. Namun,
jika kita hanya memiliki keterampilan itu pada masa sekarang, tentu tidak mudah
mencari pekerjaan. Sebab, perkembangan teknologi sedemikian cepat, mengubah
peluang dan tantangan zaman.
Banyak pekerjaan yang pada abad sebelumnya masih dibutuhkan, tetapi pada abad
ini mulai tak lagi dibutuhkan. Salah satu komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
pernah melaporkan bahwa sampai tahun 2030 akan ada 2 miliar pegawai di seluruh
dunia yang kehilangan pekerjaan karena digantikan oleh teknologi. Di sisi lain, ada
banyak jenis pekerjaan baru yang tidak ada pada abad ke-20.
Itulah salah satu tantangan yang mesti kita hadapi. Lalu, bagaimana tantangan
tersebut berhubungan dengan konteks penerapan Pancasila? Mari kita lanjutkan
pembahasannya lebih mendalam.
B. Tantangan Ideologi
Pada era teknologi informasi ini, Pancasila akan diuji seiring dengan masuknya
ideologi-ideologi alternatif yang merangsek dengan cepat ke sendi-sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Padahal, Pancasila adalah ideologi negara yang harus dipatuhi
dan menjadi pemersatu bangsa. Lalu, bagaimana jika ideologi-ideologi lain masuk ke
masyarakat Indonesia yang notabene sudah ber-Pancasila.
Beberapa ideologi yang mulai masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa
dan bernegara adalah radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Kata radi ka - lisme
seringkali diidentikkan dengan ekstremisme. Ekstremisme kekerasan (violent
extremism) adalah pilihan sadar untuk menggunakan kekerasan atau untuk mendukung
penggunaan kekerasan demi meraih keuntungan politik, agama, dan ideo logi.
Ekstremisme kekerasan juga dapat dimaknai sebagai sokongan, pelibatan diri,
penyiapan, atau paling tidak, dukungan terhadap kekerasan yang dimotivasi dan
dibenarkan secara ideologis untuk meraih tujuan-tujuan sosial, ekonomi, dan politik.
Sementara itu, terorisme dalam UU Nomor 15 Tahun 2003 didefinisikan sebagai
penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan situasi teror atau
rasa takut terhadap orang secara meluas dan menimbulkan korban yang bersifat massal,
dengan cara merampas harta benda orang lain, yang mengakibatkan kerusakan atau
kehancuran objek-objek vital strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, dan fasilitas
internasional.
Sebagaimana kita tahu, ideologi radikalisme, ekstremisme, dan terorisme mulai
menjangkiti bangsa Indonesia. Ideologi tersebut tentu saja tidak tumbuh dari tradisi
luhur bangsa Indonesia karena Indonesia memiliki budaya luhur, seperti kekeluargaan,
tenggang rasa, gotong royong, dan lain sebagainya.
Selain itu, yang tak kalah membahayakan, adalah konsumerisme. Konsumerisme
adalah paham terhadap gaya hidup yang menganggap barang-barang (mewah) sebagai
ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya. Dapat dikatakan pula konsumerisme
adalah gaya hidup yang sifatnya tidak hemat. Sering kita saksikan di televisi ataupun
media sosial perilaku-perilaku konsumtif yang berlebihan. Orang-orang yang terpapar
ideologi ini cenderung akan senang dan bahagia membeli sesuatu, sekalipun tidak
dibutuhkan. Tujuannya bisa beragam, mulai dari pamer, gengsi, mencari perhatian,
hingga sekedar ikut-ikutan. Akibatnya, demi mencapai kebahagiannya yang terletak
pada aktivitas membeli barang/sesuatu itu, seseorang bisa melakukan apa saja, sekalipun
melanggar norma dan konstitusi.
Ekstremisme, radikalisme, terorisme, dan konsumerisme ini tentu bertentangan
dengan Pancasila.
C. Hoaks dan Post Truth
Salah satu dampak lain dari meningkat pesatnya teknologi informasi adalah
banjirnya informasi. Sebelum era media sosial seperti sekarang, informasi disampaikan
hanya melalui lembaga-lembaga tertentu, baik dalam siaran radio, televisi, dan website.
Namun, pada era sekarang ini, setiap dari kita menjadi konsumen dan produsen
informasi sekaligus. Disebut konsumen, karena kita juga menerima dan menyerap
beragam informasi dari berbagai kanal, baik berupa radio, televisi, maupun media sosial,
seperti facebook, twitter dan Youtube. Kita semua juga bisa menjadi produsen informasi
karena kita menyiarkan apa yang kita ketahui kepada publik luas melalui media sosial
yang kita punya.
Dampaknya apa? Pertama, karena banjirnya informasi tersebut, kita disuguhi
bermacam-macam informasi, baik yang penting ataupun yang tidak penting, baik yang
valid kebenarannya ataupun yang tidak. Berada di dalam dunia teknologi informasi yang
sangat pesat, ibarat kita berada dalam hutan belantara: kita bisa menjumpai apapun,
mulai dari yang kita butuhkan sampai hal-hal yang tidak kita butuhkan, mulai dari hal
yang bermanfaat sampai hal yang berbahaya. Akibatnya, kita seringkali kebingungan
menentukan mana jalan keluar dan mana jalan yang menyesatkan.
Karena itulah, banyak kita jumpai beredarnya hoaks atau informasi palsu di media
sosial kita. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengiden tifikasi
3.901 berita palsu atau berita bohong (hoaks) selama periode Agustus 2018 hingga
November 2019. Ini tentu berbahaya. Dalam ilmu komputer dikenal istilah garbage in,
garbage out, artinya, jika yang kita terima atau kita konsumsi adalah sampah, sampah
pulalah yang kita keluarkan.
Kedua, dampak lanjutan dari beredarnya hoaks tersebut, membawa kita pada suatu
kondisi yang disebut dengan post-truth (pasca-kebenaran). Dalam kamus Oxford, makna
post-truth adalah dikaburkannya publik dari fakta-fakta objektif. Post-truth adalah
kondisi di mana fakta objektif tidak lagi memberikan pengaruh besar dalam membentuk
opini publik, tetapi ditentukan oleh sentimen dan kepercayaan. Dalam anggapan mereka,
kebenaran itu adalah hal-hal yang disampaikan berulang-berulang, sekalipun salah.
Misalnya, ketika seseorang membenci kelompok tertentu, berita tentang
keburukan dari kelompok tertentu akan dianggap sebagai kebenaran, tak peduli siapa
pembuat berita, tak mengecek apakah beritanya benar atau tidak. Sebaliknya, jika ada
informasi
-informasi baik tentang kelompok yang dibenci tersebut tidak dipercayainya,
sekalipun itu benar dan valid.
Ketiga, dampak yang lebih jauh adalah masyarakat mudah diprovokasi, diadu
domba, dihasut, dan ditanamkan benih kebencian melalui informasi-informasi palsu
yang terus-menerus disampaikan sehingga dianggap sebagai kebenaran. Akibatnya,
permusuhan sesama bangsa Indonesia, kebencian kepada bangsa lain, upaya untuk
memecah belah bangsa, dan sejumlah dampak negatif lainnya, dapat dengan mudah
terjadi di tengah-tengah kita.
D. Tantangan Global
Betul bahwa kita semua adalah warga negara Indonesia. Itu dapat ditandai dengan
sejumlah identitas ke-Indonesia-an, mulai dari Kartu Tanda Penduduk, Bendera Merah
Putih, lambang Garuda Pancasila, bahasa Indonesia, serta bahasa daerah yang
digunakan.
Selain sebagai warga negara Indonesia, kita juga menjadi warga negara dunia.
Indonesia sebagai negara dan bangsa tidak dapat mengisolasi diri, tidak bergaul, dengan
bangsa-bangsa lain dari negara lain. Terlebih dengan bantuan teknologi informasi, sekat-
sekat batas negara itu menjadi tipis. Ketika kita dapat menggunakan bahasa
internasional, seperti bahasa Inggris, tentunya kita dapat berinteraksi dengan bangsa-
bangsa lain yang menggunakan bahasa yang sama.
Tak hanya berkomunikasi, pada saat bersamaan, kita juga bersaing dengan bangsa-
bangsa lain. Persaingan ini juga terjadi dalam bidang pekerjaan. Karena itu, kita harus
memiliki kompetensi dan keterampilan yang setara dengan bangsa-bangsa lain sehingga
dapat bersaing pada abad ke-21 ini. Lalu, keterampilan apa saja yang dibutuhkan pada
abad ke-21 ini?
Untuk dapat bersaing dan berkontribusi dengan baik dalam skala global pada abad
ke-21 ini, kita perlu memiliki sejumlah kecakapan: literasi, kompetensi, dan karakter.
Pada abad ini, kita tidak cukup hanya pintar, menghafal teori-teori, rumus-rumus, dan
definisi-definisi, tetapi juga perlu memiliki kompetensi untuk memecahkan masalah,
melakukan kolaborasi dan kerja sama. Kalian juga perlu karakter untuk terus belajar dan
gigih sehingga bisa beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi.
Tak hanya terkait dengan kompetensi penting pada abad ke-21, dunia hari ini
menghadapi sejumlah tantangan global yang tidak bisa diselesaikan sendiri-sendiri.
Krisis lingkungan, pemanasan global, pandemi, kekerasan, dan perang global, adalah
beberapa contoh tantangan global yang tidak bisa ditangani sendiri, melainkan
membutuhkan kerja sama dan kolaborasi lintas negara dengan melibatkan semua pihak.
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Latihan Soal
Pilihlah jawaban dari pertanyaan dibawah ini dengan benar dan tepat!
1. Dalam konteks kehidupan global, penerapan nilai Pancasila menawarkan peluang
untuk:
a. Mempertahankan keanekaragaman budaya
b. Menghilangkan perbedaan sosial
c. Memaksakan satu sistem nilai global
d. Menekan kebebasan individu
e. Memisahkan manusia dari alam

2. Tantangan utama dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global


adalah:
a. Konflik kepentingan antarnegara
b. Globalisasi ekonomi yang merugikan
c. Teknologi yang membahayakan privasi
d. Terbatasnya sumber daya alam
e. Kurangnya pemahaman akan Pancasila

3. Penerapan nilai-nilai Pancasila dapat memberikan peluang untuk:


a. Menegakkan supremasi kekuasaan satu negara
b. Menyelesaikan konflik internasional dengan cepat
c. Meningkatkan kualitas pendidikan global
d. Mempromosikan eksklusivitas budaya
e. Membatasi kebebasan beragama

4. Salah satu tantangan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global
adalah:
a. Keterbatasan akses terhadap teknologi informasi
b. Terbatasnya keterlibatan organisasi internasional
c. Perbedaan sistem politik antarnegara
d. Kesulitan dalam menangani perubahan iklim
e. Kurangnya upaya promosi nilai-nilai Pancasila
5. Peluang yang dimiliki dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global
adalah:
a. Menghindari kolonialisme budaya
b. Menjaga supremasi etnis tertentu
c. Meningkatkan persaingan negara-negara
d. Memperkuat paham radikalisme
e. Memperkuat dominasi satu sistem politik

6. Tantangan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global adalah:


a. Ketidakadilan dalam distribusi sumber daya
b. Hilangnya nilai tradisional lokal
c. Penurunan nilai-nilai demokrasi
d. Pembatasan akses informasi global
e. Ketidakseimbangan ekonomi global

7. Penerapan nilai-nilai Pancasila dapat memberikan peluang untuk:


a. Meningkatkan ketimpangan gender
b. Memperkuat hegemoni budaya
c. Menghancurkan lingkungan alam
d. Meningkatkan kerjasama internasional
e. Menekan hak asasi manusia

8. Tantangan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global adalah:


a. Intoleransi agama dan kepercayaan
b. Tidak adanya konflik budaya
c. Keterbatasan teknologi komunikasi
d. Pembatasan perdagangan internasional
e. Terlalu banyak kerjasama internasional

9. Peluang yang dimiliki dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global
adalah:
a. Memperkuat rasisme dan diskriminasi
b. Menjaga supremasi satu sistem politik
c. Meningkatkan kolonialisme ekonomi
d. Membangun perdamaian dan keadilan global
e. Memperkuat dominasi satu agama

10. Tantangan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global adalah:
a. Kurangnya inovasi teknologi
b. Tidak adanya perubahan sosial
c. Keterbatasan akses informasi global
d. Tidak adanya keragaman budaya
e. Keterbatasan kolaborasi antarnegara

Jawablah uraian di bawah ini dengan benar dan tepat!


1. Jelaskan peluang yang dimiliki dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
global dan berikan contoh konkret untuk mendukung argumen Anda.
2. Tantangan apa yang dihadapi dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
global? Jelaskan secara mendalam dan berikan contoh-contoh untuk menggambarkan
tantangan tersebut.
3. Bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila dapat memberikan kontribusi dalam
menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan ketimpangan ekonomi?
Berikan argumen yang kuat dan contoh-contoh konkret.
4. Apakah penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global memiliki dampak
positif dalam mempertahankan keanekaragaman budaya? Jelaskan dan berikan contoh-
contoh yang relevan
5. Bagaimana kurangnya pemahaman dan kesadaran akan nilai-nilai Pancasila dapat
menjadi tantangan dalam penerapannya di tingkat global? Berikan argumen yang kuat
dan contoh-contoh konkret.
MATERI 6 : PENERAPAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
A. Upaya Menjaga Nilai-Nilai Luhur Pancasila
Nilai-nilai yang tercantum dalam pancasila merupakan suatu cerminan dari
kehidupan masyarakat Indonesia (nenek moyang kita) dan secara tetap telah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu kita sebagai
generasi penerus bangsa harus mampu menjaga nilai nilai tersebut. Untuk dapat hal
tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang didukung oleh seluruh masyarakat
indonesia. Upaya-upaya tersebut antara lain:
1. Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran khusus pancasila
pada setiap satuan pendidikan bahkan sampai ke perguruan tinggi.
2. Lebih memasyarakatkan pancasila;
3. Menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari;
4. Memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang melakukan pelanggaran terhadap
pancasila;
5. Menolak dengan tegas paham-paham yang bertentangan dengan pancasila.
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Latihan Soal
Pilihlah jawaban dari pertanyaan dibawah ini dengan benar dan tepat!
1. Pada saat membantu tetangga yang sedang kesulitan, kita menerapkan nilai Pancasila
yang mana?
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

2. Menjaga kebersihan lingkungan adalah salah satu bentuk penerapan nilai Pancasila yang
mana?
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

3. Menghargai perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan adalah implementasi nilai
Pancasila yang mana?
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

4. Berikut ini yang bukan termasuk penerapan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
adalah...
a. Menghargai pendapat dan ide orang lain
b. Menjunjung tinggi hak asasi manusia
c. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
d. Memilih pemimpin berdasarkan kekerabatan keluarga
e. Mendorong kesetaraan gender

5. Pada saat berpartisipasi dalam pemilihan umum, kita menerapkan nilai Pancasila yang
mana?
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

6. Menjaga kebersihan diri dan kesehatan merupakan contoh penerapan nilai Pancasila
yang mana?
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

7. Menghormati hak-hak orang lain tanpa membedakan status sosial merupakan penerapan
nilai Pancasila yang mana?
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

8. Berikut ini yang merupakan contoh penerapan nilai Pancasila dalam budaya sopan
santun adalah...
a. Menjaga kebersihan lingkungan
b. Tidak melakukan korupsi
c. Mengucapkan salam saat bertemu
d. Memilih pemimpin berdasarkan kecerdasan
e. Mengadakan acara gotong royong

9. Membayar pajak dengan tepat waktu adalah salah satu bentuk penerapan nilai Pancasila
yang mana?
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

10. Menghargai keragaman budaya Indonesia adalah contoh penerapan nilai Pancasila yang
mana?
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Jawablah uraian di bawah ini dengan benar dan tepat!


1. Jelaskan bagaimana kamu menerapkan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
kehidupan sehari-hari!
2. Bagaimana kontribusi kamu dalam menerapkan nilai Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab dalam lingkungan sekitarmu?
3. Berikan contoh nyata penerapan nilai Persatuan Indonesia dalam kehidupan sehari-
hari!
4. Apakah pentingnya penerapan nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dalam kehidupan demokrasi di
Indonesia?
5. Bagaimana kamu menerapkan nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari?

MATERI 7 : PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN


SEHARI-HARI
A. Penjabaran Nilai-Nilai Pancasila
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Dengan adanya dasar ketuhanan maka Indonesia mengakui dan percaya pada
adanya tuhan. Tuhan yang maha esa, yang menjadi sebab adanya manusia dan alam
semesta serta segalahidup dan kehidupan di dalamnya.
Dasar ini menjamin kemerdekaan tiap-tiap pendudukIndonesia untuk memeluk
agama/kepercayaannya, sebagaimana tercantum dalam pasal 29 UUD 1945. Hal ini
berarti bahwa, Negara Indonesia yang terdiri atas beribu-ribupulau dengan lebih
kurang 200 lebih juta penduduk yang menganut beberapa agama, menghendaki
semua itu hidup tentram, rukun, dan saling menghormati. Dengan demikian semua
agama diakui di Negara republik Indonesia, dapat bergerak dan berkembang secara
leluasa.
Sila pertama pancasila berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” terdiri dari dua
pengertian pokok yaitu pengertian tentang ketuhanan dan tentang yang maha esa.
1) Ketuhanan
Ketuhanan yang berasal dari kata tuhan yani allah, zat yang maha esa, pencipa
segala kejadian termasuk pencipta semua makhluk. Oleh karena itu tuhan sering
disebut juga “ sebab yang pertama” yang tidk disebabkan lagi. Alam beserta
kekayaannya seperti sumber-sumber minyak bumi, batu bara, air dan lain-lainnya
merupakan ciptaannya.
Demikian dengan makhluk hidup merupakan ciptaan tuhan juga.
2) Yang Maha Esa
Yang maha esa berarti yang maha satu atau maha tunggal dan tidak ada yang
mempersekutukannya, dia esa dalam zatnya, esa dalam sifatnya, esa dalam
perbuatanya. Oleh karena adanya kekhususannya, maka tidak ada yang
menyamainya dan dia maha sempurna. Sila ketuhanan yang maha esa
mengandung pengertian bahwa kita bangsa Indonesia percaya dan takwa kepada
tuhan yang maha esa, pencipa alam semesta beserta isinya, baik benda mati
maupun makhluk hidup.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Internasionalisme ataupun peri kemanusiaan adalah penting sekali bagi kehidupan
sesuatu bangsa dalam Negara yang merdeka dalam hubungannya dengan bangsa-
bangsa lain. Manusia adalah makhluk tuhan, dan tuhan tidak mengadakan
perbedaan antara sesame manusia. Pandangan demikian menimbulkan pandangan
yang luas, tidak terikat oleh batas batas Negara atau bangsa sendiri, melainkan
Negara harus selalu membuka pintu bagi persahabatan dunia atas dasarpersamaan
derajat.
Manusia mempunyai hak-hak yang sama, oleh karena itutidaklah dibenarkan
manusia yang satu menguasai manusia lainnya, atau bangsa yang satu menguasai
bangsa lainnya. Berhubungan dengan hal itu maka tidak membenarkan adanya
penjajahan di atas bumi, karena hal yang demikian bertentangan dengan peri
kemanusiaan serta hak setiap bangsa menentukan nasibnya sendiri. Sesungguhnya
manusia itu dilahirkan mempunyai hak yang tidak dapat dirampas dan dihilangkan,
hak-hak itu harus dihormati oleh siapapun, golongan manusia yang berkuasa
tidaklah di perkenankan memaksankan kehendaknya yang bertentangan dengan hak
seseorang.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung beberapa penegertia pokok
diantaranya :
1) Kemanusiaan
Kemanusiaan yang berasal dari kata manusia yang merupakan makhluk ciptaan
tuhan yang maha esa. Oleh tuhan manusia dikaruniai jasmani dan roh, yang
keduanyamerupakan satu kesatuan serasi, yang sering disebut pribadi manusia.
2) Adil
Adil mengandung arti obyektif atau sesuai dengan adanya, misalnya kita
memberikan sesuatu kepada orang lain., karena memang sesuatu itu merupakan
haknya. Jadi, kita tidak subyektif, tidak berat sebelah, tidak pilih kasih.
3) Beradab
Beradab berasal dari kata adab yang secara bebas berartibudaya. Dengan demikian
beradab berarti berbudaya. Manusia yang beradab berarti manusia yang tingkah
lakunya selalu dijiwai oleh nilai-nilai kebudayaan. Nilai nilai budaya tidak lain
ialah hal-hal luhur, dijunjung tinggioleh manusia, yang karena luhurnya itu
dijadikan pedoman, ukuran, atau tuntunan untuk diikuti. Kalau sesuai berarti baik,
kalau tidak diikuti berarti tidak baik
3. Sila Persatuan Indonesia
Dengan dasar kebangsaan (nasionalisme) dimaksudkan bahwa bangsa
Indonesia seluruhnya harus memupuk persatuan yang erat antara sesama warga,
tanpa membeda-bedakan suku atau golongan serta berdasarkan satu tekad yang bulat
dan satu cita-cita bersama. Prinsip kebangsaan itu merupakan ikatan yang erat antara
golongan dan suku bangsa.
Paham kebangsaan kita adalah satu dasar kebangsaan yangmenuju kepada
persaudaraan dunia, yang menghendaki bangsa-bangsa itu saling hormat-
menghormati dan harga menghargai. Paham kebangsaan yang dianut oleh bangsa
Indonesia adalah:
a. Ke dalam, menggalang seluruh kepentingan rakyat dengan tidak membedakan
suku atau golongan
b. Ke luar ; tidak mengagungkan bangsa sendiri, namun dengan berdiri tegak atas
dasar kebangsaan sendiri juga menuju kearah hidup berdampingan secara damai,
berdasar atas persamaan derajat antar bangsaserta berdaya upaya untuk
melaksanakan terciptanya perdamaian dunia yang kekal; dan abadi; serta
membina kerjasama untuk kesejahteraan umat manusia.
Sila persatuan Indonesia mengandung beberapa pengertian diantaranya :
1) Persatuan
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh, tidak pecah belah, persatuan
mengandung pengertian disatukannya berbagai macam corak yang beranekaragam
menjadi satu kebulatan. Dengan perkataan lain, hal-hal yang beraneka ragam itu
setelah disatukan menjadi sesuatu hal yang serasi, utuh dan tidak saling
bertentangan antar yang satu dengan yang lain.
2) Indonesia
Yang dimaksud dengan Indonesia ialah dalam pengertian geografis dan bangsa
yang mendiami wilayah Indonesia.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaandalam


permusyarkatan/ perwakilan.
Dasar mufakat, kerakyatan atau demokrasi menunjukkan bahwa Negara
Indonesia menganut paham demokrasi. Paham demokrasi berarti bahwa kekuasaan
tertinggi (kedaulatan) untuk mengatur negara dan rakyat terletak di tangan seluruh
rakyat. Dalam UUD 1945 menyatakan bahwa “kedaulatan adalah di tangan rakyat
dan dilakukan ssepenuhnya oleh Majelis Permusyakatan Perwakilan”. Demokrasi
Indonesiaseperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah demokrasi
yang tercantum dalam pancasila sebagai sila keempat dan dinamakan demokrasi
pancasila. Asas demokrasi di Indonesia ialah demokrasi berdasarkan pancasila yang
meliputi bidang-bidang politik, sosial dan ekonomi, serta yang dalam
penyelesaian masalah-masalah nasional berusaha sejauh mungkin menempuh jalan
permusyawaratan untuk mencapai mufakat.
Hakikat dari musyawarah untuk mufakat dalam kemurniannya adalah suatu tata
cara khas yang bersumber pada inti paham kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakiln untuk merumuskan dan atau
memutuskan suatu hal yang berdasarkan kehendak rakyat, dengan jalan
mengemukakan hikmat kebijaksanaan yang tiada lain daripada pikiran (rasio) yang
sehat yang mengungkapkan dan mempertimbangkan persatuandan kesatuan bangsa,
kepentingan rakyat sebagaimana yang menjadi tujuan pembentukan pemerintah
negara termaksud dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945. Oleh semua wakil/
utusan yang mencerminkan penjelmaan seluruh rakyat, untuk mencapai keptusan
berdasarkan kebulatan pendapat yang diiktikadkan untuk dilaksanakan secara jujur
dan bertanggung jawab. Keputusan-keputusan berdasarkan mufakat adalah sah
apabila diambil dalam rapat yang dihadiri oleh lebih dari separuh anggota yang hadir.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung beberapa pengertian diantaranya :
1) Kerakyatan
Kerakyatan berasal dari kata rakyat yang berartisekelompok manusia yang
mendiami suatu wilayah tertentu. Kerakyatan berarti suatu prinsip yang mengakui
bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Kerakyatan disebut juga
kedaulatan rakyat, artinya rakyat yang berdaulat, berkuasa. Hal ini disebut juga
demokrasi yang berarti rakyat yang memerintah.
2) Hikmat kebijaksanaan
Hikmat kebijaksanaan berarti suatu sikap yang dilandasi dengan penggunaan
pikiran yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan
bangsa. Kepentingan rakyat akan dijamin dengan sadar, jujur, dan bertanggung
jawab serta
didorong oleh iktikad baik sesuai dengan hati nurani yang murni.
3) Permusyawaratan
Permusyawaratan berarti suatu tata cara yang khas Indonesia untuk merumuskan
dan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga tercapai
keputusan berdasarkan mufakat. Pelaksanaan dari kebenaran ini memerlukan
semangatmengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan daerah,
golongan dan pribadi. Hal ini memerlukan pula iktikad yang baik dan ikhlas,
dilandasi oleh pikiran yang sehat serta ditopang olehkesadaran bahwa kepentingan
bangsa dan negara mengalahkan kepentingan yang lain.
4) Perwakilan
Perwakilan berarti suatu cara untuk mengusahakan ikut sertanya rakyat
mengambil bagian dalam urusan negara. Bentuk keikutsertaan itu ialah badan-
badan perwakilan, baik dipusat seperti MPR dan DPR maupun didaerah yang
berwujud DPRD. Keanggotaan badan-badan perwakilan itu ditentukan melalui
suatu pemilihan yang bersigat langsung, umum, bebas, dan rahasia.

5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.


Dalam pidato 1 Juni 1945 ditegaskan bahwa prinsip kesejahteraan adalah prinsip
tidakadanya kemiskinan di Indonesia merdeka. Keadilan sosial adalah sifat
masyarakat adil dan makmur, kebahagiaan buat semua orang, tidak ada penghisapan,
tidak ada penindasan, tidak ada penghinaan, semuanya bahagia, cukup sandang dan
pangan. Sila ini secara bulat berarti bahwa setiap rakyat Indonesia mendapat
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan. Sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 pengertian
keadilan mecakup pula pengertian adil dan makmur.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung beberapa
pengertian diantaranya :
1) Keadilan Sosial
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang
kehidupan baik materil maupun spiritual. Hal ini berarti keadilan tidak hanya
berlaku bagi orang kaya saja, tetapi berlaku pula bagi orang miskin, bukan hanya
para pejabat, tetapi untuk rakyat biasa pula.
2) Seluruh Rakyat Indonesia
Seluruh rakyat Indonesia berarti bahwa setiap orang yang menjadi rakyat
Indonesia baik yang berdiam di wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun
warga negara Indonesia yang berada di negara lain.
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Latihan Soal
Pilihlah jawaban dari pertanyaan dibawah ini dengan benar dan tepat!
1. Nilai Pancasila yang menekankan persatuan adalah...
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

2. Nilai Pancasila yang menunjukkan adanya keadilan sosial adalah...


a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

3. Nilai Pancasila yang menghargai keragaman budaya adalah...


a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

4. Nilai Pancasila yang menekankan pentingnya musyawarah dalam pengambilan


keputusan adalah...
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

5. Nilai Pancasila yang menegaskan bahwa bangsa Indonesia beragama adalah...


a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

6. Pada saat konflik di lingkungan sekitar, penerapan nilai Pancasila yang tepat adalah...
a. Berusaha untuk saling mengalah demi persatuan
b. Menghindari konflik dengan menutup mata terhadap permasalahan
c. Menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah
d. Mengabaikan perbedaan pendapat dan mengikuti mayoritas
e. Mencari dukungan dari pihak luar untuk menyelesaikan masalah

7. Ketika melihat seseorang yang membutuhkan pertolongan di jalan, penerapan nilai


Pancasila yang tepat adalah...
a. Mencari alasan untuk tidak membantu
b. Mengabaikan dan melanjutkan perjalanan
c. Membiarkan orang lain yang lebih dekat membantu
d. Membantu sesuai kemampuan yang dimiliki
e. Mengharapkan orang lain membantu

8. Nilai Pancasila yang mendorong keadilan dalam distribusi kekayaan adalah...


a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

9. Dalam kehidupan sehari-hari, penerapan nilai Pancasila dalam berlalu lintas adalah...
a. Mengabaikan aturan lalu lintas
b. Membayar uang suap kepada petugas
c. Mematuhi rambu-rambu dan peraturan lalu lintas
d. Membelokkan fakta saat terlibat dalam kecelakaan
e. Menggunakan kekerasan dalam situasi kecelakaan

10. Ketika berhadapan dengan perbedaan pendapat, penerapan nilai Pancasila yang tepat
adalah...
a. Menghindari orang yang berbeda pendapat
b. Memaksa orang lain untuk setuju dengan pendapat sendiri
c. Menerima perbedaan pendapat dengan menghormati
d. Mengintimidasi orang yang berbeda pendapat
e. Membentuk kelompok yang hanya beranggotakan pendukung pendapat sendiri

Jawablah uraian di bawah ini dengan benar dan tepat!


1. Jelaskan bagaimana Anda dapat menerapkan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
kehidupan sehari-hari Anda.
2. Berikan contoh konkret tentang penerapan nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
dalam interaksi sosial Anda.
3. Bagaimana Anda bisa menerapkan nilai Persatuan Indonesia dalam kehidupan sehari-
hari?
4. Jelaskan bagaimana penerapan nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dapat dilakukan dalam konteks
pengambilan keputusan keluarga.
5. Bagaimana Anda dapat menerapkan nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia dalam lingkungan Anda?
MATERI 8 : PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Latihan Soal
Pilihlah jawaban dari pertanyaan dibawah ini dengan benar dan tepat!
1. Penerapan nilai Pancasila yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan
adalah...
a. Membuang sampah sembarangan
b. Menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya
c. Menanam pohon dan menjaga kebersihan lingkungan
d. Mengabaikan peraturan pengelolaan sampah
e. Membuang limbah ke sungai dan laut

2. Dalam berkomunikasi, penerapan nilai Pancasila yang penting adalah...


a. Menyebarluaskan berita palsu
b. Menghina dan membully orang lain
c. Menerima informasi tanpa verifikasi
d. Menghormati pendapat orang lain dalam berdiskusi
e. Menyebarkan konten negatif di media sosial

3. Nilai Pancasila yang menekankan pentingnya persamaan hak dan kewajiban antara
warga negara adalah...
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

4. Dalam dunia kerja, penerapan nilai Pancasila yang dapat diimplementasikan adalah...
a. Melakukan tindakan korupsi
b. Menolak bekerja sama dengan rekan kerja
c. Melakukan pelecehan terhadap sesama pegawai
d. Menghargai kerjasama dan profesionalisme
e. Memperlakukan orang lain secara tidak adil

5. Nilai Pancasila yang menegaskan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
adalah...
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

6. Ketika berinteraksi dengan orang yang berkebutuhan khusus, penerapan nilai Pancasila
yang tepat adalah...
a. Mengabaikan dan tidak membantu
b. Menghindari interaksi dengan mereka
c. Menerima dan memberikan dukungan yang diperlukan
d. Menertawakan dan mencemooh mereka
e. Menjauhi dan mengucilkan mereka

7. Nilai Pancasila yang menekankan pentingnya penghormatan terhadap nilai-nilai


kemanusiaan adalah...
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

8. Dalam memilih pemimpin, penerapan nilai Pancasila yang tepat adalah...


a. Memilih pemimpin berdasarkan suku, agama, dan ras
b. Mengabaikan kualifikasi dan integritas calon pemimpin
c. Memilih pemimpin yang hanya mementingkan diri sendiri
d. Memilih pemimpin berdasarkan kemampuan dan integritas
e. Menerima pemimpin tanpa mempertanyakan kualitasnya

9. Ketika terlibat dalam kegiatan sosial, penerapan nilai Pancasila yang tepat adalah...
a. Menghindari kegiatan sosial untuk menghemat waktu dan uang
b. Memanfaatkan kegiatan sosial untuk kepentingan pribadi
c. Mengabaikan dan tidak peduli terhadap kegiatan sosial
d. Berpartisipasi dan memberikan kontribusi positif dalam kegiatan sosial
e. Mencari kesempatan dalam kegiatan sosial untuk keuntungan sendiri

10. Nilai Pancasila yang mendorong adanya kesetaraan dan keadilan dalam kehidupan
sosial adalah...
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Jawablah uraian di bawah ini dengan benar dan tepat!


1. Bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila dapat mempengaruhi keberlanjutan
lingkungan?
2. Jelaskan bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila dapat memperkuat persatuan dan
kebhinekaan di tengah masyarakat multikultural.
3. Bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila dapat membentuk kepemimpinan yang
baik?
4. Jelaskan bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila dapat mendorong partisipasi aktif
dalam kegiatan sosial.
5. Bagaimana Anda bisa menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam membantu membangun
hubungan yang harmonis dengan tetangga Anda?

Anda mungkin juga menyukai