PENDIDIKAN NASIONAL
PENDAHULUAN
( UU No. 20/2003)
“Penjelasan Pasal 37 Ayat (1) UU RI No.20 Tahun 2003:
“Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”
TUJUAN
Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan
bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa
yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta seni.
Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi
luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung jawab, dan produktif
serta sehat jasmani dan rohani.
Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas,
penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai perilaku yang:
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa serta menghayati nilai-nilai falsafah
bangsa.
Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masnyarakat berbangsa dan bernegara.
Rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan kewajiban warga negara. Bersifat profesional yang
dijiwai oleh kesadaran bela negara. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara. Melalui pendidikan Kewarganegaraan ,
warga negara Republik indonesia diharapkan mampu “memahami”, menganalisa, dan menjawab
masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat , bangsa dan negaranya secra konsisten dan
berkesinambungan dalam cita-cita dan tujuan nasional seperti yang di gariskan dalam
pembukaan UUD 1945.
PANCASILA
Pengertian Etimologis
Bahasa Sangsakerta
Panca=5,
Syila = Dasar/Alas/Sendi aturan tingkah laku yang baik/ penting.
Pengertian Historis
Tri Pitaka Budha lima aturan berupa larangan:
1. Dilarang membunuh
2. Dilarang mencuri
3. Dilarang berzina
4. Dilarang berdusta
5. Dilarang minum miras
Negara Kertagama (MPu Prapanca)
Majapahit & Sutasoma
Mpu Tantular
(Lima batu sendi kesusilaan berupa larangan = Tindak
kekerasan, mencuri, berhatidengki,berdusta,minum miras)
Kalangan masy Jawa:
“ma-lima” berupa lima pantangan:
1) Mateni
2) Maling
3) Main
4) Madon
5) Madat.
Pengertian Terminologis
Digunakan untuk memberi nama dasar negara.
Prosesnya :
Pengusulan ( Sukarno, sidang BPUPKI 1 Juni 1945)
Perumusan (Panitia 9 BPUPKI 22 Juni 45 dalam Piagam Jakarta)
Penetapan ( PPKI, 18 Agst 45, dalam Pembukaan UUD 45
Peresmian ( MPRS, 5 Juli 1966, dalam Tap MPRS No. XX/MPRS/66)
2.1. Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara Rebublik Indonesia ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945,
sebagai dasar negara, maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan berpemerintahan sejak saat itu haruslah
berdasarkan pada pancasila.
Pancasila dapat diartikan secara etimologis dan secara termonomologis. Secara etimologis kata pancasila
berasal dari bahasa sangsakerta yang mempunyai arti “panca” artinya “lima” dan “sila” artinya
“alas/dasar” (Moh Yamin).
Perkataan pancasila mula-mula digunakan di dalam masyarakat indiayang beragama budha,
yang mengartikan lima aturan yang harus ditaati penganutnya. Sisa pengaruh pengertian pancasila
menurut pengamat budha itu masih di kenal di masyarakat jawa, dengan di kenal 5 M, yaitu dilarang:
Mateni (membunuh), Maling, Madon (berjina), Mabuk dan Main (berjudi).
Secara termologis istilah Pancasila artinya lima dasar atau lima alas, untuk nama dasar negara
kita RI, istilah ini mulai di usulkan oleh Bung Karno dalam sidang BPUPKI tanggal 1 juni 1945 sebagai
dasar negara RI dan baru disahkan pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
2.2. Kewarganegaraan
Warga negara meliputi rakyat yang menetap disuatu wilayah dan rakyat tertentu dalam
hubungannya dengan negara. Dalam hubungan antara warga negara dengan negara, warga negara
mempunyai kewajiban-kewajiban terhadasp negara dan sebaliknya, warga negara mempunyai hak-hak
yang harus diberikan dan dilindungi oleh negara.
Kewarganegaraan adalah ilmu yang mempelajari tentang hak-hak dan kewajiban warga negara
dengan negara demikian pula sebaliknya.
BAB III
PENUTUP
3.3. Kesimpulan
Dari data dan fakta-fakta hasil telaahan literatur yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan
yaitu:
1. Pancasila bersifat sistematis, artinya tidak dapat dan tidak boleh ditukar posisi sila-silanya.
2. Pancasila sebagai dasar negara membawa konsekuensi bahwa segala yang ada dalam negara tersebut
haruslah taat asas (konsisten) dengan dasar tersebut, termasuk aturan hukum/perundang-undangan
yang berlaku.
3. Demi mewujudkan masyarakat pancasila, artinya suatu masyarakat Indonesia modern berdasarkan nilai-
nilai luhur, dibutuhkan suatu hubungan yang serosi antara pengambilan pancasila dengan kewajiban
mentaati UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis di negara kita.
3.4. Saran
Bahwa untuk dapat mencapai suatu tujuan yang sama, yaitu menjunjung tinggi dan menerapkan
nilai-nilai luhur pancasila di segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penulis
menyarankan “Marilah bersama-sama kita memahami dan mendalami ajaran pancasila secara
menyeluruh supaya kita paham dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan
tujuan dapat mengurangi sedikit demi sedikit hal hal yang dapat mengancam dan membahayakan
pancasila yang tidak hanya datang dari luar tetapi juga dari dalam, terlebih lagi di era globalisasi sekarang
ini. Selain itu, saat ini amalan Pancasila serta semangat Bhineka Tunggal Ika sudah mulai ditinggalkan
ataupun dilupakan. Sehingga sudah saatnya kita kembali mengingat betapa bergunanya bagi kita bahwa
Ideologi Pancasila memiliki nilai luhur yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia dan
membangkitkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari keterpurukan”.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II PEMBAHASAN
A. Tujuan pembangunan nasional
Dalam alinea IV pembukaan UUD 1945 dirumuskan tujuan nasional negara Indonesia
yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 yaitu : “Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar
kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam bentuk suatu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dapat dilihat penjelmaannya pada pasal 31 UUD 1945 :
Pasal 31
1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan ****
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang.
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Pasal 3
Pendidikan nasional berfungsimengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuanuntuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
v Kompetensi : ”seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab yang harus dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dapat dianggap mampu melaksanakan pekerjaan di bidang
tertentu”
Ø Cerdas: :tampak pada kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak
Ø Tanggung jawab :kebenaran tindakan dipahamidari nilai-nilai IPTEK, etika atau pun kepatuhan
ajaran agama dan budaya
D. Kolerasi Pendidikan Pancasila di kondisi saat ini dan berbangsa bernegara
Ketua Ikatan Guru Civic Indonesia (IGCI) Retno Listyarti mengingatkan, bangsa ini jangan sampai
membiarkan eksistensi Pancasila diragukan sebagai falsafah hidup dan cermin impian seluruh bangsa tentang
pedoman hidup berbangsa dan bernegara yang diidealkan bersama.
Karena itu, kata dia, pendidikan Pancasila harus diyakini dapat menjadi penanaman nilai-nilai hidup
bersama dalam keberagaman. Menurut Retno, tereduksinya pendidikan Pancasila, telah membawa dampak buruk
terhadap pemahaman guru dan siswa tentang bagaimana hidup dalam masyarakat multikulural.
"Bahkan, istilah multikultural ini asing bagi siwa karena minim ditemukan dalam pembelajaran di
sekolah.Padahal Indonesia merupakan negara multikultural yang butuh membangun kebersamaan dalam
keberbedaan agar terus harmonis sebagai suatu bangsa," tutur Retno.
Kurikulum pendidikan kewarganegaran dan sejarah saat ini minim membahas multikulturalisme.Ini sebagai
dampak materi Pancasila yang tak lagi menonjol dalam kurikulum.Guru-guru yang masih menjadikan buku teks
sebagai bahan ajar juga tidak mengembangkan ruang untuk mengajarkan dan mendiskusikan soal multikultural.Para
penulis buku teks tak mencantumkan karena mengikuti acuan dalam kurikulum.
Oleh karena itu, harapan agar Pendidikan Pancasila kembali diperkuat dan utuh dalam kurikulum
pendidikan di jenjang pendidikan dasar hingga tinggi, kembali mencuat menyambut Hari Lahir Pancasila 1 Juni.
"Pendidikan Pancasila perlu direvitalisasi sebagai upaya fundamental dalam membangun dan
membelajarkan nilai-nilai dasar ideologis Pancasila pada siswa di sekolah," kata Retno.Kajian pendidikan Pancasila
dilakukan Sekolah Tanpa Batas yang didukung Koalisi Pendidikan dan IGCI, menemukan fakta materi Pancasila
dalam pendidikan kewarganegraan minim dan hanya sebagai tempelan.
Bambang Wisudo dari Sekolah Tanpa Batas memaparkan, di tingkat SD misalnya, materi Pancasila dalam
pendidikan kewarganeraan diajarkan di kelas 2 dan 6 dengan porsi kecil. Di SMP diajarkan di kelas VIII, sedangkan
di SMA di kelas XII.
Materi pendidikan kewarganegaraan yang disajikan di sekolah dinilai memberatkan.Di jenjang SD sudah
dikenalkan soal ketatanegaraan.Padahal, semestinya di jenjang inilah pendidikan Pancasila semestinya untuk
membangun karakter anak bangsa.Adapun di jenjang SMP dan SMA materi pendidikan kewarganegaraan seakan-
akan hendak menjadikan siswa ahli tata negara.Semestinya di jenjang ini, siswa diajarkan untuk menjadi warga
negara yang bertanggung jawab, aktif, dan kritis menyikapi situasi sosial dan kewarganegaraan.
2.Aspek Keterampilan
Dengan pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah, kehidupan ketatanegaraan serta
konsep filsafati tersebut, diharapkan agar para mahasiswa trampil :
a.Di dalam menyatakan buah pikirannyamengenai pelbagai aspek tentang pancasila
b.Menganalisa keadaan masyarakat dan bangsanya, dalam suatu kerangka berpikir yang
konsisten dengan Pancasila
3.Aspek Sikap
Dengan modal pengetahuan dan keterampilan tersebut, diharapkan tumbuhnya sikap
mental yang unsurnya adalah sikap :
a.taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b.menghargai sesama manusia dan bangsa keyakinan adanya kesamaan harkat dan
derajat;
c.mengembangkan persatuan di dalam keanekaragaman
d.menghargai pelbagai pendapat yang beda, dan musyawarah untuk mufakat.
e.adil, demi dimilikinya oleh masing-masing pihak apa yang menjadi haknya.
#Landasan Kulturil
Pancasila adalah nilai-nilai sosial budaya bangsa Indonesia. Sebagai nilai sosial budaya,
pancasila berwujud sebagai :
•Kepribadian bangsa Indonesia
Nilai – nilai pancasila merupakan ciri khas yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri yang
digali dari kebudayaan, adat-istiadat, tradisi, dan keagamaan bangsa Indonesia.
•Jiwa bangsa Indonesia
Bahwa pancasila mengandung semangat kebansaan dan patriotic yang mampu
mempersatukanbangsa Indonesia yang bhineka dalam kerangak Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
•Moralitas bangsa Indonesia
Bahwa tata nilai Pancasila menjadi patokan dan penuntun sikap dan prilaku manusia
Indonesia dalam seluruh gerak dan hubungannya ke segala arah.
-Ciri khas setiap bangsa berbeda-bedasesuai dengan sejarah berdirinya sehingga melahirkan
segera kebudayaan yang berbeda-beda
-Negara komunistik, liberalistik, persemakmuran, federal, serikat.
-Bangsa Indonesia memiliki asas kulturil yang berbeda. Nilai kemasyarakatan dan kenegaraan
yang terkandung dalam sila-sila pancasila merupakan karya besar dari tokoh-tokoh
kenegaraanIndonesia : Mr. M. Yamin, Prof. Soepomo, Bung Karno .
#Landasan Yuridis
#Landasan Filosofis
Pancasila adalah sistem filsafat bangsa Indonesia Sebagai sistem filsafat diwujudkan
sebagai falsafah bangsa atau pandangan hidup bangsa Indonesia dalam konteks
bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara. (Materi ini akan dibahas lebih lanjutpada Bab 3).
Sebelum terbentuknya negara ada hal yang harus dipenuhi :
1.Ada persatuan yang terwujud sebagai rakyat
2.Adanya pemerintah
3.Adanya wilayah
1.Tinjauan Filosofis
-Sistem filsafat
-Ideologi hidup bangsa
-Pandangan hidup bangsa
-Etika bangsa
-Pembedaan pancasila dengan pandangan bangsa lain
2.Tinjauan Historis
-Masa kejayaan nasional
-Sejarah perkembangan pancasila (etimologi, terminology, kronologis)
-Kebulatan yang utuh menyeluruh dan sistematik
DAFTAR PUSTAKA
-Departemen Pendidikan Nasional.Modul Acuan Proses Pembelajaran Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian.Direktorat Pembinaan Akademikdan Kemahasiswaan ,Direktorat
Jenderal Pendidiakan Tinggi.Jakarta .
-http://www.unhas.ac.id/lkpp/Pancasila.
http://edukasi.kompas.com/read/2012/05/31/1916552/Pengabaian.Pendidikan.Pancasila.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Mata kuliah kewarganegaraan sering disebut sebagai civic education,citizenship education,
dan bahkan ada yang menyebut sebagai democracy education.
Kesadaran demokrasi serta implementasinya harus senantiasa dikembangkan dengan basis
filsafat bangsa, identitas nasional, kenyataan dan pengalaman sejarah bangsa tersebut, serta
dasar-dasar kemanusiaan dan keadaban. Oleh karena itu dengan pendidikan kewarganegaraan
diharapkan intelektual Indonesia memiliki dasar kepribadian sebagai warga negara yang
demokratis, religius, berkemanusiaan dan berkeadaban.
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Visi Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber nilai
dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya.
Misinya adalah membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara
secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah
air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.
B. Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum
1. Landasan Ilmiah
Bahan pendidikan kewarganegaraan meliputi hubungan antara warganegara dan
negara,serta pendidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai budaya
serta dasar filosofi bangsa. Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta
tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila.
2. Landasan Hukum
Landasannya pada :
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 1982
4. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
5. Pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006
BAB I
PENDAHULUAN
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan berdasarkan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002
tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama,
Pendidikan Bahasa dan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelompok Matakuliah
Pengembangan Kepribadian, yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program
studi/kelompok program studi.
BAB I