Anda di halaman 1dari 19

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM KONTEKS

PENDIDIKAN NASIONAL
PENDAHULUAN

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya


nilai-nilai hak dan kewajinan suatu warga negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai dengan
tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan. Karena di nilai
penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia dini di setiap jejang pendidikan mulai dari
yang paling dini hingga pada perguruan tinggi agar menghasikan penerus –penerus bangsa yang
berompeten dan siap menjalankan hidup berbangsa dan bernegara.

( UU No. 20/2003)
“Penjelasan Pasal 37 Ayat (1) UU RI No.20 Tahun 2003:
“Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”

VISI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI


(Menurut SKep Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002 )
Sumber nilai  dan pedoman  penyelenggaraan program studi dalam mengantarkanmahasiswa,
untuk mengembangkan kepribadiannya selaku warganegara yang berperan aktif menegakkan
demokrasi menuju masyarakat madani.

MISI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI


( Menurut SKep Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002 )
Membantu mahasiswa selaku warganegara, agar mampu :
Mewujudkan nilai-nilai dasar perjuangan bangsa Indonesia
Mewujudkan kesadaran berbangsa dan bernegara
Menerapkan ilmunya secara bertanggung jawab terhadap kemanusiaan.

TUJUAN
Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan
bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa
yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta seni.
Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi
luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung  jawab, dan produktif
serta sehat jasmani dan rohani.
Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas,
penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai perilaku yang:
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa serta menghayati nilai-nilai falsafah
bangsa.
Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masnyarakat berbangsa dan bernegara.
Rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan kewajiban warga negara. Bersifat profesional yang
dijiwai oleh kesadaran bela negara. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara. Melalui pendidikan Kewarganegaraan ,
warga negara Republik indonesia diharapkan mampu “memahami”, menganalisa, dan menjawab
masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat , bangsa dan negaranya secra konsisten dan
berkesinambungan dalam cita-cita dan tujuan nasional seperti yang di gariskan dalam
pembukaan UUD 1945.

PANCASILA
Pengertian Etimologis
Bahasa Sangsakerta
Panca=5,
Syila  = Dasar/Alas/Sendi aturan tingkah laku yang baik/ penting.

Pengertian Historis
Tri Pitaka Budha lima aturan berupa larangan:
1.      Dilarang membunuh
2.      Dilarang mencuri
3.      Dilarang berzina
4.      Dilarang berdusta
5.      Dilarang minum miras
Negara Kertagama (MPu Prapanca)
Majapahit & Sutasoma
Mpu Tantular
(Lima batu sendi kesusilaan berupa larangan = Tindak
kekerasan, mencuri, berhatidengki,berdusta,minum miras)
Kalangan masy Jawa:
“ma-lima” berupa lima pantangan:
1)      Mateni
2)      Maling
3)      Main
4)      Madon
5)      Madat.

Pengertian Terminologis
Digunakan untuk memberi nama dasar negara.
Prosesnya :
  Pengusulan ( Sukarno, sidang BPUPKI 1 Juni 1945)
  Perumusan (Panitia 9 BPUPKI  22 Juni 45 dalam Piagam Jakarta)
  Penetapan ( PPKI, 18 Agst 45, dalam Pembukaan UUD 45
  Peresmian ( MPRS, 5 Juli 1966, dalam Tap MPRS No. XX/MPRS/66)

PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

2.1.   Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara Rebublik Indonesia ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945,
sebagai dasar negara, maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan berpemerintahan sejak saat itu haruslah
berdasarkan pada pancasila.
Pancasila dapat diartikan secara etimologis dan secara termonomologis. Secara etimologis kata pancasila
berasal dari bahasa sangsakerta yang mempunyai arti “panca” artinya “lima” dan “sila” artinya
“alas/dasar” (Moh Yamin).
Perkataan pancasila mula-mula digunakan di dalam masyarakat indiayang beragama budha,
yang mengartikan lima aturan yang harus ditaati penganutnya. Sisa pengaruh pengertian pancasila
menurut pengamat budha itu masih di kenal di masyarakat jawa, dengan di kenal 5 M, yaitu dilarang:
Mateni (membunuh), Maling, Madon (berjina), Mabuk dan Main (berjudi).
Secara termologis istilah Pancasila artinya lima dasar atau lima alas, untuk nama dasar negara
kita RI, istilah ini mulai di usulkan oleh Bung Karno dalam sidang BPUPKI tanggal 1 juni 1945 sebagai
dasar negara RI dan baru disahkan pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945.

2.1.1.      Pengertian Pancasila


Pengertian Pancasila dilihat dari fungsinya:

a.   Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Pancasila sering disebut sebagai dasar filsafat atau dasar falsafah negara (philosoficche
Gronslag), ideologi negara atau (Staatsidee). Dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu dasar nilai
serta norma untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan kata lain pancasila merupakan suatu
dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Konsekuensinya seluruh pelaksana dan penyelenggara
negara terutama segala peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam segala bidang
dijabarkan diderivasikan dari nilai-nilai pancasila. Maka pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum, pancasila merupakan sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional mengatur negara
Republik Indonesia berserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah, serta pemerintahan negara.
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asa kerokhanian yang meliputi suatu kebatinan
atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah, baik moral maupun
hukum negara, dan menguasai hukumdasar baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang
tidak tertulis atau convensi. Sebagai dasar negara, pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara
hukum.
Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum Indonesia maka
Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian dijabarkan lebih
lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang pada akhirnya dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945, serta
hukum positif lainnya.
b.   Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Pandangan hidup berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi
maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya. Sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial manusia tidaklah mungkin memenuhi segala kebutuhannya sendiri, oleh
karena itu untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya, ia senantiasa memerlukan orang lain.
Dengan demikian dalam kehidupan bersama, cita-cita yang ingin dicapai bersumber pada pandangan
hidupnya.
Dalam pengertian inilah maka proses perumusan pandangan hidup masyarakat dituangkan dan
dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa dan selanjutnya pandangan hidup bangsa dituangkan
dan dilembagakan menjadi pandangan hidup negara. Pandangan hidup bangsa dapat disebut sebagai
idiologi bangsa (nasional), dan pandangan hidup negara dapat disebut sebagai idiologi negara.
Pandangan hidup masyarakat dan pandangan hidup bangsa memiliki hubungan yang bersifat
timbal balik. Pandangan hidup bangsa diproyeksikan kembali kepada pandangan hidup masyarakat serta
tercermin dalam sikap hidup pribadi warganya. Dengan demikian, dalam negara Pancasila pandangan
hidup masyarakat tercermin dalam kehidupan negara yaitu pemerintahan. Terikat oleh kewajiban
konstitusional, yaitu kewajiban pemerintah dan penyelenggaraan negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur (Darmodihardjo, 1996).

c.       Sebagai Dasar Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada hakekatnya bukan
hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana
ideologi-ideologi lain didunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai
kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum
membentuk negara, dengan kata lain unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain
diangkat dari pandangan hidup masyarakat sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kuasa materialis
(asal bahan) Pancasila.

2.1.2. Butir-Butir Pancasila


1.   Ketuhanan Yang Maha Esa
         Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
         Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
         Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
         Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa 
         Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan
pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
         Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaanya masing masing.
         Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
2.   Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
         Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa.
         Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-
bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
         Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
         Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
         Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
         Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
         Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
         Berani membela kebenaran dan keadilan.
         Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
         Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
3.   Persatuan Indonesia
         Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
         Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
         Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
         Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
         Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
         Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
         Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
         Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusiaIndonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
         Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
         Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
         Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
         Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
         Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
         Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
         Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
         Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
         Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
         Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan 
kegotongroyongan.
         Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
         Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
         Menghormati hak orang lain.
         Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
         Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain
         Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
         Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
         Suka bekerja keras.
         Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
         Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
2.1.3.   Hubungan Pancasila dengan UUD 1945
Pancasila merupakan kesadaran cita-cita hukum serta cita-cita moral luhur yang memiliki
suasana kejiwaan serta watak bangsaIndonesia, melandasi prolamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Untuk mewujudkan tujuan proklamasi kemerdekaan maka panitia persiapan kemerdekaan Indonesia
(PPKI) telah menetapkan UUD 1945 merupak hukum dasar yang tertulis yang Mengikat pemerintah,
setiap lembaga/masyarakat, warga negara dan penduduk RI pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah
proklamasi kemerdekaan tersebut. Dalam Pembagian pembukaannya terdapat pokok-pokok pikiran
tentang kehidupan bermasyarakat, bernegara yang tiada laindalah pancasila pokok-pokok pikitran
tersebut yang diwujudkan dalam pasal-pasal batang tubuh UUD 1945 yang merupakan aturan aturan
pokok dalam garis-garis besar sebagai intruksi kepada pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara
untuk melaksanakan tugasnya.

2.2.   Kewarganegaraan
   Warga negara meliputi rakyat yang menetap disuatu wilayah dan rakyat tertentu dalam
hubungannya dengan negara. Dalam hubungan antara warga negara dengan negara, warga negara
mempunyai kewajiban-kewajiban terhadasp negara dan sebaliknya, warga negara mempunyai hak-hak
yang harus diberikan dan dilindungi oleh negara.
Kewarganegaraan adalah ilmu yang mempelajari tentang hak-hak dan kewajiban warga negara
dengan negara demikian pula sebaliknya.

BAB III
PENUTUP

3.3.         Kesimpulan
Dari data dan fakta-fakta hasil telaahan literatur yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan
yaitu:
1.      Pancasila bersifat sistematis, artinya tidak dapat dan tidak boleh ditukar posisi sila-silanya.
2.      Pancasila sebagai dasar negara membawa konsekuensi bahwa segala yang ada dalam negara tersebut
haruslah taat asas (konsisten) dengan dasar tersebut, termasuk aturan hukum/perundang-undangan
yang berlaku.
3.      Demi mewujudkan masyarakat pancasila, artinya suatu masyarakat Indonesia modern berdasarkan nilai-
nilai luhur, dibutuhkan suatu hubungan yang serosi antara pengambilan pancasila dengan kewajiban
mentaati UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis di negara kita.

3.4.      Saran
Bahwa untuk dapat mencapai suatu tujuan yang sama, yaitu menjunjung tinggi dan menerapkan
nilai-nilai luhur pancasila di segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penulis
menyarankan “Marilah bersama-sama kita memahami dan mendalami ajaran pancasila secara
menyeluruh supaya kita paham dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan
tujuan dapat mengurangi sedikit demi sedikit hal hal yang dapat mengancam dan membahayakan
pancasila yang tidak hanya datang dari luar tetapi juga dari dalam, terlebih lagi di era globalisasi sekarang
ini. Selain itu, saat ini amalan Pancasila serta semangat Bhineka Tunggal Ika sudah mulai ditinggalkan
ataupun dilupakan. Sehingga sudah saatnya kita kembali mengingat betapa bergunanya bagi kita bahwa
Ideologi Pancasila memiliki nilai luhur yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia dan
membangkitkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari keterpurukan”.
DAFTAR PUSTAKA

Suardi, Abubakar, dkk. 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 SMU. Jakarta: Yudhistira.

BAB II PEMBAHASAN
A. Tujuan pembangunan nasional
Dalam alinea IV pembukaan UUD 1945 dirumuskan tujuan nasional negara Indonesia
yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 yaitu : “Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar
kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam bentuk suatu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dapat dilihat penjelmaannya pada pasal 31 UUD 1945 :
Pasal 31
1.      Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan ****

2.      Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya
3.      Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang.
4.      Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
5.      Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Dalam ketentuan umum UU RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS :


1.      Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
2.      Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
3.      Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

B. Dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional


DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN
Pasal 2
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Pasal 3
Pendidikan nasional berfungsimengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuanuntuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

C. Tujuan pendidikan pancasila


1.Mengembangkan kehidupan pribadi
2.Terciptanya kesadaran moral dan kebahagiaan lahir batin
3.Menjadi warga negara yang berkesadaran kebangsaan yang tinggi dan bertanggung jawab
terhadap negara kesatuan RI
 Visi, misi, dan kompetensi pendidikan pancasila Di perguran tinggi

v  Kompetensi  : ”seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab yang harus dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dapat dianggap mampu melaksanakan pekerjaan di bidang
tertentu”
Ø  Cerdas:                  :tampak pada kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak
Ø  Tanggung jawab    :kebenaran tindakan dipahamidari nilai-nilai IPTEK, etika atau pun kepatuhan
ajaran agama dan budaya
D. Kolerasi Pendidikan Pancasila di kondisi saat ini dan berbangsa bernegara
Ketua Ikatan Guru Civic Indonesia (IGCI) Retno Listyarti mengingatkan, bangsa ini jangan sampai
membiarkan eksistensi Pancasila diragukan sebagai falsafah hidup dan cermin impian seluruh bangsa tentang
pedoman hidup berbangsa dan bernegara yang diidealkan bersama.
Karena itu, kata dia, pendidikan Pancasila harus diyakini dapat menjadi penanaman nilai-nilai hidup
bersama dalam keberagaman. Menurut Retno, tereduksinya pendidikan Pancasila, telah membawa dampak buruk
terhadap pemahaman guru dan siswa tentang bagaimana hidup dalam masyarakat multikulural.
"Bahkan, istilah multikultural ini asing bagi siwa karena minim ditemukan dalam pembelajaran di
sekolah.Padahal Indonesia merupakan negara multikultural yang butuh membangun kebersamaan dalam
keberbedaan agar terus harmonis sebagai suatu bangsa," tutur Retno.
Kurikulum pendidikan kewarganegaran dan sejarah saat ini minim membahas multikulturalisme.Ini sebagai
dampak materi Pancasila yang tak lagi menonjol dalam kurikulum.Guru-guru yang masih menjadikan buku teks
sebagai bahan ajar juga tidak mengembangkan ruang untuk mengajarkan dan mendiskusikan soal multikultural.Para
penulis buku teks tak mencantumkan karena mengikuti acuan dalam kurikulum.
Oleh karena itu, harapan agar Pendidikan Pancasila kembali diperkuat dan utuh dalam kurikulum
pendidikan di jenjang pendidikan dasar hingga tinggi, kembali mencuat menyambut Hari Lahir Pancasila 1 Juni.
"Pendidikan Pancasila perlu direvitalisasi sebagai upaya fundamental dalam membangun dan
membelajarkan nilai-nilai dasar ideologis Pancasila pada siswa di sekolah," kata Retno.Kajian pendidikan Pancasila
dilakukan Sekolah Tanpa Batas yang didukung Koalisi Pendidikan dan IGCI, menemukan fakta materi Pancasila
dalam pendidikan kewarganegraan minim dan hanya sebagai tempelan.
Bambang Wisudo dari Sekolah Tanpa Batas memaparkan, di tingkat SD misalnya, materi Pancasila dalam
pendidikan kewarganeraan diajarkan di kelas 2 dan 6 dengan porsi kecil. Di SMP diajarkan di kelas VIII, sedangkan
di SMA di kelas XII.
Materi pendidikan kewarganegaraan yang disajikan di sekolah dinilai memberatkan.Di jenjang SD sudah
dikenalkan soal ketatanegaraan.Padahal, semestinya di jenjang inilah pendidikan Pancasila semestinya untuk
membangun karakter anak bangsa.Adapun di jenjang SMP dan SMA materi pendidikan kewarganegaraan seakan-
akan hendak menjadikan siswa ahli tata negara.Semestinya di jenjang ini, siswa diajarkan untuk menjadi warga
negara yang bertanggung jawab, aktif, dan kritis menyikapi situasi sosial dan kewarganegaraan.

E. Tujuan perkuliahan pancasila


1.Aspek Pengetahuan
Dalam aspek ini mahasiswa dapat memahami
a.Tentang sejarah perjuangan nasional dalam kaitannya dengan lahir dan perkembangan
pancasila sebagai dasar negara
b.Tentang pancasila dalam kaitannya dengan kehidupan ketatanegaraan kita
c.Tentang pancasila sebagai konsep filsafati yang merupakan dasar negara serta
pandangan hidup bangsa kita.

2.Aspek Keterampilan
Dengan pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah, kehidupan ketatanegaraan serta
konsep filsafati tersebut, diharapkan agar para mahasiswa trampil :
a.Di dalam menyatakan buah pikirannyamengenai pelbagai aspek tentang pancasila
b.Menganalisa keadaan masyarakat dan bangsanya, dalam suatu kerangka berpikir yang
konsisten dengan Pancasila

3.Aspek Sikap
Dengan modal pengetahuan dan keterampilan tersebut, diharapkan tumbuhnya sikap
mental yang unsurnya adalah sikap :
a.taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b.menghargai sesama manusia dan bangsa keyakinan adanya kesamaan harkat dan
derajat;
c.mengembangkan persatuan di dalam keanekaragaman
d.menghargai pelbagai pendapat yang beda, dan musyawarah untuk mufakat.
e.adil, demi dimilikinya oleh masing-masing pihak apa yang menjadi haknya.

4.Aspek pengabdian masyarakat


Menerapkan pancasila sesuai dengan profesinya

5.Aspek lingkungan hidup


Melindungi dan mengembangkan lingkungan hidup

F. Landasan pendidikan pancasila


1.Landasan Historis
2.Landasan Kulturil
3.Landasan Yuridis
4.Landasan filosofis
#Landasan Historis

•Nilai-nilai Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri


•Dirumuskan dalam sidang-sidang BPU PKI
•Ditetapkan sebagai Dasar Negara dalam sidang Pleno PPKI tanggal 18 Agustus 1945. (Materi
ini akan dibahas lebih lanjut pada Bab 2)
•- Masa raja-raja (kerajaan di Indonesia)
-Masa imprealisme
•Proses yang panjang sehingga ditemukan jati diri yang didalamnya tersimpul watak, sifat dan
ciri khas bangsa yang berbeda dengan bangsa lain yang oleh para pendiri negara disebut lima
prinsip yang diberi nama pancasila
•Lahir, tumbuh dan berkembang dari adat istiadat, tradisi dan budaya
sendiri

#Landasan Kulturil

Pancasila adalah nilai-nilai sosial budaya bangsa Indonesia. Sebagai nilai sosial budaya,
pancasila berwujud sebagai :
•Kepribadian bangsa Indonesia
Nilai – nilai pancasila merupakan ciri khas yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri yang
digali dari kebudayaan, adat-istiadat, tradisi, dan keagamaan bangsa Indonesia.
•Jiwa bangsa Indonesia
Bahwa pancasila mengandung semangat kebansaan dan patriotic yang mampu
mempersatukanbangsa Indonesia yang bhineka dalam kerangak Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
•Moralitas bangsa Indonesia
Bahwa tata nilai Pancasila menjadi patokan dan penuntun sikap dan prilaku manusia
Indonesia dalam seluruh gerak dan hubungannya ke segala arah.
-Ciri khas setiap bangsa berbeda-bedasesuai dengan sejarah berdirinya sehingga melahirkan
segera kebudayaan yang berbeda-beda
-Negara komunistik, liberalistik, persemakmuran, federal, serikat.
-Bangsa Indonesia memiliki asas kulturil yang berbeda. Nilai kemasyarakatan dan kenegaraan
yang terkandung dalam sila-sila pancasila merupakan karya besar dari tokoh-tokoh
kenegaraanIndonesia : Mr. M. Yamin, Prof. Soepomo, Bung Karno .

#Landasan Yuridis

•Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945


•Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
UU No. 2 tahun 1989 →UU No. 2 tahun 2003 “Jenjang pendidikan tinggi memuat matakuliah
pengembangan kepribadian”
•Keputusan Materi Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 045/U/2002
tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.
•Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 232/U/2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.
•Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No. 38/DIKTI/2002 tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Matakuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

#Landasan Filosofis
Pancasila adalah sistem filsafat bangsa Indonesia Sebagai sistem filsafat diwujudkan
sebagai falsafah bangsa atau pandangan hidup bangsa Indonesia dalam konteks
bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara. (Materi ini akan dibahas lebih lanjutpada Bab 3).
Sebelum terbentuknya negara ada hal yang harus dipenuhi :
1.Ada persatuan yang terwujud sebagai rakyat
2.Adanya pemerintah
3.Adanya wilayah

G. Kajian pancasila secara holistic, melalui tinjauan


Ø  Tinjauan filosofis
Ø  Tinjauan Historis
Ø  Tinjauan Yuridis-konstitusional
Ø  Tinjauan aktual atau etis

1.Tinjauan Filosofis
-Sistem filsafat
-Ideologi hidup bangsa
-Pandangan hidup bangsa
-Etika bangsa
-Pembedaan pancasila dengan pandangan bangsa lain

2.Tinjauan Historis
-Masa kejayaan nasional
-Sejarah perkembangan pancasila (etimologi, terminology, kronologis)
 -Kebulatan yang utuh menyeluruh dan sistematik

3.Tinjauan yuridis konstitusional


-Status dan kedudukan pancasila dalam tata kehidupan bangsa
-Keterkaitan pancasila dengan norma-norma hukum di Indonesia
-Sistem pemerintahan
-Hubungan lembaga-lembaga negara
-Demokrasi pancasila

4.Tinjauan aktual atau etis


-Aktualisasi pancasila
-Pancasila sebagai paradigma
-Pancasila hubungannya dengan hukum dan HAM

BAB III PENUTUP

Dengan memahami latar belakang filosofis pendidikan kewarganegaraan di perguruan


tinggi umum UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG , makadiharapkan pelaksanaan
pembelajaran pendidikan pancasila dapat dipertanggung jawabkan.Hal ini dengan alasan bahwa
melalui pendidikan pancasila, paradigma pendidikan demokrasi secara sistemik dengan
pengembangan civic intelegen, civic participation and civic responsibility dari civic education
merupakan wahana pendidikan demokrasi yang diharapkan dapat menghasilkan manusia
berkualitas dengan keahlian professional serta berkeadaban khas pancasila.Pancasila harus
menjadi core fhilosofis bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Secara
demokratis dalam rangka mewujudkan masyarakat warga yang berkeadaban. Berdasarkan
itusemua, perguruan tinggi umum harusmampu menghasilkan manusia yang unggul secara
intelektual, anggun secara moral, berkompeten dalam penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni, serta memiliki komitmen yang tinggi untuk berbagai kegiatan pemenuhan amanat
socialtersebut.

DAFTAR PUSTAKA
-Departemen Pendidikan Nasional.Modul Acuan Proses Pembelajaran Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian.Direktorat Pembinaan Akademikdan Kemahasiswaan ,Direktorat
Jenderal Pendidiakan Tinggi.Jakarta .

-http://www.unhas.ac.id/lkpp/Pancasila.
http://edukasi.kompas.com/read/2012/05/31/1916552/Pengabaian.Pendidikan.Pancasila.
           

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
1.      Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Mata kuliah kewarganegaraan sering disebut sebagai civic education,citizenship education,
dan bahkan ada yang menyebut sebagai democracy education.
Kesadaran demokrasi serta implementasinya harus senantiasa dikembangkan dengan basis
filsafat bangsa, identitas nasional, kenyataan dan pengalaman sejarah bangsa tersebut, serta
dasar-dasar kemanusiaan dan keadaban. Oleh karena itu dengan pendidikan kewarganegaraan
diharapkan intelektual Indonesia memiliki dasar kepribadian sebagai warga negara yang
demokratis, religius, berkemanusiaan dan berkeadaban.
2.      Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
                Visi Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber nilai
dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya.
                 Misinya adalah membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara
secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah
air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.
B.      Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum
1.      Landasan Ilmiah
                      Bahan pendidikan kewarganegaraan meliputi hubungan antara warganegara dan
negara,serta pendidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai budaya
serta dasar filosofi bangsa. Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta
tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila.
2.      Landasan Hukum
      Landasannya pada :
1.      UUD 1945
2.      Ketetapan MPR No. II/MPR/1999
3.      Undang-Undang No. 20 Tahun 1982
4.      Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
5.      Pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006

BAB I
PENDAHULUAN

Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia, meskipun
dengan berbagai macam istilah. Mata kuliah tersebut sering disebut sebagai civil education,
citizenship education, dan bahkan ada yang menyebut sebagai democracy education. Mata
kuliah ini memiliki peran yang strategis dalam mempersiapkan warga negara yang cerdas,
bertanggung jawab, dan berkeadaban. 
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003, Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, serta surat keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan
Kelompok mata kuliah Perkembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi terdiri atas mata
kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia. Berdasarkan
ketentuan tersebut maka kelompok mata kuliah perkembangan kepribadiantersebut wajib
diberikan di semua fakultas dan jurusan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Dengan adanya penempurnaan kurikulum mata kuliah pengembangan kepribadian tersebut
maka pendidikan kewarganegaraan memiliki paradigma baru, yaitu Pendidikan
Kewarganegaraan berbasis Pancasila. Kiranya akan menjadi sangat relevan jikalau
Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi dewasa ini  sebagai sintesis antara “civic
education”, “democracy educatio”, serta “citizenship educatwwwion” yang berlandaskan
Filsafat Pancasila, serta mengandung muatan identitas nasional Indonesia, serta muatan
makna pendidikan pendahuuan bela negara (Mansoer, 2005). Hal ini berdasarkan
kenyataan diseluruh negara di dunia, bahwa kesadaran demokrasi serta implementasinya
harus senantiasa dikembangkan dengan basis filsafat bangsa identitas nasional, kentataan
dan pengalaman sejarah bangsa tersebut serta dasar-dasar kemanusiaan dan keadaban.
Oleh karena itu dengan pendidikan kewarganegaraan diharapkan intelektual Indonesia
memiliki dasar kepribadian sebagai warga negara yang demikratis, religius,
berprikemanusiaan dan berkeadaban.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan 
Berdasarkan keputusan DIRJEN DIKTI No 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan pendidikan
Kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi, misi dan kompetensi sebagai berikut.
Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber nilai dan
pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadian sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan
suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus
memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta tanah air dan
bangsanya.
Misi Pendidika Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu mahasiswa
menetapka kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar
Pancasila rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknilogi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan
bermoral.
Oleh karena itu kompetensi yang diharapkan mahasiswa adalah untuk menjadi ilmuwan
yang profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis,
berkeadaban. Selain itu kompetensi yang diharapkan agar mahasiswa menjadi warganegara
yang memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan ang
damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.
Berdasarkan pengertian tersebur maka kompetensi mahasiswa dalam pedidikan tinggi tidak
dapat dipisahkan dengan filsafat bangsa.

Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum


Landasan Ilmiah
Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan
Setiap warga negara ditintut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara dan
bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya.
Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Ipteks) yang
berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai moral, nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai
budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup
setiap warganegara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bahasan
Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara warganegara dan negara, serta
pedidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai budaa serta
dasar filosofi bangsa. Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara,serta membentuk nilai dan prilaku cinta
tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila.
Sebagai suatu perbandingan, diberbagai negara juga dikembangkan materi Pendidikan
Umum (General Education/humanities) sebagai pembekalan nilai-nilai ang mendasari sikap
dan prilaku warganegaranya.
Amerika Serikat : History, Humanity, dan Philosophy.
Jepang : Japanese History, Ethics, dan Philosophy.
Filipina : Philipino, Family Planning, Taxation and Land Reform, The Philiphine New
Constitution, dan Study of Human Rights.
Dibeberapa negara dikembangkan pula bidang studi yang sejenis dengan Pendidikan
Kewarganegaraan, yaitu yang dikenal dengan Civics Education.
Objek Pembahasan Pendidika Kewarganegaraan
Setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek, metode, sistem
dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap ilmu harus jelas, baik objek material,
maupun objek formalnya. Objek material adalah bidang sasaran yang dibahas dan dikaji
oleh suatu bidang atau cabang ilmu. Sedangkan objek formal adalah sudut pandang
tertentu yang dipilih untuk membahas objek material tersebut. Adapun bjek material dari
Pendidikan Kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan dengan warganegara baik
yang empirik maupun ang nonempirik, yang meliputi wawasan, sikap dan perilaku
warganegara dalam kesatuan bangsa dan negara. Sebagai objek formalnya mencakup dua
segi, yaitu segi hubugan antar warganegara dan negara (termasuk hubungan antar
warganegara) dan segi pembelaan negara. Dalam hal ini pembahasan Pendidikan
Kewarganegaraan terarah pada warga negara Indonesia dalam hubungannya dengan
negara Indonesia dan pada upaya pembelaan negara Indonesia.
Objek embahasan Pendidikan Kewarganegaraan menurut putusan Dirjen Pendidikan
Tinggi No. 43/DIKTI/KEP/2006, dijabarkan lebih rinci yang meliputi pokok-pokok bahasan
sebagai berikut:
Substansi Kajian Pendidikan Kewarganegaraan mencakup:
Filsafat Pancasila
Identitas Nasional 
Negara dan Konstitusi 
Demokrasi Indonesia 
Rule of Law dan Hak Asasi Manusia 
Hak dan Kewajiban Warganegara serta Negara 
Geopolitik Indonesia
Geostrategi Indonesia
Landasan Hukum
UUD 1945
Pembukaan UUD 1945, khusus pada alenia kedua dan keempat, yang memuat cita-cita
tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaannya. 
Pasal 27 (1) menyatakan bahwa “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya”. 
Pasal 30 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pembelaan negara”.
Pasal 31 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.”
Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara.
Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. UU No. 1 Tahu 1988) 
Dalam pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak kewajiban warga negara yang diwujudkan
dengan keikutsertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan
Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tak terpisahkan dalam sistem Pendidikan
Nasional.
Dalam pasal 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib diikuti
oleh setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap. Tahap awal pada tingkat
pendidikan dasar sampai pendidikan menengah ada dalam gerakan Pramuka. Tahap
lanjutan pada tingkat pendidikan tinggi ada dalam bentuk Pendidikan Kewiraan.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan berdasarkan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002
tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama,
Pendidikan Bahasa dan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelompok Matakuliah
Pengembangan Kepribadian, yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program
studi/kelompok program studi.

Adapun pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi


Departemen Pendidikan Nasional, Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, yang memuat rambu-rambu
pelaksanaan kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. 

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Dari Buku
Pendidikan Kewarganegaraan
H.KAELAN,M.S. H.AHMAD ZUBAIDI,MSi

BAB I

A.Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


1.Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,tentang Sistem
Pendidikan Nasional,serta surat keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep /2006,tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok
mata kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi terdiri atas mata kuliah
Pendidikan Agama,Pendidikan Kewarganegaraan,dan Bahasa Indonesia.

2.Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Berdasarkan keputusan DIRJEN DIKTI No.43/DIKTI/Kep/2006,tujuan pendidikan
kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi,misi dan kompetensi sebagai berikut.
• VISI Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber nilai dan
pedoman dalam pengenbangan dan penyelenggaraan program studi,guna mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadianya sebagai manusia seutuhnya.Hal ini berdasarkan pada
suatu realitas yang dihadapi,bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus
memiliki visi intelektual,religius,berkeadaban,kemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya.
• MISI Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu mahasiswa
memantapkan kepribadaianya,agar secara konsistenmampu mewujudkan nilai-nilai dasar
Pancasila,rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai,menerapkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan,teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan
bermoral.
Berdasarkan pengertian tersebut maka kompetensi mahasiawa dalam pendidikan tinggi tidak
dapat dipisahkan dengan filsafat bangsa.

B.Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum


1.Landasan Ilmiah 
a.Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran bernegara,serta menumbuhkan sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan
kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila.
b.Objek pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi No.43/DIKTI/KEP/2006 yang termasuk pokok-
pokok bahasan yaitu:
Substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan mencakup :
1) Filsafat Pancasila
2) Identitas Nasional
3) Negara dan Konstituasi
4) Demokrasi Indonesia
5) Rule of law dan Hak Asasi Manusia
6) Hak dan Kewajiban Warganegara serta Negara
7) Geopolitik Indonesia
8) Geostrategi Indonesia
c.Rumpuan Keilmuan
Pendidikan Kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan civics Education yang dikenal dengan
berbagai Negara.Sebagai bidang studi ilmiah,Pendidikan Kewarganegaraan bersifat
antardisipliner (antar bidang) bukan monodisipliner,karena kumpulan pengetahuan yang
membangun ilmu kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu.Oleh karena itu upaya
pembahasan dan pengembanganya memerlukan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu yang
meliputi ilmu politik,ilmu hokum,ilmu filsafat,ilmu sosiologi,ilmu administrasi Negara,ilmu
ekonomi pembangunan,sejarah perjuangan bangsa dan ilmu budaya.
2.Landasan Hukum
a.UUD 1945
1) Pembukaan UUD 1945,Khusus pada alinea kedua dan keempat,yang memuat cita-cita
tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaanya.
2) Pasal 27 (1) menyatakan bahwa “Segala warga bersamaan kedudukanya di dalam hukum
dan pemerintah serta wajib menjunjung hukum dan pemerintah itu dengan tidak ada kecualinya.
3) Pasal 30 (1) menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran.”
4) Berdasarkan 31 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warganegara berhak mendapatkan
pengajaran.”

b.Ketetapan MPR No.II/MPR/1999 tentang garis-garis Besar Haluan Negara.”


c.Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan Negara Republik Indonesia. (Jo.UU No.1 Tahun 1988)
1) Dalam pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak kewajiban warga Negara yang diwujudkan dengan
keikutsertaan dalam upaya Bela Negara diselenggarakan melalui pendidikan Pendahuluan bela
Negara sebagai bagian tak terpisahkan dalam system Pendidikan Nasional.
2) Dalam pasal 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib diikuti
oleh setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap.Tahap awal pada tingkat
pendidikan menengah ada dalam gerakan Pramuka.Tahap lanjutan pada tingkat pendidikan
tinggi ada dalam bentuk Pendidkan Kewiraan.
d.Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dan berdasarkan
keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang kurikulum Inti Pendidikan
Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama,Pendidikan Bahasa dan Pendidikan
Kewarganegaraan Merupakan kelompok matakuliah pengenbangan Kepribadian yang wajib
diberikan dalam kurikulum setiap program studi/kelompok program studi.
e.Adapun pelaksanaanya berdasarkan surat keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen pendidikan Nasional nomor 43/DIKTI/Kep/2006,yang memuat rambu-rambu
pelaksanaan kelompok Matakuliah Pengenbangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai