Anda di halaman 1dari 18

DAFTAS ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pancasila .................................................................................. 3
2.2 Pengertian Ideologi .................................................................. 3
2.3 Perkembangan ......................................................................... 4

BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia ...... 6
3.2 Perbandingan Ideologi Pancasila dengan ideologi Lain .......... 7
3.3 Perkembangan Pancasila dari Zaman ke Zaman ..................... 9
3.4 Relevansi dan Kontribusi Pancasila dengan Kemajuan
Masyarakat ............................................................................ 14

BAB 4 PENUTUP
4.1 Simpulan ................................................................................ 16
4.2 Saran ...................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemajuan alam pikir manusia sebagai individu maupun kelompok telah
melahirkan persamaan pemikiran dan pemahaman ke arah perbaikan nilai-
nilai hidup manusia itu sendiri. Paham yang mendasar dan konseptual
mengenai cita-cita hidup manusia merupakan hakikat ideologi. Manusia
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa di dunia ternyata membawa dampak
kepada ideologi yang berbeda-beda sesuai dengan pemikiran, budaya, adat-
istiadat, dan nilai-nilai yang melekat dalam kehidupan masyarakat tersebut,
termasuk Indonesia.
Indonesia terlahir melalui perjalanan yang sangat panjang mulai dari
masa kerajaan Kutai sampai masa keemasan kerajaan Majapahit serta
munculnya kerajaan-kerajaan Islam. Kemudian mengalami masa penjajahan
Belanda dan Jepang. Kondisi ini telah menimbulkan semangat berbangsa yang
satu, bertanah air satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Semangat ini
akhirnya menjadi latar belakang para pemimpin yang mewakili bangsa
Indonesia memandang pentingnya dasar filsafat Negara sebagai simbol
nasionalisme.
Kenyataan hidup berbangsa dan bernegara bagi kita, bangsa Indonesia
tidak dapat dipisahkan dari sejarah masa lampau. Demikianlah halnya dengan
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk di dalamnya
Pancasila sebagai dasar negaranya. Sejarah masa lalu dengan masa kini dan
masa mendatang merupakan suatu rangkaian waktu yang berlanjut dan
berkesinambungan. Meskipun demikian, bangsa Indonesia tetap menjadikan
Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidupnya.
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia
serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang semakin
baik, dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

1
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar
negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji
kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan
manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia. Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian
Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan
dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap
warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia?


2. Apa sajakah perbandingan ideologi pancasila dengan ideologi lain?
3. Bagaimana perkembangan pancasila dari zaman ke zaman?
4. Apa saja relevansi dan kontribusi pancasila dengan kemajuan masyarakat?

1.3. Tujuan
1. Untuk memahami bagaimana pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara Indonesia.
2. Untuk mengetahui apa saja perbandingan ideologi pancasila dengan
ideologi lain.
3. Untuk mengetahui dan mempelajari perkembangan pancasila dari zaman
ke zaman.
4. Untuk mengetahui apa saja relevansi dan kontribusi pancasila dengan
kemajuan masyarakat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pancasila

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata Sanskerta: panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun
Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 preambule
(pembukaan) Undang-Undang Dasar 1945.
Pancasila merupakan cerminan karakter bangsa dan negara Indonesia
yang beragam, hal itu dapat terlihat dari fungsi dan kedudukan pancasila
sebagai jiwa bangsa Indonesia, kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa,
sarana tujuan hidup dan pedoman bangsa Indonesia. Sebagai warga negara
yang setia kepada nusa dan bangsa haruslah mau mepelajari dan menhayati
pancasila yang sekaligus sebagai dasar filsafat negara (Kaelan dan Zubaidi,
Ahmad: 2007).
Negara Pancasila adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan
dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan
martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan
yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai
manusia, mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir
batin selengkap mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu
kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa
“keadilan sosial”.

2.2. Pengertian Ideologi


Berdasarkan etimologinya, Ideologi berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari dua kata yaitu Idea berarti raut muka, perawakan, gagasan dan

3
buah pikiran dan Logia berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah
ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science des ideas.
Pengertian Ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide,
keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan
tingkah laku seseorang dalam berbagai bidang kehidupan seperti:
1. Bidang politik, termasuk bidang hukum, pertahanan dan keamanaan.
2. Bidang sosial
3. Bidang kebudayaan
4. Bidang keagamaan
Maka ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang
menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat
dan bangsa yang bersangkutan pada hakekatnya merupakan asas kerohanian
yang antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan
b. Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerohaniaan, pandangan dunia,
pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara,
dikembangkan, diamalkan, dilestarisakan kepada generasi berikutnya,
diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

2.3. Perkembangan

Perkembangan adalah suatu proses untuk menghasilkan peningkatan


kemampuan untuk berfungsi pada tingkat tertentu. Perkembangan
berhubungan proses yang terjadi secara stimultan dengan pertumbuhan yang
menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi. Jadi, jika tubuh anak
semakain besar dan tinggi, kepribadiannya secara stimultan juga semakin
matang. Perkembangan terjadi pada individu secara alami, karena di dalam
dirinya telah terdapat komponen-komponen psikologis yang menunjang
perkembangannya. Komponen psikologis dalam perkembangan individu di
antaranya, psiko-kognitif, psiko-motorik dan psiko-afektif. Perkembangan
merupakan suatu proses yang panjang, dan membutuhkan dorongan atau
stimulus untuk berlangsungnya suatu kehidupan.

4
Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara stimultan dengan
pertumbuhan yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar
dari lingkungannya. Perkembangan anak adalah bertambahnya struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Dalam proses Reformasi, MPR melalui sidang istimewa tahun 1998,
kembali menegaskan kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara Republik
Indonesia yang tertuang dalam TAP MPR No. XVIII/MPR /1998. Oleh
karena itu segala agenda dalam proses reformasi, yang meliputi rakyat (sila
keempat) juga harus mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Reformasi tidak rnungkin menyimpang dari nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persaman, Kerakyatan dan Keadilan.
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun
bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi
Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu
menyesuaikan dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi
serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi
Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di
dalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih konkrit,
sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-
masalah aktual yang selalu berkembang.
Menurut Alfian kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi
yang ada pada ideologi tersebut yaitu :
 Dimensi realita, yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam
ideologi tersebut secara riil hidup di dalam serta bersumber dari budaya
dan pengalaman sejarah masyarakat atau bangsanya.
 Dimensi idealisme, yaitu bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut
mengandung idealisme yang memberi harapan tentang masa depan yang
lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama sehari-
hari.
 Dimensi fleksibilitas/dimensi pengembangan, yaitu ideologi tersebut
memiliki keluwesan yang memungkinkan dan merangsang pengembangan
pemikiran-pemikiran baru yang relevan dengan ideologi bersangkutan

6
tanpa menghilangkan atau mengingkari jati diri yang terkandung dalam
nilai-nilai dasarnya.
Dengan demikian Pancasila memenuhi ketiga syarat tersebut sehingga
ideologi Pancasila senantiasa hidup, tahan uji dan fleksibel terhadap
perubahan jaman dari masa ke masa.
Karena nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai-
nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan bangsa Indonesia
sebagai Pandangan hidup dan kepribadiannya maka menempatkan Pancasila
sebagai ideologi bangsa sekaligus sebagai ideologi negara. Pancasila sebagai
ideologi negara memiliki makna :
 Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan.
 Mewujudkan satu azas kerohanian pandangan dunia, pandangan hidup
yang harus dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada
generasi penerus bangsa, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
semangat nasionalisme.

3.2. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan ideologi Lain

7
8
3.3. Perkembangan Pancasila dari Zaman ke Zaman
1. Zaman Kerajaan
Pada zaman ini masyarakat juga belum mengenal Pancasila tetapi
mereka sudah mengamalkan unsur-unsur Pancasila, seperti hidup
saling tolong menolong dan mengamalkan kebudayaan-kebudayaan
yang ada. Dimana masyarakat pada zaman ini sudah memiliki sistem
pemerintahan yang kuat.
2. Zaman Kolonial
Pada zaman ini masyarakat belum mengenal Pancasila, karena
pada saat itu belum mengenal rasa persatuan dan kesatuan sehingga
mereka dijajah oleh bangsa asing. Dimana Pancasila dianggap rendah
bagi bangsa asing karena pada saat itu masyarakat Indonesia belum
mempunyai rasa persatuan dan kesatuan yang kokoh.
3. Zaman Kemerdekaan
Pada zaman ini masyarakat sudah mengenal Pancasila dan mereka
sudah mengamalkan unsur-unsur dan prinsip-prinsip Pancasila karena
Pancasila itu merupakan dasar negara Indonesia. Pada zaman ini
Pancasila telah dipandang oleh bangsa asing sebagai dasar negara dan
pandangan hidup di zaman reformasi ini
4. Zaman Orde Lama
Pada masa Orde Lama misalnya, Pancasila menjadi ideologi murni.
Pancasila lebih banyak berada dalam ranah idealisasi. Artinya
pemikiran Pancasila lebih ke ide, gagasan, konsep yang dijadikan
pegangan seluruh aspek kehidupan Pancasila seakan-akan ada di
awang – awang karena hanya berupa dogma yang sulit diterjemahkan.
Pada era tersebut ideologis Pancasila masih didominasi oleh
kehebatan karisma Bung Karno. Apa yang keluar dari pidato bung
Karno adalah selalu dielu-elukan masyarakat yang saat itu sangat
eforia dengan kebebsan setelah masa penindasan Belanda dan jepang.
Setiap pidato tentang Pancasila yang terucap dari mulut Bung karno
akan ditelan masyarakat sebagai harga mati bagi ideologi bangsa

9
5. Zaman Orde Baru
Pada zaman ini bangsa Indonesia masih bisa mempertahankan
Pancasila sebagai dasar negara karena Pancasila dianggap sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia. Tetapi lebih jauh
dipertandingkan dan digunakan untuk menekan perbedaan. Ia menjadi
alat represi ideologi politik dan memberangus lawan politik di pentas
publik. Skrining ideologi mulai dari partai politik, organisasi massa,
hingga ke urusan pribadi menjadi fenomena yang mencolok selama
kekuasaan Orde Baru, terlebih lagi setelah pada tahun 1978 Majelis
Permusyawaratan Rakyat mengeluarkan ketetapan tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamala Pancasila (P4).
Tetapi sebagian masyarakat Indonesia telah menyalahgunakan
nilai-nilai Pancasila dan terjadilah KKN. Sehingga bangsa Indonesia
mengalami krisis terutama dibidangekonomi.
Dan juga Pada masa Orde Baru penguasa menjadikan Pancasila
sebagai Ideologi politik, hal ini bisa dilihat dari berbagai kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan keharusan elemen
masyarakat (orpol dan kemasyarakatan serta seluruh sendi kehidupan
masyarakat ) yang harus berasaskan Pancasila.
Berbeda dengan saat era orde baru yang didominasi karismatik
Bung Karno. Pada era orde Baru Pancasila harus diterima masyarakat
melalui indomtrinasi dan pemaksaan dalam sistem pendidikan
nasional yang membuat Pancasila melekat erat dalam kehidupan
bangsa.
Era orde baru itu pemerintah menggunakan Pancasila sebagai
“alat” untuk melegitimasi berbagai produk kebijakan. Dengan
berjalannya waktu muncul persoalan yaitu infrastruktur politik terlalu
larut dalam mengaktualisasi nilai dasar, sehingga mulai muncul
wacana adanya berbagai kesenjangan di tengah masyarakat .
Kondisi ini ditambah dengan bergulirnya globalisasi yang
menjadikan tidak adanya lagi sekat-sekat pemisah antarnegara
sehingga pembahasan dan wacana yang mengaitkan Pancasila dengan

10
ideologi atau pemahaman liberalisasi, kapitalisasi dan sosialisasi tak
terelakkan lagi. Dibandingkan dengan ideologi liberal misalnya maka
pemecahan persoalan yang terjadi akan mudah karena ideologi liberal
mempunyai konsep jelas ( kebebasan di bidang ekonomi,
ketatanegaraan, agama) demikian juga jika ideologi sosialis (komunis)
menjawab persoalan pasti rumusnya juga jelas yaitu dengan
pemusatan pengaturan untuk kepentingan kebersamaan. Pada
pertengahan Orba mulai banyak wacana yang menginginkan agar
Pancasila nampak dalam kehidupan nyata, konkret, tidak angan-angan
semata ( utopia ). Itu berarti Pancasila menjadi ideologi praktis.
Pancasila diposisikan sebagai alat penguasa melalui monopoli
pemaknaan dan penafsiran Pancasila yang digunakan untuk
kepentingan melanggengkan kekuasaan. Akibatnya, ketika terjadi
pergantian rezim di era reformasi, muncullah demistifikasi dan
dekonstruksi Pancasila yang dianggapnya sebagai simbol, sebagai
ikon dan instrumen politik rezim sebelumnya. Pancasila ikut
dipersalahkan karena dianggap menjadi ornamen sistem politik yang
represif dan bersifat monolitik sehingga membekas sebagai trauma
sejarah yang harus dilupakan.
6. Zaman Reformasi
Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi
populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat terkesan
masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang
kehilangan legitimasi, rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamannya
sudah umum kita ketahui, karena rejim Orde Lama dan Orde Baru
menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter.
Penolakan terhadap segala hal yang berhubungan dengan Orde
Baru, menjadi penyebab mengapa Pancasila kini absen dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Harus diakui, di masa lalu
memang terjadi mistifikasi dan ideologisasi Pancasila secara

11
sistematis, terstruktur dan massif yang tidak jarang kemudian menjadi
senjata ideologis untuk mengelompokkan mereka yang tak sepaham
dengan pemerintah sebagai “tidak Pancasilais” atau “anti Pancasila” .
Pada era reformasi pola pikir masyarakat perlahan bergeser.
Masyarakat menginginkan sinergi antara apa yang ada pada nilai
dasar, nilai instrumen dan nilai praktis dan tidak mau terulang lagi
perwujudan bentuk sebagai ideologi murni, ideologi politik semata.
Pancasila Artinya antara antara falsafah, ideologi, politik dan strategi
harus dijalankan secara sinergis dan kesemuanya ditujukan untuk
mewujudkan tujuan yang dikehendaki seluruh bangsa yaitu
mewujudkan civil society, social justice, welfare state.
Sepanjang reformasi Pancasila seakan akan merupakan objek
menarik yang dijadikan acuan pencapaian keseluruhan proses
reformasi. Pancasila harus selalu menjadi acuan pencapaian tujuan
Negara Indonesia . Pertanyaannya, Pancasila dalam konteks yang
mana. Harus dibedakan apakah sebagai pandangan (falsafah) bangsa,
ideologi maupun sebagai dasar negara.
Kerancuan dan perbedaan persepsi yang berkembang di
masyarakat tidak terlepas dari perbedaan pemahaman tentang tatanan
nilai dalam kehidupan bernegara yang belum berjalan secara sinergis,
yaitu antara nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praktis. Nilai dasar
adalah asas yang kita terima sebagai dalil yang setidaknya bersifat
mutlak. Kita menerima sebagai sesuatu yang tidak perlu
dipertanyakan lagi. Nilai instrumental adalah pelaksanaan umum dari
nilai dasar yang biasanya berupa norma sosial maupun norma hukum
yang akan dikonkretkan lagi oleh pemerintah dan para penentu
kebijakan. Sifatnya dinamis dan kontekstual. Nilai ini sangatlah
penting karena merupakan penjabaran dari nilai dasar dalam wujud
konkret sesuai perkembangan masyarakat. Bisa dikatakan nilai ini
merupakan tafsir positif dari nilai dasar. Berikutnya adalah nilai
praktis yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
kehidupan nyata sehari-hari di masyarakat.

12
Seharusnya semangat yang ada pada realitas masyarakat sama
dengan yang ada pada nilai dasar dan instrumental, karena dari kajian
inilah akan diketahui apakah nilai dasar dan instrumental telah betul
betul ada di tengah tengah masyarakat. Berangkat dari pemikiran
tersebut maka penataanya bisa diurutkan dengan falsafah, ideologi,
politik dan strategi (mainstream). Falsafah dan ideologi pada nilai
dasar, politik dan strategi di nilai instrumental. Sedang konkretisasi di
masyarakat adalah nilai praktis yang harus diupayakan untuk
mengimplementasikan nilai dasar dan instrumental.
Reformasi dan demokratisasi di segala bidang akan menemukan
arah yang tepat manakala kita menghidupkan kembali nilai-nilai
Pancasila dalam praksis kehidupan berbangsa dan bernegara yang
penuh toleransi di tengah keberagaman bangsa yang majemuk ini.
Reaktualisasi Pancasila semakin menemukan relevansinya di tengah
menguatnya paham radikalisme, fanatisme kelompok dan kekerasan
yang mengatasnamakan agama yang kembali marak beberapa waktu
terakhir ini. Saat infrastruktur demokrasi terus dikonsolidasikan, sikap
intoleransi dan kecenderungan mempergunakan kekerasan dalam
menyelesaikan perbedaan, apalagi mengatasnamakan agama, menjadi
kontraproduktif bagi perjalanan bangsa yang multikultural ini.
Fenomena fanatisme kelompok, penolakan terhadap kemajemukan
dan tindakan teror kekerasan tersebut menunjukkan bahwa obsesi
membangun budaya demokrasi yang beradab, etis dan eksotis serta
menjunjung tinggi keberagaman dan menghargai perbedaan masih
jauh dari kenyataan.
Dalam tahun terakhir ini, kalau membicarakan Pancasila, rasanya
ada orang yang mengernyitkan dahi sambil berpikir, apakah Pancasila
masih relevan. Sepanjang reformasi Pancasila seakan akan merupakan
objek menarik yang dijadikan acuan pencapaian keseluruhan proses
reformasi. Pancasila harus selalu menjadi acuan pencapaian tujuan
Negara Indonesia . Pertanyaannya, Pancasila dalam konteks yang

13
mana. Harus dibedakan apakah sebagai pandangan (falsafah ) bangsa,
ideologi maupun sebagai dasar negara.
Seharusnya semangat yang ada pada realitas masyarakat sama
dengan yang ada pada nilai dasar dan instrumental, karena dari kajian
inilah akan diketahui apakah nilai dasar dan instrumental telah betul
betul ada di tengah tengah masyarakat. Berangkat dari pemikiran
tersebut maka penataanya bisa diurutkan dengan falsafah, ideologi,
politik dan strategi.

3.4. Relevansi dan Kontribusi Pancasila dengan Kemajuan Masyarakat


1. Zaman Kerajaan
Masyarakat sudah mulai maju dan pintar. Dalam kehidupan
mereka sudah diatur oleh norma-norma kerajaan, dan mereka sudah
mulai menerapkan apa yang berlaku didalam kerajaan tersebut. Pada
zaman ini nilai-nilai Pancasila sudah diterapkan masyarakat kerajaan
terutama Kerajaan Kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia
pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial politik dan
ketuhanan dalam bentuk kerajaan.
2. Zaman Penjajah
Pada zaman ini Pancasila memang belum dirumuskan , akan tetapi
masyarakat sudah mulai menerapkan sepenuhnya isi dari Pancasila
meskipun ditaman penjajah ini banyak terjadi penyimpangan-
penyimpangan terhadap isi Pancasila oleh para penjajah. Pada zaman
ini ada satu nilai dalam Pancasila yang dilupakan oleh rakyat yaitu
persatuan dan kesatuan. Karena tidak adanya persatuan dan kesatuan
maka para penjajah dengan leluasa masuk ke wilayah Indonesia,
menghancurkan dan menguasainya.
3. Zaman Kemerdekaan
Pada zaman ini Pancasila sudah dirumuskan pada tanggal 18 Agustus
1945. dengan mengamalkan isi Pancasila, masyarakat Indonesia
berhasil merumuskan Pancasila dengan cara bermusyawarah. Zaman
setelah proklamasi Indonesia RIS dibentuk. Berdirinya RIS adalah

14
sebagai tak tik secara politis untuk tetap konsisten terhadap deklarasi
proklamasi yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yaitu
negara persatuan dan kesatuan.
4. Zaman Orde Baru
Pada zaman Orde Baru, Pancasila baru benar-benar diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Adapun yang dilakukan oleh
masyarakat, mereka akan berpedoman pada norma-norma yang ada
dalam Pancasila. Pada zaman ini juga terjadi pemberontakan suatu
kelompok yang ingin merubah Pancasila yang merupakan dasar
negara. Tetapi pemberontakan ini berhasil dilumpuhkan. Ini
menunjukkan bukti betapa kuatnya Pancasila.
5. Zaman Reformasi
Pada zaman Reformasi Pancasila sebagai Ideologi Yang
Reformasi, Dinamis dan Terbuka. Sebagai suatu paradigma reformasi,
Pancasila merupakan model atau pola berpikir yang mencoba
memberikan penjelasan atas kompleksitas realitas sebagai manusia
personal dan komunal dalam bentuk bangsa. Yang menjadi paradigma
justru sila-silanya karena sila-sila tesebut mengandung sejumlah nilai
yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi.
Pancasila sebagai paradigma juga berada pada posisi pembangunan
nasional yang meliputi segenap bidang kehidupan, seperti politik,
ekonomi, sosial dan budaya, dan pertahanan dan keamanan, juga di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta hukum dan hak asasi
manusia, disamping yang lain.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
4.2. Saran

16
DAFTAR PUSTAKA

Prihantoro, Edi. 2009. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Anthony, Dearden, Bedford, penyunting Ir. Agus Maulana. 1992. Sejarah


Pancasila. Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.

Kaelan dan Zubaidi, Ahmad. 2007. Pendidikan kewarganegaraan. Yogyakarta:


Paradigma.

17

Anda mungkin juga menyukai