Anda di halaman 1dari 10

TASKAP 1 MENTAL IDEOLOGI

MEMBENTENGI IDEOLOGI PANCASILA DI ERA


GLOBALISASI

Nama : Agung Darmawan


NIM : 2711221006

UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI


Penajam, Januari 2023

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1

DAFTAR ISI.................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................... 3


1.2 Rumusan Masalah................................................................. 4
1.3 Tujuan..................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Apa itu Mental Ideologi........................................................... 5


2.2 Era Globalisasi dan Pancasila................................................ 6
2.3 Membentengi Ideologi Pancasila............................................ 5

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan............................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai negara kepulauan yang masyarakatnya terdiri dari berbagai
macam suku, ras, golongan, agama, serta kepercayaan, Indonesia harus
memiliki landasan ideologi yang dapat menaungi semua keberagaman.
Sebuah landasan yang mampu menyatukan semua aspek keberagaman
tersebut. Ideologi Pancasila dan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang
memiliki makna “walaupun berbeda-beda pada hakikatnya Indonesia tetap
satu” merupakan dua pondasi ideologis vital dalam konteks Indonesia yang
multikultural. Tidak hanya berfungsi sebagai ideologi saja, Pancasila juga
merupakan falsafah dan pandangan hidup yang merekatkan segala macam
perbedaan, serta memiliki fungsi sentral dalam berbagai aspek kehidupan
seperti aspek pendidikan, sosial, dan ekonomi bangsa.
Seiring berkembangnya jaman, keberagaman dalam semua aspek ini,
baik budaya, sosial, ilmu pengetahuan dan banyak hal lainnya ikut berubah,
ada yang berubah menjadi lebih baik seperti halnya ilmu pengetahuan dan
segala kecanggihannya yang membantu kehidupan bermasyarakat sekaligus
mempermudah akses kesehatan dan lainnya, ada juga yang berubah ke
arah yang lebih buruk, seperti halnya norma-norma dan tabu yang dulu
bukan lagi sesuatu yang dipegang teguh sekarang ini, etika dan sopan
santun, tenggang rasa dan empati bermasyarakat yang secara sadar atau
tidak sadar mulai berkurang. Dimana media selalu menampilkan hal-hal
mengerikan ketimbang menampilkan hal-hal mendidik dan baik. Di era
globalisasi ini ideologi pancasila di uji, masih relevankah? Mampukan
masyarakat menjadikan mental ideologinya menjadi lebih baik dengan
memegang teguh Pancasila sebagai bukan hanya dalam kehidupan
bernegara namun juga dalam menentukan sikap dalam kehidupan sosial
untuk menjadi masyarakat yang dicita-citakan dalam Pancasila?
,

1.2 Rumusan Masalah

3
Berdasarkan latar belakang diatas, berikut beberapa penjelasan
yang akan dibahas sebagai bahan kajian:
 Apa itu Mental Ideologi?
 Membahas apa itu era globalisasi dan pancasila?
 Membentengi ideology di era globalisasi?
1.3 Tujuan
 Untuk memahami lebih jauh tentang ideology itu sendiri
 Menjaga dan mengupayaan mental yang sehat dengan
menjadikan ideology pancasila sebagai dasar nilai-nilai luhur

BAB II
4
PEMBAHASAN

2.1 Mental Ideologi


Menurut Notosoedirjo dan Latipun, kata mental diambil dari Bahasa
Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahasa Latin yang artinya
psikis, jiwa atau kejiwaan. Istilah mental hygiene dimaknai sebagai kesehatan
mental atau jiwa yang dinamis bukan statis karena menunjukkan adanya usaha
peningkatan.
Pada istilah lain, H.M Arifin menyatakan bahwa, “arti mental adalah
sesuatu kekuatan yang abstrak (tidak tampak) serta tidak dapat dilihat oleh
pancaindra tentang wujud dan zatnya, melainkan yang tampak adalah hanya
gejalanya saja dan gejala inilah yang mungkin dapat dijadikan sasaran
penyediaan ilmu jiwa atau lainnya.
Kata mental berasal dari “Kamus Besar Bahasa Indonesia” yang berarti
bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau
tenaga, bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan, melainkan juga
pembangunan batin dan watak.1
Sedangkan kata Ideologi berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata idea
dan logosdimana Idea berarti gagasan, konsep, atau pengertian
dasar, cita-cita, atau fenomena, dan juga Logos yang memilikia arti ilmu atau
akal. Secara etimologi ideologi adalah ilmu pengetahuan tentang ide atau ajaran
mengenai pengertian-pengertian dasar. Berikut pengertian Ideologi Menurut Para
Ahli, Tracy menyebutkan ideologi dimaknai sebagai “jalan
pencerah”, yang memberikan gambaran jalan untuk menuju pada kehidupan
yang lebih maju di masa yang akan datang, sebagai petunjuk
ide-ide yang salah dan sebagai sarana pengembangan kehidupan sekuler
sehingga menghasilkan kehidupan yang lebih baik. Dan engertian ideology
menurut Napoleon ialah bahwa ideologi merupakan suatu khayalan belaka
(utopis) yang tidak mempunyai arti praktis. Bakry juga menyebutkan bahwa
ideologi adalah kesatuan gagasan dasar yang sistematis dan menyeluruh
tentang manusia dan kehidupannya baik individu maupun sosial dalam
kehidupan kenegaraan.
1
Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:T.pn., t.t.),
h.733.
5
Dari pengertian-pengertian yang diberikan oleh para ahli diatas maka
dapat disimpulkan bahwa Ideologi merupakan gagasan atau sarana untuk
memperjuangkan tatanan kehidupan yang lebih baik. Ideologi menghegemoni
pemikiran individu untuk membentuk suatu kelompok. Maka dari itu mental
ideology merupakan suatu usaha jiwa yang diperkuat oleh dasar-dasar atau
gagasan, sebuah upaya untuk memperjuangkan nilai-nilai sehingga menjadikan
diri ini keada kehiduan yang lebih baik, mental yang kuat, jiwa yang kuat
merupakan ciri daripada berpikir sehat, sehingga ideology yang dianut pun tidak
akan melenceng kea rah yang tidak baik.

2.2 Era Globalisasi dan Pancasila


Kemajuan dunia saat ini terutama dalam bidang informasi dan komunikasi
mengakibatkna perubahan pada banyak aspek, Seperti yang disampaikan oleh
Presiden RI Joko Widodo dalam sebuah forum virtual saat memperingati hari
lahirnya Pancasila 1 juni 2021 lalu, yang diadakan oleh Badan Pembinaan
Ideologi Pancasila atau disingkat (BPIP) Beliau menyatakan, “Revolusi industri
4.0 telah menyediakan berbagai kemudahan dalam berdialog dan berinteraksi
serta berorganisasi dalam skala lintas negara. Hadirnya konektivitas 5G melanda
dunia, maka interaksi antar dunia juga akan semakin mudah dan cepat.
Kemudahan ini bisa digunakan oleh ideologi-ideologi transnasional radikal untuk
merambah keseluruh kalangan, seluruh usia, keseluruh pelosok Indonesia, tidak
mengenal lokasi dan waktu”. Dari pernyataan tersebut kita generasi muda harus
mempersiapkan diri secara utuh untuk siap secara mental dan secara
kepribadian menghadapi kondisi dunia saat ini, Saat ini yang perlu betul-betul
kita perhatikan maupun kita waspadai adalah rivalitas antar pandangan,antar
nilai-nilai, juga rivalitas antar ideologi. Untuk menghadapi persoalan tersebut
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila supaya dijadikan filter untuk kita
generasi muda agar tidak terbawa arus besar ideologi-ideologi radikal yang
menyesatkan. Sebab disungai yang kecilpun hanya yang bernilai bangkai dan
sampah saja yang sangat mudah terbawa arus. Apalagi arus sungai besar
ideologi dunia saat ini. Hanyut sudah tidak tentu arah. Maka generasi muda yang
berprinsip dan berkebribadian baik sajalah yang akan kuat dan tangguh
menghadapi arus besar globalisasi. Disini Pancasila harus hadir sebagai ciri
khas warga Indonesia yang memiliki sifat-sifat budi pekerti yang luhur.
6
2.3 Membentengi Diri dengan Pancasila
Pada dasarnya Pancasila dibentuk dari nilai-nilai yang telah ada didalam
bangsa Indonesia itu sendiri, seperti contohnya nilai-nilai ketuhanan, dimana
masyarakat Indonesia sendiri pada masa lampau menganut kepercayaan
dinamisme dan animisme, masyarakat Indonesia pada masa lampau percaya
bahwa manusia dibentuk atas kehendak yang Maha Kuasa, kepadanyalah
tempat kita akan kembali dan keadanyalah segala budi pekerti yang baik akan
bernaung, sehingga nilai-nilai kebaikan menjadi patokan seseorang akan
bahagia di dunia pun di kehidupan setelah kematian. Nilai inilah yang
membentuk masyarakat Indonesia yang penuh senyum dan keramahan. Pun
hingga saat ini masyarakat Indonesia masih dan akan terus mempercayai hal itu.

Nilai-nilai yang terbentuk dalam Pancasila juga dipengaruhi oleh


perkembangan ideologi saat pembentukannya, yaitu saat era sebelum dan
setelah kemerdekaan, dimana saat itu juga telah berkembang berbagai macam
ideologi, seperti komunis, liberalis, dan sosialis, dimana nilai-nilai terbaik dalam
ideologi ini menjadi bahan perumusan pembentuk Pancasila. Setelah
kemerdekaan hingga saat ini Pancasila telah teruji dan masih bertahan sebagai
ideologi yang paling tepat untuk Indonesia. Telah banyak kita ketahui semenjak
kelahirannya 1 juni 1945 Pancasila mendapati begitu banyak tantangan ideologi
tandingan yang menentang Pancasila, tidak hanya ideologi-ideologi yang
merusak tatanan kebangsaan dan perpecahan, ideologi tandingan ini juga
memakan korban jiwa, sebut saja gerakan 30september, DI, TII, NII, Gerakan
Aceh Merdeka (GAM), Gerakan Papua Merdeka, Permesta, dan sekarang yang
masih sering terdengar di papua oleh Operasi Papua Merdeka (OPM). Walaupun
Pancasila berhasil tetap kokoh hingga saat ini. Kita perlu mengambil perhatian
penuh sehingga ancaman-ancaman ideologi luar yang menentang nilai-nilai luhur
pancasila bisa kita cegah, nilai-nilai pancasila sebagai filter guna mengurangi
perpecahan, guna mencapai masyarakat yang adil makmur sesuai yang dicita-
citakan dalam pembentukan Pancasila.

Generasi muda adalah masa depan ideologi pancasila. Kembalilah ke desa,


sebab kebudayaan lahir di desa, kota hanyalah tempat singgah namun desa

7
adalah kekuatan. Begitu banyak nilai-nilai luhur pancasila yang masih sangat
lestari disana, oleh sebab di amalkan dalam keseharian masyarakat desa.
Dimana koperasi masih sangat efektif, gotong royong dilakukan demi
kemaslahatan, kebersamaan masih tinggi disana, norma-norma masih terjaga
dan terpatri, bagaimana hukum-hukum adat dibuat dan disepakati bersama,
generasi muda harus mampu mendukung dan melestarikan nilai-nilai tersebut,
desa harus dijaga dan dilindungi nilai-nilai luhurnya. Generasi muda haruslah
andai mengasah mental ideologinya, seperti halnya badan, pikiran dan jiwa
harus dilatih untuk kuat secara mental agar tidak mudah terpengaruh oleh arus
besar perubahan jaman yang melenceng.

BAB III

8
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mental yang baik perlu dilatih dan dibina sejak dini, oleh sebab itu
Pembinaan sangatlah berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian manusia.
Dalam pembinaan tersebut, terdapat norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur
tingkah laku manusia dalam masyarakat. Kepribadian tidak dapat dipahami
terlepas dari nilai dan norma-norma kebudayaan tersebut karena hakekatnya
kepribadian adalah susunan dari pada aturan tingkah laku sebagai bentuk
manifestasi kepribadian yang dapat dikatakan normal atau abnormal tergantung
pada kesesuaiannya dengan norma-norma kebudayaan dari masyarakat.Tanpa
pembinaan sama sekali, kiranya tidak mungkin manusia dapat menemukan
jalanya menuju yang benar dan lurus dan goyahnnya mental dan jiwa yang
mempengaruhi nilai-nilai daripada etika,moral dan akhlak seorang manusia, ia
akan kehilangan nilainya baik dimata manusia, maupun dihadaan Tuhannya.

DAFTAR PUSTAKA
9
Aeni, Zakia Nurul DKK. 2021. Pentingnya Ideologi Pancasila dalam Menghadapi
Berita yang Tersebar di masa Pandemi Covid-19
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/harmony

Setyowati, Agnes. 2019. Menyelamatkan Pancasila. Bogor.


https://www.unpak.ac.id/pdf/Strategi_Menyelamatkan_Pancasila.pdf

Nasution, Asren 2003 “Religiositas TNI” Jakarta: Prenada Media


Az-Zahroni, Musfir bin Said 2005, Konseling Terapi. Jakarta: PT. Gema Insani

10

Anda mungkin juga menyukai