Anda di halaman 1dari 23

PERAN GREENPEACE DALAM PENANGANAN MASALAH LINGKUNGAN DI

NEGARA BERKEMBANG: STUDI KASUS DEFORESTASI INDONESIA

PAPER

Diajukan Untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Organisasi Internasional

Dosen Pengampu:
Alfian Hidayat, S.IP., MA.

Disusun Oleh:

Hasbi Asshiddiqi NIM. L1A015013

Akses Softcopy di: s.id/pakalfian.oi.Greenpeace

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


UNIVERSITAS MATARAM
KOTA MATARAM
2018
BAB I: PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tantangan untuk menghadapi perubahan iklim yang terjadi secara global


sekarang sudah dimengerti oleh semua pihak. Pada masa-masa sekarang, isu-isu yang
berkaitan dengan permasalahan lingkungan merupakan isu yang menjadi perhatian
tiap negara, khususnya negara-negara berkembang yang terdampak dari negara-
negara industri maju yang menjadi penyumbang besar dalam masalah pencemaran
lingkungan. Salah satu dampak yang paling ekstrem dan nyata kita rasakan saat ini
mengenai permasalahan lingkungan adalah mengenai perubahan iklim. Perubahan
iklim merupakan fenomena global, sumber maupun dampaknya, sehingga tindakan
bersama di tingkat internasional menjadi penting.1 Negara-negara maju menjadi
penyumbang besar masalah perubahan iklim dengan adanya efek rumah kaca yang
dihasilkan dari berbagai polusi industri dan diperparah ulah negara berkembang
dengan berbagai kegiatan lain yang merusak hutan. Terdapat banyak pihak yang
bertanggung jawab untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui penyerapan emisi
gas rumah kaca maupun menerapkan teknologi ramah lingkungan yang mengeluarkan
emisi gas rumah kaca minimal dan bahkan sampai tingkat nol emisi.2

Oleh karena itu, ditingkat global kerjasama atau kolaborasi ataupun kemitraan
menjadi faktor fundamental untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dalam
mengatasi permasalahan lingkungan.3 Secara multilateral, kerjasama Bank Dunia
misalnya, telah memperkenalkan Global Forest Alliance (GFA) guna membalikan
kehilangan hutan di negara berkembang, berkontribusi kepada pengurangan
kemiskinan, mengurangi emisi gas rumah kaca dari deforestasi, serta mengamankan
pelayanan jasa lingkungan yang bersal dari hutan.4

1
Ganewati Wuryandari, dkk. Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Lingkungan Hidup, (Yogyakarta, CV. Andi
Offset, 2015). Hlm. 263
2
Ibid
3
J.F. Wasik, Green Marketing and Management. A Global Perspective Massacusetts (USA), Backwell Publisher,
1997.
4
Ganewati Wuryandari, dkk. Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Lingkungan Hidup, (Yogyakarta, CV. Andi
Offset, 2015). Hlm. 263
Selain daripada itu, banyak pula kerjasama-kerjasama dan pertemuan yang
dilakukan antar negara untuk membahas permasalahan lingkungan hidup tersebut.
Kerjasama-kerjasama untuk menyelesaikan permasalahan terkait dengan
permasalahan lingkungan inilah yang kemudian disebut dengan green politics.

Salah satu organisasi internasional yang muncul dari gerakan memperbaiki


keadaan bumi adalah Greenpeace. Organisasi internasional ini membantu
menanggulangi masalah lingkungan di negara berkembang. Salah satu masalah besar
yaitu deforestasi di Indonesia. Di mana dulu ada hutan hujan yang hijau dan lebat
yang penuh dengan kehidupan, sekarang hanya kesunyian. Di mana orang utan biasa
berayun dan burung-burung biasa bernyanyi, sekarang hanya diam. Di mana dulu
orang dapat bergantung pada hutan untuk mencari makan dan obat-obatan untuk
hidup, sekarang semuanya menghilang. Hutan hujan kita yang berharga dihancurkan
untuk membuka jalan bagi perkebunan industri, membahayakan spesies dan
mengeksploitasi masyarakat kita. Greenpeace hadir di dalam masalah tersebut. Maka
penting untuk melihat bagaimana sebernarnya peran organisasi ini di dalam masalah
deforestasi di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana peran organisasi internasional dalam hal ini Greenpeace dalam
mengatasi masalah lingkungan di negara berkembang khususnya masalah deforestasi
di Indonesia?
BAB II: LANDASAN KONSEP

2.1. Environmental Movement


Gerakan lingkungan (ecology movement) atau kadang-kadang disebut sebagai
gerakan ekologi (ecology movement) adalah gerakan ilmiah, sosial dan politik yang
beragam untuk menangani isu-isu lingkungan.5 Juga termasuk konservasi dan politik
hijau, Gerakan ini merupakan gerakan ilmiah, sosial, dan politik yang beragam untuk
menangani isu-isu lingkungan. Pemerhati lingkungan menganjurkan pengelolaan
sumberdaya berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan diberi kebijakan publik
sehingga memungkinkan perubahan pada perilaku individu dalam menghadapi
ekosistem. Contohnya : politik hijau dan bentuk ajakan konservasi lainnya. Manusia
dianggap sebagai peserta dalam memelihara ekosistem, bukan musuh. Gerakan ini
umumnya berorientasi kepada ekologi, kesehatan, dan hak asasi manusia. Gerakan
lingkungan umumnya merupakan sebuah gerakan internasional, yang diwakili oleh
berbagai organisasi, dari besar hingga kecil (ke akar rumput/grass root) dan bervariasi
dari satu negara ke negara lain. Karena keanggotaannya besar, bervariasi dan
mempunyai keyakinan yang kuat, maka gerakan lingkungan tidak selalu bersatu
dalam tujuan-tujuannya. Gerakan ini juga mencakup beberapa gerakan lainnya dengan
fokus yang lebih spesifik, seperti gerakan iklim. Beberapa diantaranya mempunyai
bidang yang meluas, misalnya berdasarkan profesi, agama, politisi, ilmuwan,
organisasi nirlaba dan lain-lain.

2.2. Politik Hijau

Politik hijau adalah sebuah teori yang menggagaskan tentang kepeduliannya


kepada lingkungan. Pesatnya perkembangan ekonomi menyebabkan kerusakan
lingkungan terjadi. Teori politik hijau muncul memberikan kritik terahadap manusia
yang sudah menjadi aktor dominan dalam kerusakan lingkungan dan untuk mengritisi
pemikiran tradisional dalam Hubungan Internasional, seperti realisme dan
liberalisme. disini para environmentalis sebagai pengembang politik hijau dalam
kajian Hubungan Internasional mempunyai tujuan tersendiri yaitu untuk

5
Wahyunindyawati and Dyanasari (2017). Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Yogyakarta:
Deepublish, hal.72.
memwujudkan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan ini
dimaksudkan untuk memikirkan dan mengupayakan kelestarian alam dan lingkungan
untuk generasi masa depan yang akan datang.

Setelah muncul modernisasi yang terjadi pada abad 20, isu mengenai
lingkungan mulai menjadi sorotan dalam dunia internasional. Banyaknya krisis
lingkungan yang terjadi di beragai belahan bumi juga menjadi satu alasan utama
diangkatnya mengenai masalah lingkungan dalam dunia internasional. Para teoritis
politik hijau menggunakan beberapa asumsi dasar mengenai isu lingkungan yang
sudah diperhatikan dalam tingkat internasional. Menurut Steans dan Pettiford ada tiga
asumsi dasar yang dibawa oleh teoritisi politik hijau6:

 Pertama, politik hijau lebih menekankan pada global diatas internasional. Di


sini politik hijau lebih mengedepankan pentingnya organisasi non negara yang
mampu mengatasi permasalahan masyarakat secara global, seperti Greenpeace
dan WWF.
 Kedua, pemikiran politik hijau yang menganggap manusia di zaman modern
sudah tidak lagi beriringan dengan dunia non manusia.
 Ketiga, atau yang terakhir bahwa kebiasaan manusia saat ini yang didukung
oleh kepercayaan filsafat antroposentris sebagai penyebab utama dari krisis
lingkungan hidup.

Politik hijau biasanya berkaitan dengan politik penguasaan dan pemilikan


sumberdaya alam dan perdagangan produknya serta bagaimana cara pemerintah
mengalokasikan sumber daya tersebut dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan.
Salah satu ekspresi politik adalah dalam bentuk partai politik atau institusi yang dapat
mempengaruhi keputusan politik pemerintah. Dalam bahasa internasional biasa
disebut dengan partai hijau (green party).

Menurut John Barry, dia melihat bahwa politik hijau di dasarkan pada tiga
prinsip utama, antara lain7:

1) Sebuah teori distribusi (intergerenasional) keadilan,

6
Apriwan, Teori Hijau: Alternatif dalam Perkembangan Teori Hubungan Internasional, dalam jurnal Multiversa:
Journal of Internasional Studies, Volume 02, No. 1, Februari 2011.
7
John Barry, Green Political Theory and The State ‚Discursive Sustainability; The State (and citixen) of Green
Political Theory, diakses dari http://www.psa.ac.uk/cps/1994/barr.pdf
2) Sebuah komitmen terhadap proses demokratisasi,
3) Usaha untuk mencapai keberlansungan ekologi.

Tiga prinsip utama ini merupakan konsepsi yang mewakili makna dari pusat politik
hijau. Prinsip ini digunakan sebagai sarana untuk menjelaskan konsepsi dari teori
hijau, seperti dalam memahami kelangsungan dari ekootoritarianisme yang menjadi
salah satu usaha keberlanjutan bagi biaya demokrasi dan keadilan sosial. Selain itu,
dalam pandangan A. Dobson ia memberikan dua definisi karakteristik dari politik
hijau. Pertama, menolak pandangan antroposentrisme seperti yang telah diungkapkan
oleh Ekscersly sebelumnya. Kedua, perlu adanya batasan pertumbuhan, yang
merupakan penyebab munculnya krisis lingkungan secara alami.
BAB III: PEMBAHASAN

3.1. Profil Greenpeace

Greenpeace adalah organisasi internasional atau organisasi kampanye dunia


tentang lingkungan hidup yang independen, yang menggunakan konfrontasi kreatif dan
tanpa kekerasan untuk mengungkap masalah lingkungan hidup, serta mendorong solusi
yang diperlukan untuk masa depan yang hijau dan damai.8 Dampak pemanasan global
semakin menghancuran sumber daya alam. Untuk daerah Asia, Greenpeace sudah
berbuat sesuatu termasuk menghentikan importasi limbah berbahaya, menentang
pengiriman radioaktif, berkampanye melawan pembinasaan hutan, melobi pemerintah
mengenai isu-isu energi berkelanjutan dan menyoroti bahaya limbah pembakaran.
Sekarang Greenpeace mempunyai kantor di Indonesia di Greenpeace South East Asia-
Indonesia Office, Jalan Cimandiri no 24 cikini, Jakarta Pusat 10330 Telp: 021-3101873
dan laman www.Greenpeace.or.id.

Sejarah organisasi ini dimulai tahun 1971 ketika sekelompok aktivis yang
berlayar dari Vancouver, Canada dengan kapal nelayan tua. Mereka adalah aktivis, para
pendiri dari Greenpeace yang memprotes percobaan nuklir yang di lakukan AS di
Amchitka, sebuah pulau kecil di lepas pantai Alaska. Amchitka adalah tempat
perlindungan terakhir 3000 berang-berang dan rumah untuk elang kepala botak dan
hewan liar lainnya. Walaupun mereka menggunakan kapal tua bernama Phyllis Cormack ,
yang mengalami berbagai halangan sebelum sampai di Alaska, dalam perjalanan mereka
menimbulkan banyak perhatian publik. Uji coba Nuklir berakhir pada tahun yang sama
dan pulau tersebut di deklarasikan menjadi suaka untuk burung. Hari ini, Greenpeace
adalah suatu organisasi internasional yang berkampanye untuk kampaye lingkungan
secara global. Amsterdam, Belanda adalah kantor pusat dari Greenpeace, telah
mempunyai 2,8 Juta pendukung di seluruh dunia, Nasional dan kantor regional di 41
negara.9

3.2. Peran Green Peace (Umum) dan Politik Hijau

8
Nowan. (2007). True Love. Gramedia: Jakarta, hal. 278.
9
Greenpeace International. [online] https://www.Greenpeace.org/international/explore/about/ [Diakses 26
November 2018].
Peran Greenpeace secara umum adalah untuk melindungi dan melestarikan alam
demi kelangsungan hidup manusia, hewan dan juga tumbuhan. Greenpeace adalah suatu
lembaga masyarakat, organisasi lingkungan global yang bertindak untuk mengubah sikap
dan perilaku untuk melindungi dan melestarikan lingkungan dan mempromosikan
perdamaian dengan membuat sebuah revolusi energi untuk mengatasi ancaman seperti
misalnya perubahan iklim. Greenpeace merupakan salah satu New Social Movement
(NSM), karena isu utama yang menjadi perbincangan mereka adalah terkait dengan isu
lingkungan. 10

Konsep Gerakan Lingkungan dan Politik Hijau merupakan konsep yang paling
populer untuk menjelaskan munculnya fenomena gerakan hijau (The Greens) tercakup
pada terminologi perubahan struktur sosial dan perubahan prioritas nilai dalam
masyarakat pasca-industri. Pandangan ini berawal dari munculnya sekelompok kalangan
kelas menengah baru yang memikirkan nasib Eropa Barat di bawah kondisi sosial yang
relatif makmur dan damai. Orientasi nilai yang mereka miliki tidak selamanya
bersesuaian dengan paradigma tradisional kiri-kanan, seperti terjadi dalam spektrum
ideologi politik tradisional. Menurut Ronald Inglehart yang dikutip dari penelitiannya
pada level nasional, kehadiranthe greensmerupakan fenomena pasca-materialisme (post
materialism) yang berargumen bahwa fenomena ini tidak bisa lepas dari adanya
kecenderungan perubahan dalam masyarakat pasca industri. Pada titik itu, terjadi
pergeseran dari “nilai-nilai kelangkaan” ke nilai-nilai “pascamaterialis”, dan sekaligus
perubahan distribusi nilai-nilai yang tidak sesuai dengan jalur-jalur kelas seperti dikotomi
kiri-kanan. Lebih lanjut, Politik Hijau merupakan isu baru dalam kamus politik
kontemporer.

Perkembangan gerakan politik ini tidak hanya muncul dan berkembang dalam fora
politik nasional, tetapi sudah ikut berkembang dalam tingkat regional bahkan global
(politik internasional). Di tingkat Uni Eropa, Partai Hijau ikut berperan di Parlemen
Eropa seperti Le Verstdari Perancis yang bergabung dengan Bundnis90/The Grunendari
Jerman. Bahkan, gebrakan-gebrakan Politik Hijau ini juga mempengaruhi hubungan antar
negara . Menurut Tim Hayward, perkembangan teoriPolitik Hijau (Green Political
Theory) diambil dari faktra bahwa manusia merupakan bagian dari alam, sehingga yang
memiliki implikasi bagi perilaku politiknya. Dengan argumen ini, teori politik juga harus

10
Harry surjadi, peran Greenpeace. My Life, My Adventure. http://ellachamelia-
memories.blogspot.com/2009/11/peran-greenpeace.html pada tanggal 25 November 2018.
selaras dengan teori-teori lingkungan.Artinya,manusia tidak hanya dilihat sebagai
individu yang rasional (seperti dalam pandangan liberalisme) atau sebagai makhluk sosial
(seperti pandangan sosialisme) akan tetapi sebagai natural beings,dan lebih jauh
sebagai political animals.11

3.3. Masalah Lingkungan di Negara Berkembang

Supaya lebih signifikan pembahasan kita ada baiknya mengetahui apa makna dari
lingkungan itu sendiri. Jadi menurut undang-undang no.23 thn 1997, lingkungan adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk
manusia dan prilakunya , yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain.

Apabila kita melihat negara-negara berkembang pada saat ini banyak sekali terjadi
permasalahan. Namun pada kali ini kami ingin mengupas tentang masalah lingkungan di
negara-negara berkembang. Sebelum membahas lebih jauh apa saja permasalahan di
negara-negara berkembang ada baiknya kita mengetahui latar belakang permasalahan
lingkungan dari negara-negara berkembang. Kebanyakan dari hal yang melatar belakangi
permasalahan lingkungan dinegara berkembang adalah kurangnya kesadaran actor-aktor
yang berada di negara berkembang tentang pentingnya menjaga lingkungan, selain itu
peledakan jumlah penduduk menjadi penyebab dari terjadinya maslah lingkungan, kita
ambil saja salah satunya yaitu indonesia. Dimana indonesia setiap tahun angka kelahiran
selalu meningkat dan terjadinya peledakan jumlah penduduknya, bukan tidak mungkin
akan terjadinya masalah lingkungan yg cukup serius karna kebutuhan dari masyrakat
semakin meningkat dan lingkungan semakin tidak terkendali. Penyebab lainnya yang
menjadi penyebab dari maslah lingkungan adalah kurangnya pengetahuan atau bahasanya
itu GAPTEK khususnya bagaimna mengolah lingkungan secara epektif agar masalah
lingkungan dapat di atasi khususnya di negara-negara berkembang.

Masalah yang umumnya terjadi di Negara Berkembang adalah sebagai berikut:

11
Frepository, Teori Hijau: Alternatif alam hubungan
internasional,(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&ved=0CGIQFj
AF&url=http%3A%2F%2Frepository.unand.ac.id%2F17653%2F1%2FVol.02_No.01_2011_%28Apriwan%29.pdf
&ei=znalUpT8AouzrgeWr4CYDA&usg=AFQjCNE6c4AXyL6uqrsBUL3Hh97OcJ4ybQ&sig2=iDmTRfWkNe-
ICPNvNOMADA&bvm=bv.57752919,d.bmk), diakses pada tanggal 25 November 2018.
1. Kemiskinan, disebagian besar negara Amerika Latin, Afrika dan Asia Sealatan
terdapat ratusan juta orang miskin, menurut hasil studi kasus penyebabnya adalah
sbb:
 Pertumbuhan penduduk yang cepat
 Kegagalan pemerintah dalam memperbaiki system perekonmian dan politik
 Menumpuknya hutang-hutang negara

Dimana kondisi tersebut mendorong orang yang miskin dan kelaparan untuk
mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan secara tidak terencana yang
berakibat pada kemerosotan dan kehancuran lingkungan hidup. Dan dari dampak
kemiskinan diatas akan menimbulkan pencemaran lingkungan dikarenakan kurangnya
air bersih, kurangnya kebutuhan pokok karena ketidakmampuan untuk membeli
kebutuhan pokok tersebut, yang terakhir dampak dari kemiskinan itu sendiri gizi
buruk.

2. Deforostasi hutan, pada akhir tahun 1980-an hutan-hutan dunia telah menyusut
sekitar 17 juta hektar per-tahunnya, penyebabnya adalah terjadi konversi hutan
menjadi lahan pertanian untuk kebutuhan pokok manusia.
Negara-negara muritania, tailand, dan etiopia telah kehilangan hamper
seluruh kawasan hutannya.
3. Polusi udara, polusi udara menjadi masalah yang tak pernah terpecahkan di
banyak kota-kota besar dunia khususnya di negara-negara berkembang seperti di
Bombay, meksiko city, dan Bangkok yang memberikan dampak terhadap berbagai
penyakit, seperti pernapasan, kangker paru-paru dll.
4. Masalah pembangunan, dimana permasalahan ini di anggap menjadi penyebab
masalah lingkungan di negara berkembang di karenakan pembanguan
infrastruktur yang tidak di barengi dengan ketertipan dalam menanggulangi
masalah lingkungan akan mengakibatkan permasalah yang kian berkepanjangan,
disini sangat di butuhkan kesadaran dari semua agar terjadi keseimbangan antara
pembangunan dan lingkungan.
5. Penurunan mutu sumber daya alam, di setiap negara berkembang apabila terjadi
penurunan mutu sember daya alam yang disebabkan oleh memburuknya keadaan
hutan sebagai akibat dari penebangan-penebangan hutan yang di jadikan tempat
mencari penghidupan.12

Setiap permasalahan pasti ada solusinya, di sini kami menawarkan beberapa cara agar
permasalah-permasalan tersebut dapat di atasi, adapun caranya yakni sbb :

1. Menerapkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan pada pengelolaan


sumber daya alam baik yang dapat maupun yang tidak dapat diperbaharui dengan
memperhatikan daya dukung dan daya tampungnya13

2. Untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan sumber


dayaalam maka diperlukan penegakan hokum secara adil dan konsisten.14

3. Memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap terhadap


pengelolaansumber daya alam dan lingkungan hidup.

4. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara bertahap dapat
dilakukandengan cara membudayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi

5. Untuk mengetahui keberhasilan dari pengelolaan sumber daya alam dan


lingkunganhidup dengan penggunaan indicator harus diterapkan secara efektif.

6. Penetapan konservasi yang baru dengan memelihara keragaman konservasi yang


sudahada sebelumnya.

7. Mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungan


global.

3.4. Deforestasi Indonesia

Deforestasi di Indonesia merupakan sebuah kisah klasik. Banyak yang mengetahui


tingkat deforestasi terus meningkat, tetapi mereka tidak yakin apa yang menjadi
penyebabnya. Beberapa studi menemukan bahwa perkebunan kelapa sawit serta industri
pulp dan kertas merupakan biang penyebabnya, tapi tidak semua orang dapat menerima
pendapat tersebut. Artikel media baru-baru ini di Indonesia mengutip sebuah penelitian
yang menunjukkan bahwa kelapa sawit bukan penyebab deforestasi karena perkebunan
kelapa sawit tidak berasal dari konversi wilayah hutan. Anggapan ini bisa jadi

12
https://www.scribd.com/doc/22153501/Masalah-masalah-lingkungan
13
Dr.H. Totok Gunawan, M.S.,dkk. 2004. Fakta dan Konsep Geografi. Jakarta: GanecaExact
14
ibid
menyesatkan. Banyak pihak menyuarakan kritik terhadap RUU Perkelapasawitan yang
dianggap terlalu memihak pada perusahaan besar dan merupakan ancaman bagi
kelestarian hutan. Untuk membantu menjernihkan perdebatan ini, kami menganalisis data
dari Global Forest Watch, dan analisis kami menunjukkan bahwa 55 persen kehilangan
hutan terjadi di dalam area konsesi, di mana penebangan pohon diperbolehkan hingga
batas tertentu, sementara 45 persen kehilangan hutan terjadi di luar area konsesi yang
legal.15

a. Data Deforestasi Indonesia

Pada gambar di bawah ini angka di sebelah kiri di sumbu y menggambarkan


kehilangan hutan di dalam konsesi sementara angka di sebelah kanan sumbu y
menggambarkan kehilangan hutan secara keseluruhan.16

b. Penyebab Deforestasi Indonesia

15
Wri-indonesia.org. (2017). Satu Dekade Deforestasi di Indonesia, di Dalam dan di Luar Area Konsesi | WRI
Indonesia. [online] Tersedia di: https://wri-indonesia.org/id/blog/satu-dekade-deforestasi-di-indonesia-di-
dalam-dan-di-luar-area-konsesi [Diakses 26 November 2018].
16
Ibid.
Deforestasi hutan atau pembalakan liar di Indonesia menjadi perhatian
publik. Aktivis Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (LBHI), Nandang Wahyu
menilai ada empat penyebab terjadinya deforestasi hutan.17 Pertama, penyebab
tidak langsung dari deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia yakni
perencanaan tata ruang yang tidak efektif. Kedua, masalah-masalah terkait dengan
tenurial. Ketiga, pengelolaan hutan yang tidak efisien dan efektif. Keempat,
penegakan hukum yang lemah serta maraknya korupsi di sektor kehutanan dan
lahan.

Di sisi lain, tingkat deforestasi yang masih tetap tinggi adalah karena
sistem politik dan ekonomi yang korup. Pelaku deforestasi menganggap
sumberdaya alam, khususnya hutan sebagai sumber pendapatan yang bisa
dieksploitasi untuk kepentingan politik dan keuntungan pribadi. Tingginya tingkat
deforestasi disebabkan oleh kebijakan pemerintah, terutama kebijakan produk
kayu nasional.

c. Penurunan Deforestasi Pada Tahun 2017

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merilis angka deforestasi


Indonesia periode 2016-2017 alami penurunan jadi 496.370 hektar.18 Deforestasi
periode sebelumnya, 2015-2016, sebesar 630.000 hektar. Sementara, hingga kini
definisi deforestasi Indonesia masih jadi bahan perdebatan di level internasional.
Definisi berimbas pada perhitungan deforestasi. Dalam rilis KLHK itu
menyebutkan, angka deforestasi 497.000 hektar itu hasil analisa periode Juli 2016-
Juni 2017. Rinciannya, 64,3% atau 308.000 hektar di kawasan hutan dan 35,7%
atau 171.000 hektar pada areal penggunaan lain (APL). Jadi, luas hutan (forest
cover) pada 2017 sebesar 93,6 juta hektar, dengan 40 juta hektar hutan primer.
”Deforestasi dalam kawasan hutan tahun 2017 sebesar 64,3% berarti turun
dibandingkan tahun 2014 sebesar 73,6%,” kata Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan dalam Workshop Hutan dan Deforestasi Indonesia, di
Jakarta. Dia mengklaim, capaian itu karena adanya upaya perbaikan tata kelola

17
Republika Online. (2015). Ini Penyebab Deforestasi Hutan di Indonesia | Republika Online. [online] Di:
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/05/31/np82eq-ini-penyebab-deforestasi-hutan-di-
indonesia [Diakses 26 November 2018].
18
Saturi, S. (2018). Deforestasi Indonesia 2017 Turun, Definisi Masih Perdebatan. [online] Mongabay
Environmental News. Di: http://www.mongabay.co.id/2018/01/29/deforestasi-indonesia-2017-turun-definisi-
masih-perdebatan/ [Diakses 26 November 2018].
kebijakan secara berlapis, antara lain moratorium izin baru hutan dan lahan yang
bisa pengendalian alih fungsi lahan pada hutan alam dan primer serta gambut.
Juga pencegahan kebakaran hutan dan lahan hingga mengurangi deforestasi dari
kebakaran hutan, serta penegakan hukum dan kebijakan pendukung. Berdasarkan
fungsi, sebaran deforestasi dalam kawasan hutan terbagi dalam 44,1% hutan
produksi, 12,7% hutan lindung dan 7,5% di hutan konsevasi. Menurut perhitungan
Ditjen Planologi, angka deforestasi Indonesia periode 2014-2015 sebesar 1,09 juta
hektar dan 2015-2016 jadi 0,63 juta hektar. ”Sebaran deforestasi paling banyak di
hutan produksi, mencapai 63% karena open access dan lain-lain yang perlu terus
didalami hingga bisa diperoleh solusi yang tepat,” katanya. Meski demikian, kata
Siti, deforestasi tak selalu bermakna negatif. Dia contohkan, deforestasi untuk
pembangunan wilayah administratif. Upaya itu, katanya, jadi langkah
menghubungkan wilayah desa yang terisolasi, sebagian sistem transportasi
nasional dan lain-lain.

Indonesia, katanya, terus berbenah. Kini, tak hanya penundaan izin baru di
hutan primer dan gambut, pemerintah Indonesia hendak memoratorium sawit.
Pengendalian deforestasi, katanya, tetap jadi isu strategis bidang kehutanan
bersama-sama dengan alokasi sumber daya hutan untuk pemerataan ekonomi,
konservasi, dan pemeliharaan biodiversiti dan biosfer; peningkatan produksi dan
produktivitas hutan dan jasa lingkungan. Juga kemitraan dan keterlibatan
pemangku kepentingan dalam rantai usaha sumber daya hutan serta dalam
pengawasan dan mendorong penegakan hukum. Ruandha Agung Sugardiman,
Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan, Direktorat Jenderal
Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK menyebutkan, penyebab
deforestasi di kawasan hutan karena perubahan alih fungsi, perizinan pemanfaatan
hutan, indikasi kebakaran hutan dan lahan dan jangkauan pemukiman. Sedangkan,
pada APL atau non kawasan hutan karena adanya areal perubahan peruntukan
untuk perkebunan, transmigrasi, dan lain-lain. Meski demikian, rincian itu, kata
Ruanda, masih tahap penyusunan. ”Masih perlu overlay data. Kalau dilihat dari
data, secara umum (penyebab deforestasi) pertanian dan perkebunan, dan 30%
kebakaran,” katanya. Berdasarkan deforestasi 2014-2015, paling besar terjadi di
areal izin pemanfaatan hutan dalam kawasan hutan 43,8% seluas 535.490,1
hektar. Pada 2015-2016, turun jadi 30,2% atau 247.740,3 hektar dan terjadi
peningkatan areal non izin pada kawasan hutan jadi 39,3% sebesar 322.460,6
hektar. Pada 2015-2016, paling besar deforestasi di areal jangkauan pemukiman
66,4% atau 544.575,7 hektar. Menurut Siti, deforestasi terjadi juga karena
pemanfaatan ruang wilayah dan pengendalian RTRW lemah, penebangan liar dan
perambahan hutan, serta tata kelola hutan buruk serta jadi ruang korupsi.

3.5. Peran Greenpeace Dalam Penanganan Deforestasi Hutan Di Indonesia

Angka deforestasi di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan


memasuki pada tahap critical. Sebagai negara dengan hutan terluas ketiga di dunia,
Indonesia dianggap gagal melindungi hutan. Tingginya deforestasi ini akibat pengalihan
fungsi hutan, yang mayoritas dilakukan oleh sektor swasta, menjadi perkebunan kelapa
sawit yang merupakan salah satu komoditas penting Indonesia di perdagangan
internasional. Tindakan ini bahkan mengorbankan kelangsungan hidup dari Harimau
Sumatra dan Orangutan hingga terancam punah serta berpengaruh terhadap perubahan
iklim. Aksi yang tiada hentinya ini kemudian mendapatkan perhatian Greenpeace dan
mendorong mereka untuk melakukan kampanye perlindungan hutan. Kampanye-
kampanye Greenpeace tersebut tidak terlepas dari strategi Greenpeace itu sendiri. Dalam
kasus ini akan dijelaskan bagaimana strategi Greenpeace, yakni Non Violent Direct
Action dan Moderate, diterapkan untuk melindungi hutan Indonesia.19 Melalui kombinasi
kedua strategi tersebut, Greenpeace berhasil merangkul semua kalangan mulai dari
masyarakat, market based actors, hingga pemerintah Indonesia untuk kemudian
berkomitmen dalam melindungi hutan Indonesia melalui kebijakan-kebijakan yang
dirumuskan.20

a. (Non Violence Direct Action)

Aksi Langsung Tanpa Kekerasan, NVDA, adalah filosofi yang memandu


tindakan kita dalam pekerjaan kita untuk melindungi hutan di indonesia. Greenpeace
menyatakan bahwa melakukan aksi Tanpa kekerasan karena kami menolak kekerasan
sebagai sarana untuk mencapai tujuan kami, dan mengarahkan karena kami ingin
menyampaikan kekhawatiran kami langsung kepada mereka yang tindakannya tidak
kami setujui. Tindakan karena kita melihat tindakan yang diperlukan dalam mencapai
hasil yang diinginkan.

Tidak ada orang yang beralasan yang menyangkal bahwa kita hidup di dunia
di mana kekerasan sering menjadi sarana yang digunakan untuk menangani konflik.
Halaman-halaman buku sejarah kita dipenuhi dengan perang, kebencian dan
pembunuhan, tetapi di antara masa-masa kelam ini adalah kisah-kisah tentang orang-
orang yang telah bangkit menentang penindasan dan menjawab tanpa menggunakan
kekerasan. GECO percaya pada metode non-kekerasan sebagai satu-satunya cara
untuk mencapai tujuan kita. Kami menolak kekerasan terhadap orang dan perusakan
properti dalam kampanye kami, karena kami tidak percaya bahwa kekerasan akan
mengubah apa pun. Kenyataannya, kekerasan lebih cenderung membuat simpatisan
dan lawan sama-sama menjauh dari mempertimbangkan gagasan dan keprihatinan
kita. Kami percaya non-kekerasan menjadi cara positif untuk menangani konflik
karena kami mengakui sifat perubahan harus inklusif, tidak eksklusif.

Greenpeace sendiri melakukan konfrontasi langsung dalam penyampaian


aspirasinya, Pada November 2007 Greenpeace dengan kapal miliknya yaitu Rainbow
Warrior melakukan konfrontasi langsung dengan memblokade atau menghadang
kapal MT Westama selama tiga hari, Greenpeace Internasional menyatakan bahwa

19
“Down to Zero: How Greenpeace is Ending Deforestation in Indonesia 2003-2013 and Beyond”, Greenpeace,
http://www.Greenpeace.org/international/Global/international/publications/forests/20 1 3/Down-To-
Zero.pdf (diakses pada 27 April 2017)
20
Ibid.
penghadangan kapal tersebut merupakan tindakan nyata dari Greenpeace dalam
membeberkan dampak buruk industri kelapa sawit terhadap lahan gambut dan hutan
Indonesia. Kapal itu akan mengirimkan minyak kelapa sawit hasil dari PT. Permata
Hijau Sawit ke India sekitar 30 ribu ton, Penghadangan kapal itu karena PT. Pertama
Hijau Sawit adalah salah satu perusahaan eksportir minyak kelapa sawitterbesar
Indonesia dengan jumlah ekspor mencapai 15% dari total ekspor Indonesia di
semester pertama tahun 2007 . Perusahaan itu mengekspor minyak kelapa sawit dari
perusahaan-perusahaan yang terbukti terlibat pembabatan dan kebakaran hutan di
Riau.

Greenpeace juga melakukan protes terhadap pelaku importir minyak kelapa


sawit Indonesia yaitu Unilever. Pada bulan April 2008 protes yang dilakukan terhadap
Unilever dilakukan dengan demonstrasi di beberapa kantor Unilever Eropa seperti
misalnya di Inggris, Italia, dan Belanda. Aksi yang dilakukan Greenpeace dengan
kostum orangutan yang digunakan oleh para demonstran. Berdasarkan hasil
investigasi yang dilakukan oleh Greenpeace maka menyimpulkan bahwa Unilever
dalam proses produksinya menggunakan total minyak kelapa sawit sebesar 1.3 juta
ton per tahun atau sekitar 3% dari total produksi minyak kelapa sawit global. Sekitar
50%-nya didapatkan dari Indonesia.

Aksi Greenpeace berlanjut pada tahun 2009, dimana 18 aktivis Greenpeace


yang didalamya berisikan 12 diantaranya adalah Warga Negara Asing (WNA),
melakukan demostrasi dengan menghadang dan merantai dirinya di alat-alat berat
milik perusahaan Sinar Mas Group dan Asia Pacific Resources International Holdings
Limited (APRIL) di hutan Riau. Aktivis-aktivis tersebut juga membentangkan
spanduk besar yang bertuliskan “Obama, You Can Stop This” di lahan tempat
deforestasi dilakukan oleh perusahaan terkait. Greenpeace juga melakukan aksi protes
di Jakarta di kantor Sinar Mas Group dan Kementerian Kehutanan Indonesia. Sama
halnya dengan yang dilakukan di Riau para demonstran di Jakarta juga
membentangkan spanduk yang dipasang di salah satu sudut bangunan bertuliskan
“Forest and Climate Criminal” serta merantai dirinya sendiri. Mereka menuntut
perusahaan Sinar Mas Group dan juga pemerintah Indonesia untuk mengambil
langkah bijak untuk melindungi hutan Indonesia. Aksi damai di Jakarta tersebut
dinodai dengan tindakan kekerasan dari pihak keamanan Sinar Mas Group.
b. Strategi moderate

Strategi moderate sendiri dibagi menjadi dua yaitu scientific report dan lobbying.
Scientific report adalah strategi Greenpeace dengan menerbitkan laporan-laporan
penelitian tentang pengerusakan hutan yang sedang terjadi dilengkapi dengan data-
data dan disebarluaskan kepada publik baik dalam bentuk fisik maupun data digital
yang dapat diunduh. Pada tahun 2007 Greenpeace menerbitkan laporan hasil
investigasi fenomena deforestasi Indonesia khususnya di wilayah Riau, Sumatra, yang
berjudul “How the Palm Oil Industry is Cooking the Climate Change” dan
menekankan pentingnya melindungi hutan Indonesia. Dalam laporan tersebut
Greenpeace menjabarkan perkembangan perkebunan kelapa sawit yang semakin
meningkat dan membahayakan hutan serta keanekaragaman hayati di Riau. Fenomena
ini karena dibarengi dengan tingginya permintaan minyak kelapa sawit yang harganya
murah Greenpeace kemudian memprediksi permintaan tersebut akan meningkat dua
kali lipat pada tahun 2030 dan tiga kali lipat di tahun 2050 jika dibandingkan dengan
tahun 2000(Greenpeace, 2007). Greenpeace kemudian juga menjelskan dampak
buruk jika pengalihan fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit makin marak
terjadi maka salah satunya perubahan iklim yang berasal dari meningkatnya gas
rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer bumi. Melalui laporan itu Greenpeace juga
berhasil menginvestigasi mata rantai perusahaan-perusahaan dari lokal hingga
multinasional yang terlibat dalam pengalihan fungsi hutan dan mayoritas adalah
perusahaan yang bergerak di bidang makanan, kosmetik dan biofuel.

3.6. Pro-Kontra mengenai Deforestasi Indonesia (Ekonomi VS Ekologi)

Deforestasi di Indonesia terjadi karena adanya penggusuran lahan hutan dengan


tujuan untuk memanfaatkan area tersebut menjadi suatu perkebunan seperti kelapa sawit
ataupun industri pulp dan kertas. Deforestasi di indonesia sendiri semakin lama semakin
meningkat, sehingga deforestasi tersebut menyebabkan lahirnya pro-kontra. Banyak pihak
yang pro deforestasi guna pembuatan perkebunan atau industry karena hal tersebut
mendatangkan manfaat bagi kehidupan mereka. Dengan adanya perkebunan dan industry
tersebut menyebabkan adanya perubahan besar dari segi perekonomian masyarakat.
Kegiatan perkebunan dan industri tersebut menciptakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar, yang mempengaruhi pendapatan masyarakat tersebut dan
meningkatkan pendapatan perkapita daerah. Sektor kelapa sawit juga mendorong
pengembangan wilayah yang letaknya di daerah pinggiran, sehingga akan adanya suatu
akses yang dibangun dari pusat kota ke tempat perkebunan tersebut, yang dimana akses
tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, Pada saat ini, Indonesia juga
memerlukan cara untuk mempertegas eksistensinya di kanca dunia internasional. Salah
satu caranya adalah dengan memanfaatkan sumberdaya alamnya, yaitu kelapa sawit yang
merupakan salah satu komoditas yang dapat dimanfaatkan. Peningkatan produktifitas dan
laju penambahan luas penanaman kelapa sawit menjadikan Indonesia produsen minyak
kelapa sawit terbesar di dunia, bahkan telah berhasil mengalahkan Malaysia. Kelapa sawit
sendiri telah menjadi kepentingan nasional dan merupakan bagian dari kebijakan strategis
luar negeri Indonesia, serta menjadikannya komoditas utama ekspor Indonesia. Pada
tahun 2015, hasil ekspor kelapa sawit mencapai nilai US$ 19 miliar, dimana nilai tersebut
lebih tinggi dari devisa ekspor migas yang hanya US$ 12 miliar. Hal tersebut menjadikan
kelapa sawit memiliki nilai strategis terhadap upaya Pemerintah dalam hal pemerataan
pembangunan dan pengentasan kemiskinan.

Namun keberadaan industry dan perkebunan tersebut menimbulkan dampak


terhadap lingkungan berupa pencemaran dan lahirnya deforestasi itu sendiri sehingga
memunculkan kontra dari banyak pihak. Sebagaimana diketahui kegiatan pabrik industry
erat kaitannya dengan limbah yang dapat mencemari lingkungan baik itu tanah, air,
ataupun udara. Budidaya kelapa sawit sendiri biasanya dilakukan berdasakan system
monokultur, yaitu kegiatan menanam satu jenis hayati saja. Hal tersebut nenyebabkan
berkurang bahkan hilangnya keragaman hayati dan akan menurunkan kualitas lahan
sehingga akan terjadinya erosi dan hama. Tanaman ini juga seringkali dirangsang
memakai pestisida, zat fertilizer, dan bahan kimia lainnya. Kegiatan pembukaan lahan
untuk perkebunan atau industry ini dilakukn dengan metode tebang habis, yang
mengakibatkan makhluk hidup yang tinggal didalamnya menjadi terganggu. Kegiatan
pembukaan lahan juga biasa dilakukan dengan pembakaran lahan tersebut yang
menimbulkan polusi udara yang parah, dan tak jarang polusi tersebut terbawa angin
hingga negara lain dan mencemari udara negara tersebut. hal tersebut menyebabkan
Indonesia dinilai kerap menyumbangkan dampak pemicu pemanasan global. deforestasi
di Indonesia tercatat hingga 16%, dan Indonesia menjadi negara kedua dengan tingkat
deforestasi yang tinggi. Dengan adanya deforestasi tersebut Indonesia dinilai banyak
kehilangan spesies hewan dan tumbuhan yang dapat membantu ketersediaan air udara
bersih, mengingat hutan-hutan di Indonesia menjadi salah satu hutan terpenting di asia
tenggara yang mempengaruhi produksi oksigen dunia. Dengan kata lain, deforestasi di
Indonesia menghambat upaya negara untuk mengurangi emisi karbondioksida, karena
hutan memainkan peran yang sangat penting dalam perubahan iklim global melalui
penyerapan karbondioksida tersebut.
BAB IV: PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Greanpeace merupakan Organisasi internasional ini membantu menanggulangi


masalah lingkungan di negara berkembang. Salah satu masalah besar yaitu deforestasi di
Indonesia. Lahir dari gerakan lingkungan umumnya merupakan sebuah gerakan
internasional, yang diwakili oleh berbagai organisasi, dari besar hingga kecil. Lembaga
ini hadir di negara berkembang di mana kebanyakan dari hal yang melatar belakangi
permasalahan lingkungan dinegara berkembang adalah kurangnya kesadaran aktor-aktor
yang berada di negara berkembang tentang pentingnya menjaga lingkungan, selain itu
peledakan jumlah penduduk menjadi penyebab dari terjadinya maslah lingkungan, kita
ambil saja salah satunya yaitu Indonesia. Di Indonesia Greenpeace membantu menangani
masalah negara berkembang dalam hal deforestasi dengan strategi Greenpeace, yakni
Non Violent Direct Action dan Moderate, diterapkan untuk melindungi hutan Indonesia.
Melalui kombinasi kedua strategi tersebut, Greenpeace berhasil merangkul semua
kalangan mulai dari masyarakat, market based actors, hingga pemerintah Indonesia untuk
kemudian berkomitmen dalam melindungi hutan Indonesia melalui kebijakan-kebijakan
yang dirumuskan.

Daftar Pustaka

Buku:

Gunawan, Totok,dkk. (2004). Fakta dan Konsep Geografi. Jakarta: GanecaExact

Nowan. (2007). True Love. Gramedia: Jakarta.

Wahyunindyawati and Dyanasari (2017). Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan.


Yogyakarta: Deepublish.
Wasik, J.F., Green Marketing and Management. A Global Perspective Massacusetts (USA),
Backwell Publisher, 1997.

Wuryandari, Ganewati dkk. (2015) Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Lingkungan Hidup,
Yogyakarta, CV. Andi Offset,.

Jurnal:

Apriwan, Teori Hijau: Alternatif dalam Perkembangan Teori Hubungan Internasional, dalam
jurnal Multiversa: Journal of Internasional Studies, Volume 02, No. 1, Februari 2011.

Barry, John. Green Political Theory and The State ‚Discursive Sustainability; The State (and
citixen) of Green Political Theory, diakses dari http://www.psa.ac.uk/cps/1994/barr.pdf

Daring:

“Down to Zero: How Greenpeace is Ending Deforestation in Indonesia 2003-2013 and


Beyond”, Greenpeace,
http://www.Greenpeace.org/international/Global/international/publications/forests/20 1
3/Down-To-Zero.pdf (diakses pada 27 April 2017)

Frepository, Teori Hijau: Alternatif alam hubungan


internasional,(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad
=rja&ved=0CGIQFjAF&url=http%3A%2F%2Frepository.unand.ac.id%2F17653%2F1%2FV
ol.02_No.01_2011_%28Apriwan%29.pdf&ei=znalUpT8AouzrgeWr4CYDA&usg=AFQjCN
E6c4AXyL6uqrsBUL3Hh97OcJ4ybQ&sig2=iDmTRfWkNe-
ICPNvNOMADA&bvm=bv.57752919,d.bmk), diakses pada tanggal 25 November 2018.

Greenpeace International. [online] https://www.Greenpeace.org/international/explore/about/


[Diakses 26 November 2018].

Republika Online. (2015). Ini Penyebab Deforestasi Hutan di Indonesia | Republika Online.
[online] Di: https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/05/31/np82eq-ini-
penyebab-deforestasi-hutan-di-indonesia [Diakses 26 November 2018].

Saturi, S. (2018). Deforestasi Indonesia 2017 Turun, Definisi Masih Perdebatan. [online]
Mongabay Environmental News. Di: http://www.mongabay.co.id/2018/01/29/deforestasi-
indonesia-2017-turun-definisi-masih-perdebatan/ [Diakses 26 November 2018].
Surjadi, Harry. Peran Greenpeace. My Life, My Adventure. http://ellachamelia-
memories.blogspot.com/2009/11/peran-greenpeace.html pada tanggal 25 November 2018.

Wri-indonesia.org. (2017). Satu Dekade Deforestasi di Indonesia, di Dalam dan di Luar Area
Konsesi | WRI Indonesia. [online] Tersedia di: https://wri-indonesia.org/id/blog/satu-dekade-
deforestasi-di-indonesia-di-dalam-dan-di-luar-area-konsesi [Diakses 26 November 2018].

Anda mungkin juga menyukai