PAPER
Dosen Pengampu:
Alfian Hidayat, S.IP., MA.
Disusun Oleh:
Oleh karena itu, ditingkat global kerjasama atau kolaborasi ataupun kemitraan
menjadi faktor fundamental untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dalam
mengatasi permasalahan lingkungan.3 Secara multilateral, kerjasama Bank Dunia
misalnya, telah memperkenalkan Global Forest Alliance (GFA) guna membalikan
kehilangan hutan di negara berkembang, berkontribusi kepada pengurangan
kemiskinan, mengurangi emisi gas rumah kaca dari deforestasi, serta mengamankan
pelayanan jasa lingkungan yang bersal dari hutan.4
1
Ganewati Wuryandari, dkk. Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Lingkungan Hidup, (Yogyakarta, CV. Andi
Offset, 2015). Hlm. 263
2
Ibid
3
J.F. Wasik, Green Marketing and Management. A Global Perspective Massacusetts (USA), Backwell Publisher,
1997.
4
Ganewati Wuryandari, dkk. Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Lingkungan Hidup, (Yogyakarta, CV. Andi
Offset, 2015). Hlm. 263
Selain daripada itu, banyak pula kerjasama-kerjasama dan pertemuan yang
dilakukan antar negara untuk membahas permasalahan lingkungan hidup tersebut.
Kerjasama-kerjasama untuk menyelesaikan permasalahan terkait dengan
permasalahan lingkungan inilah yang kemudian disebut dengan green politics.
5
Wahyunindyawati and Dyanasari (2017). Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Yogyakarta:
Deepublish, hal.72.
memwujudkan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan ini
dimaksudkan untuk memikirkan dan mengupayakan kelestarian alam dan lingkungan
untuk generasi masa depan yang akan datang.
Setelah muncul modernisasi yang terjadi pada abad 20, isu mengenai
lingkungan mulai menjadi sorotan dalam dunia internasional. Banyaknya krisis
lingkungan yang terjadi di beragai belahan bumi juga menjadi satu alasan utama
diangkatnya mengenai masalah lingkungan dalam dunia internasional. Para teoritis
politik hijau menggunakan beberapa asumsi dasar mengenai isu lingkungan yang
sudah diperhatikan dalam tingkat internasional. Menurut Steans dan Pettiford ada tiga
asumsi dasar yang dibawa oleh teoritisi politik hijau6:
Menurut John Barry, dia melihat bahwa politik hijau di dasarkan pada tiga
prinsip utama, antara lain7:
6
Apriwan, Teori Hijau: Alternatif dalam Perkembangan Teori Hubungan Internasional, dalam jurnal Multiversa:
Journal of Internasional Studies, Volume 02, No. 1, Februari 2011.
7
John Barry, Green Political Theory and The State ‚Discursive Sustainability; The State (and citixen) of Green
Political Theory, diakses dari http://www.psa.ac.uk/cps/1994/barr.pdf
2) Sebuah komitmen terhadap proses demokratisasi,
3) Usaha untuk mencapai keberlansungan ekologi.
Tiga prinsip utama ini merupakan konsepsi yang mewakili makna dari pusat politik
hijau. Prinsip ini digunakan sebagai sarana untuk menjelaskan konsepsi dari teori
hijau, seperti dalam memahami kelangsungan dari ekootoritarianisme yang menjadi
salah satu usaha keberlanjutan bagi biaya demokrasi dan keadilan sosial. Selain itu,
dalam pandangan A. Dobson ia memberikan dua definisi karakteristik dari politik
hijau. Pertama, menolak pandangan antroposentrisme seperti yang telah diungkapkan
oleh Ekscersly sebelumnya. Kedua, perlu adanya batasan pertumbuhan, yang
merupakan penyebab munculnya krisis lingkungan secara alami.
BAB III: PEMBAHASAN
Sejarah organisasi ini dimulai tahun 1971 ketika sekelompok aktivis yang
berlayar dari Vancouver, Canada dengan kapal nelayan tua. Mereka adalah aktivis, para
pendiri dari Greenpeace yang memprotes percobaan nuklir yang di lakukan AS di
Amchitka, sebuah pulau kecil di lepas pantai Alaska. Amchitka adalah tempat
perlindungan terakhir 3000 berang-berang dan rumah untuk elang kepala botak dan
hewan liar lainnya. Walaupun mereka menggunakan kapal tua bernama Phyllis Cormack ,
yang mengalami berbagai halangan sebelum sampai di Alaska, dalam perjalanan mereka
menimbulkan banyak perhatian publik. Uji coba Nuklir berakhir pada tahun yang sama
dan pulau tersebut di deklarasikan menjadi suaka untuk burung. Hari ini, Greenpeace
adalah suatu organisasi internasional yang berkampanye untuk kampaye lingkungan
secara global. Amsterdam, Belanda adalah kantor pusat dari Greenpeace, telah
mempunyai 2,8 Juta pendukung di seluruh dunia, Nasional dan kantor regional di 41
negara.9
8
Nowan. (2007). True Love. Gramedia: Jakarta, hal. 278.
9
Greenpeace International. [online] https://www.Greenpeace.org/international/explore/about/ [Diakses 26
November 2018].
Peran Greenpeace secara umum adalah untuk melindungi dan melestarikan alam
demi kelangsungan hidup manusia, hewan dan juga tumbuhan. Greenpeace adalah suatu
lembaga masyarakat, organisasi lingkungan global yang bertindak untuk mengubah sikap
dan perilaku untuk melindungi dan melestarikan lingkungan dan mempromosikan
perdamaian dengan membuat sebuah revolusi energi untuk mengatasi ancaman seperti
misalnya perubahan iklim. Greenpeace merupakan salah satu New Social Movement
(NSM), karena isu utama yang menjadi perbincangan mereka adalah terkait dengan isu
lingkungan. 10
Konsep Gerakan Lingkungan dan Politik Hijau merupakan konsep yang paling
populer untuk menjelaskan munculnya fenomena gerakan hijau (The Greens) tercakup
pada terminologi perubahan struktur sosial dan perubahan prioritas nilai dalam
masyarakat pasca-industri. Pandangan ini berawal dari munculnya sekelompok kalangan
kelas menengah baru yang memikirkan nasib Eropa Barat di bawah kondisi sosial yang
relatif makmur dan damai. Orientasi nilai yang mereka miliki tidak selamanya
bersesuaian dengan paradigma tradisional kiri-kanan, seperti terjadi dalam spektrum
ideologi politik tradisional. Menurut Ronald Inglehart yang dikutip dari penelitiannya
pada level nasional, kehadiranthe greensmerupakan fenomena pasca-materialisme (post
materialism) yang berargumen bahwa fenomena ini tidak bisa lepas dari adanya
kecenderungan perubahan dalam masyarakat pasca industri. Pada titik itu, terjadi
pergeseran dari “nilai-nilai kelangkaan” ke nilai-nilai “pascamaterialis”, dan sekaligus
perubahan distribusi nilai-nilai yang tidak sesuai dengan jalur-jalur kelas seperti dikotomi
kiri-kanan. Lebih lanjut, Politik Hijau merupakan isu baru dalam kamus politik
kontemporer.
Perkembangan gerakan politik ini tidak hanya muncul dan berkembang dalam fora
politik nasional, tetapi sudah ikut berkembang dalam tingkat regional bahkan global
(politik internasional). Di tingkat Uni Eropa, Partai Hijau ikut berperan di Parlemen
Eropa seperti Le Verstdari Perancis yang bergabung dengan Bundnis90/The Grunendari
Jerman. Bahkan, gebrakan-gebrakan Politik Hijau ini juga mempengaruhi hubungan antar
negara . Menurut Tim Hayward, perkembangan teoriPolitik Hijau (Green Political
Theory) diambil dari faktra bahwa manusia merupakan bagian dari alam, sehingga yang
memiliki implikasi bagi perilaku politiknya. Dengan argumen ini, teori politik juga harus
10
Harry surjadi, peran Greenpeace. My Life, My Adventure. http://ellachamelia-
memories.blogspot.com/2009/11/peran-greenpeace.html pada tanggal 25 November 2018.
selaras dengan teori-teori lingkungan.Artinya,manusia tidak hanya dilihat sebagai
individu yang rasional (seperti dalam pandangan liberalisme) atau sebagai makhluk sosial
(seperti pandangan sosialisme) akan tetapi sebagai natural beings,dan lebih jauh
sebagai political animals.11
Supaya lebih signifikan pembahasan kita ada baiknya mengetahui apa makna dari
lingkungan itu sendiri. Jadi menurut undang-undang no.23 thn 1997, lingkungan adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk
manusia dan prilakunya , yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain.
Apabila kita melihat negara-negara berkembang pada saat ini banyak sekali terjadi
permasalahan. Namun pada kali ini kami ingin mengupas tentang masalah lingkungan di
negara-negara berkembang. Sebelum membahas lebih jauh apa saja permasalahan di
negara-negara berkembang ada baiknya kita mengetahui latar belakang permasalahan
lingkungan dari negara-negara berkembang. Kebanyakan dari hal yang melatar belakangi
permasalahan lingkungan dinegara berkembang adalah kurangnya kesadaran actor-aktor
yang berada di negara berkembang tentang pentingnya menjaga lingkungan, selain itu
peledakan jumlah penduduk menjadi penyebab dari terjadinya maslah lingkungan, kita
ambil saja salah satunya yaitu indonesia. Dimana indonesia setiap tahun angka kelahiran
selalu meningkat dan terjadinya peledakan jumlah penduduknya, bukan tidak mungkin
akan terjadinya masalah lingkungan yg cukup serius karna kebutuhan dari masyrakat
semakin meningkat dan lingkungan semakin tidak terkendali. Penyebab lainnya yang
menjadi penyebab dari maslah lingkungan adalah kurangnya pengetahuan atau bahasanya
itu GAPTEK khususnya bagaimna mengolah lingkungan secara epektif agar masalah
lingkungan dapat di atasi khususnya di negara-negara berkembang.
11
Frepository, Teori Hijau: Alternatif alam hubungan
internasional,(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&ved=0CGIQFj
AF&url=http%3A%2F%2Frepository.unand.ac.id%2F17653%2F1%2FVol.02_No.01_2011_%28Apriwan%29.pdf
&ei=znalUpT8AouzrgeWr4CYDA&usg=AFQjCNE6c4AXyL6uqrsBUL3Hh97OcJ4ybQ&sig2=iDmTRfWkNe-
ICPNvNOMADA&bvm=bv.57752919,d.bmk), diakses pada tanggal 25 November 2018.
1. Kemiskinan, disebagian besar negara Amerika Latin, Afrika dan Asia Sealatan
terdapat ratusan juta orang miskin, menurut hasil studi kasus penyebabnya adalah
sbb:
Pertumbuhan penduduk yang cepat
Kegagalan pemerintah dalam memperbaiki system perekonmian dan politik
Menumpuknya hutang-hutang negara
Dimana kondisi tersebut mendorong orang yang miskin dan kelaparan untuk
mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan secara tidak terencana yang
berakibat pada kemerosotan dan kehancuran lingkungan hidup. Dan dari dampak
kemiskinan diatas akan menimbulkan pencemaran lingkungan dikarenakan kurangnya
air bersih, kurangnya kebutuhan pokok karena ketidakmampuan untuk membeli
kebutuhan pokok tersebut, yang terakhir dampak dari kemiskinan itu sendiri gizi
buruk.
2. Deforostasi hutan, pada akhir tahun 1980-an hutan-hutan dunia telah menyusut
sekitar 17 juta hektar per-tahunnya, penyebabnya adalah terjadi konversi hutan
menjadi lahan pertanian untuk kebutuhan pokok manusia.
Negara-negara muritania, tailand, dan etiopia telah kehilangan hamper
seluruh kawasan hutannya.
3. Polusi udara, polusi udara menjadi masalah yang tak pernah terpecahkan di
banyak kota-kota besar dunia khususnya di negara-negara berkembang seperti di
Bombay, meksiko city, dan Bangkok yang memberikan dampak terhadap berbagai
penyakit, seperti pernapasan, kangker paru-paru dll.
4. Masalah pembangunan, dimana permasalahan ini di anggap menjadi penyebab
masalah lingkungan di negara berkembang di karenakan pembanguan
infrastruktur yang tidak di barengi dengan ketertipan dalam menanggulangi
masalah lingkungan akan mengakibatkan permasalah yang kian berkepanjangan,
disini sangat di butuhkan kesadaran dari semua agar terjadi keseimbangan antara
pembangunan dan lingkungan.
5. Penurunan mutu sumber daya alam, di setiap negara berkembang apabila terjadi
penurunan mutu sember daya alam yang disebabkan oleh memburuknya keadaan
hutan sebagai akibat dari penebangan-penebangan hutan yang di jadikan tempat
mencari penghidupan.12
Setiap permasalahan pasti ada solusinya, di sini kami menawarkan beberapa cara agar
permasalah-permasalan tersebut dapat di atasi, adapun caranya yakni sbb :
4. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara bertahap dapat
dilakukandengan cara membudayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi
12
https://www.scribd.com/doc/22153501/Masalah-masalah-lingkungan
13
Dr.H. Totok Gunawan, M.S.,dkk. 2004. Fakta dan Konsep Geografi. Jakarta: GanecaExact
14
ibid
menyesatkan. Banyak pihak menyuarakan kritik terhadap RUU Perkelapasawitan yang
dianggap terlalu memihak pada perusahaan besar dan merupakan ancaman bagi
kelestarian hutan. Untuk membantu menjernihkan perdebatan ini, kami menganalisis data
dari Global Forest Watch, dan analisis kami menunjukkan bahwa 55 persen kehilangan
hutan terjadi di dalam area konsesi, di mana penebangan pohon diperbolehkan hingga
batas tertentu, sementara 45 persen kehilangan hutan terjadi di luar area konsesi yang
legal.15
15
Wri-indonesia.org. (2017). Satu Dekade Deforestasi di Indonesia, di Dalam dan di Luar Area Konsesi | WRI
Indonesia. [online] Tersedia di: https://wri-indonesia.org/id/blog/satu-dekade-deforestasi-di-indonesia-di-
dalam-dan-di-luar-area-konsesi [Diakses 26 November 2018].
16
Ibid.
Deforestasi hutan atau pembalakan liar di Indonesia menjadi perhatian
publik. Aktivis Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (LBHI), Nandang Wahyu
menilai ada empat penyebab terjadinya deforestasi hutan.17 Pertama, penyebab
tidak langsung dari deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia yakni
perencanaan tata ruang yang tidak efektif. Kedua, masalah-masalah terkait dengan
tenurial. Ketiga, pengelolaan hutan yang tidak efisien dan efektif. Keempat,
penegakan hukum yang lemah serta maraknya korupsi di sektor kehutanan dan
lahan.
Di sisi lain, tingkat deforestasi yang masih tetap tinggi adalah karena
sistem politik dan ekonomi yang korup. Pelaku deforestasi menganggap
sumberdaya alam, khususnya hutan sebagai sumber pendapatan yang bisa
dieksploitasi untuk kepentingan politik dan keuntungan pribadi. Tingginya tingkat
deforestasi disebabkan oleh kebijakan pemerintah, terutama kebijakan produk
kayu nasional.
17
Republika Online. (2015). Ini Penyebab Deforestasi Hutan di Indonesia | Republika Online. [online] Di:
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/05/31/np82eq-ini-penyebab-deforestasi-hutan-di-
indonesia [Diakses 26 November 2018].
18
Saturi, S. (2018). Deforestasi Indonesia 2017 Turun, Definisi Masih Perdebatan. [online] Mongabay
Environmental News. Di: http://www.mongabay.co.id/2018/01/29/deforestasi-indonesia-2017-turun-definisi-
masih-perdebatan/ [Diakses 26 November 2018].
kebijakan secara berlapis, antara lain moratorium izin baru hutan dan lahan yang
bisa pengendalian alih fungsi lahan pada hutan alam dan primer serta gambut.
Juga pencegahan kebakaran hutan dan lahan hingga mengurangi deforestasi dari
kebakaran hutan, serta penegakan hukum dan kebijakan pendukung. Berdasarkan
fungsi, sebaran deforestasi dalam kawasan hutan terbagi dalam 44,1% hutan
produksi, 12,7% hutan lindung dan 7,5% di hutan konsevasi. Menurut perhitungan
Ditjen Planologi, angka deforestasi Indonesia periode 2014-2015 sebesar 1,09 juta
hektar dan 2015-2016 jadi 0,63 juta hektar. ”Sebaran deforestasi paling banyak di
hutan produksi, mencapai 63% karena open access dan lain-lain yang perlu terus
didalami hingga bisa diperoleh solusi yang tepat,” katanya. Meski demikian, kata
Siti, deforestasi tak selalu bermakna negatif. Dia contohkan, deforestasi untuk
pembangunan wilayah administratif. Upaya itu, katanya, jadi langkah
menghubungkan wilayah desa yang terisolasi, sebagian sistem transportasi
nasional dan lain-lain.
Indonesia, katanya, terus berbenah. Kini, tak hanya penundaan izin baru di
hutan primer dan gambut, pemerintah Indonesia hendak memoratorium sawit.
Pengendalian deforestasi, katanya, tetap jadi isu strategis bidang kehutanan
bersama-sama dengan alokasi sumber daya hutan untuk pemerataan ekonomi,
konservasi, dan pemeliharaan biodiversiti dan biosfer; peningkatan produksi dan
produktivitas hutan dan jasa lingkungan. Juga kemitraan dan keterlibatan
pemangku kepentingan dalam rantai usaha sumber daya hutan serta dalam
pengawasan dan mendorong penegakan hukum. Ruandha Agung Sugardiman,
Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan, Direktorat Jenderal
Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK menyebutkan, penyebab
deforestasi di kawasan hutan karena perubahan alih fungsi, perizinan pemanfaatan
hutan, indikasi kebakaran hutan dan lahan dan jangkauan pemukiman. Sedangkan,
pada APL atau non kawasan hutan karena adanya areal perubahan peruntukan
untuk perkebunan, transmigrasi, dan lain-lain. Meski demikian, rincian itu, kata
Ruanda, masih tahap penyusunan. ”Masih perlu overlay data. Kalau dilihat dari
data, secara umum (penyebab deforestasi) pertanian dan perkebunan, dan 30%
kebakaran,” katanya. Berdasarkan deforestasi 2014-2015, paling besar terjadi di
areal izin pemanfaatan hutan dalam kawasan hutan 43,8% seluas 535.490,1
hektar. Pada 2015-2016, turun jadi 30,2% atau 247.740,3 hektar dan terjadi
peningkatan areal non izin pada kawasan hutan jadi 39,3% sebesar 322.460,6
hektar. Pada 2015-2016, paling besar deforestasi di areal jangkauan pemukiman
66,4% atau 544.575,7 hektar. Menurut Siti, deforestasi terjadi juga karena
pemanfaatan ruang wilayah dan pengendalian RTRW lemah, penebangan liar dan
perambahan hutan, serta tata kelola hutan buruk serta jadi ruang korupsi.
Tidak ada orang yang beralasan yang menyangkal bahwa kita hidup di dunia
di mana kekerasan sering menjadi sarana yang digunakan untuk menangani konflik.
Halaman-halaman buku sejarah kita dipenuhi dengan perang, kebencian dan
pembunuhan, tetapi di antara masa-masa kelam ini adalah kisah-kisah tentang orang-
orang yang telah bangkit menentang penindasan dan menjawab tanpa menggunakan
kekerasan. GECO percaya pada metode non-kekerasan sebagai satu-satunya cara
untuk mencapai tujuan kita. Kami menolak kekerasan terhadap orang dan perusakan
properti dalam kampanye kami, karena kami tidak percaya bahwa kekerasan akan
mengubah apa pun. Kenyataannya, kekerasan lebih cenderung membuat simpatisan
dan lawan sama-sama menjauh dari mempertimbangkan gagasan dan keprihatinan
kita. Kami percaya non-kekerasan menjadi cara positif untuk menangani konflik
karena kami mengakui sifat perubahan harus inklusif, tidak eksklusif.
19
“Down to Zero: How Greenpeace is Ending Deforestation in Indonesia 2003-2013 and Beyond”, Greenpeace,
http://www.Greenpeace.org/international/Global/international/publications/forests/20 1 3/Down-To-
Zero.pdf (diakses pada 27 April 2017)
20
Ibid.
penghadangan kapal tersebut merupakan tindakan nyata dari Greenpeace dalam
membeberkan dampak buruk industri kelapa sawit terhadap lahan gambut dan hutan
Indonesia. Kapal itu akan mengirimkan minyak kelapa sawit hasil dari PT. Permata
Hijau Sawit ke India sekitar 30 ribu ton, Penghadangan kapal itu karena PT. Pertama
Hijau Sawit adalah salah satu perusahaan eksportir minyak kelapa sawitterbesar
Indonesia dengan jumlah ekspor mencapai 15% dari total ekspor Indonesia di
semester pertama tahun 2007 . Perusahaan itu mengekspor minyak kelapa sawit dari
perusahaan-perusahaan yang terbukti terlibat pembabatan dan kebakaran hutan di
Riau.
Strategi moderate sendiri dibagi menjadi dua yaitu scientific report dan lobbying.
Scientific report adalah strategi Greenpeace dengan menerbitkan laporan-laporan
penelitian tentang pengerusakan hutan yang sedang terjadi dilengkapi dengan data-
data dan disebarluaskan kepada publik baik dalam bentuk fisik maupun data digital
yang dapat diunduh. Pada tahun 2007 Greenpeace menerbitkan laporan hasil
investigasi fenomena deforestasi Indonesia khususnya di wilayah Riau, Sumatra, yang
berjudul “How the Palm Oil Industry is Cooking the Climate Change” dan
menekankan pentingnya melindungi hutan Indonesia. Dalam laporan tersebut
Greenpeace menjabarkan perkembangan perkebunan kelapa sawit yang semakin
meningkat dan membahayakan hutan serta keanekaragaman hayati di Riau. Fenomena
ini karena dibarengi dengan tingginya permintaan minyak kelapa sawit yang harganya
murah Greenpeace kemudian memprediksi permintaan tersebut akan meningkat dua
kali lipat pada tahun 2030 dan tiga kali lipat di tahun 2050 jika dibandingkan dengan
tahun 2000(Greenpeace, 2007). Greenpeace kemudian juga menjelskan dampak
buruk jika pengalihan fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit makin marak
terjadi maka salah satunya perubahan iklim yang berasal dari meningkatnya gas
rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer bumi. Melalui laporan itu Greenpeace juga
berhasil menginvestigasi mata rantai perusahaan-perusahaan dari lokal hingga
multinasional yang terlibat dalam pengalihan fungsi hutan dan mayoritas adalah
perusahaan yang bergerak di bidang makanan, kosmetik dan biofuel.
4.1. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Buku:
Wuryandari, Ganewati dkk. (2015) Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Lingkungan Hidup,
Yogyakarta, CV. Andi Offset,.
Jurnal:
Apriwan, Teori Hijau: Alternatif dalam Perkembangan Teori Hubungan Internasional, dalam
jurnal Multiversa: Journal of Internasional Studies, Volume 02, No. 1, Februari 2011.
Barry, John. Green Political Theory and The State ‚Discursive Sustainability; The State (and
citixen) of Green Political Theory, diakses dari http://www.psa.ac.uk/cps/1994/barr.pdf
Daring:
Republika Online. (2015). Ini Penyebab Deforestasi Hutan di Indonesia | Republika Online.
[online] Di: https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/05/31/np82eq-ini-
penyebab-deforestasi-hutan-di-indonesia [Diakses 26 November 2018].
Saturi, S. (2018). Deforestasi Indonesia 2017 Turun, Definisi Masih Perdebatan. [online]
Mongabay Environmental News. Di: http://www.mongabay.co.id/2018/01/29/deforestasi-
indonesia-2017-turun-definisi-masih-perdebatan/ [Diakses 26 November 2018].
Surjadi, Harry. Peran Greenpeace. My Life, My Adventure. http://ellachamelia-
memories.blogspot.com/2009/11/peran-greenpeace.html pada tanggal 25 November 2018.
Wri-indonesia.org. (2017). Satu Dekade Deforestasi di Indonesia, di Dalam dan di Luar Area
Konsesi | WRI Indonesia. [online] Tersedia di: https://wri-indonesia.org/id/blog/satu-dekade-
deforestasi-di-indonesia-di-dalam-dan-di-luar-area-konsesi [Diakses 26 November 2018].