Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS KASUS MENTERI KELAUTAN DAN

PERIKANAN YANG DITANGKAP OLEH KPK MELALUI


SUDUT PANDANG PANCASILA

Dosen Pengampu: Mamandang Syahputra Ginting, S.T., M.H.

Disusun Oleh:

Indah Dwi Anggraini

2015012019

PROGRAM STUDI S-1 ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkah rahmat dan
hidayahnya saya masih diberikan kesehatan sehingga makalah dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu sebagai tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila.

Dalam pembuatan makalah penulis menyadari masih belum sempurna dan


masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari apa yang diharapkan.
Untuk itu, saya berharap kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini
untuk masa yang akan datang, menginat bahwasanya tidak akan ada hasil yang
lebih baik jika tidak ada saran yang membangun untuk dijadikan pembelajaran
dan evaluasi kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap insan
yang membacanya.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
pembuatan makalah ini, khususnya kepada semua pihak yang terlibat langsung
dalam pembuatan makalah ini.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Lampung, 3 Desember 2020

Penulis
Daftar Isi

Halaman Judul.........................................................................................i

Kata Pengantar........................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

.1. Kronologi dan Analisis Kasus Penangkapan Menteri KKP......5

2.2Kasus menurut sudut pandang pancasila...................................10

2.3 Dampak Dari Kasus Korupsi…………….............................14

2.4Upaya Pencegahan Kasus Serupa…………………………......16

BAB III KESIMPULAN................................................................19

3.1 Kesimpulan……………………………………....…………..19
BAB I

PENDAHULUAN

.1. Latar Belakang


Pancasila sebagai sumber nilai anti korupsi dibenarkan dengan
pernyataanKomisi Pemberantasan Korupsi, yang menegaskan bahwa
Pancasila merupakan sumbernilai anti korupsi. Persoalannya, arah ideologi
sekarang seperti di persimpangan jalan. Nilai-nilai lain yang
kitaanut menjadikan tindak korupsi merebak kemana-mana.

Dewasa ini kasus korupsi sering terjadi di kehidupan kita. Tanpa kita
sadari yang dilakukan oleh orang – orang yang melakukan korupsi adalah
tindakan yang tidak bermoral dan beretika. Rapuhnya moralitas dan rendahnya
tingkat kejujuran orang – orang yang berbuat korupsi. Salah satu penyebabnya
adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia. Korupsi di indonesia dewasa
ini sudah merupakan penyakit sosial yang sangat berbahaya dan merugikan
semua aspek kehidupan masyarakat. Dan sekarang ini korupsi seolah olah
sudah menjadi budaya dalam masyarakat. Tindakan ini bertentangan dengan
arti penting dan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
Selain itu juga menciderai nilai-nilai luhur Pancasila.

Seperti halnya yang terjadi pada kasus Menteri Kelautan dan Perikanan,
Edhy Prabowo. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi
tangkap tangan (OTT) terhadap Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy
Prabowo di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Penangkapan ini terjadi pada
Rabu November 2020 dini hari, sekira pukul 01.23 WIB. Menteri KKP
tersebut resmi menjadi tersangka kasus korupsi terkait dengan ekspor BBL
(Benih Bening Lobster).

Korupsi terjadi ketika ada pertemuan dan kesempatan. Nilai-nilai kearifan


lokal semakin ditinggalkan, yang ada nilai-nilai kapitalis, sehingga
terdoronglah seseorang untuk bertindak korupsi. Saatnya Pancasila kembali
direvitalisasi sebagai dasar filsafat Negara, bersama-sama dengan norma
agama.
Nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama merupakan dasar untuk
seluruh masyarakat Indonesia berbuat baik, sehinggaPancasila dianggap
sebagai ideologi yang bersifat universal karena dalam Pancasila adanilai-nilai
sosialis religius dan nilai-nilai etis.Korupsi merupakan masalah serius yang
harus dihadapi oleh bangsa Indonesia. Masih banyak orang yang sadar bahwa
korupsi itu merupakan tindakan menyimpang.Oleh karena itu, orang-orang
tersebut harus dibekali dengan ilmu dan nilai-nilai yang baik agar terhindar
dari tindakan yang menyimpang.

Benar adanya bahwa korupsi terjadi karena pemahaman kita mengenai


Pancasila masih kurang. Kebanyakan dari kita hanya mengetahui sila-sila dari
Pancasila namun dalam memaknainya masih kurang sehingga masih banyak
pelanggaran-pelanggaran dan penyimpangan- penyimpangan yang terjadi di
negeri ini.

.1. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat
disimpulkan rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana kronologi dan analisis kasus tersebut?
2. Bagaimana kasus tersebut jika dilihat dari sudut pandang pancasila?
3. Apa dampak yang ditimbulkan dari kasus tersebut?
4. Bagaimana upaya pencegahan agar kasus tersebut tidak kembali
terulang?
.1. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan memahami latar belakang dari kasus tersebut.
2. Dapat menilai sebuah kasus dengan sudut pandang pancasila.
3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pelanggaran nilai-nilai
pancasila.
4. Menegatahui upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk
menghindari terjadinya kasus serupa.
BAB II
PEMBAHASAN

.1. Kronologi dan Analisis Kasus Penangkapan Menteri KKP


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan Menteri
Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo sebagai tersangka terkait perizinan di
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain Edhy, ada 6 orang tersangka lain
yang terlibat dalam perkara ini.
Mereka adalah Safri sebagai Stafsus Menteri KKP; Andreau Pribadi
Misanta sebagai Stafsus Menteri KKP; Siswadi sebagai Pengurus PT Aero
Citra Kargo (PT ACK); Ainul Faqih sebagai Staf istri Menteri KKP; Amiril
Mukminin; dan Suharjito sebagai Direktur PT Dua Putra Perkasa (PT DPP).
Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan dan sebelum batas waktu 24 jam
sebagaimana diatur dalam KUHAP, dilanjutkan dengan gelar perkara, KPK
menyimpulkan adanya dugaan tindak pidana korupsi berupa penerimaan
hadiah atau janji oleh Penyelenggara Negara terkait dengan perizinan tambak,
usaha dan atau pengelolaan perikanan atau komoditas perairan sejenis lainnya
tahun 2020.

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo adalah orang dekat


Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, yang baru menjadi menteri
sekitar satu tahun. Edhy pun baru memimpin setahun lebih di Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP). Serah terima jabatan dengan menteri
KKP sebelumnya, Susi Pudjiastuti baru dilakukan pada 23 Oktober 2019. 1

Wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjelaskan kasus ini


bermula pada 14 Mei 2020 ketika Menteri KKP Edhy Prabowo menerbitkan
Surat Keputusan Nomor 53/KEP MEN-KP/2020 tentang Tim Uji Tuntas (Due
Diligence) Perizinan Usaha Perikanan Budidaya Lobster. Edhy Prabowo
kemudian menunjuk Staf Khusus Menteri Andreau Pribadi Misata (APS)
selaku Ketua Pelaksana Tim Uji Tuntas (Due Diligence) dan Staf Khusus
1
Fajar Pebrianto, Diciduk KPK Karena Kasus Lobster, Ini Latar Belakang Menteri KKP Edhy
Prabowo, Tempo:2020
Menteri Safri selaku Wakil Ketua Pelaksana Tim Uji Tuntas. Salah satu tugas
dari Tim ini adalah memeriksa kelengkapan administrasi dokumen yang
diajukan oleh calon eksportir benur.
Selanjutnya pada awal bulan Oktober 2020, Direktur PT Dua Putra
Perkasa (PT DPP) Suharjito datang ke lantai 16 kantor KKP dan bertemu
dengan Safri. Dalam pertemuan tersebut, diketahui bahwa untuk melakukan
ekspor benih lobster hanya dapat melalui forwarder Aero Citra Kargo (ACK)
dengan biaya angkut Rp1800/ekor. Hal ini merupakan kesepakatan antara
Amiril Mukminin dengan Andreau Pribadi dan Siswadi selaku Pengurus
ACK.
Atas kegiatan ekspor benih lobster tersebut, PT DPP diduga melakukan
transfer sejumlah uang ke rekening PT ACK dengan total sebesar Rp 731,57
juta. Selanjutnya PT DPP atas arahan Edhy Prabowo melalui Tim Uji Tuntas
(Due Diligence) memperoleh penetapan kegiatan ekspor benih lobster/benur
dan telah melakukan sebanyak 10 kali pengiriman menggunakan perusahaan
PT ACK.
Berdasarkan data kepemilikan terdaftar pemilik PT ACK terdiri adalah
Amri dan Ahmad Bahtiar. Namun keduanya diduga hanyalah merupakan
nominee dari pihak Edhy Prabowo dan Yudi Surya Atmaja. Atas uang yang
masuk ke rekening PT ACK yang diduga berasal dari beberapa perusahaan
eksportir benih lobster tersebut, selanjutnya di tarik dan masuk ke rekening
Amri dan Ahmad Bahtiar masing-masing dengan total Rp 9,8 miliar.
Selanjutnya pada tanggal 5 November 2020, diduga terdapat transfer dari
rekening Ahmad Bahtiar ke rekening salah satu bank atas nama Ainul Faqih,
Staf istri Menteri KKP Iis Rosita Dewi. Jumlahnya sebesar Rp 3,4 miliar yang
diperuntukkan bagi keperluan Edhy Prabowo, Istrinya dan Andreau Pribadi
Misanta.
Sebagian uang tersebut dipergunakan untuk belanja barang mewah oleh
Edhy Prabowo dan Istri di Honolulu AS pada tanggal 21 sampai dengan 23
November 2020 sejumlah sekitar Rp750 juta. Barang yang dibelanjakan antara
lain Jam tangan Rolex, tas Tumi dan LV, dan baju Old Navy.
Di samping itu pada sekitar bulan Mei 2020, Edhy Prabowo juga diduga
menerima sejumlah uang sebesar US$ 100.000 dari Suhajito melalui Safri dan
Amiril Mukminin. Selain itu, Safri dan Andreau Pribadi pada sekitar bulan
Agustus 2020 menerima uang dengan total sebesar Rp 436 juta dari Ainul
Faqih.2
Berdasarkan kronologi kasus yang telah dipaparkan, diketahui bahwa
kasus tersebut merupakan korupsi dan kolusi. Tragedi penangkapan yang
dialami oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo berkenaan
dengan kebijakan ekspor benih bening lobster (BBL). Kebijakan ekspor BBL
yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.12/2020
tentang Pengelolaan Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan
Rajungan (Portunus spp.) di Wilayah Negara RI yang sebelumnya dilarang
pada zaman Menteri Susi Pudjiastuti melalui Permen KP No.56/2016. Melalui
Permen No.12/2020 itu mempermudah perusahaan pengekspor BBL untuk
bersekongkol sehingga terjadi persaingan tidak sehat yang merugikan nelayan
pembudidaya lobster di daerah-daerah. Indikator kebijakan diatur sejak awal
agar perusahaan pengekspor mendapatkan bunga semudah mungkin dengan
cara yang semudah mungkin.
KKP sendiri telah memberikan izin kepada 31 perusahaan pengekspor
BBL yang rata-rata baru didirikan sekitar 2-3 bulan setelah Permen
No.12/2020 diterbitkan pada awal Mei 2020 dan tidak memiliki rekam jejak
usaha pembudidayaan lobster yang dibuktikan melalui panen usaha secara
berkelanjutan. Ketentuan itu sudah diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf C
Permen KP 12/2020. Sehingga mustahil perusahaan pengekspor itu dalam
waktu singkat sejak awal Mei 2020, telah melakukan sekali panen budidaya
lobster.
Tidak adanya sinkronisasi Permen No.12/2020 dengan Komnas Kajiskan,
menjadikan kegiatan ekspor BBL melanggar ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1)
Permen KP 12/2020 dan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No.45 Tahun 2009
tentang Perikanan.

2
Cantika Adinda Putri, Modus dan Kronologi Lengkap Dugaan Korupsi Edhy Prabowo Dkk, CNBC
Indonesia: 2020.
Kemudian pemberian izin ekspor BBL kepada pengekspor dan terlibatnya
sejumlah politisi merupakan indikasi adanya praktik kolusi yang kental.
Indikasi itu muncul, karena perizinan yang sudah diterbitkan, ada yang
ditujukan kepada perusahaan-perusahaan yang baru memulai usaha budi daya
lobster dan ada keterlibatan politisi di dalamnya. Dengan kata lain, perizinan
yang sudah diterbitkan itu bisa juga disebut dengan perizinan instan.3

.2. Kasus Penangkapan Menteri KKP Menurut Sudut Pandang


Pancasila

Indonesia dewasa ini kasus korupsi semakin bertambah dan sudah menjadi
hal biasa bagi para koruptor – koruptor yang gila harta. Maka kejujuran itu
adalah hal yang sangat penting dan moralitas juga sangat diperlukan dalam
suatu pemerintahan. Pendidikan pancasila dan penerapan nilai-nilainya sangat
berperan besar dalam kasus korupsi.
Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang
Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah: 
“Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.”
UU No. 24 tahun 1960
“Perbuatan  seseorang,  yang  dengan  atau  karena  melakukan  suatu
kehajatan atau dilakukan dengan menyalah gunakan jabatan atau
kedudukan.”4
Korupsi Menurut Ilmu Politik
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan
dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri
3
Jay Fajar, Kolusi Ekspor Benih Lobster yang Membuat Menteri Kp ditangkap KPK, Mongabay:
2020
4
DR. M. Syamsa Ardisasmita, Definisi Korupsi Menurut Perspektif Hukum Dan E-Announcement
Untuk Tata Kelola Pemerintahan Yang Lebih Terbuka, Transparan Dan Akuntabel, Seminar PBJ:
2006
maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi,
sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau
pribadi lainnya.  
Korupsi Menurut Ahli Ekonomi
Para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret. Korupsi
didefinisikan sebagai pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dan
kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara diam-diam
dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan setidaknya
merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu
pihak yang terlibat dalam bidang umum dan swasta.5
Dalam kasus yang melibatkan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy
Prabowo dan enam orang terkait lainnya sudah jelas merupakan kasus korupsi.
Korupsi sendiri adalah perbuatan yang sangat tidak baik dan tidak di
perbolehkan dalam agama. Dalam kasus tersebut, para nelayan dari berbagai
daerah di Indonesia menjadi korban atas kebijakan Menteri KKP yang baru.
Para nelayan menjadi kesulitan dalam mendapatkan benih bening lobster. Hal
tersebut dapat merugikan negara atau perekonomian negara. Korupsi dalam
kasus tersebut merupakan tindakan yang tidak terpuji yang dilakukan secara
perseorangan atau kelompok dari sumber pendapatan yang ilegal. Tindakan
korupsi dalam kasus tersebut sangat bertentangan dengan arti dan fungsi
pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Korupsi juga
menciderai nilai – nilai luhur Pancasila sebagai Dasar Negara kita. Tindakan
ini seolah olah sudah menjadi budaya dalam masyarakat.
 Dalam Pancasila terdapat lima sila yang dimana setiap sila-sila itu
memiliki arti yang berbeda sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia, tetapi
memiliki tujuan yang satu yaitu menciptakan dan mewujudkan cita-cita negara
Indonesia. Tindakan korupsi seperti yang terjadi pada kasus menteri KKP
merupakan salah satu penyelewengan terhadap nilai-nilai pancasila. Tindakan
tersebut bukan hanya melanggar aturan negara tetapi hal itu juga telah
melanggar ideologi dan prinsip terhadap Pancasila. Dengan menyelewengnya

5
Irham Ma’ruf, Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang dan Para Ahli,
(http://irham93.blogspot.com/2013/11/pengertian-korupsi-menurut-undang.html) diakses pada
04 Desember 2020.
tindakan terhadap Pancasila hal tersebut akan membuat cita-cita yang
didambakan oleh negara dan bangsa lama kelamaan akan menjadi hancur.
Cita-cita untuk mewujudkan Negara Indonesia seperti pada pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 akan sulit terwujud. Maka dari itu terdapat hal
penting dalam tindakan korupsi terhadap Pancasila yaitu dengan kita
melakukan tindakan korupsi kita sama saja telah menghancurkan Pancasila
yang seharusnya menjadi pedoman bangsa.
Sila pertama yang berbunyi “KeTuhanan  Yang Masa Esa”. Berdasarkan
sila pertama, kasus tersebut jelas tidak sesuai karena melakukan tindakan
korupsi berarti sama saja kita telah membohongi Tuhan. Manusia Indonesia
percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, perilaku tindak pidana
korupsi adalah perilaku yang tidak percaya dan taqwa kepada Tuhan. Dia
menafikan bahwa Tuhan itu Maha Melihat lagi Maha Mendengar.

Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab” sila ini
memiliki makna untuk memperlakukan sesama manusia sebagai mana
mestinya dan melakukan tindakan yang benar, bermartabat, adil terhadap
sesama manusia sebagaimana mestinya. Dalam kasus menteri Edhy Prabowo,
para pelaku melangggar sila kedua ini karena telah melakukan tindakan yang
memperlakukan kekuasaan dan kedudukan sebagai tempat untuk mendapatkan
hal yang diinginkan demi kebahagiaan diri sendiri dan juga membuat orang
lain menjadi rugi karena tindakan korupsi tersebut. Para nelayan dirugikan,
tetapi para pelaku diuntungkan dan jelas tidak memikirkan nasib nelayan yang
kesulitan akibat adanya kebijakan ekspor tersebut.

Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” yang memiliki makna


bahwa kedudukan masyarakat/rakyat itu sama di depan mata hukum tanpa
membeda-bedakan serta mendapat perlakuan yang sama di depan hukum.
Kasus tersebut juga telah melanggar sila ini. Tindakan korupsi yang dilakukan
merupakan tindakan yang dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat
sehingga hal tersebut akan membuat rakyat merasa menjadi terintimidasi dan
tidak peduli lagi terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh pemerintah.
Lama kelamaan, hal ini akan membuat Indonesia menjadi tidak harmonis.

Sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat


Kebijaksanaan Dalam Permusyahwarataan Dan Perwakilan. Sila ini
mengandung makna untuk bermusyawarah dalam melakukan dan menentukan
segala sesuatu agar tercapainya keputusan bersama yang berdampak baik bagi
Indonesia. Namun, pada kasus menteri KKP, Edhy Prabowo telah melakukan
tindakan dengan keputusan sendiri dan hal itu tidak baik karena dalam
menentukan dan melakukan segala sesuatu haruslah berdasarkan keputusan
bersama karena Indonesia sangat menjunjung tinggi musyawarah. Jika
melakukan tindakan korupsi berarti sama saja telah meremehkan kekuatan
musyawarah dan hal itu akan membuat negara menjadi terpecah belah.

Sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat


Indonesia”. Kasus tersebut sangat memperlihatkan ketidakadilan antara
nelayan yang merupakan rakyat biasa dengan para petinggi dan politisi yang
merupakan pelaku korupsi. Dengan tindakan korupsi tersebut menunjukan
ketidakadilan antar pemerintah dan masyarakat. Bukan hanya itu juga
ketidakadilan terhadap negara sendiri karena telah menggunakan sesuatu yang
bukan haknya untuk dijadikan kenikmataan bagi diri sendiri tanpa memikirkan
tujuan awalnya kebijakan tersebut dibuat

Dari sudut pandang pancasila kita dapat mengetahui bahwa pada kasus
menteri KKP telah melanggar dan menyeleweng dari nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam Pancasila. Dengan menyelewengnya tindakan korupsi
terhadap nilai-nilai luhur Pancasila itu menyebabkan kondisi negara kita
semakin bertambah buruk dan banyaknya terjadi kegaduhan-kegaduhan yang
sangat parah. Maka dari itu, kita haruslah melakukan segala sesuatu sesuai
dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila, terutama bagi para pejabat
agar ketika melakukan sesuatu tidak menimbulkan penyelewengan-
penyelewengan yang berdampak buruk bagi negara.
.3. Dampak yang Ditimbulkan dari Tindak Korupsi
Praktik korupsi yang dilakukan oleh menteri KKP dan sejumlah rekan
lainnya dapat berakibat sangat fatal bagi kehidupan manusia, baik aspek
kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan individu. Beberapa dampak
yang ditimbulkan dari dilakukannya tindak korupsi dapat dijelaskan seperti
berikut:
1. Dampak korupsi terhadap masyarakat dan individu.
Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi
makanan masyarakat setiap hari, maka akibatnya akan menjadikan masyarakat
tersebut sebagai masyarakat yang kacau, tidak ada sistem sosial yang dapat
berlaku dengan baik. Setiap individu dalam masyarakat hanya akan
mementingkan diri sendiri (self interest), bahkan selfishness. Tidak akan ada
kerjasama dan persaudaraan yang tulus.
Fakta empirik dari hasil penelitian di banyak negara dan dukungan teoritik
oleh para ilmuwan sosial menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatif
terhadap rasa keadilan sosial dan kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan
perbedaan yang tajam di antara kelompok sosial dan individu baik dalam hal
pendapatan, prestise, kekuasaan dan lain-lain. Korupsi juga membahayakan
terhadap standar moral dan intelektual masyarakat. Ketika korupsi merajalela,
maka tidak ada nilai utama atau kemuliaan dalam masyarakat.
2. Dampak korupsi terhadap generasi muda.
Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka
panjang adalah rusaknya generasi muda. Dalam masyarakat yang korupsi telah
menjadi makanan sehari-harinya, anak tumbuh dengan pribadi antisosial,
selanjutnya generasi muda akan menganggap bahwa korupsi sebagai hal biasa
(atau bahkan budayanya), sehingga perkembangan pribadinya menjadi
terbiasa dengan sifat tidak jujur dan tidak bertanggungjawab. Jika generasi
muda suatu bangsa keadaannya seperti itu, bisa dibayangkan betapa suramnya
masa depan bangsa tersebut.
3. Dampak korupsi terhadap politik.
Kekuasaan politik yang dicapai dengan korupsi akan menghasilkan
pemerintahan dan pemimpin masyarakat yang tidak legitimate di mata publik.
Jika demikian keadaannya, maka masyarakat tidak akan percaya terhadap
pemerintah dan pemimipin tersebut, akibatnya mereka tidak akan akan patuh
dan tunduk pada otoritas mereka. Praktik korupsi yang meluas dalam politik
seperti pemilu yang curang, kekerasan  dalam pemilu, money politics dan lain-
lain juga dapat menyebabkan rusaknya demokrasi, karena untuk
mempertahankan kekuasaan, penguasa korup itu akan menggunakan
kekerasan (otoriter) atau menyebarkan korupsi lebih luas lagi di masyarakat.
Di samping itu, keadaan yang demikian itu akan memicu terjadinya
instabilitas sosial politik dan integrasi sosial, karena terjadi pertentangan
antara penguasa dan rakyat. Bahkan dalam banyak kasus, hal ini menyebabkan
jatuhnya kekuasaan pemerintahan secara tidak terhormat, seperti yang terjadi
di Indonesia.
4. Bahaya korupsi terhadap ekonomi
Korupsi merusak perkembangan ekonomi suatu bangsa. Jika suatu projek
ekonomi dijalankan sarat dengan unsur-unsur korupsi (penyuapan untuk
kelulusan projek, nepotisme dalam penunjukan pelaksana projek, penggelepan
dalam pelaksanaannya dan lain-lain bentuk korupsi dalam projek), maka
pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dari projek tersebut tidak akan
tercapai.
Penelitian empirik oleh Transparency International menunjukkan bahwa
korupsi juga mengakibatkan berkurangnya investasi dari modal dalam negeri
maupun luar negeri, karena para investor akan berfikir dua kali ganda untuk
membayar biaya yang lebih tinggi dari semestinya dalam berinvestasi (seperti
untuk penyuapan pejabat agar dapat izin, biaya keamanan kepada pihak
keamaanan agar investasinya aman dan lain-lain biaya yang tidak perlu). Sejak
tahun 1997, investor dari negara-negera maju (Amerika, Inggris dan lain-lain)
cenderung lebih suka menginvestasikan dananya dalam bentuk Foreign Direct
Investment (FDI) kepada negara yang tingkat korupsinya kecil.
5. Bahaya korupsi terhadap birokrasi
Korupsi juga menyebabkan tidak efisiennya birokrasi dan meningkatnya
biaya administrasi dalam birokrasi. Jika birokrasi telah dikungkungi oleh
korupsi dengan berbagai bentuknya, maka prinsip dasar birokrasi yang
rasional, efisien, dan kualifikasi akan tidak pernah terlaksana. Kualitas
layanan pasti sangat jelek dan mengecewakan publik. Hanya orang yang
berpunya saja yang akan dapat layanan baik karena mampu menyuap.
Keadaan ini dapat menyebabkan meluasnya keresahan sosial, ketidaksetaraan
sosial dan selanjutnya mungkin kemarahan sosial yang menyebabkan jatuhnya
para birokrat.
.4. Upaya Pencegahan Kasus Serupa
Berikut ini akan dijelaskan mengenai beberapa upaya-upaya yang dapat
dilakukan sebagai pencegahan dari kasus korupsi:
1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi
Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan
membentuk lembaga yang independen yang khusus menangani
korupsi. Sebagai contoh di beberapa negara didirikan lembaga yang
dinamakan Ombudsman. Lembaga ini pertama kali didirikan oleh
Parlemen Swedia dengan nama Justitieombudsmannen pada tahun
1809. Peran lembaga ombudsman --yang kemudian berkembang pula
di negara lain--antara lain menyediakan sarana bagi masyarakat yang
hendak mengkomplain apa yang dilakukan oleh Lembaga Pemerintah
dan pegawainya. Selain itu lembaga ini juga memberikan edukasi
pada pemerintah dan masyarakat serta mengembangkan standar
perilaku serta code of conduct bagi lembaga pemerintah maupun
lembaga hukum yang membutuhkan. Di Indonesia sendiri, sudah
memiliki lembaga yang secara khusus dibentuk untuk memberantas
tindak pidana korupsi. Lembaga tersebut adalah Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).6
2. Memperbaiki Kinerja Lembaga Peradilan
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperbaiki kinerja
lembaga peradilan baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan

6
Upaya Pemberantasan Korupsi, Buku Pendidikan Anti-Korupsi
dan Lembaga Pemasyarakatan. Pengadilan adalah jantungnya
penegakan hukum yang harus bersikap tidak memihak, jujur dan adil.
Banyak kasus korupsi yang tidak terjerat oleh hukum karena kinerja
lembaga peradilan yang sangat buruk. Bila kinerjanya buruk karena
tidak mampu mungkin masih dapat dimaklumi. Ini berarti
pengetahuan serta ketrampilan aparat penegak hukum harus
ditingkatkan. Yang menjadi masalah adalah bila mereka tidak mau
atau tidak memiliki keinginan yang kuat untuk memberantas korupsi,
atau justru terlibat dalam berbagai perkara korupsi.
3. Pencegahan Sosial melalui Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu upaya memberantas korupsi adalah memberi hak pada
masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi (access to
information). Sebuah sistem harus dibangun di mana kepada
masyarakat (termasuk media) diberikan hak meminta segala informasi
yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi
hajat hidup orang banyak. Hak ini dapat meningkatkan keinginan
pemerintah untuk membuat kebijakan dan menjalankannya secara
transparan. Pemerintah memiliki kewajiban melakukan sosialisasi
atau diseminasi berbagai kebijakan yang dibuat dan akan dijalankan.
Salah satu cara untuk ikut memberdayakan masyarakat dalam
mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan menyediakan
sarana bagi masyarakat untuk melaporkan kasus korupsi. Sebuah
mekanisme harus dikembangkan di mana masyarakat dapat dengan
mudah dan bertanggung-jawab melaporkan kasus korupsi yang
diketahuinya. Mekanisme tersebut harus dipermudah atau
disederhanakan misalnya via telepon, surat atau telex. Dengan
berkembangnya teknologi informasi, media internet adalah salah satu
mekanisme yang murah dan mudah untuk melaporkan kasus-kasus
korupsi.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik tingat
lokal atau internasional juga memiliki peranan penting untuk
mencegah dan memberantas korupsi. Mereka adalah bagian dari
masyarakat sipil (civil society) yang keberadaannya tidak dapat
diremehkan begitu saja. Sejak era reformasi, LSM baru yang bergerak
di bidang Anti-Korupsi banyak bermunculan. Sama seperti pers yang
bebas, LSM memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan atas
perilaku pejabat publik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dan melanggar
kaidah/norma umum yang berlaku di masyarakat. Praktek korupsi
yang meluas di suatu negara akan merusak dan menghancurkan sendi-
sendi kehidupan bernegara. Indonesia termasuk Negara yang tingkat
korupsinya tinggi di dunia. Banyak faktor yang menyebabkan
tingginya kejahatan korupsi di Indonesia bisa faktor internal juga
faktor eksternal. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya
pemberantasan, pencegahan kejahatan korupsi. Upaya pencegahan
korupsi dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai anti korupsi
pada masyarakat lewat pendidikan anti korupsi untuk menumbuhkan
karakter kejujuran, dan sikap anti korupsi.

Anda mungkin juga menyukai