Anda di halaman 1dari 31

Dra. Hj. ROSMAWATI IBRAHIM, SST., MS., M.

Kes

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

30 KASUS KORUPSI DI INDONESIA

DI SUSUN OLEH :
NOVITA SAFITRI
NIM. Pbd21.105

STIKES PELITA IBU TAHUN AKADEMIK


2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang
senantiasa melimpahkan nikmat-Nya serta selalu memberikan yang terbaik bagi
hamba-Nya. Berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya dan membalas amal
kebaikan mereka. Penulis menyadari bahwa meskipun makalah ini dibuat dengan
usaha yang maksimal, tidak menutup kemungkinan di dalamnya masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka dalam menerima kritik dan saran
yang sifatnya membangun sehingga dapat berkarya lebih baik lagi pada masa
yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan bernilai ibadah di sisi-Nya. Aamiin.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR...................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................... 1
A. LATAR BELAKANG........................................................... 1
B. PERMASALAHAN............................................................... 2
C. TUJUAN................................................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN............................................................. 3
BAB III : PENUTUP...................................................................... 22
A. KESIMPULAN...................................................................... 22
B. SARAN.................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian korupsi menurut UU No. 31 Tahun 1999
Jo UU No. 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan
tindakan pidana korupsi adalah tindakan melawan hukum
dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
korupsi yang berakibatkan merugikan negara atau
perekonomian negara.
Menurut Kamus besar bahasa indonesia (KKBI) korupsi adalah penyelewengan
atau penyalagunaan uang negara (perusahaan, organisani, yayasan, dan
sebagainya) untuk keuntungan pridadi atau orang lain.
Buah Reformasi yang bergulir, sedikit banyak telah
mengubah wajah Indonesia. Salah satunya, adalah
terbentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada
tahun 2003. Tanpa terasa pada tahun 2017, KPK telah
menginjak usia lebih dari satu dekade serta telah
mengalami empat periode pergantian pimpinan hingga
2016. Berbagai kasus telah diungkap oleh KPK sehingga
menorehkan jejak mulai tingkat penyelidikan hingga pada
eksekusi. Banyak penyelenggara negara yang harus
mendekam di penjara, begitu pula dari kalangan swasta
yang umumnya para pengusaha dan pengacara. Beberapa
kasus begitu mencengangkan sehingga membuktikan
bahwa korupsi sudah begitu masif menjangkiti kehidupan
bernegara di Indonesia.
Berdasarkan Rekapitulasi Tindak Pidana Korupsi
yang ditangani KPK total kasus yang telah diselidiki
adalah 823 kasus sejak 2004. Per 30 September 2016,
KPK melakukan penanganan tindak pidana korupsi

1
dengan rincian sebagai berikut: penyelidikan 71 perkara,
penyidikan 69 perkara, penuntutan 58 perkara, 52
perkara, dan eksekusi 63 perkara. Lalu, total penanganan
perkara tindak pidana korupsi dari tahun 2004 s.d. 2016
adalah penyelidikan 823 perkara, penyidikan 537 perkara,
penuntutan 447 perkara, 372 perkara, dan eksekusi 396
perkara.
Tidak ada tren penurunan penanganan kasus, malah
boleh dikatakan cenderung meningkat. Walaupun
demikian, ada pendapat yang menyatakan pemberantasan
korupsi di Indonesia bagai jalan di tempat. Menanggapi
hal ini, pemberantasan korupsi selayaknya dilihat secara
luas, bukan hanya dalam soal penanganan kasus atau
penindakan, melainkan juga pencegahan yang harus
dilakukan oleh seluruh komponen bangsa ini. KPK tidak
dapat bergerak sendiri meskipun dicap sebagai lembaga
superbodi. Hal ini mengingat korupsi hampir tidak pernah
mati karena urat akarnya sudah menjalar ke mana-mana—
dipotong di satu sisi maka tumbuh di sisi lain.
B. Permasalahan
Adapun yang mennjadi permsalahan pada pembuatan makalah ini yaitu
1. Jelaskan 30 Kasus korupsi di Indonesia beserta pelaku korupsinya
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk
mengetahui 30 kasus korupsi yang pernah terjadi di
Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kasus TPPU Flu Burung


Negara diduga dirugikan Rp 770 miliar dalam kasus
korupsi paket pengadaan peralatan pembangunan fasilitas
produksi, riset, dan alih tehnologi vaksin flu burung untuk
manusia pada Ditjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL), Kementerian Kesehatan
RI 2008-2010. Sebanyak 2 tersangka ditetapkan dalam
kasus ini. Yaitu Tunggul P Sihombing selaku Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) dan Rachmat Basuki selaku
Ketua Panitia Pengadaan Barang dan Jasa.

2. Suap CPNS 2014 Musi Rawas


Perkara ini diawali dengan adanya proses
pengadaan CPNS dalam pembentukan struktur kabupaten
baru di Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan. Dalam
proses ini kabag kepegawaian Muhammad Rifa'i yang
ditugaskan oleh Bupati Musi Rawas Utara (AA) untuk
melakukan pengurusan pengadaan CPNS di Kementerian

3
PAN dan RB, diduga telah menerima sejumlah uang yang
diketahuinya diberikan dalam rangka meluluskan pelamar
CPNS. Berkas Perkara saat ini telah memasuki Tahap I
dan sedang diteliti oleh jaksa peneliti di Kejaksaan
Agung.

3. Pengadaan Buku di Disdik Kabupaten Garut


Diduga terjadi tindak pidana korupsi pada pengadaan buku pengayaan, buku
referensi , Entik Karyana (EK) sebagai tersangka. dan buku panduan
pendidik SMP di Dinas Pendidikan Kabupaten Garut 2010. Kasus ini diduga
melibatkan Kabid Dikmen Disdik Kab Garut, EK. Korupsi diduga dilakukan
dengan cara menandatangani atau mengesahkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
yang dibuat oleh panitia lelang yang tidak dilakukan sesuai prosedur. Tidak pula
melakukan pengawasan pekerjaan dengan benar.

4. Bandara Juwata Tarakan Kaltim

4
  Kejaksaan Negeri Tarakan akhirnya melakukan eksekusi terpidana kasus
korupsi kegiatan pekerjaan pematangan lahan di Bandara Juwata Tarakan, Djoko
Priambodo. Kepala Kejaksaan Negeri Tarakan, Fatkhuri melalui Kasi Pidsus
Tohom Hasiholan menerangkan, Djoko dieksekusi sekira pukul 18.00 Wita, Senin
(11/11/2019).
Diduga terjadi tindak pidana korupsi dalam pengadaan pekerjaan pengembangan
Bandara Juwata Tarakan, Kalimantan Timur berupa pekerjaan pematangan,
pembersihan lahan persiapan, pembuatan paralel runway 375.000 M3 melalui
program stimulus fiskal TA 2009, dan pekerjaan perbaikan tanah landas pacu
tahap I (75.000 M2) TA 2010. Proyek ini dipimpin oleh HD selaku Kepala
Bandar Udara Juwata Tarakan Kaltim.

5. Penyuapan Perkara Judi Online

Kasus suap dalam perkara judi online yang


melibatkan sejumlah perwira di lingkungan Polda Jabar,
akan segera disidangkan di Pengadilan Tipikor pada
Pengadilan Negeri (PN) Bandung. Tiga berkas sudah

5
diterima oleh pihak Pengadilan Tipikor dari kejaksaan
pada Rabu (7/1/2015) lalu dengan nomor 10/Pid-Sus-
TPK/2015/PN.Bdg.

Berkas yang masuk yakni atas nama AKP


Dudung Suryana, Brigadir Amin Iskandar dan Ali
Irawan. Sementara berkas milik satu nama lainnya yakni
AKBP Murjoko Budoyono tidak masuk ke Pengadilan
Tipikor Bandung.
Diduga terjadi tindak pidana korupsi penyuapan dalam proses penyidikan kasus
judi melalui internet (online) oleh penyidik Ditreskrimum Polda Jabar dengan
tersangka AKBP MB (Kasubdit III Ditreskrimum Polda Jabar). Tersangka diduga
menerima uang Rp 5 miliar dan US$ 168.000. Korupsi diduga dilakukan dengan
pemblokiran rekening yang diduga terlibat dalam tindak pidana perjudian online
tersebut. Kemudian beberapa rekening dibuka tanpa melalui prosedur dan
penyidik yang menangani perkara tersebut diduga menerima uang.

 6. Angelina Sondakh Jadi Tersangka kasus suap pembangunan wisma atlet.

KPK menetapkan Anggota Komisi X DPR


Angelina Sondakh sebagai tersangka dalam kasus suap
pembangunan wisma atlet di Palembang. Menurut Ketua

6
KPK Abraham Samad, penetapan tersangka ini karena
pihaknya telah menemukan dua alat bukti yang kuat.
Dalam kasus suap wisma atlet kami menemukan fakta-
fakta hukum baru dan menemukan dua alat bukti
berdasarkan KUHAP sehingga dalam kasus ini ditemukan
tersangka baru atau pengembangan dari kasus
sebelumnya. Tersangka baru adalah sebelumnya saksi
inisialnya AS, seorang perempuan," tutur Abraham di
KPK, Jumat (3/2). Abraham mengatakan, AS diduga
menerima hadiah atau janji yang berkaitan dengan proyek
yang menggunakan anggaran negara sebesar Rp191
miliar. Tapi, ia tak menjelaskan berapa suap yang
diterima AS dan dari mana suap itu diberikan.Ini soal alat
bukti, alat bukti itu tidak boleh kita sampaikan di depan
publik. Karena itu bagian dari strategi penyidikan. Bukti
ini nantinya kita hadirkan ke persidangan," kata pimpinan
KPK yang berlatarbelakang profesi advokat ini. Surat
Perintah Penyidikan (Sprindik) atas nama tersangka AS
ini ditandatangani oleh KPK kemarin, Kamis (2/2)
Sepanjang jumpa pers, Abraham memang tidak eksplisit
menyebut nama Angelina Sondakh, namun kalangan
wartawan meyakini bahwa inisial AS menunjuk ke istri
mendiang artis Ajie Massaid. Atas perbuatannya tersebut,
Angelina yang juga Anggota Badan Anggaran (Banggar)
DPR ini disangka melanggar Pasal 5 Ayat (2) atau Pasal
11 atau Pasal 12 huruf a UU Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Dengan ancaman pidana penjara paling
lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar.

7
7. Komisioner KPU yang Terlibat Kasus Korupsi tertangkap tangan
meloloskan anggota DPR RI 

Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU)  Wahyu Setiawan telah


resmi ditetapkan sebagai tersangka, usai terjaring dalam operasi tangkap
tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Wahyu terbukti menerima
suap dari anggota DPR RI 2019-2024 Harun Masiku untuk meloloskannya
menjadi anggota DPR RI Pengganti Antarwaktu (PAW).Penetapan status
tersangka disampaikan langsung oleh Wakil Ketua KPK Lili Pintauli
Siregar dalam konferensi pers yang turut dihadiri oleh Ketua KPU, Arief
Budiman pada Kamis (9/1/2020) malam.KPK menyimpulkan adanya
dugaaan tindak pidana korupsi menerima hadiah atau janji penetapan
Anggota DPR RI terpilih tahun 2019-2024," ucap Lili.Tak ayal, penetapan
komisioner KPU Wahyu Setiawan sebagai tersangka KPK ini menggegerkan
publik. Apalagi ia bukan orang pertama dari jajaran KPU yang terseret
dalam kasus korupsi.

8
8. Kasus Korupsi, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah Diduga Terima Rp 5,4
Miliar,
Kasus Korupsi, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah
Diduga Terima Rp 5,4 Miliar, Sulawesi Selatan Nurdin
Abdullah termasuk salah satu yang terjaring dalam
operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) di Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Jumat
(26/2/2021) malam. Nurdin Abdullah menjadi kepala
daerah pertama yang terjaring OTT KPK pada tahun 2021
ini. Pada Minggu (28/2/2021) Nurdin Abdullah ditetapkan
sebagai tersangka bersama dua orang lainnya Kasus
dugaan suap proyek infrastruktur Diberitakan
Kompas.com, Minggu (28/2/2021) Nurdin ditetapkan
sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek infrastruktur
di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulsel. Dalam operasi
tangkap tangan, KPK mengamankan enam orang, yaitu
AS, NY, SB, ER, IF, dan NA di tiga tempat berbeda di
Sulawesi Selatan. Ketiga tempat itu adalah Rumah Dinas
ER di kawasan Hertasening, jalan poros Bulukumba, dan
Rumah jabatan Gubernur Sulsel. Nurdin Abdullah (NA)
bersama dengan Edy Rahmat (ER) ditetapkan sebagai
tersangka penerima dalam kasus dugaan suap proyek

9
infrastruktur di lingkungan Pemprov Sulsel. Keduanya
disangka melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf
b atau Pasal 11 dan Pasal 12B Undang-Undang (UU)
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Sementara
itu AS ditetapkan sebagai tersangka pemberi. AS disangkakan melanggar Pasal 5
ayat (1) huruf a atau Pasal 5 ayat (1) huruf b atau Pasal 13 UU Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1
KUHP.

9. Kasus korupsi suap terkait perizinan tambang nikel Gubernur Sulawesi


Tenggara ( Nur Alam )
Gubernur nonaktif Sulawesi Tenggara, Nur Alam
divonis 12 tahun penjara untuk kasus korupsi terkait
pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) dalam persidangan
di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Rabu (28/03). Vonis ini

10
lebih rendah dari tuntutan jaksa Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) selama 18 tahun.

11
10. Kasus korupsi Gubernur Bengkulu Tersangka Kasus Korupsi RSUD
M Yunus
Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri
akhirnya menetapkan Gubernur Bengkulu Junaidi
Hamzah sebagai tersangka kasus dugaan korupsi
pembayaran honor tim pembina di RSUD M
Yunus.Junaidi dinilai telah menyalahgunakan wewenang
dengan menerbitkan Surat Keputusan Gubernur Nomor
17 Tahun 2011 tanggal 21 Februari 2011 tentang
Pembentukan Tim Pembina Manajemen RSUD M Yunus.
Pembentukan jabatan itu dinilai tidak memiliki dasar
hukum dan bertentangan dengan Peraturan Mendagri No
61 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD).Kepala Subdirektorat I
Tipikor Bareskrim Polri Kombes Pol Adi Deriyan
mengatakan, penetapan Junaidi sebagai tersangka
dilakukan melalui mekanisme gelar perkara sebelumnya
bersama dengan penyidik Polda Bengkulu. “Mereka
menjelaskan konstruksi hukumnya. Hasilnya, JH
diputuskan tersangka,” ungkap Adi Deriyan di Bareskrim
Polri, Jakarta, kemarin. Junaidi dijerat Pasal 2 ayat 1 UU
No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana diubah dengan UU No 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Muspaniselakukuasahukum Junaidi Hamsyah, mengaku
bingung dengan penetapan tersangka kliennya tersebut.

12
11. Operasi Tangkap Tangan Kasus korupsi (Polda Kalteng)
Dugaan korupsi hasil operasi tangkap tangan
terkait pemberian dan penerimaan dalam bentuk uang
yang disampaikan Pemkab Kapuas melalui Dinas PU
Kabupaten Kapuas. Yang diserahkan oleh Kabid Bina
Marga kepada Ketua DPRD Kab Kapuas Iif Syafrudin
dan selanjutnya diperuntukkan bagi anggota DPRD
Kabupaten Kapuas terkait pembahasan RAPBD
Kabupaten Kapuas 2015.

13
12. Korupsi CPNS Kabupaten Muna (Polda Sultra)
Dugaan korupsi dalam penerimaan CPNS Tambahan untuk Kabupaten Muna,
Sulawesi Tenggara pada tahun 2013 dengan cara menerima uang dari para
honorer CPNS K2 dalam rangka pengurusan di Jakarta. Ada 3 tersangka yang
sudah ditetapkan dalam kasus ini. Yaitu Kepala Badan Kepegawaian Daerah
(BKD) Kab Muna L Irian, staf BKD Kab Muna Ikrar Paramai dari pihak
swasta, dan Kamaruddin alias La Pato dari pihak swasta yang kini masih masuk
dalam DPO.
13. Korupsi Penyuap Wali Kota Kendari Divonis 2 Tahun Penjara
(Hasmun Hamzah )

Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat


menjatuhkan vonis 2 tahun penjara untuk Hasmun
Hamzah karena terbukti memberi suap Wali Kota
Kendari Adriatma Putra dan mantan Wali Kota Kendari,
Asrun. Pengusaha itu disebut memberikan suap sebesar
Rp 6,8 miliar. Menjatuhkan pidana penjara 2 tahun denda
Rp 200 juta atau apabila tidak mampu membayar maka
diganti pidana kurungan 3 bulan," ujar Hakim Hariono
saat membacakan vonis suap Wali Kota Kendari di
Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Senin

14
(30/7/2018).Uang suap diberikan Hasmun kepada
Adriatma melalui Fatmawati Faqih, orang dekat Asrun,
sebanyak dua tahap dengan setiap transaksi dikeluarkan
uang sebesar Rp 4 miliar.Sementara Rp 2,8 miliar
diserahkan Hasmun untuk kepentingan pencalonan
Gubernur Sulawesi Tenggara, Asrun, yang merupakan
ayah Adriatma.Saat mengambil putusan terkait kasus suap
Wali Kota Kendari ini, majelis hakim mempertimbangkan
hal yang memberatkan dan meringankan. Hal yang
memberatkan adalah tindakan Hasmun tidak mendukung
program pemerintah dalam memberantas
korupsi.Sementara hal yang meringankan, masih punya
tanggungan keluarga, mengakui, dan menyesali
perbuatannya ,kata hakim. 

14. Korupsi Pejabat di Pemkot


Kendari Fatmawati Faqih Didakwa
Terima Suap Rp 2,8 M

Mantan
Kepala Badan
Pengelolaan
Keuangan dan
Aset Daerah (BPKAD) Kota Kendari, Fatmawati Fakih,
didakwa menerima uang Rp 2,8 miliar. Uang tersebut
diterima dari pemilik dan Direktur PT Sarana Bangun
Nusantara (SBN) Hasmun Hamzah. Demikian
disampaikan Jaksa KPK Kresno Anto Wibowo dalam
persidangan dengan agenda pembacaan dakwaan di
Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Jakarta Pusat, Rabu
(18/7/2018). Fatmawati disebut bersama-sama menerima

15
uang yaitu selaku Wali Kota Kendari masa jabatan 2017-
2002, yang menerima hadiah bersama Wali
Kota Kendari Adriatma Dwi Putra dan mantan Wali Kota
Kendari Asrun. Uang tersebut rencananya akan digunakan
untuk biaya pencalonan Asrun sebagai calon gubernur
Sulawesi Tenggara.Bersama-sama dengan Asrun dan
Adriatma Dwi Putra selaku pegawai negeri atau
penyelenggara negara yaitu menerima uang sebesar Rp
2,8 miliar dari Hasmun Hamzah selaku pemilik dan
Direktur PT Sarana Bangun Nusantara. Padahal diketahui
atau patut diduga hadiah tersebut diberikan sebagai akibat
atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan
dengan kewajibannya," jelas dia.Jaksa melanjutkan, uang
Rp 2,8 miliar tersebut diberikan karena Adriatma telah
menyetujui Hasmun Hamzah akan mendapatkan proyek
untuk pekerjaan tahun jamak, (multi years) pembangunan
Jalan Bungkutoko-Kendari New Port tahun anggaran
2018-2020. Fatmawati merupakan orang kepercayaan
Asrun dan Adriatma.Setelah pensiun sebagai Kepala
BPKAD pada 2016, Fatmawati ditunjuk sebagai staf
khusus nonformal untuk membantu pengelolaan keuangan
daerah di Pemkot Kendari. Hal ini berlanjut setelah
Adriatma menjabat Wali Kota pada 2017 menggantikan
ayahnya Asrun yang maju di Pilkada Sulawesi Tenggara
2018.

16
15. Kasus Korupsi dan Pencucian Uang Kesehatan Masyarakat (Tubagus
chaeri wardana )
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
mengagendakan pemeriksaan tiga orang saksi pada kasus
tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang menjerat
pengusaha Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan. Dalam
kasus ini, Wawan sudah ditetapkan sebagai tersangka
pada Januari 2014. Tiga orang saksi yang dipanggil KPK
yakni Direktur PT Usaha Jayamas Bhakti, Edi Amin,
Komisaris PT Usaha Jayamas Bhakti, Charles Setiawan,
dan seorang pekerja swasta Molly Oetary. "Ketiganya
akan diperiksa sebagai saksi untuk tersangka TCW," kata
Juru Bicara KPK Febri Diansyah, saat dikonfirmasi,
Jumat (10/11/2017). Baca: Anak Atut Bantah Sejumlah
Asetnya Berasal dari Perusahaan Wawan Diketahui,
Wawan, yang merupakan adik Gubernur Banten Atut
Chosiyah tersebut ditetapkan sebagai tersangka dalam
kasus ini berdasarkan hasil pengembangan penyidikan
kasus dugaan korupsi yang menjerat Wawan sebelumnya.
Kasus itu adalah dugaan korupsi pengadaan alat
kesehatan di Tangerang Selatan, pengadaan alkes di
Pemerintah Provinsi Banten, dan dugaan suap sengketa
pilkada di Lebak, Banten. Baca: Kasus Pencucian Uang

17
Wawan, KPK Periksa Anak Atut Wawan disangka
dengan dua undang-undang pencucian uang, yakni Pasal
3 dan 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang. Ia juga diduga melanggar Pasal 3 ayat 1 dan atau
Pasal 6 ayat 1 serta UU Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang .

16. Terbukti Korupsi, Hak Politik Wali Kota Kendari dan Ayahnya Dicabut

Majelis hakim pada Pengadilan Tindak Pidana


Korupsi Jakarta, menjatuhkan hukuman tambahan kepada
Wali Kota Kendari Adriatma Dwi Putra dan ayahnya
Asrun. Hukuman tambahan berupa pencabutan hak
politik. "Hukuman tambahan berupa pencabutan hak
untuk dipilih dalam jabatan publik, masing-masing 2
tahun setelah selesai menjalani pidana pokok," ujar ketua
majelis hakim Haryono saat membacakan amar putusan di
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Rabu
(31/10/2018). Menurut hakim, pencabutan hak politik
tersebut untuk melindungi publik atau masyarakat terkait
kemungkinan terpilihnya kembali kepala daerah atau
pejabat publik yang pernah dihukum karena korupsi.
Adriatma Dwi Putra dan ayahnya Asrun divonis 5,5 tahun

18
penjara. Keduanya juga diwajibkan membayar denda Rp
250 juta subsider 3 bulan kurungan.

17 Korupsi   kasus suap pengesahan RAPBD Provinsi Jambi pada tahun


2017-2018
Mantan Gubernur Jambi Zumi Zola mengajukan Peninjauan Kembali  (PK)
terhadap vonis 6 tahun penjara terkait perkara gratifikasi dan pemberian suap
kepada anggota DPRD Jambi.
"Alasan pengajuan PK adalah adanya novum dan kekhilafan hakim di
pengadilan tingkat pertama," kata jaksa KPK selaku termohon PK Iskandar
Marwanto di Jakarta, Rabu 6 Januari 2021.
Zumi Zola divonis 6 tahun penjara ditambah denda Rp500 juta subsider 3 bulan
oleh majelis hakim pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta pada 6
Desember 2018. Zumi Zola pun menjalani hukuman tersebut di Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin Jawa Barat sejak 14 Desember 2018 Mantan
Gubernur Jambi Zumi Zola mengajukan Peninjauan Kembali  (PK) terhadap
vonis 6 tahun penjara terkait perkara gratifikasi dan pemberian suap kepada
anggota DPRD Jambi.
"Alasan pengajuan PK adalah adanya novum dan kekhilafan hakim di
pengadilan tingkat pertama," kata jaksa KPK selaku termohon PK Iskandar
Marwanto di Jakarta, Rabu 6 Januari 2021.

19
18. Korupsi Pengadaan Tanah untuk Bandara (Polda Sulsel)
Dugaan tindak pidana korupsi proses pembayaran pembebasan lahan untuk
pembangunan Bandara Baru Kecamatan Mengkendek Kabupaten Tana Toraja
2012. Dengan tersangka Sekda Kabupaten Tana Toraja Enos Karoma dan Camat
Mangkendek Kabupaten Tana Toraja Ruben Rombe Randa.

19. Mark Up Pengadaan Alat Kesehatan (Polda Lampung)


Pejabat pembuat kemenangan (PPK) Sunaryo diduga tak melaksanakan survei
harga saat menentukan harga perkiraan sendiri (HPS). Namun hanya secara
administrasi saja sehingga diduga terjadi mark up yang tak sesuai harga penjualan
sebenarnya. Selain itu, spesifikasi alat kesehatan yang dibutuhkan mengarah pada
produk tertentu yang membuat peserta lelang terbatas. Sebanyak 22 orang telah
diperiksa sebagai saksi dalam kasus ini. Sementara itu, selain Sunaryo, juga
terdapat tersangka baru dalam kasus ini, yakni Jhon Lukman (kuasa pengguna
anggaran (KPA)) dan Direktur PT MBM Suhadi Ridhuan.

20. Korupsi Pengadaan Alat Kedokteran (Polda Sumut)


Dugaan tindak pidana korupsi pada pengadaan alat kedokteran, kesehatan, dan
KB pada RSUD Perdagangan Kabupaten Simalungun pada 2013. Dengan sumber
dana Tabungan Pemerintah APBN dan nilai kontrak Rp 23. 675.541.000. Ada
penggelembungan harga atau mark up yang diduga dilakukan oleh 6 orang.
Keenamnya, yakni Amrianto (komisi pengguna anggaran (KPA)), Jenner

20
Siregar (PPK), Welsen M Sitorus (Pokja KLP), pelaksana dan pengendali
kegiatan Alfin Hartanto, penyedia barang/penandatanganan kontrak Heru
Wardoyo, dan Thomas Pankas. Akibat kasus ini negara diduga mengalami
kerugian sebesar Rp 10.537.655.416.

21. Kasus Bagi Kupon Umroh di Jaksel, Mandala Shoji Divonis 3 Bulan Bui

Caleg DPR dari PAN Mandala Abadi


alias Mandala Shoji terbukti bersalah melanggar aturan
Pemilu karena membagikan kupon umrah saat
berkampanye di Pasar Rawajati, Jakarta Selatan. Mandala
divonis hukuman 3 bulan penjara dan denda Rp 5 juta
subsider 1 bulan.Mengadili, menyatakan terdakwa
Mandala Abadi terbukti secara sah dan menyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja
menjanjikan, sebagai pelanggaran pemilu secara
langsung," kata Ketua Majelis Hakim Joni, di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan, Jl Ampera Raya, Jakarta Selatan,
Senin (21/1/2019). Mandala Shoji dinyatakan terbukti
melanggar Pasal 523 ayat 1, jo 280 ayat 1 huruf j UU
nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu. Selain itu hakim

21
juga memerintahkan barang bukti berupa kupon
berhadiah umroh dan doorprize menarik lainnya disita.

22. Korupsi Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Mantan Kadis Kesehatan Kolaka Timur Ditangkap
Tim Intel Kejaksaan Agung RI menangkap mantan Kepala Dinas Kesehatan
Kolaka Timur Herry Faisal, Selasa (3/11/2020). Herry merupakan buron atau
masuk daftar pencarian orang (DPO) sejak tahun 2017 dengan kasus tindak
pidana korupsi. Berdasarkan Putusan Kasasi Mahkamah Agung R.l. Nomor
1850K/Pid.Sus/2016 tanggal 13 Maret 2017, Herry Faisal merupakan terpidana
dalam tindak pidana korupsi secara bersama-sama pada Pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Kolaka Timur tahun anggaran 2014.Saat ini, terpidana Herry telah dijemput
Kepala Kejaksaan Negeri Kolaka Indawan Kuswadi, didampingi Kasi Intel Andy
Malo Manurung dan Kasubagbin T Mohd Faisal melakukan penjemputan
terhadap terpidana Herry di Bandara Makassar dan langsung menuju Kejaksaan
Negeri Maros.

23. Korupsi Tanah Pabrik Kelapa Sawit (Polda Aceh)


Tindak pidana korupsi dan atau penyalahgunaan
wewenang pada pengadaan tanah untuk lokasi
pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Dusun Lhok
Gayo Desa Pantee Rakyat Kecamatan Babahrot,
Kabupaten Aceh Barat Daya pada 2011. Dengan realisasi
anggaran sebesar Rp 793.551.000. Mantan Bupati Aceh

22
Barat Daya Periode 2007-2012 Akmal Ibrahim menjadi
tersangka dalam kasus ini.

24. Kasus Pengelolaan Deposito (Polda Maluku)


Tindak pidana korupsi dan pencucian uang
pengelolaan deposito pemerintah Kabupaten Seram
Bagian Timur pada 2008 sebesar Rp 2,5 miliar dan
pendapatan bunga deposito 2008. Kasus yang menjerat
Bupati Seram Bagian Timur, Maluku, Abdullah Vanath
ini kini masih dalam proses penyidikan.

25. Kasus Korupsi Pemda Maybrat (Polda Papua)


Tindak pidana korupsi dan pencucian uang dengan
menyalahgunakan dana hibah/bantuan keuangan kepada
Pemkab Maybrat pada 2009 sebesar Rp 3.261.667.247.
Bupati Maybrat Bernard Sagrim menjadi persangka
dalam kasus ini. Sementara berkas perkara kasus ini telah
memasuki Tahap II.

26. Kasus Korupsi Dana Bansos (Polda Papua)


Tindak pidana korupsi berupa penyalahgunaan
dana bansos di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Dogiyai pada
2013 sebesar Rp 17 miliar oleh Kadis DPKAD Kabupaten
Dogiyai Soleman Rante Tomassoyan. Sebanyak 31
orang telah diperiksa sebagai saksi dalam kasus ini.
27. Kasus Korupsi Dana Hibah (Polda NTT)
Tindak pidana korupsi pemberian dana hibah
kepada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Kabupaten Alor pada 2012 dan 2013 yang diduga

23
dilakukan oleh mantan Bupati Alor Simeon TH Pally,
Kepala Unit Layanan Pengadaan (ULP) Abdul Djalal,
Kabag Hukum Setda Kabupaten Alor Nelzon Beri. Saat
ini kasus ini tengah menunggu perhitungan besar
kerugianegara dari BPK perwakilan NTT.

28. Kasus Korupsi Mesjid Raya Kepulauan Sula (Polda Maluku Utara)
Tindak pidana korupsi dalam pembangunan
Mesjid Raya di Kepulauan Sula. Sebanyak 8 orang
menjadi tersangka dalam kasus ini. Mereka, yakni Mange
Tjiarso, Safiudin Buamonabot, Mahmud Safrudin, Debby
Ivone Quelin, Aris Purwanto, Isbar Arafat, Hamid Idris,
Ahmad Hamid, Bupati Kepulauan Sula Ahmad Hidayat
Mus. Salah seoranng di antara 8 orang itu kini menjadi
DPO, yakni Ahmad Hamid. Dan Ahmad Hidayat Mus
tengah dalam penyelesaian berkas. Sementara lainnya
sudah memasuki tahap II.

29. Korupsi Sidang Bansos Covid-19, Juliari Akui Beri Duit ke Ketua
PDIP

24
Bekas Menteri Sosial Juliari Batubara bersaksi
dalam sidang lanjutan dugaan korupsi Bantuan Sosial
atau Bansos Covid-19 pada Senin, 22 Maret 2021.
Dia bersaksi untuk dua terdakwa yaitu, Harry Van Sidabukke dan Ardian
Iskandar Maddanatja. Keduanya didakwa menyuap Juliari untuk mendapatkan
kuota pengadaan bansos.
Dalam perkara ini, KPK mendakwa Harry dan Ardian menyuap Juliari supaya
dipilih menjadi penyedia paket bansos Covid-19. Harry didakwa menyuap
sebanyak Rp 1,28 miliar dan mendapatkan jatah 1,5 juta paket bansos.
Sementara Ardian didakwa mendapatkan Rp 115 ribu paket bansos.
Dalam dakwaan, KPK juga menyebut Juliari Batubara memerintahkan
bawahannya menarik komitmen fee sebanyak Rp 10 ribu per paket bansos.
Selain komitmen fee, Juliari juga diduga meminta bawahannya menarik duit
operasional dari pengusaha yang mendapatkan jatah.

30. Istri Wakil Bupati Bone Jadi Tersangka Dugaan Korupsi PAUD Rp 4,9
Miliar
Istri Wakil Bupati Bone, Hj Erniati yang juga
selaku Kepala Bidang PAUD dan Dinas Pendidikan
Kabupaten Bone ditetapkan sebagai tersangka dalam
kasus pengadaan buku bahan belajar senilai Rp
4.916.305.000. Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Polisi
Dicky Sondani yang dikonfirmasi, Selasa (8/10/2019)
mengatakan, selain Erniati, penyidik Unit Tipikor Polres
Bone dibantu penyidik Subdit Tipikor Ditreskrimsus
Polda Sulsel juga menetapkan tiga orang tersangka
lainnya. Tiga tersangka lainnya dalam kasus tersebut
masing-masing, Dra. Sulastri M.Pd selaku Kepala Sekai
Paud Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, Drs. Muh
Ikhsan M.Si Selaku Staf Paud Dinas Pendidikan
Kabupaten Bone, Masdar S.Pd selaku Pengawas TK

25
Dinas Pendidikan Kabupaten Bone. “Keempatnya
ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan tindak
pidana korupsi penggunaan dana alokasi khusus non fisik
BOP Paud dengan anggaran bersumber dari APBN tahun
2017 dan tahun 2018 untuk pengadaan buku bahan belajar
pada Satuan Paud di Kabupaten Bone,” kata Dicky. Baca
juga: Fakta di Balik OTT Bupati Lampung Utara, Ancam
Pecat PNS yang Korupsi hingga Sosok Royal Dalam
kasus itu, lanjut Dicky,

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disampaikan simpulan sebagai berikut.
1. Meskipun pemberantasan korupsi menghadapi berbagai kendala, namun
upayapemberantasankorupsi harus terus-menerus dilakukan dengan melakukan
berbagai perubahan dan perbaikan.

26
2. Perbaikan dan perubahan tersebut antara lain terkait dengan lembaga yang
menangani korupsi agar selalu kompak dan tidak sektoral, upaya-upaya
pencegahan juga terus dilakukan, kualitas SDM perlu ditingkatkan,
kesejahteraan para penegak hukum menjadi prioritas.
3. Meskipun tidak menjamin korupsi menjadi berkurang, perlu dipikirkan
untuk melakukan revisi secara komprehensif terhadap Undang-Undang tentang
Pemberantasan Korupsi

B. Saran
Diharapakan agar makalah ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita
sebagai mahasiswa untuk mencegah terjadinya korupsi di lingkungan kita.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal dan Siswadi, A. Gimmy Prathama. 2015. Psikologi Korupsi.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arif Zulkifli, dkk (ed). 2013. Seri Buku Tempo: KPK Tak Lekang. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.

Bubandt, Nils. 2016. Demokrasi, Korupsi, dan Makhluk Halus. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2013. Laporan Studi Biaya Sosial Korupsi.


Jakarta: KPK.

Kompas. 2012. Buku Pintar Kompas 2011. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

—. 2013. Buku Pintar Kompas 2012. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

—. 2014. Buku Pintar Kompas 2013. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

—. 2015. Buku Pintar Kompas 2014. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

—. 2014. Buku Pintar Kompas 2013. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Rimawan Pradiptyo, Timotius Hendrik Partohap, dan Pramashavira. 2016.


Korupsi Struktural: Analisis Database Korupsi Versi 4 (2001-2015).
Yogyakarta: Laboratorium Ilmu Ekonomi, UGM.

Siahaan, Monang. 2013. Korupsi: Penyakit Sosial yang Mematikan. Jakarta: Elex
Media Komputindo.

28

Anda mungkin juga menyukai