Oleh :
D101 18 431
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Atasan limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal fikiran, sehingga
saya mampu menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah “HUKUM
PIDANA KHUSUS“.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
i
DAFTAR ISI
Ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2. RUMUSAN MASALAH
1) APA YANG DIMAKSUD DENGAN KORUPSI ?
2) BAGAIMANA KRONOLOGI KASUS GUBERNUR SULAWESI SELATAN,
NURDIN ABDULLAH?
3) APA SAJA PASAL YANG MENJERAT NURDIN ABDULLAH?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere
berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok. Menurut
Transparency International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/ politisi
maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri
atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Sementara, disisi lain, korupsi
(corrupt, corruptie, corruption) juga bisa bermakna kebusukan, keburukan, dan
kebejatan. Definisi ini didukung oleh Acham yang mengartikan korupsi sebagai
suatu tindakan yang menyimpang dari norma masyarakat dengan cara memperoleh
keuntungan untuk diri sendiri serta merugikan kepentingan umum. Intinya, korupsi
adalah menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan publik atau pemilik untuk
kepentingan pribadi. Sehingga, korupsi menunjukkan fungsi ganda yang
kontradiktif, yaitu memiliki kewenangan yang diberikan publik yang seharusnya
untuk kesejahteraan publik, namun digunakan untuk keuntungan diri sendiri.
Korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan penuh perhitungan
oleh mereka yang justru merasa sebagai kaum terdidik dan terpelajar. Korupsi juga
bisa dimungkinkan terjadi pada situasi dimana seseorang memegang suatu jabatan
yang melibatkan pembagian sumber-sumber dana dan memiliki kesempatan untuk
menyalahgunakannya guna kepentingan pribadi. Nye mendefinisikan korupsi
sebagai perilaku yang menyimpang dari tugas formal sebagai pegawai publik untuk
mendapatkan keuntungan finansial atau meningkatkan status. Selain itu, juga bisa
diperoleh keuntungan secara material, emosional, atau pun simbol.
4
1. Aspek Individu Pelaku korupsi
Apabila dilihat dari segi si pelaku korupsi, sebab- sebab dia melakukan korupsi dapat
berupa dorongan dari dalam dirinya, yang dapat pula dikatakan sebagai keinginan,
niat, atau kesadarannya untuk melakukan.
2. Aspek Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi
atau dimana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena
membuka peluang atau kesempatan untuk terjadinya korupsi.
3. Aspek Masyarakat Tempat Individu dan Organisasi Berada
5
Dampak korupsi yang lain bisa berupa:
Sebelum kasus dugaan korupsi terungkap, Nurdin Abdullah adalah cerminan kepala
daerah yang berintegritas, berinovasi, membawa perubahan dan antikorupsi.Ia memperoleh
beragam jenis penghargaan mulai dari media massa, kampus, LSM, kementerian dan lembaga,
hingga presiden. Penghargaan itu diterima mayoritas saat Nurdin menjabat sebagai Bupati
Bantaeng, Sulsel dari 2008 hingga 2018. Sejumlah penghargaan itu termasuk Satya Lencana
bidang pertanian dari presiden tahun 2009, piagam dan medali dari Kejaksaan Agung terhadap
kepedulian pengelolaan dan pengembangan kantin kejujuran di Kabupaten Bantaeng tahun 2010,
Piala Adipura dari Menteri Lingkungan Hidup. Lalu menjadi People of The Year tahun 2012 dari
Harian Seputar Indonesia, mendapatkan Piala Adipura empat tahun berturut-turut, dan
penghargaan sebagai Tokoh Perubahan Tahun 2014 dari Republika.
6
Kemudian, ia mendapatkan penghargaan Ganesa Prajamanggala Bakti Adiutama dari
Rektor Intitut Teknologi Bandung (ITB) tahun 2016. Pada 2017, Nurdin menerima anugerah
Kepala Daerah Pilihan Tempo, sebagai Kepala Daerah Teladan, penghargaan atas predikat
kepatuhan terhadap standar pelayanan ublic dari Obudsman Republik Indonesia (ORI), dan
Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA).Salah satu juri BHACA, Bivitri Savitri
mengatakan, Nurdin berhasil “menunjukkan perbaikan saat menjadi bupati Bantaeng dengan
melakukan inovasi dan membentuk sistem yang berkelanjutan sehingga terjadi peningkatan
kesejahteraan dan pembangunan”. “Tapi beda bupati dengan gubernur, apalagi gubernur Sulsel.
Situasi politiknya, pemainnya, oligarkinya dan elitenya berbeda dengan Bantaeng, banyak
persoalan di situ yang mempengaruhi di tambah lagi biaya politik yang tinggi,” kata Bivitri saat
dihubungi wartawan BBC News Indonesia Raja Eben Lumbanrau, Senin (01/03).
KPK menetapkan Nurdin sebagai tersangka karena diduga menerima uang sejumlah Rp5,4 miliar
terkait sejumlah proyek infrastruktur di Sulsel. Selain Nurdin, KPK juga menetapkan Sekretaris
Dinas PUTR Sulsel, Edy Rahmat, dan Direktur PT Agung Perdana Bulukumba, Agung Sucipto,
sebagai tersangka. Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan, segala prestasi yang didapat Nurdin
“terjadi pada waktu dan tempat tertentu”. “Tetapi korupsi itu disebabkan oleh karena ada
kekuasaan, kesempatan, keserakahan, ada kebutuhan dan paling penting jangan berpikir bahwa
setiap orang yang sudah menerima penghargaan tidak adak melakukan korupsi.”Kenapa? Karena
korupsi adalah pertemuan antara kekuasaan dan kesempatan serta minus integritas.” Kata Firli.
Firli berharap melalui kasus ini, seluruh penyelenggara negara hingga pejabat ublic untuk
memegang teguh amanah rakyat dengan menjauhi perilaku korupsi.
Pada Jumat (26/02) lalu, KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Nurdin
Abdullah, Sekretaris Dinas PUTR Sulsel Edy Rahmat dan Direktur PT Agung Perdana
Bulukumba Agung Sucipto.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nurdin
Abdullah sebagai tersangka kasus dugaan suap dan gratifikasi proyek infrastruktur di lingkungan
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan.
7
Sebelumnya, KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) pada Jumat malam (26/2) hingga
sabtu dinihari (27/2). KPK mengamankan 6 orang dalam OTT tersebut. Hasilnya, KPK
menetapkan Nurdin Abdullah (NA) beserta dua orang lainnya sebagai tersangka. Yakni Edy
Rachmat (ER), Sekretaris Dinas PUTR provinsi Sulawesi Selatan (orang kepercayaan Nurdin
Abdullah) dan Direktur PT Agung Perdana Bulukumba, Agung Sucipto (AS) sebagai
kontraktor.
“Sebagai penerima saudara NA (Nurdin Abdullah) dan saudara ER. Sedangkan sebagai pemberi
adalah saudara AS (kontraktor),” kata Ketua KPK Firli Bahuri saat konferensi pers, Minggu
dinihari (28/2).
Firli mengatakan, pada Jumat (26/2), KPK mendapat informasi dari masyarakat bahwa akan
adanya dugaan terjadinya penerimaan sejumlah uang oleh penyelenggara negara yang diberikan
AS kepada NA melalui saudara ER. AS menyerahkan proposal terkait beberapa proyek
pekerjaan infrastruktur di Kabupaten Sinjai Sulsel tahun anggaran 2021 kepada ER. Pada pukul
sekitar 23.00 WITA, AS diamankan saat dalam perjalanan menuju Bulukumba. Sekitar pukul
00.00 WITA, ER diamankan beserta uang dalam koper sejumlah sekitar Rp 2 miliar turut disita
dari rumah dinasnya.
Kemudian, sekitar pukul 02.00 WITA (27/2), Nurdin Abdullah juga turut diamankan oleh KPK
dari rumah dinasnya. “AS yang telah lama kenal dengan Nurdin Abdullah berkeinginan
mendapatkan beberapa proyek pekerjaan infrastruktur di Sulawesi Selatan tahun 2021,” ucap
Firli. AS sebelumnya telah mengerjakan beberapa proyek di Sulawesi Selatan diantaranya,
peningkatan jalan ruas Palampang-Munte-Botolempangan di Kabupaten Sinjai tahun 2019;
pembangunan jalan ruas Palampang-Munte-Botolempangan di Kabupaten Sinjai tahun 2020;
pembangunan jalan pedestrian dan penerangan jalan kawasan Bira, Bulukumba, Sulawesi
Selatan.
Firli mengatakan, sejak Februari 2021, telah ada komunikasi aktif antara AS dengan ER untuk
bisa memastikan agar AS mendapatkan kembali proyek.
8
Selain itu, Nurdin Abdullah juga diduga menerima uang dari kontraktor lain. Diantaranya, pada
akhir 2020, Nurdin menerima uang sebesar Rp 200 juta. Lalu pada pertengahan Februari 2021,
Nurdin menerima uang Rp 1 miliar. Awal februari 2021, Nurdin juga menerima uang sebesar Rp
2,2 miliar. Jika dijumlahkan, keseluruhan hasil suap dan gratifikasi yang diterima Nurdin
sebanyak Rp 5,4 miliar.
Nurdin Abdullah dan Edy Rahmat disangkakan pasal 12 a dan pasal 12 b atau pasal 11
dan pasal 12 B UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU nomor
31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, Jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.
Sedangkan sebagai pemberi, Agung Sucipto disangkakan melanggar pasal 5 ayat 1 huruf a atau
pasal 5 ayat 1 huruf b, atau atau pasal 13 UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan
atas UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi Jo pasal 5 ayat (1)
ke 1 KUHP.
“Para tersangka dilakukan penahanan selama 20 hari terhitung sejak 27 februari 2021 sampai 18
maret 2021,” tutur Firli.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan penuh perhitungan oleh mereka
yang justru merasa sebagai kaum terdidik dan terpelajar. Korupsi juga bisa dimungkinkan terjadi
pada situasi dimana seseorang memegang suatu jabatan yang melibatkan pembagian sumber-
sumber dana dan memiliki kesempatan untuk menyalahgunakannya guna kepentingan pribadi.
KPK mengamankan 6 orang dalam OTT tersebut. Hasilnya, KPK menetapkan Nurdin
Abdullah (NA) beserta dua orang lainnya sebagai tersangka. Yakni Edy Rachmat (ER),
Sekretaris Dinas PUTR provinsi Sulawesi Selatan (orang kepercayaan Nurdin Abdullah) dan
Direktur PT Agung Perdana Bulukumba, Agung Sucipto (AS) sebagai kontraktor.
Nurdin Abdullah juga diduga menerima uang dari kontraktor lain. Diantaranya, pada
akhir 2020, Nurdin menerima uang sebesar Rp 200 juta. Lalu pada pertengahan Februari 2021,
Nurdin menerima uang Rp 1 miliar. Awal februari 2021, Nurdin juga menerima uang sebesar Rp
2,2 miliar. Jika dijumlahkan, keseluruhan hasil suap dan gratifikasi yang diterima Nurdin
sebanyak Rp 5,4 miliar.
Nurdin Abdullah dan Edy Rahmat disangkakan pasal 12 a dan pasal 12 b atau pasal 11
dan pasal 12 B UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU nomor
31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, Jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.
Sedangkan sebagai pemberi, Agung Sucipto disangkakan melanggar pasal 5 ayat 1 huruf a atau
pasal 5 ayat 1 huruf b, atau atau pasal 13 UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan
atas UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi Jo pasal 5 ayat (1)
ke 1 KUHP.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.walisongo.ac.id/3925/3/104211009_Bab2.pdf
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-
56244486.amp#referrer=https://www.google.com&csi=0
https://amp.kontan.co.id/news/gubernur-sulsel-nurdin-abdullah-terima-rp-54-miliar-ini-
kronologis-k
11