Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HUKUM PIDANA KHUSUS

“KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI GUBERNUR SULAWESI SELATAN, NURDIN ABDULLAH”

Oleh :

Yolanda Putri Ani T.L

D101 18 431

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Atasan limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal fikiran, sehingga
saya mampu menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah “HUKUM
PIDANA KHUSUS“.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………… 3
C. Tujuan ………………………………………………………… 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi ………………………………………………………… 4
B. Kronologi Kasus ………………………………………………………… 6
C. Pasal Yang Menjerat ………………………………………………………… 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ………………………………………………………… 10
…………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA 11

Ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam suatu perkara korupsi yang melibatkan aparat pemerintahan, seperti yang terjadi
atas Gubernur Sulsel, biasanya punya ublic umum dan ublic khusus dalam konteks
korupsinya. Yang khusus, ubl dilihat dalam peta korupsi yang terjadi pada Nurdin Abdullah.
Awalnya, ketika memimpin Kabupaten Bantaeng, ia ublic m mendapatkan peta politik yang
lebih sederhana dan lebih mudah ia ublic . Sebagai tokoh yang kuat di Bantaeng, ublic
tidak memiliki saingan ublic politik yang berarti sehingga dengan mudah ia menguasai
Kabupaten Bantaeng. Kabupaten itu kemudian dengan mudah ia atur mau menuju perbaikan
atau keburukan. Ketika ia membawa ke beberapa konstruksi kebaikan, dengan mudah angka-
angka indeks keberhasilan pemerintahannya melonjak ublic . Mulai program dan kegiatan
pemerintah daerah yang ia canangkan, dengan mudah mendapatkan dukungan masyarakat,
dan itu menjadi parameter termudah untuk memberikan dampak keberhasilan. Apakah ada
kasus buruk, ubl jadi ada. Akan tetapi, tanpa lawan politik yang berarti dan penguasaan
yang kuat atas Bantaeng, ia mudah untuk mengontrol, bahkan menutup semua lubang
bermasalah, -baik menutup dalam artian memang menyelesaikan maupun menutup dalam
artian tidak berlanjutnya rumor-rumor tersebut sehingga berbagai penghargaan ia dapatkan.
Jika dihitung, ada puluhan penghargaan dengan ublic m yang beragam ia peroleh, dengan
metode dan standar pemberian penghargaan yang juga beragam. Mengglorifikasi itu juga
mudah, karena ia tidak memiliki lawan berarti dalam konteks di Bantaeng yang benar-benar
paham peta dan berbagai hal di kabupaten tersebut. Hal itu berbeda betul ketika ia harus
hijrah ke Sulawesi Selatan melalui pilgub. Ia tidak punya kekuatan yang cukup memadai
untuk berada di level provinsi. Belum lagi, karena Sulsel sudah punya peta elitenya sendiri
dan sudah berlangsung cukup lama. Bahkan, sudah mengurat-mengakar di level provinsi,
khususnya pemerintahan daerah di sana. Makanya, ketika ia masuk ia menghadapi begitu
banyak kondisi yang harus dia hadapi, dengan cara berbeda dengan ketika ia berada di
Bantaeng.
1
Terbukti, hanya beberapa saat setelah menjabat ia mendapatkan cobaan besar dalam konteks
upaya penggulingan melalui Angket DPRD Sulsel (Juli 2019). Jika dilihat dalam konteks itu,
kita semua paham bagaimana akhirnya upaya angket tersebut berakhir, yakni melalui proses
rekonsiliasi politik, jika dibandingkan dengan penyelesaian secara baik oleh hukum. Dalam
proses rekonsiliasi itu, pilihan Nurdin Abdullah sebenarnya tidak sederhana. Ia dipaksa
meninggalkan gaya bawaan dia di Bantaeng dan harus beradaptasi dengan gaya yang sudah
sekian lama ada di pemerintahan daerah Sulsel. Itu yang memperlihatkan juga kenapa dalam
tahun-tahun terakhir amat berbeda dengan berbagai prestasi yang ia capai. Namun, kali ini
sama sekali miskin dan nyaris tanpa torehan prestasi yang kuat dalam pemerintahan.
Sementara itu, sebagai ublic umum, selayaknya seperti pemerintahan daerah di mana pun di
Indonesia. Dimulai dari pemilihan kepala daerah yang berbiaya mahal, lalu dilanjutkan
dengan kewajiban untuk mengembalikannya melalui proyek-proyek pemerintahan. Makanya,
ublic semua pendukung ketika pemilihan kepala daerah itu mulai mendekat dan meminta
imbalan atas jasa pemenangan pilkada. Hal itu mau tidak mau harus dipenuhi Nurdin
Abdullah, oleh karena sistem yang terbangun memang ialah hal yang serupa itu. Di tengah
kemampuan kuasa yang minim, dia tidak ubl lagi berdiri lebih gagah di hadapan pemilik
kepentingan, seperti ketika ia melakukan di Bantaeng. Faktor umum lainnya, memang karena
kita masih punya masalah di tingkat pengawasan atas pelaksanaan proyek, dan program
pemerintahan daerah. Nyaris tidak ada konsep pengawasan yang jelas dan kuat di daerah
yang dianggap mampu untuk menekan praktik korupsi. Bahkan, inisiatif untuk membuat itu
juga nyaris tidak dapat berjalan karena kekuasaan tidak penuh ia pegang di daerah. Semua
pemain proyek-proyek di pemerintah daerah Sulsel, bukan lagi keseluruhan atas kuasa
Nurdin Abdullah, melainkan sudah menjadi tersebar dan berbagi dengan kuasa-kuasa lain di
pemerintah daerah Sulsel.

2
1.2. RUMUSAN MASALAH
1) APA YANG DIMAKSUD DENGAN KORUPSI ?
2) BAGAIMANA KRONOLOGI KASUS GUBERNUR SULAWESI SELATAN,
NURDIN ABDULLAH?
3) APA SAJA PASAL YANG MENJERAT NURDIN ABDULLAH?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1) UNTUK MENGETAHUI APA YANG DIMAKSUD DENGAN KORUPSI
2) UNTUK MENGETAHUI BAGAIMANA KRONOLOGI KASUS GUBERNUR
SULAWESI SELATAN, NURDIN ABDULLAH
3) UNTUK MENGETAHUI PASAL APA SAJA YANG MENJERAT NURDIN
ABDULLAH

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KORUPSI

Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere
berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok. Menurut
Transparency International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/ politisi
maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri
atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Sementara, disisi lain, korupsi
(corrupt, corruptie, corruption) juga bisa bermakna kebusukan, keburukan, dan
kebejatan. Definisi ini didukung oleh Acham yang mengartikan korupsi sebagai
suatu tindakan yang menyimpang dari norma masyarakat dengan cara memperoleh
keuntungan untuk diri sendiri serta merugikan kepentingan umum. Intinya, korupsi
adalah menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan publik atau pemilik untuk
kepentingan pribadi. Sehingga, korupsi menunjukkan fungsi ganda yang
kontradiktif, yaitu memiliki kewenangan yang diberikan publik yang seharusnya
untuk kesejahteraan publik, namun digunakan untuk keuntungan diri sendiri.
Korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan penuh perhitungan
oleh mereka yang justru merasa sebagai kaum terdidik dan terpelajar. Korupsi juga
bisa dimungkinkan terjadi pada situasi dimana seseorang memegang suatu jabatan
yang melibatkan pembagian sumber-sumber dana dan memiliki kesempatan untuk
menyalahgunakannya guna kepentingan pribadi. Nye mendefinisikan korupsi
sebagai perilaku yang menyimpang dari tugas formal sebagai pegawai publik untuk
mendapatkan keuntungan finansial atau meningkatkan status. Selain itu, juga bisa
diperoleh keuntungan secara material, emosional, atau pun simbol.

Penyebab terjadinya korupsi diantaranya adalah:

4
1. Aspek Individu Pelaku korupsi

Apabila dilihat dari segi si pelaku korupsi, sebab- sebab dia melakukan korupsi dapat
berupa dorongan dari dalam dirinya, yang dapat pula dikatakan sebagai keinginan,
niat, atau kesadarannya untuk melakukan.

2. Aspek Organisasi

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi
atau dimana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena
membuka peluang atau kesempatan untuk terjadinya korupsi.
3. Aspek Masyarakat Tempat Individu dan Organisasi Berada

a) Nilai-Nilai Yang berlaku Di Masyarakat Ternyata Kondusif Untuk Terjadinya


Korupsi
b) Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa Yang Paling Dirugikan Oleh Setiap
Praktik Korupsi Adalah Masyarakat Sendiri
c) Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa Masyarakat Sendiri Terlibat Dalam
Setiap Praktik Korupsi
d) Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Hanya Akan Berhasil Kalau Masyarakat Ikut Aktif Melakukannya

Korupsi berdampak sangat buruk bagi kehidupan berbangsa dan bernegara


karena telah terjadi kebusukan, ketidakjujuran, dan melukai rasa keadilan masyarakat.
Penyimpangan anggaran yang terjadi akibat korupsi telah menurunkan kualitas pelayanan
negara kepada masyarakat. Pada tingkat makro, penyimpangan dana masyarakat ke dalam
kantong pribadi telah menurunkan kemampuan negara untuk memberikan hal-hal yang
bermanfaat untuk masyarakat, seperti: pendidikan, perlindungan lingkungan, penelitian, dan
pembangunan. Pada tingkat mikro, korupsi telah meningkatkan ketidakpastian adanya
pelayanan yang baik dari pemerintah kepada masyarakat.

5
Dampak korupsi yang lain bisa berupa:

1. Runtuhnya akhlak, moral, integritas, dan religiusitas bangsa.

2. Adanya efek buruk bagi perekonomian negara.

3. Korupsi memberi kontribusi bagi matinya etos kerja masyarakat.


4. Terjadinya eksploitasi sumberdaya alam oleh segelintir orang.
5. Memiliki dampak sosial dengan merosotnya human capital.
Korupsi selalu membawa konsekuensi negatif terhadap proses demokratisasi dan pembangunan,
sebab korupsi telah mendelegetimasi dan mengurangi kepercayaan publik terhadap proses
politik melalui money-politik. Korupsi juga telah mendistorsi pengambilan keputusan pada
kebijakan publik, tiadanya akuntabilitas publik serta menafikan the rule of law. Di sisi lain,
korupsi menyebabkan berbagai proyek pembangunan dan fasilitas umum bermutu rendah serta
tidak sesuai dengan kebutuhan yang semestinya, sehingga menghambat pembangunan jangka
panjang yang berkelanjutan.

2.2. KRONOLOGI KASUS

Sebelum kasus dugaan korupsi terungkap, Nurdin Abdullah adalah cerminan kepala
daerah yang berintegritas, berinovasi, membawa perubahan dan antikorupsi.Ia memperoleh
beragam jenis penghargaan mulai dari media massa, kampus, LSM, kementerian dan lembaga,
hingga presiden. Penghargaan itu diterima mayoritas saat Nurdin menjabat sebagai Bupati
Bantaeng, Sulsel dari 2008 hingga 2018. Sejumlah penghargaan itu termasuk Satya Lencana
bidang pertanian dari presiden tahun 2009, piagam dan medali dari Kejaksaan Agung terhadap
kepedulian pengelolaan dan pengembangan kantin kejujuran di Kabupaten Bantaeng tahun 2010,
Piala Adipura dari Menteri Lingkungan Hidup. Lalu menjadi People of The Year tahun 2012 dari
Harian Seputar Indonesia, mendapatkan Piala Adipura empat tahun berturut-turut, dan
penghargaan sebagai Tokoh Perubahan Tahun 2014 dari Republika.

6
Kemudian, ia mendapatkan penghargaan Ganesa Prajamanggala Bakti Adiutama dari
Rektor Intitut Teknologi Bandung (ITB) tahun 2016. Pada 2017, Nurdin menerima anugerah
Kepala Daerah Pilihan Tempo, sebagai Kepala Daerah Teladan, penghargaan atas predikat
kepatuhan terhadap standar pelayanan ublic dari Obudsman Republik Indonesia (ORI), dan
Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA).Salah satu juri BHACA, Bivitri Savitri
mengatakan, Nurdin berhasil “menunjukkan perbaikan saat menjadi bupati Bantaeng dengan
melakukan inovasi dan membentuk sistem yang berkelanjutan sehingga terjadi peningkatan
kesejahteraan dan pembangunan”. “Tapi beda bupati dengan gubernur, apalagi gubernur Sulsel.
Situasi politiknya, pemainnya, oligarkinya dan elitenya berbeda dengan Bantaeng, banyak
persoalan di situ yang mempengaruhi di tambah lagi biaya politik yang tinggi,” kata Bivitri saat
dihubungi wartawan BBC News Indonesia Raja Eben Lumbanrau, Senin (01/03).

KPK menetapkan Nurdin sebagai tersangka karena diduga menerima uang sejumlah Rp5,4 miliar
terkait sejumlah proyek infrastruktur di Sulsel. Selain Nurdin, KPK juga menetapkan Sekretaris
Dinas PUTR Sulsel, Edy Rahmat, dan Direktur PT Agung Perdana Bulukumba, Agung Sucipto,
sebagai tersangka. Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan, segala prestasi yang didapat Nurdin
“terjadi pada waktu dan tempat tertentu”. “Tetapi korupsi itu disebabkan oleh karena ada
kekuasaan, kesempatan, keserakahan, ada kebutuhan dan paling penting jangan berpikir bahwa
setiap orang yang sudah menerima penghargaan tidak adak melakukan korupsi.”Kenapa? Karena
korupsi adalah pertemuan antara kekuasaan dan kesempatan serta minus integritas.” Kata Firli.
Firli berharap melalui kasus ini, seluruh penyelenggara negara hingga pejabat ublic untuk
memegang teguh amanah rakyat dengan menjauhi perilaku korupsi.

Pada Jumat (26/02) lalu, KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Nurdin
Abdullah, Sekretaris Dinas PUTR Sulsel Edy Rahmat dan Direktur PT Agung Perdana
Bulukumba Agung Sucipto.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nurdin
Abdullah sebagai tersangka kasus dugaan suap dan gratifikasi proyek infrastruktur di lingkungan
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan.

7
Sebelumnya, KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) pada Jumat malam (26/2) hingga
sabtu dinihari (27/2). KPK mengamankan 6 orang dalam OTT tersebut. Hasilnya, KPK
menetapkan Nurdin Abdullah (NA) beserta dua orang lainnya sebagai tersangka. Yakni Edy
Rachmat (ER), Sekretaris Dinas PUTR provinsi Sulawesi Selatan (orang kepercayaan Nurdin
Abdullah) dan Direktur PT Agung Perdana Bulukumba, Agung Sucipto (AS)  sebagai
kontraktor.

“Sebagai penerima saudara NA (Nurdin Abdullah) dan saudara ER. Sedangkan sebagai pemberi
adalah saudara AS (kontraktor),” kata Ketua KPK Firli Bahuri saat konferensi pers, Minggu
dinihari (28/2).

Firli mengatakan, pada Jumat (26/2), KPK mendapat informasi dari masyarakat bahwa akan
adanya dugaan terjadinya penerimaan sejumlah uang oleh penyelenggara negara yang diberikan
AS kepada NA melalui saudara ER. AS menyerahkan proposal terkait beberapa proyek
pekerjaan infrastruktur di Kabupaten Sinjai Sulsel tahun anggaran 2021 kepada ER. Pada pukul
sekitar 23.00 WITA, AS diamankan saat dalam perjalanan menuju Bulukumba. Sekitar pukul
00.00 WITA, ER diamankan beserta uang dalam koper sejumlah sekitar Rp 2 miliar turut disita
dari rumah dinasnya.
Kemudian, sekitar pukul 02.00 WITA (27/2), Nurdin Abdullah juga turut diamankan oleh KPK
dari rumah dinasnya. “AS yang telah lama kenal dengan Nurdin Abdullah berkeinginan
mendapatkan beberapa proyek pekerjaan infrastruktur di Sulawesi Selatan tahun 2021,” ucap
Firli. AS sebelumnya telah mengerjakan beberapa proyek di Sulawesi Selatan diantaranya,
peningkatan jalan ruas Palampang-Munte-Botolempangan di Kabupaten Sinjai tahun 2019;
pembangunan jalan ruas Palampang-Munte-Botolempangan di Kabupaten Sinjai tahun 2020;
pembangunan jalan pedestrian dan penerangan jalan kawasan Bira, Bulukumba, Sulawesi
Selatan.
Firli mengatakan, sejak Februari 2021, telah ada komunikasi aktif antara AS dengan ER untuk
bisa memastikan agar AS mendapatkan kembali proyek.

8
Selain itu, Nurdin Abdullah juga diduga menerima uang dari kontraktor lain. Diantaranya, pada
akhir 2020, Nurdin menerima uang sebesar Rp 200 juta. Lalu pada pertengahan Februari 2021,
Nurdin menerima uang Rp 1 miliar. Awal februari 2021, Nurdin juga menerima uang sebesar Rp
2,2 miliar. Jika dijumlahkan, keseluruhan hasil suap dan gratifikasi yang diterima Nurdin
sebanyak Rp 5,4 miliar.

2.3. PASAL YANG MENJERAT

Nurdin Abdullah dan Edy Rahmat disangkakan pasal 12 a dan pasal 12 b atau pasal 11
dan pasal 12 B UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU nomor
31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, Jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.
Sedangkan sebagai pemberi, Agung Sucipto disangkakan melanggar pasal 5 ayat 1 huruf a atau
pasal 5 ayat 1 huruf b, atau atau pasal 13 UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan
atas UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi Jo pasal 5 ayat (1)
ke 1 KUHP.

“Para tersangka dilakukan penahanan selama 20 hari terhitung sejak 27 februari 2021 sampai 18
maret 2021,” tutur Firli.

9
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan penuh perhitungan oleh mereka
yang justru merasa sebagai kaum terdidik dan terpelajar. Korupsi juga bisa dimungkinkan terjadi
pada situasi dimana seseorang memegang suatu jabatan yang melibatkan pembagian sumber-
sumber dana dan memiliki kesempatan untuk menyalahgunakannya guna kepentingan pribadi.

KPK mengamankan 6 orang dalam OTT tersebut. Hasilnya, KPK menetapkan Nurdin
Abdullah (NA) beserta dua orang lainnya sebagai tersangka. Yakni Edy Rachmat (ER),
Sekretaris Dinas PUTR provinsi Sulawesi Selatan (orang kepercayaan Nurdin Abdullah) dan
Direktur PT Agung Perdana Bulukumba, Agung Sucipto (AS)  sebagai kontraktor.

Nurdin Abdullah juga diduga menerima uang dari kontraktor lain. Diantaranya, pada
akhir 2020, Nurdin menerima uang sebesar Rp 200 juta. Lalu pada pertengahan Februari 2021,
Nurdin menerima uang Rp 1 miliar. Awal februari 2021, Nurdin juga menerima uang sebesar Rp
2,2 miliar. Jika dijumlahkan, keseluruhan hasil suap dan gratifikasi yang diterima Nurdin
sebanyak Rp 5,4 miliar.

Nurdin Abdullah dan Edy Rahmat disangkakan pasal 12 a dan pasal 12 b atau pasal 11
dan pasal 12 B UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU nomor
31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, Jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.
Sedangkan sebagai pemberi, Agung Sucipto disangkakan melanggar pasal 5 ayat 1 huruf a atau
pasal 5 ayat 1 huruf b, atau atau pasal 13 UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan
atas UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi Jo pasal 5 ayat (1)
ke 1 KUHP.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.walisongo.ac.id/3925/3/104211009_Bab2.pdf
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-
56244486.amp#referrer=https://www.google.com&csi=0
https://amp.kontan.co.id/news/gubernur-sulsel-nurdin-abdullah-terima-rp-54-miliar-ini-
kronologis-k

11

Anda mungkin juga menyukai