Pada era saat ini, korupsi seakan-akan menjadi sebuah istilah yang sudah biasa kita
dengar. tetapi sebagian besar dari kita masih belum mengetahui dari pengertian
korupsi. di sini saya akan memberikan beberapa pengertian korupsi dari berbagai
sumber.
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin : Corruption dan Corruptus yang mempunyai
arti buruk, bejad, menyimpang dari kesucian, perkataan menghina, atau memfitnah.
Sedangkan pengertian korupsi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S.
Poerwadarminta) adalah sebagai perbuatan curang, dapat disuap, dan tidk bermoral.
adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan atau
penggelapan uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan pribadi
maupun orang lain.sedangkan di dunia internasional pengertian korupsi berdasarkan
Black Law Dictionary yang mempunyai arti bahwa suatu perbuatan yan dilakukan
dengan sebuah maksud untuk mendapatkan beberapa keuntungan yang bertentangan
dengan tugas resmi dan kebenaran-kebenaran lainnya "sesuatu perbuatan dari suatu
yang resmi atau kepercayaan seseorang yang mana dengan melanggar hukum dan
penuh kesalahan memakai sejumlah keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain
yang bertentangan dengan tugas dan kebenaran-kebenaran lainnya
atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonoman
negara
korupsi menurut corruption is the abuse of trust in the interest of private gain
penyelahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi.
korupsi menurut Pasal 3 Undang-Udang No. 31 Tahun 1999 Setiap orang yang
dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.
korupsi menurut wikipedia korupsi berasal dari kata latin corruptio atau
corruptus yang berarti kerusakan atau kebobrokan, atau perbuatan tidak jujur yang
dikaitkan dengan keuangan.
korupsi menurut wikipedia Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|
pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari
yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi
dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan
sebagainya.
Korupsi merupakan fenomena sosial yang hingga kini masih belum dapat diberantas
oleh manusia secara maksimal. Korupsi tumbuh seiring dengan berkembangnya
peradaban manusia. Tidak hanya di negeri kita tercinta, korupsi juga tumbuh subur di
belahan dunia yang lain, bahkan di Negara yang dikatakan paling maju sekalipun.
Mengutip Muhammad Zein, korupsi merupakan kejahatan luar biasa (extraordinary
crime). Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat, yang
memakai uang sebagai standar kebenaran dan sebagai kekuasaan mutlak. Sebagai
akibat dari korupsi ketimpangan antara si miskin dan si kaya semakin kentara. Orangorang kaya dan politisi korup bisa masuk kedalam golongan elit yang berkuasa dan
sangat dihormati. Mereka juga memiliki status sosial yang tinggi.
Timbulnya korupsi disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya budaya lokal. Budaya
yang dianut dan diyakini masyarakat kita telah sedikit banyak menimbulkan dan
pula
dikategorikan
melakukan
tindak
korupsi.
Mengutip Robert Redfield, korupsi dilihat dari pusat budaya, pusat budaya dibagi
menjadi dua, yakni budaya kraton (great culture) dan budaya wong cilik (little
culture). Dikotomi budaya selalu ada, dan dikotomi tersebut lebih banyak dengan
subyektifitas pada budaya besar yang berpusat di kraton. Kraton dianggap sebagai
pusat budaya. Bila terdapat pusat budaya lain di luar kraton, tentu dianggap lebih
rendah dari pada budaya kraton. Meski pada hakikatnya dua budaya tersebut berdiri
sendiri-sendiri namun tetap ada bocoran budaya.
Sebab-Sebab
Korupsi
Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam. Akan
tetapi, secara umum dapatlah dirumuskan, sesuai dengan pengertian korupsi diatas
yaitu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi /kelompok /keluarga/
golongannya sendiri. Faktor-faktor secara umum yang menyebabkan seseorang
melakukan tindakan korupsi antara lain yaitu :
Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering disebut GONE Theory,
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi :
Bahwa faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku (actor)
korupsi, yaitu individu atau kelompok baik dalam organisasi maupun di luar
organisasi yang melakukan korupsi yang merugikan pihak korban. Sedangkan faktorfaktor Opportunities dan Exposures berkaitan dengan korban perbuatan korupsi
(victim) yaitu organisasi, instansi, masyarakat yang kepentingannya dirugikan.
Menurut Aditjandra dari definisi tersebut digabungkan dan dapat diturunkan menjadi
dihasilkan
tiga
macam
model
korupsi
(2002:
22-23)
yaitu
:
Model
korupsi
lapis
pertama
Berada dalam bentuk suap (bribery), yakni dimana prakarsa datang dari pengusaha
atau warga yang membutuhkan jasa dari birokrat atau petugas pelayanan publik atau
Dari tiga pendekatan ini dapat diklasifikasikan tiga strategi untuk mencegah dan
memberantas
korupsi
yang
tepat
yaitu
:
Strategi
Preventif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal yang
menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus dibuat
upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi. Disamping itu
perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan
upaya ini melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaanya agar dapat berhasil dan
mampu
mencegah
adanya
korupsi.
Strategi
Deduktif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar apabila
suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan dapat
diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya, sehingga
dapat ditindaklanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang
harus dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan
yang cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini
sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu hukum, ekonomi
maupun
ilmu
politik
dan
sosial.
Strategi
Represif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk
memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-pihak
yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi
sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan
perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses
penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Namun implementasinya
harus
dilakukan
secara
terintregasi.
Bagi pemerintah banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang
hendak dilaksanakan. Bahkan dari masyarakat dan para pemerhati / pengamat
masalah korupsi banyak memberikan sumbangan pemikiran dan opini strategi
pemberantasan korupsi secara preventif maupun secara represif antara lain :
1. Konsep carrot and stick yaitu konsep pemberantasan korupsi yang
sederhana yang keberhasilannya sudah dibuktikan di Negara RRC dan
Singapura. Carrot adalah pendapatan netto pegawai negeri, TNI dan Polri
yang cukup untuk hidup dengan standar sesuai pendidikan, pengetahuan,
kepemimpinan, pangkat dan martabatnya, sehingga dapat hidup layak bahkan
cukup untuk hidup dengan gaya dan gagah. Sedangkan Stick adalah bila
semua sudah dicukupi dan masih ada yang berani korupsi, maka hukumannya
tidak tanggung-tanggung, karena tidak ada alasan sedikitpun untuk melakukan
korupsi, bilamana perlu dijatuhi hukuman mati.
2. Gerakan Masyarakat Anti Korupsi yaitu pemberantasan korupsi di Indonesia
saat ini perlu adanya tekanan kuat dari masyarakat luas dengan
mengefektifkan gerakan rakyat anti korupsi, LSM, ICW, Ulama NU dan
Muhammadiyah ataupun ormas yang lain perlu bekerjasama dalam upaya
memberantas korupsi, serta kemungkinan dibentuknya koalisi dari partai
politik untuk melawan korupsi. Selama ini pemberantasan korupsi hanya
dijadikan sebagai bahan kampanye untuk mencari dukungan saja tanpa ada
realisasinya dari partai politik yang bersangkutan. Gerakan rakyat ini
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah
perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsurunsur sebagai berikut:
perbuatan melawan hukum;
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan
korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan
dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti
penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas
dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat
penting untuk membedakan antara korupsi dan kriminalitas|kejahatan. Tergantung dari
negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau
tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun
ada juga yang tidak legal di tempat lain.
Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik,
korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance)
dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan
legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan;
korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di
pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat.
Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena
pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan
jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit
legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.
Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan
pemerintahan. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat
distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi
meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos
manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian
atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi
ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul
berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat
aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos
niaga, korupsi juga mengacaukan "lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki
koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaanperusahaan yang tidak efisien.
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan
mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan
upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek
masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan
lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat
keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga
mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan
tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.
Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor keterbelakangan
pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika, adalah korupsi yang
berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital
investment) ke luar negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya
ejekan yang sering benar bahwa ada diktator Afrika yang memiliki rekening bank di
Swiss). Berbeda sekali dengan diktator Asia, seperti Soeharto yang sering mengambil
satu potongan dari semuanya (meminta sogok), namun lebih memberikan kondisi
untuk pembangunan, melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain.
Pakar dari Universitas Massachussetts memperkirakan dari tahun 1970 sampai 1996,
pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara berjumlah US $187 triliun, melebihi dari
jumlah utang luar negeri mereka sendiri. (Hasilnya, dalam artian pembangunan (atau
kurangnya pembangunan) telah dibuatkan modelnya dalam satu teori oleh ekonomis
Mancur Olson). Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya adalah ketidak-stabilan
politik, dan juga kenyataan bahwa pemerintahan baru sering menyegel aset-aset
pemerintah lama yang sering didapat dari korupsi. Ini memberi dorongan bagi para
pejabat untuk menumpuk kekayaan mereka di luar negeri, di luar jangkauan dari
ekspropriasi di masa depan.
Pukulan telak bagi proses wacana dan gerakan pemberantasan korupsi bertambah saat
sejumlah bekas terdakwa atau narapidana justru tetap bisa mengemban jabatanjabatan publik. Peristiwa paling baru adalah pengangkatan Azirwan yang pernah
dipidana 2,5 tahun penjara dalam kasus suap sebagai Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Kepulauan Riau. Pemerintah berpedoman pada argumen ketentuan
dalam Undang-Undang Pokok Kepegawaian yang menyebutkan, PNS yang dihukum
kurang dari empat tahun tidak diberhentikan. Dari sisi aturan hukum, kebijakan ini
tidak menyalahi undang-undang.
Namun, dari aspek moral dan etika, promosi ini dipandang tidak patut. Rohaniwan
Franz Magnis-Suseno dalam buku Etika Politik (1987) menyebutkan peran etika
politik untuk mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia yang
berpedoman pada etika politik. Bila batasan itu dilanggar, akan muncul hukuman
moral.
Aspek tanggung jawab dan kewajiban berhadapan pula dengan sumpah dan janji yang
pernah diucapkan saat menjadi pegawai negeri (dalam UU Kepegawaian), yaitu
bekerja dengan jujur dan mengutamakan kepentingan negara. Secara normatif, tengok
pula pedoman umum dalam UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara Bersih dan Bebas KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) yang semestinya
menjadi pedoman para penyelenggara negara dalam mengedepankan semangat
antikorupsi.
Promosi jabatan bagi Azirwan tak pelak menjadi pertanyaan besar tentang keseriusan
pemerintah dan konsistensi sistem hukum dalam upaya pembersihan korupsi di negeri
ini. Hebatnya lagi, Azirwan bukanlah satu-satunya contoh bagaimana koruptor masih
mendapatkan ruang gerak di negeri ini. Dalam dua tahun terakhir sedikitnya terdapat
enam pejabat publik yang tetap dilantik meski terjerat kasus korupsi. Sejak disuarakan
saat reformasi, publik terus menanti kemerdekaan negeri ini dari praktik yang telah
menggerogoti moralitas bangsa. Sayangnya, tingginya asa masyarakat masih berjarak
dengan kondisi realitas sesungguhnya.
Karena itu, tak heran bahwa publik melihat kini saatnya mekanisme hukuman sosial
diterapkan bagi koruptor. Sejauh ini hukuman sosial yang dimaksudkan adalah bentuk
hukuman yang lebih bersifat sanksi di luar proses hukum positif. Artinya, hukuman
itu berada di ranah nonformal sistem peradilan. Meskipun demikian, tak tertutup pula
bentuk hukuman sosial menjadi salah satu bagian dari proses pemidanaan dalam
kasus korupsi.
Gagasan bentuk hukuman sosial yang paling banyak disetujui responden adalah
pengumuman koruptor di media massa, seperti televisi atau koran. Nyaris seluruh
responden (92,8 persen) menyetujui bentuk hukuman tersebut. Bentuk berikutnya
adalah mengajak masyarakat untuk tidak memilih pejabat korup dalam semua
kontestasi politik. Terhadap bentuk itu, sebanyak 82,3 persen responden menyetujui.
Bentuk ketiga paling ekstrem, yaitu mengucilkan dari pergaulan masyarakat,
cenderung kurang disetujui.
Dibanding hukuman badan (penjara), hukuman sosial memang kurang dinilai efektif
meredam aksi korupsi. Bagian terbesar publik jajak pendapat ini tetap melihat
perlunya pengenaan hukuman badan yang lebih tegas ketimbang sekadar pengenaan
hukuman sosial. Meski demikian, bercermin dari lemahnya aturan dan sistem hukum,
sepertiga bagian responden menegaskan perlunya kedua mekanisme itu diterapkan
bersamaan.
Penerapan hukuman sosial oleh masyarakat memang bisa dimaknai sebagai sebuah
perlawanan publik atas rasa putus asa publik terhadap kebijakan negara yang terlalu
longgar bagi pelaku korupsi. Lebih jauh, korupsi dan berbagai penyimpangan etika
dalam konteks politik bisa membahayakan perjalanan demokrasi karena menimbulkan
krisis kepercayaan terhadap parlemen, bahkan negara.
Hukuman sosial bagi koruptor, menurut pengamat politik Universitas Airlangga,
Kacung Maridjan, menyiratkan arti dipenjara secara sosial, tetapi memiliki dampak
yang tidak kalah dahsyat dibanding hukuman penjara fisik. Contohnya, kepala daerah
yang terbukti korup bisa dihukum untuk menjadi tukang bersih-bersih kantor di
tempat mereka menjadi kepala daerah dalam kurun tahun tertentu (Kompas, 24/8).
Selain rasa tidak puas, minornya pemberantasan korupsi dan keberpihakan kebijakan
kepada pelaku korupsi menggugah kesadaran masyarakat untuk memberikan
hukuman dengan caranya sendiri. Selama ini, penyelenggara negara dinilai terlalu
permisif terhadap pelaku korupsi. Menilik fakta yang terjadi, aturan hukum dan
komitmen aparatnya menjadi celah yang dapat dimanfaatkan koruptor untuk kembali
menduduki posisinya.
Pengangkatan mantan narapidana korupsi dan sejumlah kebijakan permisif terkait
praktik korupsi bisa mengikis moralitas bangsa. Etika dan moralitas politik bukan lagi
menjadi pedoman utama dalam kehidupan bernegara. Tidak hanya korupsi, tetapi juga
berbagai polah tingkah politisi dan pejabat publik yang dinilai mulai menanggalkan
etika dalam berpolitik.
Mayoritas responden menilai perlu larangan tegas terhadap narapidana korupsi untuk
menjadi PNS. Larangan tegas terhadap narapidana korupsi untuk menjadi pejabat
publik itu dimaksudkan agar muncul kepastian hukum untuk membangun moralitas
politik yang lebih baik.
Setelah 35 jam terbang, agak molor dari jadwal karena pesawat carteran itu harus
menunggu izin melintas di sejumlah negara, buronan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) ini diangkut mobil van berjeruji besi. Dia dibawa ke Mako Brimob, Kelapa
Dua, Depok.
Di markas Brimob itu, Nazaruddin menempati sel 4x4 meter di Blok B. Ada satu
tempat tidur, satu sofa, dan lemari kecil. "Air conditioner (AC) dan televisi nggak
ada," kata Kepala Humas Mako Brimob, Ajun Komisaris Besar K Budiman di Mako
Brimob, Depok, Minggu dini hari, 14 Agustus 2011.
Diserahkan ke KPK
Setelah cek kesehatan dan persiapan di Mako Brimob, Nazaruddin diboyong menuju
gedung KPK di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan untuk diserahterimakan. Sekitar
pukul 22.25 WIB, dikawal lebih dari lima mobil, Nazaruddin tiba di gedung KPK.
Serah terima dari Kabareskrim Polri Komjen Pol Sutarman kepada Ketua KPK
Busyro Muqoddas berlangsung singkat. Setelah diserahkan ke KPK, hasil buruan itu
digelandang menuju lantai 7 gedung KPK untuk menjalani pemeriksaan awal.
"Dalam pemeriksaan awal, kami berdasarkan prinsip independensi dan transparansi.
Jadi publik tak perlu khawatir, semuanya berdasarkan alat bukti yang sah, di luar itu
kita tidak," kata Ketua KPK, Busyro Muqoddas.
Beberapa alat bukti yang disita dari Nazaruddin, termasuk satu tas kecil hitam
miliknya, dibuka oleh KPK dalam konferensi pers malam itu, yang didampingi
perwakilan dari Kepolisian, Imigrasi, dan tim gabungan penjemput Nazaruddin. Tas
kecil milik Nazaruddin itu dibongkar di depan para wartawan. "Ini sebagai bukti
bahwa KPK transparan," kata Ketua KPK Busyro Muqoddas di jumpa pers Sabtu
tengah malam itu.
Tas itu berisi sejumlah barang milik Nazaruddin, seperti uang dalam bentuk dolar,
telepon seluler, dan flash disk. (Baca juga "Isi Tas Nazarruddin Dibuka di Depan
Ketua KPK"). Namun, dalam tas disegel itu tak ditemukan keping CD maupun laptop
seperti ditunjukkan Nazaruddin saat wawancara via Skype. Dalam jumpa pers itu,
turut 'dipamerkan' juga topi anyaman yang dipakai Nazaruddin saat muncul di
wawancara Skype dari tempat persembunyiannya dulu itu.
"Semua sudah lengkap termasuk uang soal Harrier. Itu dari PT Adhi Karya sudah ada
buktinya," kata Nazaruddin usai menjalani pemeriksaan terkait kasus dugaan korupsi
pengadan alat Simulator di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Kamis
(21/2) malam.
Mantan Bendahara Umum (Bendum) DPP Partai Demokrat ini menjelaskan bahwa
PT Adhi Karya mengeluarkan uang Rp 700 juta untuk Anas. Dan oleh Anas dibelikan
mobil Toyota Harrier.
Sehingga, lanjut Nazaruddin, tidak benar jika dikatakan mobil Harrier tersebut dibeli
dari dirinya. Sebab, Anas membayarnya ke Duta Motor dengan cek dan uang tunai
sebesar Rp 150 juta.
Oleh karena itu, tegas Nazaruddin, Anas sudah layak ditetapkan menjadi tersangka
dalam kasus Hambalang.
Ditambah lagi, ungkap Nazaruddin, semua bukti perihal peran Anas sudah lengkap
dimiliki KPK.
"KPK sebenarnya datanya semua lengkap. Dari Adhi Karya yang mengatur semuanya
Teuku Bagus. Sedangkan, dari Anas adalah Mahfud Suroso (Dirut PT Dutasari
Citralaras)," ujar Nazaruddin.
Namun, Nazaruddin melihat ada kebimbangan dari Pimpinan KPK yang tidak juga
menetapkan Anas sebagai tersangka.
Seperti diketahui, KPK akhirnya memastikan bahwa pada Jumat (22/2) besok, akan
dilakukan ekspose (gelar pekara) kasus dugaan korupsi pembangunan Pusat
Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Jawa
Barat.
Kepastian tersebut, disampaikan Juru Bicara KPK, Johan Budi SP, ketika menggelar
jumpa pers di kantor KPK, Jakarta, Kamis (21/2).
"Mengenai isu kepastian gelar perkara Hambalang, tadi juga diputuskan akan
dilakukan gelar perkara berkaitan Hambalang pada Jumat (22/2)," ungkap Johan.
Tetapi, Johan menegaskan bahwa gelar perkara tersebut, bukan untuk menentukan
nasib atau status hukum seseorang sebagaimana, marak diberitakan selama ini.
Sebaliknya, jelas Johan, gelar perkara untuk melihat sejauh mana temuan-temuan dari
tim yang melakukan penyelidikan terhadap kasus Hambalang. Seperti untuk melihat
perkembangan penyidikan dua tersangka dan melihat perkembangan penyelidikan
mengenai dugaan aliran dana berkaitan proyek Hambalang.
"KPK bukan Tuhan. Tetapi manusia yang tidak menentukan nasib," ujar Johan.
Terkait kebenaran draft surat penyidikan (sprindik) atas nama Anas Urbaningrum,
Johan mengatakan bahwa dokumen tersebut belum resmi karena tidak ada paraf dan
nomor gelar perkara. Oleh karenanya, dokumen itu tidak bisa dijadikan tolok ukur
akan ada penyidikan baru terkait kasus Hambalang.
Korupsi Nazaruddin di Mana-mana
JAKARTA, KOMPAS.com Komisi Pemberantasan Korupsi resminya kini
memang hanya menyidik kasus suap kepada Sekretaris Menteri Pemuda dan
Olahraga, Wafid Muharram, terkait pembangunan wisma atlet SEA Games di
Jakabaring, Palembang. Pada kasus ini, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat,
Muhammad Nazaruddin, menjadi tersangka.
Namun hasil pengembangan kasus ini, dari penggeledahan di rumah dan kantor
Nazaruddin, hasilnya luar biasa. Nazaruddin diduga korupsi di mana-mana.
Juru Bicara KPK Johan Budi, kepada Kompas di Jakarta, Senin (15/8/2011),
menuturkan, kasus yang resmi menjadikan Nazaruddin sebagai tersangka memang
baru kasus suap Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora). Akan tetapi,
KPK telah siap menjerat Nazaruddin dengan kasus korupsi lainnya.
KPK, lanjut Johan, saat ini tengah melakukan penyelidikan dugaan korupsi di
beberapa kementerian yang diduga melibatkan Nazaruddin. Penyelidikan dilakukan
setelah KPK menemukan berkoli-koli dokumen di rumah dan kantor Nazaruddin saat
digeledah.
"Kemarin data itu kami peroleh setelah penggeledahan di kantornya. Kan banyak,
berkoli-koli dokumen. Selain itu, ada juga laporan masyarakat," kata Johan.
Ia menuturkan, saat ini dua kasus korupsi yang diduga melibatkan Nazaruddin dan
telah diselidiki KPK ada di Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan
Nasional.
Di dua kementerian ini, lanjut Johan, Nazaruddin diduga terlibat dalam dugaan
korupsi dalam pengadaan barang yang dibiayai dengan anggaran pendapatan dan
belanja negara. Belum diketahui secara persis berapa nilai proyek yang diduga
dikorupsi Nazaruddin.
Johan membeberkan, nilai proyek di dua kementerian itu mencapai lebih dari Rp 2
triliun.
demokratis
kebangsaan.
serta
penghujungnya
melumpuhkan
system
pemerintahan
tayangan ketika Angie bersama Sang Suami semasa masih hidup dengan
menggengggam BB juga. Dan tentu saja itu rekaman sebelum 2010. Wah....tambah
rame saja jagad perkorupsian di Indonesia. Pelakonnyapun beragam.
Tanggapan miringpun bertubi-tubi ditujukan kepada janda Almarhum Adji
Massaid ini. Pembohong! Itulah julukan terbarunya. Masalah pribadi yang tidak ada
sangkut pautnya dengan kasusnyapun ikut diungkit. Tapi Angie masih tetap tenangtenang saja. Dia masih bisa bercanda dengan putera-putrinya dan masih beraktivitas
seperti biasanya.
Pemirsa menunggu sidang berikutnya yang akan mengkonfrontir Angie vs
Mindo. Eh....betapa kecewanya.......Si Mindo tidak hadir karena sakit. Alhasil, Angie
tetap bersikukuh dengan jawabannya. Siapa sebenarnya yang berbohong ?
Penonton....tunggu saja sidang berikutnya.
Angie, semua berharap kamu membongkar kasus ini. Sekalian
deh......nyebur, bongkar semuanya. Itulah sebenarnya tugas kamu sebagai anggota
DPR bukan hanya datang dan pamer barang-barang mewah.
Anas sendiri tentunya tidak bisa berlindung kepada persoalan politik. Apa yang
dihadapi di KPK merupakan persoalan hukum. Ia dituduh ikut terlibat dalam praktik
korupsi dan untuk itu Anas harus mempertanggungjawabkannya.
Tuduhan korupsi itu sendiri bukan baru sekarang dilontarkan. Sudah sejak dua tahun
lalu, Anas disebut-sebut terlibat dalam kasus korupsi. Tidak tanggung-tanggung orang
yang menunjuk dirinya terlibat korupsi adalah sahabat dekatnya di dalam Partai
Demokrat yaitu Bendahara Umum Muhammad Nazaruddin.
Anas memang selalu menyangkal tuduhan yang dilontarkan Nazaruddin. Namun
dalam berbagai persidangan korupsi yang sudah berlangsung, nama Anas kerap
disebut-sebut. Setidaknya Neneng Sri Wahyuni, istri Nazaruddin, dan mantan
Direktur PT Anak Negeri Mindo Rosalina Manulang yang selalu menyebut Anas dan
Nazaruddin sebagai pemilik perusahaan yang mendapat berbagai proyek pemerintah.
Atas semua fakta-fakta yang diperoleh, wajar apabila KPK menuduh Anas ikut
terlibat kasus korupsi. Bahwa kemudian Anas menyangkal melakukan korupsi, ia
tentunya mempunyai hak untuk mementahkan fakta-fakta hukum yang dimiliki KPK.
Sekarang tentunya kita harus memberikan kesempatan kepada hukum untuk bekerja.
Janganlah kita mengaburkan persoalan korupsi yang sudah begitu masif terjadi dan
merugikan keuangan negara karena sudah menggerogoti anggaran pendapatan dan
belanja negara. Rakyat sudah dirugikan oleh korupsi yang besarnya bisa mencapai 40
persen dari nilai proyek pembangunan yang ada.
Penggunaan isu politik untuk persoalan korupsi bisa mengaburkan cita-cita besar kita
untuk menciptakan Indonesia yang bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Kita tidak boleh menolelir sedikit pun praktik korupsi, siapa pun itu yang
melakukannya.
Dia menguraikan ada dua kasus yang berkaitan langsung dengan Anas. Pertama,
kasus dugaan korupsi proyek Hambalang.
Adapun kasus kedua terkait bocornya surat perintah penyidikan (sprindik). Bila kasus
kedua dinilai terkait dengan politisasi maka harus dibedakan dengan kasus korupsi.
Tanpa ada sprindik bocor pun kasus Anas akan tetap berjalan, tegasnya. Jadi
jangan saling dikaitkan.
Guna mendapatkan kebenaran material, Mahfud menilai polisi harus menyidik kasus
bocornya sprindik tanpa menunggu dewan etik KPK.
Itu kejahatan harus disidik saja. Menurut hukum polisi itu wajib [menyidik]. Apakah
komisiner atau siapa tangkap saja , urainya.
Seperti diketahui KPK menetapkan Anas sebagai tersangka dugaan korupsi, Jumat
(22/2/2013). Sehari setelah itu, Anas lantas mengaitkan kasus ini dengan persaingan
politik dan bocornya sprindik.
Rangkaian ini [permintaan fokus terhadap kasus di KPK dan penetapan tersangka]
tidak bisa dipisahkan dari bocornya sprindik. Ini rangkaian peristiwa tak bisa
dipisahkan. Terkait utuh dan erat, ujar Anas saat pidato pengunduran diri di DPP
Demokrat, Sabtu (24/2).
Nazaruddin: Anas Terima Rp 80 M dari Proyek PLN
JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat,
Muhammad Nazaruddin, kembali menyebut mantan rekannya, Anas Urbaningrum,
menerima uang terkait proyek di pemerintah. Kali ini, Nazaruddin mengatakan bahwa
Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu memperoleh keuntungan dari dua proyek di
Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Soal pertemuan itu ada proyek pembangkit listrik, uangnya sudah dikasihkan ke
Anas," kata Nazaruddin seusai menjalani persidangan di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi, Jakarta, Rabu (18/1/2012).
Nazaruddin menyatakan, dana itu diperoleh Anas dari dua proyek pembangkit listrik
senilai Rp 2,2 triliun di Kalimantan dan di Riau. Proyek di Kalimantan dimenangkan
oleh PT Adhi Karya, sementara yang di Riau akan dikerjakan PT Rekayasa Industri.
"Di Kalimantan PT Adhi Karya, JO, sama China. Di Riau, Rekin (Rekayasa Industri)
sama China," ujar terdakwa kasus dugaan suap wisma atlet SEA Games itu.
Kedua proyek tersebut, kata Nazaruddin, sudah ada kontrak kerjassama dengan PLN.
Mantan anggota DPR itu mengatakan, PT Adhi Karya telah memberikan uang kepada
Anas melalui Wila. Nazaruddin mengenal Wila sebagai perempuan pengusaha yang
sudah 10 tahun menjadi rekanan PLN.
Nazaruddin mengklaim memiliki bukti rekaman yang menunjukkan adanya
penerimaan fee dari PT Adhi Karya kepada Anas melalui Wila itu. Bukti itu berupa
rekaman percakapan antara Nazaruddin dan Wila melalui BlackBerry Messenger.
"Saya tanya, 'Bu (Wila), bagaimana soal fee-nya? (Dijawab) 'Pak, fee-nya sudah
langsung diserahkan ke Pak Anas," ucap Nazar menirukan perbincangannya dengan
Wila melalui BlackBerry.
Ia mengaku pernah membahas pembagian fee terkait dua proyek itu bersama Mindo
Rosalina Manullang, pihak PT Adhi Karya, dan mantan rekannya di Partai Demokrat,
Soetan Bathoegana, di Restoran Nippon Khan, Hotel Sultan Jakarta. Saat ditanya
apakah Soetan turut menikmati uang, Nazaruddin menjawab, "Coba tanya Pak Soetan,
sudah terima fee-nya atau belum," kata Nazar.
Nazaruddin: Keuntungan Proyek PLTS untuk Beli Alphard Anas
JAKARTA, KOMPAS.com Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat,
Muhammad Nazaruddin, menyebutkan bahwa sebagian keuntungan yang diperoleh
PT Anugerah Nusantara dari proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2008 dibelikan mobil Toyota Alphard
untuk Anas Urbaningrum. Proyek PLTS tersebut, kata Nazar, sepenuhnya
dikendalikan Anas selaku salah satu pemegang saham di PT Anugerah Nusantara saat
itu.
"Saya pernah dengar salah satu keuntungan proyek PLTS ini dibelikan mobil untuk
Pak Anas," kata Nazaruddin saat bersaksi bagi terdakwa kasus dugaan korupsi
pengadaan PLTS Kemennakertrans, Timas Ginting, di Pengadilan tindak Pidana
Korupsi Jakarta, Rabu (18/1/2012).
Ihwal pembelian mobil itu, kata Nazar, diketahuinya saat mengikuti rapat dengan
Anas. "Pak Anas bilang, proyek PLTS tolong belikan Alphard satu," tuturnya. Nazar
pun siap menunjukkan bukti fotokopi BPKB yang mencatat adanya perubahan
identitas kepemilikan Alphard dari milik PT Anugerah menjadi milik Anas
Urbaningrum.
Meksipun pada 2008 Nazaruddin juga menjadi komisaris PT Anugerah, terdakwa
kasus dugaan suap wisma atlet itu mengaku tidak tahu-menahu soal proyek PLTS.
Demikian juga dengan istrinya, Neneng Sri Wahyuni. "Proyek PLTS, yang punya
kewenangan penuh Pak Anas, pengeluarannya Ibu Yulianis," ungkap Nazar.
Menurutnya, Anas yang mengendalikan uang keluar dan masuk melalui stafnya,
Yulianis dan Oktarina Furi. Dalam kasus ini, KPK juga menetapkan Neneng Sri
Wahyuni, istri Nazaruddin, sebagai tersangka. Dalam dakwaan Timas Ginting,
Neneng dan Nazaruddin yang berkantor di PT Anugerah Nusantara disebut menerima
keuntungan Rp 2,2 miliar dari proyek ini.
PT Alfindo, perusahaan milik Arifin Ahmad yang menjadi rekanan proyek ini,
dipinjam benderanya oleh Marisi Martondang, lalu dipergunakan Mindo Rosalina
Manulang atas sepengetahuan Neneng dan Nazaruddin. Kemudian dalam
pelaksanaannya, PT Alfindo Nuratama menyubkontrakkan pengerjaan proyek itu ke
PT Sundaya Indonesia dengan nilai kontrak Rp 5,2 miliar.
Nazaruddin, Neneng, Marisi Martondang, dan Mindo Rosalina Manulang diduga
terlibat dalam penyubkontrakan proyek senilai Rp 8,9 miliar tersebut. Lalu, setelah
pidato ketika Hari Antikorupsi Sedunia, Presiden mengatakan, banyak kasus korupsi
terjadi akibat ketidakpahaman jajaran pemerintah terhadap peraturan perundangundangan.
Karena itu, Presiden akan mengumpulkan para kepala daerah serta pejabat penyusun
dan pengelola anggaran Januari 2013 untuk diberi penjelasan mana saja yang
melanggar UU. Langkah itu agar pejabat yang tidak memiliki niat korupsi tidak
terjerat hukum.
Bambang menilai tidak masuk akal jika korupsi terjadi karena ketidaktahuan atas
peraturan perundang-undangan. Pasalnya, jika tak paham, pejabat tersebut bisa
berkonsultasi dengan ahli di biro hukum. "Bukankah semua institusi pemerintah
dilengkapi biro hukum?" katanya.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Saan Mustofa mengatakan, kenyataannya banyak
pejabat yang kurang memahami UU. Misalnya, kata dia, pejabat kurang memahami
apa saja yang dikategorikan bantuan sosial (bansos). Akibatnya, banyak pejabat yang
terjerat kasus bansos.
Ketidakpahaman atas UU, kata Saan, juga mengakibatkan ketakutan pejabat
menggunakan anggaran. Akibatnya, penyerapan APBD rendah. "Bahkan, ada
penyerapan daerah di bawah 50 persen," kata anggota Komisi III DPR itu.
"Ini soal pemahaman, makanya harus diberi penjelasan. Yang ditawarkan Presiden
akan berikan penjelasan, meminta penegak hukum, lembaga audit untuk memberikan
penjelasan. Perlu ada sosialisasi aktif," kata Saan.
Korupsi... Kata ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita karena sering muncul di
media cetak dan pertelevisian Indonesia. Dikutip dari wikipedia saya menemukan
bahwa korupsi dapat diartikan sebagai perilaku pejabat publik, baik politikus, politisi,
maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan
publik yang dipercayakan kepada mereka. Maka dari itu saya sering menyebut para
koruptor sebagai pencuri kelas paus. Lalu mengapa mereka melakukan korupsi?
Apakah penghasilan mereka yang sudah sangat besar dan cukup menggerogoti APBN
itu tidak cukup untuk membeli beberapa kilogram beras dan lauk pauk? Mengapa
korupsi ini bisa terjadi? Menurut saya, korupsi bisa terjadi karena adanya kesempatan
akibat dari kelemahan sistem perekonomian dan hukum di Indonesia. Seperti kata
bang napi, \"kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelaku, tapi kejahatan bisa
terjadi karena ada kesempatan\". Dari berbagai kasus korupsi yang terjadi di
Indonesia, kebanyakan dari para koruptor mengambil uang dari proyek yang mereka
tangani yang kemudian direkayasa sedemikian rupa sehingga menghasilkan
keuntungan pribadi yang sangat besar. Hal ini sebenarnya berdampak sangat krusial
bagi masyarakat Indonesia yaitu tingginya tingkat kemiskinan di negeri yang terkenal
kaya akan sumber daya alamnya ini. Lalu hukuman apakah yang pantas diberikan
kepada koruptor? Saya pernah melihat perdebatan di televisi antara 2 orang
mahasiswa tentang hukuman yang pantas untuk para koruptor. Mahasiswa \'A\'
menginginkan koruptor diberi hukuman mati dan mahasiswa \'B\' menginginkan
koruptor diberi kesempatan untuk membangun -Indonesia. Sungguh ironis, koruptor
yang sudah berkhianat, masih diberi kepercayaan untuk membangun Indonesia ini
lagi. Setelah saya telaah lebih lanjut, hukuman mati bagi para koruptor tidaklah tepat,
karena itu tidak akan menyelesaikan masalah dan melanggar hak asasi manusia. Jika
saya menjadi ketua KPK, saya akan memberikan hukuman yang pantas untuk para
pencuri kelas paus ini, yaitu kepastian hukum pidana, pemiskinan, dan hukuman
sosial. Para pencuri kelas paus ini harus dibui dalam jangka waktu yg lama tanpa
mendapatkan fasilitas yg mewah di sel mereka, dengan kata lain, samakan selnya
dengan pencuri lain, tidak ada lagi istilah sel VIP untuk mereka. Pemiskinan
dilakukan dengan menyita seluruh hartanya dan mengembalikannya kepada negara,
tanpa kecuali. Jadi bukan hanya harta yang mereka korupsi saja yang dikembalikan,
melainkan semua harta yang mereka punya. Karena bukan tidak mungkin harta yg
mereka korupsi itu sudah mereka gunakan untuk membuka bisnis yang malah
semakin memperkaya mereka. Selain itu semua, hukuman sosial juga harus diberikan,
karena seperti kata pepatah, \'lidah lebih tajam daripada pedang\'. Berikan efek malu
untuk koruptor dan keluarga para koruptor. Seperti mengubah ktp, paspor, dan
identitas diri lain para koruptor dan semua keluarganya menjadi warna hitam. Jika
demikian siapa yang ingin korupsi lagi? Sudah pelaku di penjara bertahun-tahun,
semua hartanya dikembalikan kepada negara, identitas diri mereka pun berubah warna
menjadi hitam. Dengan sanksi seperti ini diharapkan dapat memberikan efek jera bagi
mereka.
Kuantifikasi Dampak Kerusakan Akibat Korupsi
Korupsi telah dinyatakan sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crime), yang
berarti korupsi mengakibatkan kerusakan besar dan secara luas mempengaruhi
kehidupan rakyat Indonesia. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa korupsi
mengakibatkan penurunan daya saing nasional, mengganggu pertumbuhan ekonomi,
menimbulkan biaya sosial yang besar, dan akhirnya menambah tingkat kemiskinan.
Saat ini secara umum masyarakat Indonesia telah menyadari bahwa korupsi adalah
perbuatan jahat. Karena itu, korupsi harus dilenyapkan dari Bumi Pertiwi. Sayangnya,
hingga kini Indonesia masih saja dianggap sebagai salah satu negara yang banyak
korupsinya. Hal tersebut terlihat dari indeks persepsi korupsi (IPK), yang dilansir oleh
Transparency International pada 2009, yang mencapai 2,8 dengan posisi ke-111 dari
180 negara yang disurvei. Walaupun terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya (2,6-posisi 126 dari 180 negara). Bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, IPK
kita masih berada di bawah mereka walaupun upaya penindakan yang dilakukan
Indonesia lebih agresif daripada yang dilakukan negara -negara tetangga tersebut.
U4 dari Norwegia telah menyampaikan hasil risetnya, yang membandingkan
pemberantasan korupsi oleh KPK dengan beberapa lembaga antikorupsi negara
tetangga, khususnya Filipina. Hasil riset tersebut menyebutkan bahwa pemberantasan
korupsi yang dilaksanakan KPK sangat impresif dengan tingkat keberhasilan
(conviction rate) 100 persen dari sekian banyak kasus besar yang telah ditangani,
sementara di negara tetangga tidak menggembirakan.
Dampak
Melihat kinerja KPK dalam beberapa tahun belakangan ini memang menunjukkan
capaian yang tidak mengecewakan. Dengan conviction rate yang 100 persen berarti
bahwa dalam semua kasus yang dibawa ke pengadilan tindak pidana korupsi dapat
dibuktikan mereka bersalah. Dengan ratusan kasus besar yang ditangani KPK,
tentunya conviction rate 100 persen bukanlah hal yang mudah dicapai. Sebagai
perbandingan, banyak negara di dunia memiliki tingkat conviction rate tidak lebih
dari 20 persen, meski jumlah kasus yang ditanganinya masih bisa dihitung dengan
jari. Selain itu, jumlah uang dan aset negara yang berhasil dikembalikan KPK juga
tidak mengecewakan, yakni sekitar Rp 800 miliar dari upaya penindakan, dan sekitar
Rp 6 triliun dari upaya pencegahan.
Meski demikian, kita menyadari bahwa pengembalian keuangan negara masih terlalu
kecil dibanding tingkat kerusakan yang telah terjadi akibat korupsi. Jumlah uang
pengganti dan denda yang dibebankan kepada para koruptor hanya sebesar jumlah
yang dapat dibuktikan di pengadilan. Padahal penderitaan yang dialami oleh negara
dan seluruh masyarakat sangat luar biasa dan jauh lebih besar dari sekadar jumlah
uang pengganti dan denda yang diputuskan oleh pengadilan.
Suap yang diberikan oleh pengusaha untuk mendapatkan perizinan, misalnya.
Tentunya diharapkan oleh penyuap akan menghasilkan keuntungan (benefit) yang
jauh lebih besar dari jumlah suap yang telah diberikannya. Karena itu, para penegak
hukum perlu memperhatikan dan mempertimbangkan hal ini sebagai komitmen dan
keberpihakan kepada masyarakat banyak yang telah menjadi korban tindak pidana
korupsi.
Secara ekonomi, korupsi sebesar Rp 5 miliar yang dilakukan empat tahun yang lalu
tentunya bernilai tidak sama bila dibandingkan dengan Rp 5 miliar saat ini. Karena
itu, perlu dipikirkan dan dihitung berapa nilai sekarang atas suatu kejahatan korupsi
yang dilakukan beberapa tahun yang lalu serta dampak kerusakan yang telah
ditimbulkannya.
Dampak yang terjadi menyangkut banyak hal, termasuk kerusakan lingkungan seperti
longsor dan banjir, atau dampak tidak langsung yang dirasakan masyarakat, seperti
kehilangan hak pada pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan. Berapa banyak
kerusakan bisnis sebagai akibat maraknya praktek suap-menyuap dalam pengadaan
barang dan jasa pemerintah. Berapa banyak perusahaan yang kehilangan kesempatan
dan kalah bersaing hanya karena tidak mau mengikuti praktek suap-menyuap. Hal ini
tentunya berdampak pada persaingan usaha yang tidak sehat dan mengarah pada
penurunan daya saing nasional.
Dari penjelasan tersebut, jelaslah bahwa kuantifikasi dampak kerusakan dari tindak
pidana korupsi perlu diperhitungkan secara lebih komprehensif. Penegakan hukum
dalam pemberantasan korupsi perlu memperhatikan sisi lain, yakni mengembalikan
hasil korupsi kepada pihak-pihak yang menjadi korban atas tindakan korupsi tersebut.
Berbagai konsep perhitungan perlu dipersiapkan, seperti time value of money serta
yang lainnya. Untuk melakukan hal tersebut, tentunya semua pihak perlu memberi
sumbangan pemikiran sehingga dapat bermanfaat dalam menjadikan Indonesia tempat
yang nyaman untuk berkehidupan di muka bumi.
Dampak kerusakan yang diakibatkan oleh korupsi seharusnya dapat dihitung dengan
memperhitungkan multiplier yang dirasakan oleh korban tindakan korupsi tersebut.
Dengan demikian, bila terjadi suap sebesar Rp 5 miliar, maka dampak yang bisa
dihitung adalah Rp 5 miliar x multiplier. Multiplier inilah yang perlu ditetapkan oleh
para ahli sehingga dapat diakui secara bersama, yang hasilnya akan dikembalikan
kepada para korban dari penyuapan tersebut, yakni masyarakat dan negara yang
dirugikan karena ancaman banjir, tanah longsor, kekurangan air bersih, penurunan
permukaan tanah, penurunan kesehatan, buruknya infrastruktur dan sanitasi,
kehilangan kesempatan kerja, dan lain-lain.
Komitmen bersama
Dampak kerusakan akibat korupsi sekarang sudah sangat terasa dan makin hari
semakin parah. Upaya represif yang dilakukan penegak hukum dengan memenjarakan
para pelaku korupsi tidak dapat mengembalikan kondisi pada keadaan semula.
Dengan jumlah uang pengganti dan denda yang sangat minim dan sering kali
dikurangi dengan subsider tahanan badan, yang juga mendapatkan pengurangan dari
remisi, hasilnya semakin menjauh dari rasa keadilan masyarakat. Karena itu, perlu
dipikirkan alternatif lain apakah membawa tuntutan perdata kepada para pelaku
korupsi dengan jumlah yang telah diperhitungkan sebagai dampak kerusakan akibat
korupsi yang telah dia lakukan. Perusahaan yang kalah bersaing karena ada
kompetitor yang melakukan penyuapan kepada pejabat pemerintah dapat melakukan
gugatan atas kerugian yang dialaminya sebagai dampak dari penyuapan tersebut.
Karena itu, perlu segera dipikirkan formula untuk kuantifikasi dampak kerusakan
akibat korupsi. Sebagai contoh, apabila terjadi suap oleh sebuah perusahaan kepada
pejabat di suatu instansi pemerintah, pada laporan rugi laba perusahaan penyuap dapat
dihitung sebagai berikut:
Pendapatan Rp xxx
Dikurangi beban biaya (Rp xxx)
Ditambah suap yg dilakukan Rp xxx
Ditambah multiplier Rp xxx
Profit Rp xxx
Dengan demikian, pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan penyuap harusnya
berdasarkan perhitungan seperti di atas atau dengan formula lainnya yang lebih tepat
berdasarkan kajian para ahli. Kerugian perusahaan kompetitor dan beban yang
ditanggung masyarakat termasuk dalam multiplier tersebut, dan kerugian negara
termasuk dari kekurangan penerimaan pajak.
Para akuntan dan ekonom diharapkan segera mendiskusikan dan menyampaikan hasil
pemikirannya kepada penegak hukum sehingga kuantifikasi dampak kerusakan
sebagai akibat dari tindak pidana korupsi akan lebih komprehensif dan dapat
dipertahankan di pengadilan. Akademisi dapat juga berperan besar dalam
menghasilkan model-model kuantifikasi kerusakan dampak tindak pidana korupsi
secara ilmiah. Di lain pihak, para pembuat peraturan perundang-undangan perlu
memikirkan payung hukum yang lebih spesifik mengenai hal tersebut sehingga tidak
muncul keraguan pada penegak hukum untuk mengimplementasikannya.
Sebagai konklusi, dengan kebersamaan dari seluruh komponen bangsa ini, saya yakin
negara kita akan berangsur ke arah yang semakin membaik dalam waktu yang tidak
terlalu lama. Manfaat (outcome) dari pemberantasan korupsi akan semakin dirasakan
masyarakat banyak melalui berbagai perbaikan, mulai dari pelayanan publik,
pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan lapangan pekerjaan, penurunan kemiskinan, dan
lain-lain.
Kesempatan adalah system yang dibangun pada instansi tersebut hendaknya dengan
menggunakan prinsip management yang efektif dengan prosedure dan mekanisme
yang jelas serta pengawasan dan pengendalian yang baik sehingga tidak menciptakan
dan memberi peluang pada orang per-orang untuk melakukan tindak pidana korupsi.
Prinsip dasar ini akan bekerja efektif apabila eksekutif, legislatif dan judikatif memilki
perpektif dan filosofi yang sama tentang good goverment dan clean goverment dengan
membuat seluruh kebijakan secara transparan dan akuntable serta memberikan akses
seluas-luasnya pada masyarakat untuk ikut mengawasi program yang dijalankan
eksekutif. Karena tanpa hal tersebut sangat sukar dan mustahil pencegahan korupsi
dapat dilakukan , mengingat sifat dari korupsi sendiri yang senantiasa melibatkan banyak
orang dengan melakukan kolusi baik secara vertical, horizontal maupun diagonal dan
merusak system yang ada dan dari beberapa kejadian senantiasa ada keterlibatan
legislatif dalam penyusunan program dan ketika kasusnya terkuak mulai terlihat ada
pelibatkan aparat penegak hukum dengan melakukan gratifikasi untuk membungkam dan
mempeti-es kan kasus-kasus tertentu bahkan dengan kekuatan yang mereka miliki,
mereka mampu meredam berita dari media massa. Hal ini adalah realita yang terjadi
negara kita, khususnya di daerah yang jauh dari pantauan berita stasiun televisi nasional,
karena saat ini rupanya control media massa yang paling efektif ternyata yang dilakukan
oleh stasiun televisi nasional walaupun independensinya masih belum terjamin.
Dari uraian tsb diatas faktor kemampuan dan kemauan lebih diharapkan pada integritas
orang itu sendiri ( SDM ) sedangkan kesempatan lebih ditekankan pada system
management pemerintahan dan pengawasan yang efektif.
Faktor penyebab korupsi pada SDM dalam konteks tersebut diatas adalah sbb;
1. Corruption by Need/ Korupsi karena kebutuhan.
Korupsi yang dilakukan atas dasar kebutuhan, biasanya dilakukan oleh pegawai
rendahan, uang yang dicuri biasanya tidak terlalu besar, karena dia melakukan sematamata karena terdesak oleh kebutuhan ekonomi, biasanya dalam bentuk pungli, merubah
kwitansi pembelian atau tindakan lainnya yang pada intinya bukan untuk memperkaya
tapi semata-mata karena desakan ekonomi.Untuk pencegahan dan pengungkapan kasus
seperti ini biasanya tidak terlalu sulit karena tidak melibatkan system dan banyak orang,
dan lebih sering dilakukan secara individu.
2.
Corruption
by
accident/
Korupsi
karena
kecelakaan.
Korupsi yang dilakukan biasanya oleh pemegang jabatan demi melindungi kepentingan
atasannya yang lebih tinggi atau dikorbankan olehi pimpinan yang lebih tinggi. hal ini
sering dijumpai akibat prosedur dan mekanisme yang telah digariskan tidak dijalankan
sebagaimanan mestinya, karena pimpinan memanfaatkan kekuasaan dan keengganan
atau ketidak beranian bawahan menolak keinginan pimpinan walaupun itu melanggar
standar operasi dalam instansi tersebut. Pada saat terjadi pemeriksaan oleh Auditor,
sang pemegang jabatan
tindakannya berdasarkan
keuangan
peraturan
harus
yang
mentuntaskan kasus korupsi yang menyangkut penguasa agar bagi SDM yang memiliki
kemampuan untuk melakukan korupsi akan berfikir beribu kali untuk mau melakukan
tindak pidana korupsi, sehingga secara perlahan kasus korupsi yang sangat melukai hati
masyarakat dapat dikikis habis dari negari kita. Semoga
Kebutuhan yang
disebutkan terakhir tersebut yang bisa menjadi bahaya bagi kehidupan banyak
manusia. Harus diakui pemanfaatan dari kayu memang sangatlah berguna bagi
banyak manusia, karena bisa dibentuk menjadi alat-alat rumah tangga, kertas, pensil
dan sebagainya. Namun, karena untuk memenuhi kebutuhan tersebut jugalah yang
menyebabkan manusia menjadi serakah. Demi mendapatkan keuntungan yang besar,
banyak manusia yang tidak peduli akan dampaknya dari penebangan liar, sehingga
banyak pohon yang ditebang namun tidak adanya kontrol yang baik dari segi jumlah
yang ditebang maupun pembudidayaannya.
Kebanyakan manusia menempatkan lingkungan hidup hanya sebagai bahan
eksploitasi untuk tujuan jangka pendek. Kondisi ini tentu sangat medesak untuk
segera dikendalikan. Perlu diadakan suatu sistem yang konkrit untuk melakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Jika tidak,
kerusakan lingkungan hidup sudah pasti akan menjadi ancaman besar bagi peradaban
masyarakat dunia. Paradigma yang menempatkan lingkungan sebagai obyek
eksploitasi telah membawa kerusakan lingkungan fatal yang berujung kepada
berbagai bencana alam yang sangat merugikan. Hal ini pun dikuatkan oleh Emil
Salim yang menyimpulkan bahwa ada lima tantangan besar yang harus dihadapi
gerakan penyelamatan lingkungan hidup, diantaranya[3] : pertama adalah
penyelematan air dari eksploitasi secara berlebihan dan pecemaran yang kian
meningkat, baik air tanah, sungai, danau, rawa, maupun air laut. Kedua, merosotnya
kualitas tanah dan hutan akibat tekanan penduduk dan eksploitasi besar-besaran untuk
keperluan pembangunan. Ketiga, menciutnya keanekaan hayati akibat rusaknya
habitat lingkungan berbagai tumbuh-tumbuhan dan hewan. Keempat, perubahan
iklim, dan yang terakhir adalah meningkatnya jumlah kota-kota berpenduduk banyak.
Negara kita juga tidak lepas dari masalah kerusakan lingkungan yang begitu besar
dan masif. Berdasarkan hasil peta paduserasi TGHK RTRWP pada tahun 1999
misalnya, dari luas kawasan hutan alam diduga sekitar 120.353.104 ha, diperkirakan
sudah terjadi degradasi hingga mencapai 50 juta ha (Haeruman, 2003). Hasil
penafsiran citra satelit pun menguatkan bukti kerusakan itu. laju perusakan hutan alam
tahun 1985 - 1997 tercatat 1,6 juta ha per tahun, tahun 1997 - 2000 tercatat 2,8 juta ha
per tahun, tahun 2000 - 2003 laju kerusakan semakin tidak terkendali (Purnama,
2003). Akibat hilangnya hutan alam seluas 50 juta ha itu, Jika dinilai kerugian kayu
nya saja, Indonesia diperkirakan sudah mengalami kerugian sebesar Rp 30.000
Triliun. Bahkan pada tahun 2008 lalu saja diperkirakan kawasan lahan negara yang
terdegradasi bertambah luas sebesar 77,8 juta ha[4]. Jika sudah demikian, maka
benarlah pepatah suku Indian yang mengatakan : Ketika pohon terakhir sudah
ditebang, ikan terakhir sudah ditangkap dan sungai terakhir telah mengering semua,
maka barulah kita sadar bahwa uang ternyata tidak bisa dimakan[5].
Melihat kerusakan lingkungan hutan yang begitu parah seharusnya sudah membuat
negara ini menindak dengan keras terhadap pelaku-pelaku kejahatan kerusakan
lingkungan, terutama yang disertai praktik KKN. Dalam praktik KKN di ranah
lingkungan hidup yang patut diwaspadai adalah para pelaku perusak lingkungan yang
datang dari kalangan pemodal besar seperti perusahaan-perusahaan besar yang terlibat
di sektor kehutanan maupun pertambangan. Hal ini ditegaskan oleh mantan wakil
ketua KPK Chandra Hamzah dalam sebuah worksop investigasi kasus lingkungan di
Jakarta, dimana menurutnya, perusahaan-perusahaan yang melakukan kerusakan
terhadap alam umumnya sulit ditindak karena mereka mengantongi izin usaha yang
cukup. Karena itu menurutnya, yang perlu diwaspadai adalah proses kontrol
administrasi dalam pemberian izin sebelum perusahaan-perusahaan tersebut
beroperasi. Baik itu izin usaha baik dari pemerintah daerah maupun dari pemerintah
pusat.[6] Lalu menurut beliau, perusahaan-perusahaan kecil yang bergerak di bidang
kehutanan namun pada RKAT tahun berikutnya tercatat memiliki jumlah keuntungan
yang sangat besar, maka patut dicurigai perusahan tersebut mendapatkan hasil bukan
dari pohon-pohon yang mereka tanam melainkan dari hutan-hutan alam yang
seharusnya tidak boleh ditebang.[7]
Menurut Kepala Seksi Hubungan Masyarakat dan Informasi Perum Perhutani Unit 1
Jateng, Dadang Ishardianto, ia menyatakan kerugian material akibat penebangan
pohon memang tidak seberapa namun kerugian secara ekologis sebenarnya sangat
besar, beliau menambahkan setiap pohon terutama yang berukuran besar memiliki
nilai ekologis yang relatif tinggi karena mampu menampung air dua kali lipat
ketimbang luas tajuk dan perakarannya.[8] Sehingga saat musim hujan, apabila satu
pohon saja bisa menampung air yang sangat besar dan mencegah potensi banjir, bisa
dibayangkan bagaimana efek dari banyaknya pohon terhadap mencegah potensi banjir
yang sering melanda di negara ini.
Korupsi di sektor lingkungan hidup akan menyebabkan kerugian ekologis yang
bersifat jangka panjang. Kerugian ini mungkin tidak terasa sekarang, namun bisa
dibayangkan apabila lingkungan hidup di bumi ini terutama di negara kita semakin
rusak, tentu saja akan banyak kerugian yang diderita oleh manusia secara
keseluruhan, bisa saja alam rusak, bencana alam terjadi, manusia kehabisan sumber
daya alam, efek rumah kaca dan kerugian-kerugian itu akan berdampak jauh lebih
besar dibandingkan kerugian ekonomis yang diderita.
Permasalahan yang terjadi, masyarakat kita kurang peduli akan kerugian ekologis ini,
seringkali pelaku-pelaku usaha yang menyebabkan kerusakan lingkungan hanya
terfokus mengenai ganti rugi terhadap penduduk setempat. Memang benar ganti rugi
itu perlu bahkan itu kewajiban mereka, namun ganti kerugian oleh para pelaku usaha
jangan hanya sebatas ganti rugi materi kepada manusia, namun juga kepada alam.
Alam yang rusak tidak bisa diperbaiki hanya dengan semalam perlu waktu berpuluhpuluh tahun bahkan mungkin saja kerusakan tersebut tidak akan bisa diperbaiki. Oleh
karena itu, sudah seharusnya para pelaku perusak lingkungan juga menyadari
pentingnya dampak kerugian ekologis yang terjadi apabila kerusakan lingkungan
telah terjadi. Sehingga ke depannya bentuk pertanggungjawaban para pelaku perusak
lingkungan tidak hanya sebatas ganti rugi saja melainkan juga adanya upaya
perbaikan terhadap lingkungan yang rusak.