Anda di halaman 1dari 37

Pengertian Korupsi

Pada era saat ini, korupsi seakan-akan menjadi sebuah istilah yang sudah biasa kita
dengar. tetapi sebagian besar dari kita masih belum mengetahui dari pengertian
korupsi. di sini saya akan memberikan beberapa pengertian korupsi dari berbagai
sumber.
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin : Corruption dan Corruptus yang mempunyai
arti buruk, bejad, menyimpang dari kesucian, perkataan menghina, atau memfitnah.
Sedangkan pengertian korupsi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S.
Poerwadarminta) adalah sebagai perbuatan curang, dapat disuap, dan tidk bermoral.
adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan atau
penggelapan uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan pribadi
maupun orang lain.sedangkan di dunia internasional pengertian korupsi berdasarkan
Black Law Dictionary yang mempunyai arti bahwa suatu perbuatan yan dilakukan
dengan sebuah maksud untuk mendapatkan beberapa keuntungan yang bertentangan
dengan tugas resmi dan kebenaran-kebenaran lainnya "sesuatu perbuatan dari suatu
yang resmi atau kepercayaan seseorang yang mana dengan melanggar hukum dan
penuh kesalahan memakai sejumlah keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain
yang bertentangan dengan tugas dan kebenaran-kebenaran lainnya

Pengertian Definisi Korupsi


Menurut Para Ahli Kalo liat pejabat yang golongan pas-pasan atau sekedar PNS
golongan rendah mempunyai mobil yang sangat mewah dan rumah dimana-mana,
mungkin kamu akan bilang ah korupsi dia.. ! nah sebelumnya kalian sudah tahu
belum pengertian korupsi ? so jangan asal nuduh yah kalo belum tahu pengertian
korupsi ok berikut ini beberapa pengertian korupsi dari berbagai ahli:
Korupsi menurut Blacks Law Dictionary korupsi adalah perbuatan yang dilakukan
dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hakhak dari pihak lain secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya untuk
mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain, berlawanan
dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain.
Pengertian Definisi Korupsi menurut Syeh Hussein Alatas menyebutkan benang
merah yang menjelujuri dalam aktivitas korupsi, yaitu subordinasi kepentingan umum
di bawah kepentingan tujuan-tujuan pribadi yang mencakup pelanggaran normanorma, tugas, dan kesejahteraan umum, dibarengi dengan kerahasian, penghianatan,
penipuan dan kemasabodohan yang luar biasa akan akibat yang diderita oleh
masyarakat.
korupsi menurut wikipedia perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan
publik yang dipercayakan kepada mereka.
korupsi menurut Pasal 2 Undang-Udang No. 31 Tahun 1999 Setiap orang yang
secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain

atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonoman
negara
korupsi menurut corruption is the abuse of trust in the interest of private gain
penyelahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi.
korupsi menurut Pasal 3 Undang-Udang No. 31 Tahun 1999 Setiap orang yang
dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.
korupsi menurut wikipedia korupsi berasal dari kata latin corruptio atau
corruptus yang berarti kerusakan atau kebobrokan, atau perbuatan tidak jujur yang
dikaitkan dengan keuangan.
korupsi menurut wikipedia Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|
pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari
yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi
dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan
sebagainya.
Korupsi merupakan fenomena sosial yang hingga kini masih belum dapat diberantas
oleh manusia secara maksimal. Korupsi tumbuh seiring dengan berkembangnya
peradaban manusia. Tidak hanya di negeri kita tercinta, korupsi juga tumbuh subur di
belahan dunia yang lain, bahkan di Negara yang dikatakan paling maju sekalipun.
Mengutip Muhammad Zein, korupsi merupakan kejahatan luar biasa (extraordinary
crime). Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat, yang
memakai uang sebagai standar kebenaran dan sebagai kekuasaan mutlak. Sebagai
akibat dari korupsi ketimpangan antara si miskin dan si kaya semakin kentara. Orangorang kaya dan politisi korup bisa masuk kedalam golongan elit yang berkuasa dan
sangat dihormati. Mereka juga memiliki status sosial yang tinggi.

Timbulnya korupsi disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya budaya lokal. Budaya
yang dianut dan diyakini masyarakat kita telah sedikit banyak menimbulkan dan

membudayakan terjadinya korupsi. Pada masyarakat jawa dikenal budaya mbecek,


upeti, patron-klien dan lain sebagainya. Budaya-budaya tersebut boleh jadi dikatakan
sebagai akar dari timbulnya korupsi di kemudian hari. Dalam budaya Patron-Klien,
diyakini bahwa Patron memiliki kebesaran hak dan kekuasaan, sedangkan klien
terbatas pada kekecilan hak dan kebesaran kewajiban terhadap patron. Klien selalu
berupaya meniru apa yang dilakukan patron, serta membenarkan setiap tindakan
patronnya. Hal tersebut didasari karena adanya pandangan bahwa semua yang berasal
dari patron dianggap memiliki nilai budaya luhur. Patron tidak dapat menolak
tindakan tersebut, termasuk tindakan yang tidak terpuji, anti-manusiawi, merugikan
orang lain yang kemudian disebut dengan korupsi. Umunya klien sering memberikan
barang-barag tertentu kepada patronnya, dengan harapan mereka akan diberikan
pekerjaan ataupun upah lebih tinggi. Klien juga memberikan penghormatan yang
berlebihan
kepada
patronnya.
Korupsi kecil tersebut lambat laun meluas kepada kelompok-kelompok masyarakat
yang lain. Proses penyebaran korupsi tersebut disebut dengan continous imitation
(peniruan korupsi berkelanjutan). Proses ini bisa terjadi tanpa disadari oleh
masyarakat. Dalam keluarga misalnya, seringkali orang tua tanpa sengaja telah
mengajarkan perilaku korupsi kepada anaknya. Meskipun sebenarnya orang tua tidak
bermaksud demikian, namun kita tidak boleh lupa bahwa anak adalah peniru terbaik,
mereka meniru apapun yang dilakukan oleh orang-orang dewasa disekitarnya.
Pengertian
Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Korupsi menurut Huntington (1968)
adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang diterima
oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi
kepentingan
pribadi.
Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan
kepentingan
umum.
Selanjutnya, dengan merujuk definisi Huntington diatas, Heddy Shri Ahimsha-Putra
(2002) menyatakan bahwa persoalan korupsi adalah persoalan politik pemaknaan.
Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan
Negara
dan
masyarakat
luas
dengan
berbagai
macam
modus.
Seorang sosiolog Malaysia Syed Hussein Alatas secara implisit menyebutkan tiga
bentuk korupsi yaitu sogokan (bribery), pemerasan (extortion), dan nepotisme.
Alatas mendefinisikan nepotisme sebagai pengangkatan kerabat, teman, atau sekutu
politik untuk menduduki jabatan-jabatan publik, terlepas dari kemampuan yang
dimilikinya dan dampaknya bagi kemaslahatan umum (Alatas 1999:6).
Inti ketiga bentuk korupsi menurut kategori Alatas ini adalah subordinasi kepentingan
umum dibawah tujuan-tujuan pribadi yang mencakup pelanggaran-pelanggaran
norma-norma, tugas, dan kesejahteraan umum, yang dibarengi dengan kerahasiaan,
pengkhianatan, penipuan, dan sikap masa bodoh terhadap akibat yang ditimbulkannya
terhadap
masyarakat.
Istilah korupsi dapat pula mengacu pada pemakaian dana pemerintah untuk tujuan
pribadi. Definisi ini tidak hanya menyangkut korupsi moneter yang konvensional,
akan tetapi menyangkut pula korupsi politik dan administratif. Seorang administrator
yang memanfaatkan kedudukannya untuk menguras pembayaran tidak resmi dari para
investor (domestik maupun asing), memakai sumber pemerintah, kedudukan,
martabat, status, atau kewenangannnya yang resmi, untuk keuntungan pribadi dapat

pula
dikategorikan
melakukan
tindak
korupsi.
Mengutip Robert Redfield, korupsi dilihat dari pusat budaya, pusat budaya dibagi
menjadi dua, yakni budaya kraton (great culture) dan budaya wong cilik (little
culture). Dikotomi budaya selalu ada, dan dikotomi tersebut lebih banyak dengan
subyektifitas pada budaya besar yang berpusat di kraton. Kraton dianggap sebagai
pusat budaya. Bila terdapat pusat budaya lain di luar kraton, tentu dianggap lebih
rendah dari pada budaya kraton. Meski pada hakikatnya dua budaya tersebut berdiri
sendiri-sendiri namun tetap ada bocoran budaya.
Sebab-Sebab
Korupsi
Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam. Akan
tetapi, secara umum dapatlah dirumuskan, sesuai dengan pengertian korupsi diatas
yaitu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi /kelompok /keluarga/
golongannya sendiri. Faktor-faktor secara umum yang menyebabkan seseorang
melakukan tindakan korupsi antara lain yaitu :

Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang


mampu memberi ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan
korupsi.
Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.
Kolonialisme, suatu pemerintahan asing tidaklah menggugah kesetiaan dan
kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi.
Kurangnya pendidikan.
Adanya banyak kemiskinan.
Tidak adanya tindakan hukum yang tegas.
Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi.
Struktur pemerintahan.
Perubahan radikal, suatu sistem nilai yang mengalami perubahan radikal,
korupsi muncul sebagai penyakit transisional.
Keadaan masyarakat yang semakin majemuk.

Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering disebut GONE Theory,
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi :

Greeds(keserakahan) : berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara


potensial ada di dalam diri setiap orang.
Opportunities(kesempatan) : berkaitan dengankeadaan organisasi atau instansi
atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi
seseorang untuk melakukan kecurangan.
Needs(kebutuhan) : berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh
individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.
Exposures(pengungkapan) : berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang
dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan
kecurangan.

Bahwa faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku (actor)
korupsi, yaitu individu atau kelompok baik dalam organisasi maupun di luar
organisasi yang melakukan korupsi yang merugikan pihak korban. Sedangkan faktorfaktor Opportunities dan Exposures berkaitan dengan korban perbuatan korupsi
(victim) yaitu organisasi, instansi, masyarakat yang kepentingannya dirugikan.

Menurut Dr.Sarlito W. Sarwono, faktor penyebab seseorang melakukan tindakan


korupsi yaitu faktor dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak,
dan sebagainya) dan faktor rangsangan dari luar (misalnya dorongan dari temanteman,
kesempatan,
kurang
kontrol
dan
sebagainya).
Lain lagi yang dikemukakan oleh OPSTIB Pusat, Laksamana Soedomo yang
menyebutkan ada lima sumber potensial korupsi dan penyelewengan yakni proyek
pembangunan fisik, pengadaan barang, bea dan cukai, perpajakan, pemberian izin
usaha,
dan
fasilitas
kredit
perbankan.
Dan menurut Komisi IV DPR-RI, terdapat tiga indikasi yang menyebabkan
meluasnya korupsi di Indonesia, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi.


Penyalahgunaan kesempatan untuk memperkaya diri.
Penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri.
Dalam buku Sosiologi Korupsi oleh Syed Hussein Alatas, disebutkan ciri-ciri
korupsi antara lain sebagai berikut :
5. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang.
6. Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan.
7. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungann timbale balik.
8. Berusaha menyelubungi perbuatannya dengan berlindung dibalik perlindungan
hukum.
9. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusankeputusan yang tegas dan mereka yang mampu untuk mempengaruhi
keputusan-keputusan itu.
10. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik
atau masyarakat umum.
11. Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan.
12. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif.
13. Perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan pertanggungjawaban
dalam masyarakat.
Macam-Macam
Korupsi
Korupsi telah didefinisikan secara jelas oleh UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20
Tahun 2001 dalam pasal-pasalnya. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, terdapat 33 jenis
tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi. 33 tindakan tersebut
dikategorikan ke dalam 7 kelompok yakni :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Korupsi yang terkait dengan merugikan keuangan Negara


Korupsi yang terkait dengan suap-menyuap
Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan
Korupsi yang terkait dengan pemerasan
Korupsi yang terkait dengan perbuatan curang
Korupsi yang terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan
Korupsi yang terkait dengan gratifikasi

Menurut Aditjandra dari definisi tersebut digabungkan dan dapat diturunkan menjadi
dihasilkan
tiga
macam
model
korupsi
(2002:
22-23)
yaitu
:
Model
korupsi
lapis
pertama
Berada dalam bentuk suap (bribery), yakni dimana prakarsa datang dari pengusaha
atau warga yang membutuhkan jasa dari birokrat atau petugas pelayanan publik atau

pembatalan kewajiban membayar denda ke kas negara, pemerasan (extortion) dimana


prakarsa untuk meminta balas jasa datang dari birokrat atau petugas pelayan publik
lainnya.
Model
korupsi
lapis
kedua
Jarring-jaring korupsi (cabal) antar birokrat, politisi, aparat penegakan hukum, dan
perusahaan yang mendapatkan kedudukan istimewa. Menurut Aditjandra, pada
korupsi dalam bentuk ini biasanya terdapat ikatan-ikatan yang nepotis antara beberapa
anggota jaring-jaring korupsi, dan lingkupnya bisa mencapai level nasional.
Model
korupsi
lapis
ketiga
Korupsi dalam model ini berlangsung dalam lingkup internasional dimana kedudukan
aparat penegak hukum dalam model korupsi lapis kedua digantikan oleh lembagalembaga internasional yang mempunyai otoritas di bidang usaha maskapai-maskapai
mancanegara yang produknya terlebih oleh pimpinan rezim yang menjadi anggota
jarring-jaring korupsi internasional korupsi tersebut.
Kasus Korupsi pada Jajaran Pemerintahan Daerah Kota Surakarta
Korupsi Anggaran DPRD Kota Solo oleh mantan anggota DPRD Solo periode 19992004, Hasan Mulachela dan Heru S. Notonegoro yang Dituntut 3,5 tahun hukuman
penjara. Mereka dinilai bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersamasama, yang mengakibatkan kerugian negara sekitar Rp 4,27 miliar. Yang pada
akhirnya
mereka
bebas.
Korupsi Mantan pejabat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Surakarta Abdul
Mutholib, yang dijatuhi hukuman penjara dua tahun dan denda Rp 25 juta subsider
satu bulan. Selain itu, terdakwa diharuskan membayar uang pengganti sebesar Rp
34.795.681 bersama dengan terdakwa lainnya, yakni mantan Kepala Disperindag
Masrin Hadi. Mereka dinilai bersalah melakukan studi banding fiktif ke Bali pada 5-9
Desember 2006, dan ke Surabaya pada 15-19 Desember 2006. selain itu, Abdul
Mutholib juga melakukan tindak pidana korupsi Proyek Wisata Kuliner dengan nilai
lebih dari Rp 200 juta yang seharusnya dana tersebut disimpan di kas dan dikeluarkan
sesuai
kebutuhan.
Kasus korupsi dana APBD 2003 yang dilakukan oleh 42 anggota DPRD Kota
Surakarta periode 1999-2004. Dari 42 orang tersebut, lima diantaranya telah
menjalani pemeriksaan, yaitu Bambang Mudiarto, Ipmawan Muhammad Iqbal,
Mujahid,
Rio
Suseno
dan
H.
Sali
Basuki.
Kasus Korupsi mantan Wali Kota Surakarta, Slamet Suryanto sebagai tersangka
dalam kasus dugaan korupsi pengadaan buku ajar kota ini pada tahun 2003 senilai
Rp3,7 miliar.
Cara
Pencegahan
Dan
Strategi
Pemberantasan
Korupsi
Menurut Baharuddin Lopa, mencegah korupsi tidaklah begitu sulit kalau kita secara
sadar untuk menempatkan kepentingan umum (kepentingan rakyat banyak) di atas
kepentingan pribadi atau golongan. Ini perlu ditekankan sebab betapa pun
sempurnanya peraturan, kalau ada niat untuk melakukan korupsi tetap ada di hati para
pihak yang ingin korup, korupsi tetap akan terjadi karena faktor mental itulah yang
sangat
menentukan.
Dalam melakukan analisis atas perbuatan korupsi dapat didasarkan pada 3 (tiga)
pendekatan berdasarkan alur proses korupsi yaitu :

Pendekatan pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi,


Pendekatan pada posisi perbuatan korupsi terjadi,

Pendekatan pada posisi setelah perbuatan korupsi terjadi.

Dari tiga pendekatan ini dapat diklasifikasikan tiga strategi untuk mencegah dan
memberantas
korupsi
yang
tepat
yaitu
:
Strategi
Preventif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal yang
menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus dibuat
upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi. Disamping itu
perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan
upaya ini melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaanya agar dapat berhasil dan
mampu
mencegah
adanya
korupsi.
Strategi
Deduktif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar apabila
suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan dapat
diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya, sehingga
dapat ditindaklanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang
harus dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan
yang cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini
sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu hukum, ekonomi
maupun
ilmu
politik
dan
sosial.
Strategi
Represif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk
memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-pihak
yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi
sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan
perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses
penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Namun implementasinya
harus
dilakukan
secara
terintregasi.
Bagi pemerintah banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang
hendak dilaksanakan. Bahkan dari masyarakat dan para pemerhati / pengamat
masalah korupsi banyak memberikan sumbangan pemikiran dan opini strategi
pemberantasan korupsi secara preventif maupun secara represif antara lain :
1. Konsep carrot and stick yaitu konsep pemberantasan korupsi yang
sederhana yang keberhasilannya sudah dibuktikan di Negara RRC dan
Singapura. Carrot adalah pendapatan netto pegawai negeri, TNI dan Polri
yang cukup untuk hidup dengan standar sesuai pendidikan, pengetahuan,
kepemimpinan, pangkat dan martabatnya, sehingga dapat hidup layak bahkan
cukup untuk hidup dengan gaya dan gagah. Sedangkan Stick adalah bila
semua sudah dicukupi dan masih ada yang berani korupsi, maka hukumannya
tidak tanggung-tanggung, karena tidak ada alasan sedikitpun untuk melakukan
korupsi, bilamana perlu dijatuhi hukuman mati.
2. Gerakan Masyarakat Anti Korupsi yaitu pemberantasan korupsi di Indonesia
saat ini perlu adanya tekanan kuat dari masyarakat luas dengan
mengefektifkan gerakan rakyat anti korupsi, LSM, ICW, Ulama NU dan
Muhammadiyah ataupun ormas yang lain perlu bekerjasama dalam upaya
memberantas korupsi, serta kemungkinan dibentuknya koalisi dari partai
politik untuk melawan korupsi. Selama ini pemberantasan korupsi hanya
dijadikan sebagai bahan kampanye untuk mencari dukungan saja tanpa ada
realisasinya dari partai politik yang bersangkutan. Gerakan rakyat ini

diperlukan untuk menekan pemerintah dan sekaligus memberikan dukungan


moral agar pemerintah bangkit memberantas korupsi.
3. Gerakan Pembersihan yaitu menciptakan semua aparat hukum (Kepolisian,
Kejaksaan, Pengadilan) yang bersih, jujur, disiplin, dan bertanggungjawab
serta memiliki komitmen yang tinggi dan berani melakukan pemberantasan
korupsi tanpa memandang status sosial untuk menegakkan hukum dan
keadilan. Hal ini dapat dilakukan dengan membenahi sistem organisasi yang
ada dengan menekankan prosedur structure follows strategy yaitu dengan
menggambar struktur organisasi yang sudah ada terlebih dahulu kemudian
menempatkan orang-orang sesuai posisinya masing-masing dalam struktur
organisasi tersebut.
4. Gerakan Moral yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa korupsi
adalah kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan martabat
manusia. Melalui gerakan moral diharapkan tercipta kondisi lingkungan sosial
masyarakat yang sangat menolak, menentang, dan menghukum perbuatan
korupsi dan akan menerima, mendukung, dan menghargai perilaku anti
korupsi. Langkah ini antara lain dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan,
sehingga dapat terjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda
sebagai langlah yang efektif membangun peradaban bangsa yang bersih dari
moral korup.
5. Gerakan Pengefektifan Birokrasi yaitu dengan menyusutkan jumlah
pegawai dalam pemerintahan agar didapat hasil kerja yang optimal dengan
jalan menempatkan orang yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
Dan apabila masih ada pegawai yang melakukan korupsi, dilakukan tindakan
tegas dan keras kepada mereka yang telah terbukti bersalah dan bilamana
perlu dihukum mati karena korupsi adalah kejahatan terbesar bagi
kemanusiaan dan siapa saja yang melakukan korupsi berarti melanggar harkat
dan martabat kehidupan.
Pemerintah Indonesia memang sudah berupaya untuk melakukan pemberantasan
korupsi melaui proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan peradilan sesuai
dengan undang-undang yang berlaku. Namun semuanya juga harus melihat dari sisi
individu yang melakukan korupsi, karena dengan adanya faktor-faktor yangt
menyebabkan terjadinya korupsi maka perlu adanya strategi pemberantasan korupsi
yang lebih diarahkan kepada upaya-upaya pencegahan berdasarkan strategi preventif,
disamping harus tetap melakukan tindakan-tindakan represif secara konsisten. Serta
sukses tidaknya upaya pemberantasan korupsi tidak hanya ditentukan oleh adanya
instrument hukum yang pasti dan aparat hukum yang bersih, jujur,dan berani serta
dukungan moral dari masyarakat, melainkan juga dari political will pemimpin negara
yang harus menyatakan perang terhadap korupsi secara konsisten.

Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah
perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsurunsur sebagai berikut:
perbuatan melawan hukum;
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:

memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);


penggelapan dalam jabatan; pemerasan dalam jabatan;
ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);
menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan
korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan
dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti
penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas
dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat
penting untuk membedakan antara korupsi dan kriminalitas|kejahatan. Tergantung dari
negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau
tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun
ada juga yang tidak legal di tempat lain.

Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik,
korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance)
dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan
legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan;
korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di
pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat.
Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena
pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan

jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit
legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.

Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan
pemerintahan. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat
distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi
meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos
manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian
atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi
ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul
berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat
aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos
niaga, korupsi juga mengacaukan "lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki
koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaanperusahaan yang tidak efisien.
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan
mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan
upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek
masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan
lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat
keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga
mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan
tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.
Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor keterbelakangan
pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika, adalah korupsi yang
berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital
investment) ke luar negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya
ejekan yang sering benar bahwa ada diktator Afrika yang memiliki rekening bank di
Swiss). Berbeda sekali dengan diktator Asia, seperti Soeharto yang sering mengambil
satu potongan dari semuanya (meminta sogok), namun lebih memberikan kondisi
untuk pembangunan, melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain.
Pakar dari Universitas Massachussetts memperkirakan dari tahun 1970 sampai 1996,
pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara berjumlah US $187 triliun, melebihi dari
jumlah utang luar negeri mereka sendiri. (Hasilnya, dalam artian pembangunan (atau
kurangnya pembangunan) telah dibuatkan modelnya dalam satu teori oleh ekonomis
Mancur Olson). Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya adalah ketidak-stabilan
politik, dan juga kenyataan bahwa pemerintahan baru sering menyegel aset-aset
pemerintah lama yang sering didapat dari korupsi. Ini memberi dorongan bagi para
pejabat untuk menumpuk kekayaan mereka di luar negeri, di luar jangkauan dari
ekspropriasi di masa depan.

Kesejahteraan umum negara


Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga
negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan
pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus
membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan
perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus "pro-bisnis" ini hanya
mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan sumbangan
besar kepada kampanye pemilu mereka.

Hukuman Sosial Bagi Para Koruptor


BeritaKaget.com // Ilham Mahesa Sinaga // 22 Oct 2012 // 3 Komentar

Ketika negara terlalu berpihak dan


menguntungkan koruptor, timbul spirit dan gagasan baru dari masyarakat sendiri
untuk menghukum pelaku korupsi. Sebagian besar publik menyerukan perlunya
penerapan sanksi sosial bagi koruptor, meski dinilai belum tentu efektif.
Pemberantasan korupsi menjadi agenda besar pemerintah yang tampaknya terus
mengalami ganjalan. Di luar soal polemik institusi, yaitu perseteruan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian RI, ada pula persoalan sistemis, yakni
penanganan dan pemidanaan pelaku korupsi. Ringannya hukuman bagi koruptor
menjadikan publik belum bisa mengapresiasi sepenuhnya langkah-langkah
pemberantasan korupsi oleh pemerintah.
Catatan Koalisi Masyarakat Sipil menyebutkan, hingga Agustus 2012 sebanyak 71
terdakwa korupsi melenggang bebas di pengadilan tindak pidana korupsi. Kalaupun
dihukum, mayoritas vonis hukuman bagi koruptor 1-2 tahun. Dengan demikian,
cukup mudah bagi para koruptor melewati masa penderitaan ketimbang pelaku
kriminal biasa yang bisa mencapai beberapa kali lipat masa hukumannya.
Tiga dari empat responden jajak pendapat melihat kadar vonis yang dijatuhkan bagi
pelaku korupsi masih terlalu ringan dan dinilai tidak memberikan efek jera. Tidak
heran, sinisme terhadap upaya pemberantasan korupsi tercermin kuat dari jajak
pendapat kali ini. Hampir seluruh responden (89,9 persen) yang dihubungi di berbagai
kota mengungkapkan ketidakpuasan akan situasi pemidanaan pelaku korupsi saat ini.

Pukulan telak bagi proses wacana dan gerakan pemberantasan korupsi bertambah saat
sejumlah bekas terdakwa atau narapidana justru tetap bisa mengemban jabatanjabatan publik. Peristiwa paling baru adalah pengangkatan Azirwan yang pernah
dipidana 2,5 tahun penjara dalam kasus suap sebagai Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Kepulauan Riau. Pemerintah berpedoman pada argumen ketentuan
dalam Undang-Undang Pokok Kepegawaian yang menyebutkan, PNS yang dihukum
kurang dari empat tahun tidak diberhentikan. Dari sisi aturan hukum, kebijakan ini
tidak menyalahi undang-undang.
Namun, dari aspek moral dan etika, promosi ini dipandang tidak patut. Rohaniwan
Franz Magnis-Suseno dalam buku Etika Politik (1987) menyebutkan peran etika
politik untuk mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia yang
berpedoman pada etika politik. Bila batasan itu dilanggar, akan muncul hukuman
moral.
Aspek tanggung jawab dan kewajiban berhadapan pula dengan sumpah dan janji yang
pernah diucapkan saat menjadi pegawai negeri (dalam UU Kepegawaian), yaitu
bekerja dengan jujur dan mengutamakan kepentingan negara. Secara normatif, tengok
pula pedoman umum dalam UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara Bersih dan Bebas KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) yang semestinya
menjadi pedoman para penyelenggara negara dalam mengedepankan semangat
antikorupsi.
Promosi jabatan bagi Azirwan tak pelak menjadi pertanyaan besar tentang keseriusan
pemerintah dan konsistensi sistem hukum dalam upaya pembersihan korupsi di negeri
ini. Hebatnya lagi, Azirwan bukanlah satu-satunya contoh bagaimana koruptor masih
mendapatkan ruang gerak di negeri ini. Dalam dua tahun terakhir sedikitnya terdapat
enam pejabat publik yang tetap dilantik meski terjerat kasus korupsi. Sejak disuarakan
saat reformasi, publik terus menanti kemerdekaan negeri ini dari praktik yang telah
menggerogoti moralitas bangsa. Sayangnya, tingginya asa masyarakat masih berjarak
dengan kondisi realitas sesungguhnya.
Karena itu, tak heran bahwa publik melihat kini saatnya mekanisme hukuman sosial
diterapkan bagi koruptor. Sejauh ini hukuman sosial yang dimaksudkan adalah bentuk
hukuman yang lebih bersifat sanksi di luar proses hukum positif. Artinya, hukuman
itu berada di ranah nonformal sistem peradilan. Meskipun demikian, tak tertutup pula
bentuk hukuman sosial menjadi salah satu bagian dari proses pemidanaan dalam
kasus korupsi.
Gagasan bentuk hukuman sosial yang paling banyak disetujui responden adalah
pengumuman koruptor di media massa, seperti televisi atau koran. Nyaris seluruh
responden (92,8 persen) menyetujui bentuk hukuman tersebut. Bentuk berikutnya
adalah mengajak masyarakat untuk tidak memilih pejabat korup dalam semua
kontestasi politik. Terhadap bentuk itu, sebanyak 82,3 persen responden menyetujui.
Bentuk ketiga paling ekstrem, yaitu mengucilkan dari pergaulan masyarakat,
cenderung kurang disetujui.
Dibanding hukuman badan (penjara), hukuman sosial memang kurang dinilai efektif
meredam aksi korupsi. Bagian terbesar publik jajak pendapat ini tetap melihat
perlunya pengenaan hukuman badan yang lebih tegas ketimbang sekadar pengenaan

hukuman sosial. Meski demikian, bercermin dari lemahnya aturan dan sistem hukum,
sepertiga bagian responden menegaskan perlunya kedua mekanisme itu diterapkan
bersamaan.
Penerapan hukuman sosial oleh masyarakat memang bisa dimaknai sebagai sebuah
perlawanan publik atas rasa putus asa publik terhadap kebijakan negara yang terlalu
longgar bagi pelaku korupsi. Lebih jauh, korupsi dan berbagai penyimpangan etika
dalam konteks politik bisa membahayakan perjalanan demokrasi karena menimbulkan
krisis kepercayaan terhadap parlemen, bahkan negara.
Hukuman sosial bagi koruptor, menurut pengamat politik Universitas Airlangga,
Kacung Maridjan, menyiratkan arti dipenjara secara sosial, tetapi memiliki dampak
yang tidak kalah dahsyat dibanding hukuman penjara fisik. Contohnya, kepala daerah
yang terbukti korup bisa dihukum untuk menjadi tukang bersih-bersih kantor di
tempat mereka menjadi kepala daerah dalam kurun tahun tertentu (Kompas, 24/8).
Selain rasa tidak puas, minornya pemberantasan korupsi dan keberpihakan kebijakan
kepada pelaku korupsi menggugah kesadaran masyarakat untuk memberikan
hukuman dengan caranya sendiri. Selama ini, penyelenggara negara dinilai terlalu
permisif terhadap pelaku korupsi. Menilik fakta yang terjadi, aturan hukum dan
komitmen aparatnya menjadi celah yang dapat dimanfaatkan koruptor untuk kembali
menduduki posisinya.
Pengangkatan mantan narapidana korupsi dan sejumlah kebijakan permisif terkait
praktik korupsi bisa mengikis moralitas bangsa. Etika dan moralitas politik bukan lagi
menjadi pedoman utama dalam kehidupan bernegara. Tidak hanya korupsi, tetapi juga
berbagai polah tingkah politisi dan pejabat publik yang dinilai mulai menanggalkan
etika dalam berpolitik.
Mayoritas responden menilai perlu larangan tegas terhadap narapidana korupsi untuk
menjadi PNS. Larangan tegas terhadap narapidana korupsi untuk menjadi pejabat
publik itu dimaksudkan agar muncul kepastian hukum untuk membangun moralitas
politik yang lebih baik.

Nazaruddin Tersandung Kasus Korupsi Simulator SIM


BeritaKaget.com // Ilham Mahesa Sinaga // 2 Aug 2012 // Belum Ada Komentar

Terpidana suap Wisma Atlet Sea Games,


Muhammad Nazaruddin, ikut tersandung kasus dugaan korupsi proyek pengadaan
simulator Surat Izin Mengemudi (SIM) di Korps Lalu Lintas Polri.
Dia diketahui terlibat tender pengadaan yang saat ini sedang disidik Komisi
Pemberantasan Korupsi. Berdasarkan dokumen yang diperoleh wartawan KPK, tender
proyek pengadaan itu diikuti oleh lima pemenang tender. Dua perusahaan diduga
milik Muhammad Nazaruddin, Yakni PT Digo Mitra Slogan dan PT Kolam Intan
Prima, ikut proyek senilai Rp196.867.952.000.
Tiga perusahaan lain, PT Citra Mandiri Metalindo Abadi, PT Bentina Agung, dan PT
Dasma Pertiwi. Proyek ini terbagi menjadi dua, simulator untuk kendaraan roda dua
dengan nilai kontrak Rp54.453.000.000 dan simulator untuk roda 4 dengan nilai
Rp142.414.952.000.
Keterlibatan perushaan Nazar itu diketahui dari Berkas Acara Pemeriksaan mantan
anak buah suami Neneng Sri Wahyuni itu, Yulianis, di depan penyidik. Saat diperiksa
sebagai saksi dalam kasus berbeda, Yulianis menyebut Nazaruddin dan istrinya itu
memiliki 38 perusahaan termasuk PT Digo Mitra Slogan dan PT Kolam Intan Prima.
Nazaruddin Kini Dijerat Kasus Rp6 Triliun
KPK mengatakan ada 35 kasus korupsi diduga melibatkan Nazaruddin.
Nilainya mencapai Rp6 T.
Senin, 15 Agustus 2011, 00:31 WIBEko Huda S, Amal Nur Ngazis, Dedy Priatmojo
Nazaruddin Tiba Di KPK (VIVAnews/Fernando Randy)
BERITA TERKAIT
VIVAnews - Tamat sudah drama pelarian buronan Interpol, Muhammad Nazaruddin.
Bekas bendahara umum Partai Demokrat yang kabur sejak 23 Mei 2011 itu tertangkap
di Kolombia, dan dipulangkan ke tanah air dengan mencarter pesawat khusus
Gulfstreams G550.
Pesawat carteran dengan ongkos sewa Rp4 miliar itu mendarat di Bandara Halim
Perdanakusuma, Jakarta pada pukul 19.50 WIB, Sabtu 13 Agustus 2011. Pengawalan
buronan itu cukup ketat. Nazaruddin muncul dari pintu pesawat setelah petugas
bertopeng turun. Tangannya diborgol, wajahnya tertunduk. Tak ada lagi ekspresi
sumringah seperti saat dia muncul lewat wawancara via Skype di televisi nasional
beberapa waktu lalu.

Setelah 35 jam terbang, agak molor dari jadwal karena pesawat carteran itu harus
menunggu izin melintas di sejumlah negara, buronan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) ini diangkut mobil van berjeruji besi. Dia dibawa ke Mako Brimob, Kelapa
Dua, Depok.
Di markas Brimob itu, Nazaruddin menempati sel 4x4 meter di Blok B. Ada satu
tempat tidur, satu sofa, dan lemari kecil. "Air conditioner (AC) dan televisi nggak
ada," kata Kepala Humas Mako Brimob, Ajun Komisaris Besar K Budiman di Mako
Brimob, Depok, Minggu dini hari, 14 Agustus 2011.
Diserahkan ke KPK
Setelah cek kesehatan dan persiapan di Mako Brimob, Nazaruddin diboyong menuju
gedung KPK di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan untuk diserahterimakan. Sekitar
pukul 22.25 WIB, dikawal lebih dari lima mobil, Nazaruddin tiba di gedung KPK.
Serah terima dari Kabareskrim Polri Komjen Pol Sutarman kepada Ketua KPK
Busyro Muqoddas berlangsung singkat. Setelah diserahkan ke KPK, hasil buruan itu
digelandang menuju lantai 7 gedung KPK untuk menjalani pemeriksaan awal.
"Dalam pemeriksaan awal, kami berdasarkan prinsip independensi dan transparansi.
Jadi publik tak perlu khawatir, semuanya berdasarkan alat bukti yang sah, di luar itu
kita tidak," kata Ketua KPK, Busyro Muqoddas.
Beberapa alat bukti yang disita dari Nazaruddin, termasuk satu tas kecil hitam
miliknya, dibuka oleh KPK dalam konferensi pers malam itu, yang didampingi
perwakilan dari Kepolisian, Imigrasi, dan tim gabungan penjemput Nazaruddin. Tas
kecil milik Nazaruddin itu dibongkar di depan para wartawan. "Ini sebagai bukti
bahwa KPK transparan," kata Ketua KPK Busyro Muqoddas di jumpa pers Sabtu
tengah malam itu.
Tas itu berisi sejumlah barang milik Nazaruddin, seperti uang dalam bentuk dolar,
telepon seluler, dan flash disk. (Baca juga "Isi Tas Nazarruddin Dibuka di Depan
Ketua KPK"). Namun, dalam tas disegel itu tak ditemukan keping CD maupun laptop
seperti ditunjukkan Nazaruddin saat wawancara via Skype. Dalam jumpa pers itu,
turut 'dipamerkan' juga topi anyaman yang dipakai Nazaruddin saat muncul di
wawancara Skype dari tempat persembunyiannya dulu itu.

Nazaruddin Bersikeras Bukti Melawan Anas Sudah


Lengkap
Jakarta - Terdakwa kasus suap Wisma Atlet, Muhammad Nazaruddin mengatakan
bahwa bukti perihal kepemilikan mobil Toyota Harrier oleh Ketua Umum (Ketum)
DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum terkait dengan proyek pembangunan Pusat
Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Jawa
Barat, sudah lengkap.
Sehingga, lanjut Nazaruddin, Anas tidak bisa mengelak lagi bahwa mobil mewah
tersebut didapatkan dari pelaksana proyek Hambalang, PT Adhi Karya.

"Semua sudah lengkap termasuk uang soal Harrier. Itu dari PT Adhi Karya sudah ada
buktinya," kata Nazaruddin usai menjalani pemeriksaan terkait kasus dugaan korupsi
pengadan alat Simulator di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Kamis
(21/2) malam.
Mantan Bendahara Umum (Bendum) DPP Partai Demokrat ini menjelaskan bahwa
PT Adhi Karya mengeluarkan uang Rp 700 juta untuk Anas. Dan oleh Anas dibelikan
mobil Toyota Harrier.
Sehingga, lanjut Nazaruddin, tidak benar jika dikatakan mobil Harrier tersebut dibeli
dari dirinya. Sebab, Anas membayarnya ke Duta Motor dengan cek dan uang tunai
sebesar Rp 150 juta.
Oleh karena itu, tegas Nazaruddin, Anas sudah layak ditetapkan menjadi tersangka
dalam kasus Hambalang.
Ditambah lagi, ungkap Nazaruddin, semua bukti perihal peran Anas sudah lengkap
dimiliki KPK.
"KPK sebenarnya datanya semua lengkap. Dari Adhi Karya yang mengatur semuanya
Teuku Bagus. Sedangkan, dari Anas adalah Mahfud Suroso (Dirut PT Dutasari
Citralaras)," ujar Nazaruddin.
Namun, Nazaruddin melihat ada kebimbangan dari Pimpinan KPK yang tidak juga
menetapkan Anas sebagai tersangka.
Seperti diketahui, KPK akhirnya memastikan bahwa pada Jumat (22/2) besok, akan
dilakukan ekspose (gelar pekara) kasus dugaan korupsi pembangunan Pusat
Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Jawa
Barat.
Kepastian tersebut, disampaikan Juru Bicara KPK, Johan Budi SP, ketika menggelar
jumpa pers di kantor KPK, Jakarta, Kamis (21/2).
"Mengenai isu kepastian gelar perkara Hambalang, tadi juga diputuskan akan
dilakukan gelar perkara berkaitan Hambalang pada Jumat (22/2)," ungkap Johan.
Tetapi, Johan menegaskan bahwa gelar perkara tersebut, bukan untuk menentukan
nasib atau status hukum seseorang sebagaimana, marak diberitakan selama ini.
Sebaliknya, jelas Johan, gelar perkara untuk melihat sejauh mana temuan-temuan dari
tim yang melakukan penyelidikan terhadap kasus Hambalang. Seperti untuk melihat
perkembangan penyidikan dua tersangka dan melihat perkembangan penyelidikan
mengenai dugaan aliran dana berkaitan proyek Hambalang.
"KPK bukan Tuhan. Tetapi manusia yang tidak menentukan nasib," ujar Johan.
Terkait kebenaran draft surat penyidikan (sprindik) atas nama Anas Urbaningrum,
Johan mengatakan bahwa dokumen tersebut belum resmi karena tidak ada paraf dan

nomor gelar perkara. Oleh karenanya, dokumen itu tidak bisa dijadikan tolok ukur
akan ada penyidikan baru terkait kasus Hambalang.
Korupsi Nazaruddin di Mana-mana
JAKARTA, KOMPAS.com Komisi Pemberantasan Korupsi resminya kini
memang hanya menyidik kasus suap kepada Sekretaris Menteri Pemuda dan
Olahraga, Wafid Muharram, terkait pembangunan wisma atlet SEA Games di
Jakabaring, Palembang. Pada kasus ini, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat,
Muhammad Nazaruddin, menjadi tersangka.
Namun hasil pengembangan kasus ini, dari penggeledahan di rumah dan kantor
Nazaruddin, hasilnya luar biasa. Nazaruddin diduga korupsi di mana-mana.
Juru Bicara KPK Johan Budi, kepada Kompas di Jakarta, Senin (15/8/2011),
menuturkan, kasus yang resmi menjadikan Nazaruddin sebagai tersangka memang
baru kasus suap Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora). Akan tetapi,
KPK telah siap menjerat Nazaruddin dengan kasus korupsi lainnya.
KPK, lanjut Johan, saat ini tengah melakukan penyelidikan dugaan korupsi di
beberapa kementerian yang diduga melibatkan Nazaruddin. Penyelidikan dilakukan
setelah KPK menemukan berkoli-koli dokumen di rumah dan kantor Nazaruddin saat
digeledah.
"Kemarin data itu kami peroleh setelah penggeledahan di kantornya. Kan banyak,
berkoli-koli dokumen. Selain itu, ada juga laporan masyarakat," kata Johan.
Ia menuturkan, saat ini dua kasus korupsi yang diduga melibatkan Nazaruddin dan
telah diselidiki KPK ada di Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan
Nasional.
Di dua kementerian ini, lanjut Johan, Nazaruddin diduga terlibat dalam dugaan
korupsi dalam pengadaan barang yang dibiayai dengan anggaran pendapatan dan
belanja negara. Belum diketahui secara persis berapa nilai proyek yang diduga
dikorupsi Nazaruddin.
Johan membeberkan, nilai proyek di dua kementerian itu mencapai lebih dari Rp 2
triliun.

KPK BERWENANG SIDIK SIMULATOR SIM


Pasal 50 Ayat (3) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan, dalam hal KPK sudah mulai melakukan
penyidikan, kepolisian atau kejaksaan tidak berwenang lagi melakukan penyidikan.
Apa yang termaktub dalam pasal tersebut sudah sangat jelas. Kepolisian atau
kejaksaan tidak memiliki wewenang, untuk menyidik suatu tindak pidana korupsi
yang telah disidik oleh KPK.
Dalam kasus tindak pindana korupsi simulator surat izin mengemudi (SIM) di Korps
Lalu-lintas (Korlantas) Kepolisian Republik Indonesia itu, semestinya yang
berwenang adalah KPK, kata Ketua Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan
Mahasiswa Katholik Republik Indonesia (PMKRI), Parlindungan Simarmata, di
Jakarta, Senin (6/8/2012).
Untuk itu, dia mendesak agar Kepolisian Republik Indonesia (Polri) taat terhadap UU,
dan menyerahkan penyidikan kepada KPK.
Bagi Parlindungan Simarmata, polemik antara KPK dan Polri menunjukkan, belum
ada satu visi dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia di antara lembaga
penegak hukum. Sebagai Lembaga penegak hukum, seharusnya Polri lebih transparan
ketika kasus-kasus dugaan korupsi ini terjadi di lembaganya.
Kalau Polri masih ngotot harus terlibat dalam penyidikan ini, artinya lembaga itu
sedang kebakaran jenggot, dan jangan-jangan ada sesuatu yang mau ditutup-tutupi
dari proses hukum, katanya.
Agar pertikaian antarlembaga tak berlarut-larut, Presiden Yudhoyono harus cepat
mendorong supaya setiap lembaga taat pada UU KPK.
Jika malu disidik KPK, Polri harus berbenah diri. Kepolisian jangan menjadi
kuburan kasus-kasus korupsi, katanya.
Kasus Nazarudin: Extraordinary Crime
(Refleksi Ben Mboi)
Diskusi kita tentang korupsi selalu terfokus pada koruptor. Kita tidak pernah
membahas korupsi sebagai fenomena kemasyarakatan, fenomena sosiologis.
Mengapa? karena jalan pikirannya adalah korupsi diperlakukan sebagai kejahatan
individual yang menyimpang dari penyelenggaraan tata usaha keuangan negara yang
absah, sama seperti pencuri, perampok, pezinah, pembunuh, dan lain-lain delik.
Padahala, korupsi adalah kejahatan yang tidak pernah terjadi sendirian.

Pengalaman menunjukan bahwa korupsi selalu melibatkan banyak orang. Korupsi


telah melampaui dimensi individual (beyond individual dimension) dan merusak
dimensi kemasyarakatan. Itulah sebabnya korupsi disebut sebagai extraordinary
crime, kejahatan yang luar biasa. Kasus Nazarudin memperlihatkan suatu kondisi
yang lebih berat dan kompleks. Kasus Nazarudin menyentuh ranah politik, hokum,
tata Negara, ranah moral atau lebih tepat dekadensi moral politik termasuk di
dalamnya sarana dan prasarana demokrasi , yakni budaya tata usaha Negara .
Ada tiga pilar utama penyelenggaraan tata usaha Negara yang baik, yakni dalam
regulasi dan legislasi, dalam pembentukan kebijakan dan pelayanan kemasyarakatan.,
Singkat kata, kejahatan Nazarudin adalah suatu kejahatan yang melecehkan ketiga
pilar dasar tersebut:
1. Dengan upaya membeli kekuasaan/kewenangan budgeter DPR
2. Dengan menyalahgunakan fungsi representasi DPR menjadi tempat lobby business.
3. Dengan merendahkan fungsi politik sebagai lembaga pendistribusian kesejahteraan dan
keadilan, menjadi bursa kepentingan pribadi dan golongan
4. Dengan mengubah status DPR sebagai perumus kebajikan bagi rakyat menjadi tempat
pelelangan kepentingan pribadi dan golongan
5. Dengan membuat hukum (baca:kelemahan hukum) sebagai instrument kepentingan
pribadi dan golongan ketimbang sebagai instrument pengatur kehidupan bangsa dan
Negara beradab
6. Dengan membuat lembaga DPR sebagai sarana prostitusi politik atau politisi komersial.
Kejahatan Nazarudin bersama siapa saja yang terkait dengan dia akan
menjerumuskan bangsa dan Negara ini ke dalam suatu proses dekadensi moral,
spiritual, dan cultural. Kemudian mengakibatkan hancurnya sendi-sendi rechstaat
yang

demokratis

kebangsaan.

serta

penghujungnya

melumpuhkan

system

pemerintahan

Kasus Nazarudin merupakan kejahatan terhadap dasar-dasar moral dan spiritual


bangsa, kejahatan terhadap dasar demokrasi dan lembaga-lembaga pendukung
demokrasi. Kejahatan terhadap peradaban bangsa dan keberlangsungan kebangsaan
Indonesia
JAKARTA - Terpidana suap Wisma Atlet Sea Games, Muhammad Nazaruddin, ikut
tersandung kasus dugaan korupsi proyek pengadaan simulator Surat Izin Mengemudi
(SIM) di Korps Lalu Lintas Polri.
Dia diketahui terlibat tender pengadaan yang saat ini sedang disidik Komisi
Pemberantasan Korupsi. Berdasarkan dokumen yang diperoleh wartawan KPK, tender
proyek pengadaan itu diikuti oleh lima pemenang tender. Dua perusahaan diduga
milik Muhammad Nazaruddin, Yakni PT Digo Mitra Slogan dan PT Kolam Intan
Prima, ikut proyek senilai Rp196.867.952.000.
Tiga perusahaan lain, PT Citra Mandiri Metalindo Abadi, PT Bentina Agung, dan PT
Dasma Pertiwi. Proyek ini terbagi menjadi dua, simulator untuk kendaraan roda dua
dengan nilai kontrak Rp54.453.000.000 dan simulator untuk roda 4 dengan nilai
Rp142.414.952.000.
Keterlibatan perushaan Nazar itu diketahui dari Berkas Acara Pemeriksaan mantan
anak buah suami Neneng Sri Wahyuni itu, Yulianis, di depan penyidik. Saat diperiksa
sebagai saksi dalam kasus berbeda, Yulianis menyebut Nazaruddin dan istrinya itu
memiliki 38 perusahaan termasuk PT Digo Mitra Slogan dan PT Kolam Intan Prima.
Inilah 38 perusahaan tersebut yang diduga milik Nazaruddin:
- PT Permai Raya Wisata
- PT Mahkota Negara
- PT Anak Negeri
- PT Anugrah Nusantara
- PT Exartech Technology Utama
- PT Alfindo Nuratama Perkasa
- PT Cakrawala Abadi
- PT Nuralindo Bangun Perkasa
- PT Pacific Putra Metropolitan
- PT Marell Mandiri
- PT Citra Dua Permata
- PT Buana Ramosari Gemilang
- PT Nuri Utama Sanjaya
- PT Sean Hulbert Jaya
- PT Eksekutif Money Changer
- PT Digo Mitra Slogan
- PT Berkah Alam Berlimpah
- PT Darmakusumah
- PT Ananto Jempieter
- PT Putra Lakopo Perkasa
- PT Karya Sinar Felix

- PT Putra Utama Mandiri


- PT Darmo Sipon
- PT Bluewater Indonesia
- PT Hotlinetama Sarana
- PT Kolam Intan Prima
- PT Dulamayo Raya
- PT Panahatan
- PT City Investment
- PT Inti Karya Plasma Perkasa
- PT Taruna Bakti Persada
- PT Mega Niaga
- PT Calista Matra Medica
- PT Borisdo Jaya
- PT Nova Putri Jelita
- PT Daya Mery Persada
- Amphi IT
Dari pengakuan pelapor kasus simulator SIM, Bambang Sukotjo, PT Digo Mitra
Slogan diketahui telah memenangkan tender untuk proyek simulator tahun 2010.
Perusahaan yang berkantor di Ruko Duren Sawit Center No. 8-S, Jalan Duren Sawit
Raya Kelurahan Klender, Duren Sawit Kota Jakarta Timur tersebut menangani 50 unit
simulator tipe Isuzu Elf, 7 simulaor tipe Hino Ranger dan 100 unit tipe Honda Tiger.
Sebelumnya Nazaruddin sempat mengatakan dirinya tidak mau dikait-kaitkan dengan
proyek simulator yang saat ini menjerat Gubernur Akademi Kepolisian (Akpol) Irjen
Pol Djoko Susilo sebagai tersangka tersebut.

ANGELINA SONDAKH BONGKAR KASUS KORUPSI


NAZARUDIN
Siapa tak kenal dengan Angelina Sondakh. Wanita cantik yang pernah
menyandang gelar Putri Indonesia ini selain cantik dia juga cerdas, berpendidikan
tinggi dan mempunyai tubuh yang proporsional. Juga dari keluarga baik-baik yang
terpandang di daerahnya. Dia selalu tampil anggun ditemani tas, sepatu dan barangbarang branded dari perancang ternama di dunia. Wow....Siapa yang tak bangga
melihatnya.
Siapa sangka wajah cantik putri ayu itu belakangan sering menghiasi layar
kaca sebagai tersangka kasus korupsi yang juga melibatkan rekan seprofesinya yaitu
Nazarudin. Pemirsa dibuat seolah tak percaya dibuatnya. Masa sih dia begitu? Tak
heran, pemirsa menunggu persidangan yang menghadirkan Angie sebagai saksi.
Dengan penampilan sederhana dibalut hem putih dan bawahan rok hitam, wanita ini
masih tetap anggun. Dengan percaya diri dan ketenangan yang luar biasa dia
menjawab pertanyaan Majelis Hakim satu persatu. Belum habis rasa penasaran
pemirsa, eh.....mereka dikejutkan lagi dengan jawaban Angie yang membahtah bahwa
dia belum memiliki BB tahun 2009 dan baru memilikinya tahun 2010.
Wow.........spektakuler....Ada apalagi ini?
Tapi tanpa diduga muncul gambar Angelina Sondakh disebuah media online
terkenal dengan membawa BB dan itu di tahun 2009. Selanjutnya, layar kaca
berlomba-lomba menampilkan tayangan-tayangan Angie dengan BB-nya. Termasuk

tayangan ketika Angie bersama Sang Suami semasa masih hidup dengan
menggengggam BB juga. Dan tentu saja itu rekaman sebelum 2010. Wah....tambah
rame saja jagad perkorupsian di Indonesia. Pelakonnyapun beragam.
Tanggapan miringpun bertubi-tubi ditujukan kepada janda Almarhum Adji
Massaid ini. Pembohong! Itulah julukan terbarunya. Masalah pribadi yang tidak ada
sangkut pautnya dengan kasusnyapun ikut diungkit. Tapi Angie masih tetap tenangtenang saja. Dia masih bisa bercanda dengan putera-putrinya dan masih beraktivitas
seperti biasanya.
Pemirsa menunggu sidang berikutnya yang akan mengkonfrontir Angie vs
Mindo. Eh....betapa kecewanya.......Si Mindo tidak hadir karena sakit. Alhasil, Angie
tetap bersikukuh dengan jawabannya. Siapa sebenarnya yang berbohong ?
Penonton....tunggu saja sidang berikutnya.
Angie, semua berharap kamu membongkar kasus ini. Sekalian
deh......nyebur, bongkar semuanya. Itulah sebenarnya tugas kamu sebagai anggota
DPR bukan hanya datang dan pamer barang-barang mewah.

Godfather SBY dalam Lingkaran Kasus Anas


Urbaningrum
Setelah ditetapkannya Anas Urbaningrum (AU) sebagai tersangka Jumat (22/2) pada
kasus dugaan pemberian hadiah dan janji terkait proyek pembangunan pusat sarana
dan prasarana olahraga Hambalang, Bogor, Jawa Barat oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), tidak berselang lama yaitu pada Sabtu (23/2), AU yang sebelumnya
menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat langsung mengundurkan diri dari
jabatannya. AU mengatakan pengunduran dirinya sebagai Ketua Umum Partai
Demokrat didasari atas tanggung jawab etika dimana seorang pemimpin harus
mengundurkan diri jika menjadi tersangka dalam sebuah kasus hukum.
Pada saat konferensi pers pengunduran diri AU sebagai ketua umum, AU memberikan
sinyal bahwa dijadikan dirinya sebagai tersangka merupakan lembaran pertama yang
baru dibuka dan dibaca bersama. Bahkan AU menambahkan, bahwa dirinya
diibaratkan sebagai bayi yang terlahir tidak diharapkan dari kongres Partai Demokrat.
Apakah pernyataan AU tersebut menegaskan bahwa dijadikan dirinya sebagai
tersangka ada kaitannya dengan Godfather SBY selaku Ketua Majelis Tinggi Partai
Demokrat, mengingat Godfather SBY pernah menyinggung kasus AU pada saat
dirinya menyampaikan pidato di Jeddah, Arab Saudi, dimana SBY meminta KPK
memperjelas status Anas Urbaningrum dalam kasus Hambalang.
Pertanyaan yang mendasar adalah, apakah lembaran yang dibuka selanjutnya akan
memberikan bahan bacaan bagi rakyat Indonesia tentang kasus-kasus korupsi yang
terjadi dalam tubuh Partai Demokrat. Sehingga kasus Hambalang bisa terbuka sampai
akarnya, bahkan kasus Century yang telah meredup kembali terangkat, atau lebih jauh
apakah Godfather SBY selaku Ketua Majelis Tinggi ikut terlibat dalam rentetan kasus
korupsi yang telah melibatkan kader-kader Partai Demokrat. Waktu yang akan
menjawab pernyataan Bung Anas.

PENETAPAN tersangka yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap


Anas Urbaningrum ternyata membawa implikasi yang luas. Manuver politik yang
dimainkan mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu menimbulkan gonjang-ganjing
kepada partai pemenang Pemilihan Umum 2009.
Pernyataan pengunduran diri yang disampaikan Anas dari kursi Ketua Umum Partai
Demokrat ternyata tidak hanya berhenti sampai di sana. Kalimat-kalimat yang ia
lontarkan hari Sabtu lalu memancing multitafsir bagi yang mendengarkannya.
Anas mencoba untuk mempersepsikan bahwa dirinya adalah korban politik. Ia merasa
dikorbankan atas sesuatu yang tidak pernah ia lakukan. Meskipun tidak menyebut
nama, namun Anas jelas menunjuk Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo
Bambang Yudhoyono yang menyebabkan ia menjadi tersangka.
Atas dasar itu, Anas mencoba untuk membalasnya. Dengan berbagai informasi yang
ia miliki, Anas mengancam untuk membongkarnya. Isyarat itu ia sampaikan melalui
tokoh-tokoh yang menyambangi rumahnya setelah memutuskan mundur dari Partai
Demokrat.
Kondisi ini tentunya sangat tidak menguntungkan bagi Partai Demokrat. Setidaknya
konsolidasi yang seharusnya dilakukan dalam Rapat Pimpinan Nasional tidak berjalan
baik. Padahal ketika itu Anas sendiri yang menyebutkan kondisi di dalam Partai
Demokrat sebagai "kompak luar biasa".
Ternyata rapimnas sepuluh hari lalu bagaikan api dalam sekam. Apa yang
dipertunjukkan ke depan publik tidak seperti apa yang sebenarnya terjadi. Partai
Demokrat gagal untuk menyatukan perbedaan yang ada dan menyelesaikan persoalan
yang tengah melanda mereka.
Kalau saja komunikasi di dalam partai mampu dibangun dengan lebih baik, tidak
perlu sampai muncul perasaan dari Anas bahwa dirinya dikorbankan. Kalau saja ada
sesepuh Partai Demokrat yang menemui Anas dan menenangkan Ketua Umum Partai
Demokrat yang dijadikan tersangka oleh KPK, maka tidak akan muncul pernyataan
bahwa "Anas adalah anak yang tidak diharapkan lahir di Kongres Partai Demokrat".
Anas tidak boleh mengeluhkan sebagai "anak yang tidak diharapkan lahir", karena ia
memang "pendatang" di dalam Partai Demokrat. Ketika ia memaksakan masuk dan
menjadi bagian dari keluarga Partai Demokrat, maka ia harus sadar akan risiko bahwa
ia akan menjadi "anak yang tidak diharapkan lahir".
Tidak salah apabila banyak pengamat mengatakan bahwa Partai Demokrat bukanlah
partai yang modern. Mereka gagal untuk membangun komunikasi yang sehat di dalam
partai, sehingga prestasi luar biasa yang dicapai tahun 2009 begitu cepat untuk
memudar.
Partai Demokrat tentunya harus cepat bertindak untuk memperbaiki keadaan.
Setidaknya mereka bisa mengajak bicara Anas untuk tidak semakin merusak partai
yang sudah 2,5 tahun ia pimpin. Kedewasaan dari seluruh kader Partai Demokrat
diperlukan agar partai mereka tidak semakin terpuruk.

Anas sendiri tentunya tidak bisa berlindung kepada persoalan politik. Apa yang
dihadapi di KPK merupakan persoalan hukum. Ia dituduh ikut terlibat dalam praktik
korupsi dan untuk itu Anas harus mempertanggungjawabkannya.
Tuduhan korupsi itu sendiri bukan baru sekarang dilontarkan. Sudah sejak dua tahun
lalu, Anas disebut-sebut terlibat dalam kasus korupsi. Tidak tanggung-tanggung orang
yang menunjuk dirinya terlibat korupsi adalah sahabat dekatnya di dalam Partai
Demokrat yaitu Bendahara Umum Muhammad Nazaruddin.
Anas memang selalu menyangkal tuduhan yang dilontarkan Nazaruddin. Namun
dalam berbagai persidangan korupsi yang sudah berlangsung, nama Anas kerap
disebut-sebut. Setidaknya Neneng Sri Wahyuni, istri Nazaruddin, dan mantan
Direktur PT Anak Negeri Mindo Rosalina Manulang yang selalu menyebut Anas dan
Nazaruddin sebagai pemilik perusahaan yang mendapat berbagai proyek pemerintah.
Atas semua fakta-fakta yang diperoleh, wajar apabila KPK menuduh Anas ikut
terlibat kasus korupsi. Bahwa kemudian Anas menyangkal melakukan korupsi, ia
tentunya mempunyai hak untuk mementahkan fakta-fakta hukum yang dimiliki KPK.
Sekarang tentunya kita harus memberikan kesempatan kepada hukum untuk bekerja.
Janganlah kita mengaburkan persoalan korupsi yang sudah begitu masif terjadi dan
merugikan keuangan negara karena sudah menggerogoti anggaran pendapatan dan
belanja negara. Rakyat sudah dirugikan oleh korupsi yang besarnya bisa mencapai 40
persen dari nilai proyek pembangunan yang ada.
Penggunaan isu politik untuk persoalan korupsi bisa mengaburkan cita-cita besar kita
untuk menciptakan Indonesia yang bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Kita tidak boleh menolelir sedikit pun praktik korupsi, siapa pun itu yang
melakukannya.

Mahfud MD: Mau Anas Atau Bukan, Jika Korupsi Ya


Sikat Saja
BOGORSiapa pun yang melakukan korupsi wajib dihukum. Apalah itu Anas
Urbaningrum atau yang lain. Pernyataan ini disampaikan
Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD saat menanggapi perkembangan kasus Anas
Urbaningrum.
Pokoknya kalau sudah korupsi jangan diampuni. Siapapun dia. Apakah Anas atau
bukan. Kalau korupsi sikat saja, tegas Mahfud Selasa (26/2/2013).
Mahfud menilai dugaan korupsi proyek Hambalang yang menjerat mantan Ketua
Umum Demokrat Anas Urbaningrum dinilai tidak terkait dengan intrik politik.
Namun ada upaya menjadikan sebagai komoditas politik.
Kasus ini, kata dia, sudah berjalan sejak Juli 2012. Jadi tidak ada politisasi urusan
Anas ini. Tapi ada upaya politisasi, tegasnya.

Dia menguraikan ada dua kasus yang berkaitan langsung dengan Anas. Pertama,
kasus dugaan korupsi proyek Hambalang.
Adapun kasus kedua terkait bocornya surat perintah penyidikan (sprindik). Bila kasus
kedua dinilai terkait dengan politisasi maka harus dibedakan dengan kasus korupsi.
Tanpa ada sprindik bocor pun kasus Anas akan tetap berjalan, tegasnya. Jadi
jangan saling dikaitkan.
Guna mendapatkan kebenaran material, Mahfud menilai polisi harus menyidik kasus
bocornya sprindik tanpa menunggu dewan etik KPK.
Itu kejahatan harus disidik saja. Menurut hukum polisi itu wajib [menyidik]. Apakah
komisiner atau siapa tangkap saja , urainya.
Seperti diketahui KPK menetapkan Anas sebagai tersangka dugaan korupsi, Jumat
(22/2/2013). Sehari setelah itu, Anas lantas mengaitkan kasus ini dengan persaingan
politik dan bocornya sprindik.
Rangkaian ini [permintaan fokus terhadap kasus di KPK dan penetapan tersangka]
tidak bisa dipisahkan dari bocornya sprindik. Ini rangkaian peristiwa tak bisa
dipisahkan. Terkait utuh dan erat, ujar Anas saat pidato pengunduran diri di DPP
Demokrat, Sabtu (24/2).
Nazaruddin: Anas Terima Rp 80 M dari Proyek PLN
JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat,
Muhammad Nazaruddin, kembali menyebut mantan rekannya, Anas Urbaningrum,
menerima uang terkait proyek di pemerintah. Kali ini, Nazaruddin mengatakan bahwa
Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu memperoleh keuntungan dari dua proyek di
Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Soal pertemuan itu ada proyek pembangkit listrik, uangnya sudah dikasihkan ke
Anas," kata Nazaruddin seusai menjalani persidangan di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi, Jakarta, Rabu (18/1/2012).
Nazaruddin menyatakan, dana itu diperoleh Anas dari dua proyek pembangkit listrik
senilai Rp 2,2 triliun di Kalimantan dan di Riau. Proyek di Kalimantan dimenangkan
oleh PT Adhi Karya, sementara yang di Riau akan dikerjakan PT Rekayasa Industri.
"Di Kalimantan PT Adhi Karya, JO, sama China. Di Riau, Rekin (Rekayasa Industri)
sama China," ujar terdakwa kasus dugaan suap wisma atlet SEA Games itu.
Kedua proyek tersebut, kata Nazaruddin, sudah ada kontrak kerjassama dengan PLN.
Mantan anggota DPR itu mengatakan, PT Adhi Karya telah memberikan uang kepada
Anas melalui Wila. Nazaruddin mengenal Wila sebagai perempuan pengusaha yang
sudah 10 tahun menjadi rekanan PLN.
Nazaruddin mengklaim memiliki bukti rekaman yang menunjukkan adanya
penerimaan fee dari PT Adhi Karya kepada Anas melalui Wila itu. Bukti itu berupa
rekaman percakapan antara Nazaruddin dan Wila melalui BlackBerry Messenger.

"Saya tanya, 'Bu (Wila), bagaimana soal fee-nya? (Dijawab) 'Pak, fee-nya sudah
langsung diserahkan ke Pak Anas," ucap Nazar menirukan perbincangannya dengan
Wila melalui BlackBerry.
Ia mengaku pernah membahas pembagian fee terkait dua proyek itu bersama Mindo
Rosalina Manullang, pihak PT Adhi Karya, dan mantan rekannya di Partai Demokrat,
Soetan Bathoegana, di Restoran Nippon Khan, Hotel Sultan Jakarta. Saat ditanya
apakah Soetan turut menikmati uang, Nazaruddin menjawab, "Coba tanya Pak Soetan,
sudah terima fee-nya atau belum," kata Nazar.
Nazaruddin: Keuntungan Proyek PLTS untuk Beli Alphard Anas
JAKARTA, KOMPAS.com Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat,
Muhammad Nazaruddin, menyebutkan bahwa sebagian keuntungan yang diperoleh
PT Anugerah Nusantara dari proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2008 dibelikan mobil Toyota Alphard
untuk Anas Urbaningrum. Proyek PLTS tersebut, kata Nazar, sepenuhnya
dikendalikan Anas selaku salah satu pemegang saham di PT Anugerah Nusantara saat
itu.
"Saya pernah dengar salah satu keuntungan proyek PLTS ini dibelikan mobil untuk
Pak Anas," kata Nazaruddin saat bersaksi bagi terdakwa kasus dugaan korupsi
pengadaan PLTS Kemennakertrans, Timas Ginting, di Pengadilan tindak Pidana
Korupsi Jakarta, Rabu (18/1/2012).
Ihwal pembelian mobil itu, kata Nazar, diketahuinya saat mengikuti rapat dengan
Anas. "Pak Anas bilang, proyek PLTS tolong belikan Alphard satu," tuturnya. Nazar
pun siap menunjukkan bukti fotokopi BPKB yang mencatat adanya perubahan
identitas kepemilikan Alphard dari milik PT Anugerah menjadi milik Anas
Urbaningrum.
Meksipun pada 2008 Nazaruddin juga menjadi komisaris PT Anugerah, terdakwa
kasus dugaan suap wisma atlet itu mengaku tidak tahu-menahu soal proyek PLTS.
Demikian juga dengan istrinya, Neneng Sri Wahyuni. "Proyek PLTS, yang punya
kewenangan penuh Pak Anas, pengeluarannya Ibu Yulianis," ungkap Nazar.
Menurutnya, Anas yang mengendalikan uang keluar dan masuk melalui stafnya,
Yulianis dan Oktarina Furi. Dalam kasus ini, KPK juga menetapkan Neneng Sri
Wahyuni, istri Nazaruddin, sebagai tersangka. Dalam dakwaan Timas Ginting,
Neneng dan Nazaruddin yang berkantor di PT Anugerah Nusantara disebut menerima
keuntungan Rp 2,2 miliar dari proyek ini.
PT Alfindo, perusahaan milik Arifin Ahmad yang menjadi rekanan proyek ini,
dipinjam benderanya oleh Marisi Martondang, lalu dipergunakan Mindo Rosalina
Manulang atas sepengetahuan Neneng dan Nazaruddin. Kemudian dalam
pelaksanaannya, PT Alfindo Nuratama menyubkontrakkan pengerjaan proyek itu ke
PT Sundaya Indonesia dengan nilai kontrak Rp 5,2 miliar.
Nazaruddin, Neneng, Marisi Martondang, dan Mindo Rosalina Manulang diduga
terlibat dalam penyubkontrakan proyek senilai Rp 8,9 miliar tersebut. Lalu, setelah

mendapat pembayaran Rp 8 miliar, Neneng dan Nazaruddin yang berkantor di PT


Anugerah Nusantara itu membayarkan Rp 5,2 miliar ke PT Sundayana Indonesia.
Selisih nilai proyek dengan uang yang dibayarkan ke PT Sundayana Indonesia itu
dianggap sebagai kerugian negara.
Nazaruddin: Ketua Besar Itu Anas
JAKARTA, KOMPAS.com Keterangan soal siapa sosok ketua besar masih
simpang siur. Informasi dari pihak Muhammad Nazaruddin pun berubah-ubah. Senin
(16/1/2012), Nazaruddin mengatakan bahwa ketua besar itu adalah Ketua Umum DPP
Partai Demokrat Anas Urbaningrum. "Anas," kata Nazar singkat di Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi, Jakarta, Senin.
Sebelumnya, salah satu kuasa hukum Nazar, Hotman Paris Hutapea, mengatakan
bahwa si ketua besar adalah pimpinan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat
berinisial MA. Inisial yang diungkapkan Hotman itu merujuk pada nama Mirwan
Amir. Namun, menurut Nazar hari ini, Mirwan bukanlah ketua besar, melainkan bos
besar. "Bos besar Mirwan Amir, itu kan pembicaraan yang memang jelas, dikasih
uangnya," kata Nazar.
Nama ketua besar ini muncul dalam percakapan BlackBerry Messenger antara Mindo
Rosalina Manulang, terpidana kasus suap wisma atlet, dan Angelina Sondakh,
anggota Banggar DPR. Sosok ketua besar ini dianggap dapat menjadi pintu masuk
untuk mengusut kasus proyek pembangunan pusat pelatihan olahraga Hambalang,
Jawa Barat.
Mindo Rosalina Manulang berjanji akan mengungkapkan siapa ketua besar itu dalam
sidang perkara dugaan suap wisma atlet dengan terdakwa Nazaruddin yang
berlangsung hari ini. Kepada Rosa, Nazaruddin meminta agar mantan anak buahnya
itu berkata jujur, tidak menutup-nutupi siapa sosok ketua besar yang dimaksud. Kuasa
hukum Rosa, Muhamad Iskandar, sebelumnya mengatakan bahwa kliennya akan
mengungkap siapa ketua besar dan sosok "Pak Ketua" yang ada dalam percakapan
Rosa dan Angelina.
Belakangan, Rosa mengaku diancam pihak Nazaruddin agar berbohong saat bersaksi
di pengadilan. Sementara itu, Nazaruddin mengatakan, pengakuan Rosa soal ancaman
itu hanyalah rekayasa untuk menutupi sosok ketua besar. "Saya minta Rosa ngomong
apa adanya, jangan seolah-olah untuk menutupi siapa ketua besar, membuat cerita
seperti ini," kata Nazaruddin.
Tak Masuk Akal Pejabat Korupsi karena Tak Paham UU
JAKARTA, KOMPAS.com Pejabat tinggi negara wajib memahami peraturan
perundang-undangan. Pasalnya, mereka bekerja berdasarkan peraturan perundangundangan. Jika tak paham, mereka tidak siap melaksanakan tugasnya.
"Ketidaksiapan selalu mengundang risiko, termasuk risiko melanggar peraturan
perundang-undangan," kata anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Bambang
Soesatyo melalui pesan singkat, Rabu (12/12/2012).
Hal itu dikatakan Bambang ketika dimintai tanggapan pernyataan Presiden. Dalam

pidato ketika Hari Antikorupsi Sedunia, Presiden mengatakan, banyak kasus korupsi
terjadi akibat ketidakpahaman jajaran pemerintah terhadap peraturan perundangundangan.
Karena itu, Presiden akan mengumpulkan para kepala daerah serta pejabat penyusun
dan pengelola anggaran Januari 2013 untuk diberi penjelasan mana saja yang
melanggar UU. Langkah itu agar pejabat yang tidak memiliki niat korupsi tidak
terjerat hukum.
Bambang menilai tidak masuk akal jika korupsi terjadi karena ketidaktahuan atas
peraturan perundang-undangan. Pasalnya, jika tak paham, pejabat tersebut bisa
berkonsultasi dengan ahli di biro hukum. "Bukankah semua institusi pemerintah
dilengkapi biro hukum?" katanya.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Saan Mustofa mengatakan, kenyataannya banyak
pejabat yang kurang memahami UU. Misalnya, kata dia, pejabat kurang memahami
apa saja yang dikategorikan bantuan sosial (bansos). Akibatnya, banyak pejabat yang
terjerat kasus bansos.
Ketidakpahaman atas UU, kata Saan, juga mengakibatkan ketakutan pejabat
menggunakan anggaran. Akibatnya, penyerapan APBD rendah. "Bahkan, ada
penyerapan daerah di bawah 50 persen," kata anggota Komisi III DPR itu.
"Ini soal pemahaman, makanya harus diberi penjelasan. Yang ditawarkan Presiden
akan berikan penjelasan, meminta penegak hukum, lembaga audit untuk memberikan
penjelasan. Perlu ada sosialisasi aktif," kata Saan.
Korupsi... Kata ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita karena sering muncul di
media cetak dan pertelevisian Indonesia. Dikutip dari wikipedia saya menemukan
bahwa korupsi dapat diartikan sebagai perilaku pejabat publik, baik politikus, politisi,
maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan
publik yang dipercayakan kepada mereka. Maka dari itu saya sering menyebut para
koruptor sebagai pencuri kelas paus. Lalu mengapa mereka melakukan korupsi?
Apakah penghasilan mereka yang sudah sangat besar dan cukup menggerogoti APBN
itu tidak cukup untuk membeli beberapa kilogram beras dan lauk pauk? Mengapa
korupsi ini bisa terjadi? Menurut saya, korupsi bisa terjadi karena adanya kesempatan
akibat dari kelemahan sistem perekonomian dan hukum di Indonesia. Seperti kata
bang napi, \"kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelaku, tapi kejahatan bisa
terjadi karena ada kesempatan\". Dari berbagai kasus korupsi yang terjadi di
Indonesia, kebanyakan dari para koruptor mengambil uang dari proyek yang mereka
tangani yang kemudian direkayasa sedemikian rupa sehingga menghasilkan
keuntungan pribadi yang sangat besar. Hal ini sebenarnya berdampak sangat krusial
bagi masyarakat Indonesia yaitu tingginya tingkat kemiskinan di negeri yang terkenal
kaya akan sumber daya alamnya ini. Lalu hukuman apakah yang pantas diberikan
kepada koruptor? Saya pernah melihat perdebatan di televisi antara 2 orang
mahasiswa tentang hukuman yang pantas untuk para koruptor. Mahasiswa \'A\'
menginginkan koruptor diberi hukuman mati dan mahasiswa \'B\' menginginkan
koruptor diberi kesempatan untuk membangun -Indonesia. Sungguh ironis, koruptor
yang sudah berkhianat, masih diberi kepercayaan untuk membangun Indonesia ini

lagi. Setelah saya telaah lebih lanjut, hukuman mati bagi para koruptor tidaklah tepat,
karena itu tidak akan menyelesaikan masalah dan melanggar hak asasi manusia. Jika
saya menjadi ketua KPK, saya akan memberikan hukuman yang pantas untuk para
pencuri kelas paus ini, yaitu kepastian hukum pidana, pemiskinan, dan hukuman
sosial. Para pencuri kelas paus ini harus dibui dalam jangka waktu yg lama tanpa
mendapatkan fasilitas yg mewah di sel mereka, dengan kata lain, samakan selnya
dengan pencuri lain, tidak ada lagi istilah sel VIP untuk mereka. Pemiskinan
dilakukan dengan menyita seluruh hartanya dan mengembalikannya kepada negara,
tanpa kecuali. Jadi bukan hanya harta yang mereka korupsi saja yang dikembalikan,
melainkan semua harta yang mereka punya. Karena bukan tidak mungkin harta yg
mereka korupsi itu sudah mereka gunakan untuk membuka bisnis yang malah
semakin memperkaya mereka. Selain itu semua, hukuman sosial juga harus diberikan,
karena seperti kata pepatah, \'lidah lebih tajam daripada pedang\'. Berikan efek malu
untuk koruptor dan keluarga para koruptor. Seperti mengubah ktp, paspor, dan
identitas diri lain para koruptor dan semua keluarganya menjadi warna hitam. Jika
demikian siapa yang ingin korupsi lagi? Sudah pelaku di penjara bertahun-tahun,
semua hartanya dikembalikan kepada negara, identitas diri mereka pun berubah warna
menjadi hitam. Dengan sanksi seperti ini diharapkan dapat memberikan efek jera bagi
mereka.
Kuantifikasi Dampak Kerusakan Akibat Korupsi
Korupsi telah dinyatakan sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crime), yang
berarti korupsi mengakibatkan kerusakan besar dan secara luas mempengaruhi
kehidupan rakyat Indonesia. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa korupsi
mengakibatkan penurunan daya saing nasional, mengganggu pertumbuhan ekonomi,
menimbulkan biaya sosial yang besar, dan akhirnya menambah tingkat kemiskinan.
Saat ini secara umum masyarakat Indonesia telah menyadari bahwa korupsi adalah
perbuatan jahat. Karena itu, korupsi harus dilenyapkan dari Bumi Pertiwi. Sayangnya,
hingga kini Indonesia masih saja dianggap sebagai salah satu negara yang banyak
korupsinya. Hal tersebut terlihat dari indeks persepsi korupsi (IPK), yang dilansir oleh
Transparency International pada 2009, yang mencapai 2,8 dengan posisi ke-111 dari
180 negara yang disurvei. Walaupun terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya (2,6-posisi 126 dari 180 negara). Bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, IPK
kita masih berada di bawah mereka walaupun upaya penindakan yang dilakukan
Indonesia lebih agresif daripada yang dilakukan negara -negara tetangga tersebut.
U4 dari Norwegia telah menyampaikan hasil risetnya, yang membandingkan
pemberantasan korupsi oleh KPK dengan beberapa lembaga antikorupsi negara
tetangga, khususnya Filipina. Hasil riset tersebut menyebutkan bahwa pemberantasan
korupsi yang dilaksanakan KPK sangat impresif dengan tingkat keberhasilan
(conviction rate) 100 persen dari sekian banyak kasus besar yang telah ditangani,
sementara di negara tetangga tidak menggembirakan.
Dampak
Melihat kinerja KPK dalam beberapa tahun belakangan ini memang menunjukkan
capaian yang tidak mengecewakan. Dengan conviction rate yang 100 persen berarti
bahwa dalam semua kasus yang dibawa ke pengadilan tindak pidana korupsi dapat
dibuktikan mereka bersalah. Dengan ratusan kasus besar yang ditangani KPK,

tentunya conviction rate 100 persen bukanlah hal yang mudah dicapai. Sebagai
perbandingan, banyak negara di dunia memiliki tingkat conviction rate tidak lebih
dari 20 persen, meski jumlah kasus yang ditanganinya masih bisa dihitung dengan
jari. Selain itu, jumlah uang dan aset negara yang berhasil dikembalikan KPK juga
tidak mengecewakan, yakni sekitar Rp 800 miliar dari upaya penindakan, dan sekitar
Rp 6 triliun dari upaya pencegahan.
Meski demikian, kita menyadari bahwa pengembalian keuangan negara masih terlalu
kecil dibanding tingkat kerusakan yang telah terjadi akibat korupsi. Jumlah uang
pengganti dan denda yang dibebankan kepada para koruptor hanya sebesar jumlah
yang dapat dibuktikan di pengadilan. Padahal penderitaan yang dialami oleh negara
dan seluruh masyarakat sangat luar biasa dan jauh lebih besar dari sekadar jumlah
uang pengganti dan denda yang diputuskan oleh pengadilan.
Suap yang diberikan oleh pengusaha untuk mendapatkan perizinan, misalnya.
Tentunya diharapkan oleh penyuap akan menghasilkan keuntungan (benefit) yang
jauh lebih besar dari jumlah suap yang telah diberikannya. Karena itu, para penegak
hukum perlu memperhatikan dan mempertimbangkan hal ini sebagai komitmen dan
keberpihakan kepada masyarakat banyak yang telah menjadi korban tindak pidana
korupsi.
Secara ekonomi, korupsi sebesar Rp 5 miliar yang dilakukan empat tahun yang lalu
tentunya bernilai tidak sama bila dibandingkan dengan Rp 5 miliar saat ini. Karena
itu, perlu dipikirkan dan dihitung berapa nilai sekarang atas suatu kejahatan korupsi
yang dilakukan beberapa tahun yang lalu serta dampak kerusakan yang telah
ditimbulkannya.
Dampak yang terjadi menyangkut banyak hal, termasuk kerusakan lingkungan seperti
longsor dan banjir, atau dampak tidak langsung yang dirasakan masyarakat, seperti
kehilangan hak pada pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan. Berapa banyak
kerusakan bisnis sebagai akibat maraknya praktek suap-menyuap dalam pengadaan
barang dan jasa pemerintah. Berapa banyak perusahaan yang kehilangan kesempatan
dan kalah bersaing hanya karena tidak mau mengikuti praktek suap-menyuap. Hal ini
tentunya berdampak pada persaingan usaha yang tidak sehat dan mengarah pada
penurunan daya saing nasional.
Dari penjelasan tersebut, jelaslah bahwa kuantifikasi dampak kerusakan dari tindak
pidana korupsi perlu diperhitungkan secara lebih komprehensif. Penegakan hukum
dalam pemberantasan korupsi perlu memperhatikan sisi lain, yakni mengembalikan
hasil korupsi kepada pihak-pihak yang menjadi korban atas tindakan korupsi tersebut.
Berbagai konsep perhitungan perlu dipersiapkan, seperti time value of money serta
yang lainnya. Untuk melakukan hal tersebut, tentunya semua pihak perlu memberi
sumbangan pemikiran sehingga dapat bermanfaat dalam menjadikan Indonesia tempat
yang nyaman untuk berkehidupan di muka bumi.
Dampak kerusakan yang diakibatkan oleh korupsi seharusnya dapat dihitung dengan
memperhitungkan multiplier yang dirasakan oleh korban tindakan korupsi tersebut.
Dengan demikian, bila terjadi suap sebesar Rp 5 miliar, maka dampak yang bisa
dihitung adalah Rp 5 miliar x multiplier. Multiplier inilah yang perlu ditetapkan oleh
para ahli sehingga dapat diakui secara bersama, yang hasilnya akan dikembalikan

kepada para korban dari penyuapan tersebut, yakni masyarakat dan negara yang
dirugikan karena ancaman banjir, tanah longsor, kekurangan air bersih, penurunan
permukaan tanah, penurunan kesehatan, buruknya infrastruktur dan sanitasi,
kehilangan kesempatan kerja, dan lain-lain.
Komitmen bersama
Dampak kerusakan akibat korupsi sekarang sudah sangat terasa dan makin hari
semakin parah. Upaya represif yang dilakukan penegak hukum dengan memenjarakan
para pelaku korupsi tidak dapat mengembalikan kondisi pada keadaan semula.
Dengan jumlah uang pengganti dan denda yang sangat minim dan sering kali
dikurangi dengan subsider tahanan badan, yang juga mendapatkan pengurangan dari
remisi, hasilnya semakin menjauh dari rasa keadilan masyarakat. Karena itu, perlu
dipikirkan alternatif lain apakah membawa tuntutan perdata kepada para pelaku
korupsi dengan jumlah yang telah diperhitungkan sebagai dampak kerusakan akibat
korupsi yang telah dia lakukan. Perusahaan yang kalah bersaing karena ada
kompetitor yang melakukan penyuapan kepada pejabat pemerintah dapat melakukan
gugatan atas kerugian yang dialaminya sebagai dampak dari penyuapan tersebut.
Karena itu, perlu segera dipikirkan formula untuk kuantifikasi dampak kerusakan
akibat korupsi. Sebagai contoh, apabila terjadi suap oleh sebuah perusahaan kepada
pejabat di suatu instansi pemerintah, pada laporan rugi laba perusahaan penyuap dapat
dihitung sebagai berikut:
Pendapatan Rp xxx
Dikurangi beban biaya (Rp xxx)
Ditambah suap yg dilakukan Rp xxx
Ditambah multiplier Rp xxx
Profit Rp xxx
Dengan demikian, pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan penyuap harusnya
berdasarkan perhitungan seperti di atas atau dengan formula lainnya yang lebih tepat
berdasarkan kajian para ahli. Kerugian perusahaan kompetitor dan beban yang
ditanggung masyarakat termasuk dalam multiplier tersebut, dan kerugian negara
termasuk dari kekurangan penerimaan pajak.
Para akuntan dan ekonom diharapkan segera mendiskusikan dan menyampaikan hasil
pemikirannya kepada penegak hukum sehingga kuantifikasi dampak kerusakan
sebagai akibat dari tindak pidana korupsi akan lebih komprehensif dan dapat
dipertahankan di pengadilan. Akademisi dapat juga berperan besar dalam
menghasilkan model-model kuantifikasi kerusakan dampak tindak pidana korupsi
secara ilmiah. Di lain pihak, para pembuat peraturan perundang-undangan perlu
memikirkan payung hukum yang lebih spesifik mengenai hal tersebut sehingga tidak
muncul keraguan pada penegak hukum untuk mengimplementasikannya.
Sebagai konklusi, dengan kebersamaan dari seluruh komponen bangsa ini, saya yakin
negara kita akan berangsur ke arah yang semakin membaik dalam waktu yang tidak
terlalu lama. Manfaat (outcome) dari pemberantasan korupsi akan semakin dirasakan
masyarakat banyak melalui berbagai perbaikan, mulai dari pelayanan publik,
pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan lapangan pekerjaan, penurunan kemiskinan, dan
lain-lain.

Jenis dan penyebab Korupsi Oleh H Onnie S Sandi SE


Korupsi di negara kita sangat marak terjadi hampir di seluruh instansi pemerintah baik di
pusat dan daerah, hal ini dapat
terjadi adalah karena integritas dari pegawai yang sangat rendah, system pemerintahan
dan pengawasan yang tidak efektif ,sangsi hukum yang tidak memilki efek jera dan
masyarakat sendiri yang memandang koruptor bukan pelaku kejahatan luar biasa,
sehingga ada kecenderungan siapapun yang menduduki jabatan tertentu akan
melakukan tindak pidana korupsi.
Adapun faktor penyebab terjadinya korupsi dalam suatu oganisasi dapat kita bedakan
dalam 3 faktor bagaimana korupsi itu terjadi , yaitu ;
a. Kemampuan.
Adalah kemampuan orang tersebut untuk melakukan korupsi ? Kemampuan melakukan
tindak korupsi hanya bisa dilakukan apabila orang tsb memilki kemampuan dan
kecerdasan untuk merekayasa dengan membuat data,pembukuan dan laporan fiktif yang
tentunya bertujuan agar kasusnya tidak terdeteksi atau tidak terungkap saat ada
pemeriksaan dari Instansi yang berkompeten.
b. Kemauan.
Adalah kemauan orang tersebut untuk melakukan tindak pidana korupsi, artinya
walaupun orang tersebut memilki kemampuan untuk melakukan tindakan korupsi, namun
karena orang tersebut memilki integritas yang tinggi apakah karena memilki keimanan
yang kuat terhadap agamanya, memiliki nasionalisme yang tinggi terhadap negaranya
atau juga memilki kesadaran yang kuat tentang hak dan kewajibannya tentang
berbangsa dan bernegara atau kekhawatiran mendapat sangsi hukum yang tegas &
keras, sehingga orang tersebut tidak akan mau melakukan walaupun sebenarnya dia
memiliki kemampuan untuk melakukannya.
c. Kesempatan.

Kesempatan adalah system yang dibangun pada instansi tersebut hendaknya dengan
menggunakan prinsip management yang efektif dengan prosedure dan mekanisme
yang jelas serta pengawasan dan pengendalian yang baik sehingga tidak menciptakan
dan memberi peluang pada orang per-orang untuk melakukan tindak pidana korupsi.
Prinsip dasar ini akan bekerja efektif apabila eksekutif, legislatif dan judikatif memilki
perpektif dan filosofi yang sama tentang good goverment dan clean goverment dengan
membuat seluruh kebijakan secara transparan dan akuntable serta memberikan akses
seluas-luasnya pada masyarakat untuk ikut mengawasi program yang dijalankan
eksekutif. Karena tanpa hal tersebut sangat sukar dan mustahil pencegahan korupsi
dapat dilakukan , mengingat sifat dari korupsi sendiri yang senantiasa melibatkan banyak
orang dengan melakukan kolusi baik secara vertical, horizontal maupun diagonal dan
merusak system yang ada dan dari beberapa kejadian senantiasa ada keterlibatan
legislatif dalam penyusunan program dan ketika kasusnya terkuak mulai terlihat ada
pelibatkan aparat penegak hukum dengan melakukan gratifikasi untuk membungkam dan

mempeti-es kan kasus-kasus tertentu bahkan dengan kekuatan yang mereka miliki,
mereka mampu meredam berita dari media massa. Hal ini adalah realita yang terjadi
negara kita, khususnya di daerah yang jauh dari pantauan berita stasiun televisi nasional,
karena saat ini rupanya control media massa yang paling efektif ternyata yang dilakukan
oleh stasiun televisi nasional walaupun independensinya masih belum terjamin.
Dari uraian tsb diatas faktor kemampuan dan kemauan lebih diharapkan pada integritas
orang itu sendiri ( SDM ) sedangkan kesempatan lebih ditekankan pada system
management pemerintahan dan pengawasan yang efektif.
Faktor penyebab korupsi pada SDM dalam konteks tersebut diatas adalah sbb;
1. Corruption by Need/ Korupsi karena kebutuhan.
Korupsi yang dilakukan atas dasar kebutuhan, biasanya dilakukan oleh pegawai
rendahan, uang yang dicuri biasanya tidak terlalu besar, karena dia melakukan sematamata karena terdesak oleh kebutuhan ekonomi, biasanya dalam bentuk pungli, merubah
kwitansi pembelian atau tindakan lainnya yang pada intinya bukan untuk memperkaya
tapi semata-mata karena desakan ekonomi.Untuk pencegahan dan pengungkapan kasus
seperti ini biasanya tidak terlalu sulit karena tidak melibatkan system dan banyak orang,
dan lebih sering dilakukan secara individu.
2.
Corruption
by
accident/

Korupsi

karena

kecelakaan.

Korupsi yang dilakukan biasanya oleh pemegang jabatan demi melindungi kepentingan
atasannya yang lebih tinggi atau dikorbankan olehi pimpinan yang lebih tinggi. hal ini
sering dijumpai akibat prosedur dan mekanisme yang telah digariskan tidak dijalankan
sebagaimanan mestinya, karena pimpinan memanfaatkan kekuasaan dan keengganan
atau ketidak beranian bawahan menolak keinginan pimpinan walaupun itu melanggar
standar operasi dalam instansi tersebut. Pada saat terjadi pemeriksaan oleh Auditor,
sang pemegang jabatan
tindakannya berdasarkan

keuangan
peraturan

harus
yang

mempertanggung jawabkan segala


ada, sedangkan pimpinan yang

menginstruksikan dirinya untuk melanggar biasanya dilakukan secara lisan sehingga


tidak memiliki keuatan hukum, pada akhirnya sang pemegang jabatan keuangan harus
mempertanggung jawabkan kekeliruannya sendirian saja, padahal dirinya hanya
menikmati sebagian kecil uang hasil penyalahgunaan jabatan tersebut
3.
Corruption
by
design
/
Korupsi
yang
direncanakan.
Korupsi yang direncanakan dan ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang memegang
jabatan dan kekuasaan cukup tinggi serta memiliki kewenangan dalam mengambil
kebijakan, sehingga mampu mendesign secara terintegrasi termasuk menyuap orang
yang akan menghalangi atau menghambat kegiatan pencurian ini. Korupsi jenis ini
sangat sulit dibongkar karena melibatkan orang dan dana yang cukup besar, dan seluruh
kegiatan pencurian uang negara ini sudah direncanakan jauh sebelum proyek itu
dilaksanakan, siapa yang melaksanakan dan bagaimana melaksanakan serta bagamana
menutupi persoalan ini jika muncul gugatan atau pemeriksaan dari pihak yang
berwenang.
Pada akhirnya korupsi hanya dapat diberantas apabila ada keinginan kuat dari seluruh
masyarakat yang ada di negara kita yakni para koruptor yang terungkap dan di proses
secara hukum, haruslah mendapat hukuman yang membuat efek jera, harus ada
keberanian dan kejujuran dari aparat penegak hukum termasuk hakim untuk

mentuntaskan kasus korupsi yang menyangkut penguasa agar bagi SDM yang memiliki
kemampuan untuk melakukan korupsi akan berfikir beribu kali untuk mau melakukan
tindak pidana korupsi, sehingga secara perlahan kasus korupsi yang sangat melukai hati
masyarakat dapat dikikis habis dari negari kita. Semoga

Kerugian Ekologis Akibat Tindak Pidana Korupsi di Sektor Lingkungan Hidup


Oleh, Dio Ashar Wicaksana, Peneliti MaPPI FHUI
Korupsi berdasarkan pengertiannya adalah setiap orang yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara[1]. Di
Indonesia kejahatan korupsi sudah menjadi momok tersendiri, karena kejahatan ini
sudah membudaya hingga lapisan masyarakat paling bawah, seperti contohnya dalam
mengurus KTP saja bahkan sudah banyak tindakan-tindakan yang mengindikasikan
sebagai praktik KKN dalam skala kecil. Kejahatan korupsi sekarang ini meliputi
berbagai sektor penyelengaaraan negara, salah satunya adalah sektor lingkungan
hidup.
Kejahatan korupsi di lingkungan hidup sebenarnya bisa berdampak lebih buruk
daripada kejahatan korupsi di sektor lainnya. Menurut Chandra Hamzah kerugian
dalam kejahatan korupsi biasa hanya dihitung berdasarkan kerugian yang ada di
APBN, sedangkan di kejahatan korupsi lingkungan hidup, kerugian yang diderita
tidak hanya sebatas kerugian negara di dalam perhitungan APBN saja, namun
melibatkan juga kerugian ekologis.[2]
Lingkungan hidup merupakan salah satu elemen kehidupan yang paling penting bagi
kehidupan manusia. Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia sangatlah bergantung pada
lingkungan hidup sekitarnya, bahkan dari satu pohon saja bisa mempunyai banyak arti
bagi kehidupan manusia, karena di dalam satu pohon itu manusia bisa mendapatkan
banyak manfaat seperti oksigen, buah-buahan, bahkan kayu dari pohon tersebut bisa
dimanfaatkan untuk menjadi barang-barang rumah tangga.

Kebutuhan yang

disebutkan terakhir tersebut yang bisa menjadi bahaya bagi kehidupan banyak
manusia. Harus diakui pemanfaatan dari kayu memang sangatlah berguna bagi
banyak manusia, karena bisa dibentuk menjadi alat-alat rumah tangga, kertas, pensil

dan sebagainya. Namun, karena untuk memenuhi kebutuhan tersebut jugalah yang
menyebabkan manusia menjadi serakah. Demi mendapatkan keuntungan yang besar,
banyak manusia yang tidak peduli akan dampaknya dari penebangan liar, sehingga
banyak pohon yang ditebang namun tidak adanya kontrol yang baik dari segi jumlah
yang ditebang maupun pembudidayaannya.
Kebanyakan manusia menempatkan lingkungan hidup hanya sebagai bahan
eksploitasi untuk tujuan jangka pendek. Kondisi ini tentu sangat medesak untuk
segera dikendalikan. Perlu diadakan suatu sistem yang konkrit untuk melakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Jika tidak,
kerusakan lingkungan hidup sudah pasti akan menjadi ancaman besar bagi peradaban
masyarakat dunia. Paradigma yang menempatkan lingkungan sebagai obyek
eksploitasi telah membawa kerusakan lingkungan fatal yang berujung kepada
berbagai bencana alam yang sangat merugikan. Hal ini pun dikuatkan oleh Emil
Salim yang menyimpulkan bahwa ada lima tantangan besar yang harus dihadapi
gerakan penyelamatan lingkungan hidup, diantaranya[3] : pertama adalah
penyelematan air dari eksploitasi secara berlebihan dan pecemaran yang kian
meningkat, baik air tanah, sungai, danau, rawa, maupun air laut. Kedua, merosotnya
kualitas tanah dan hutan akibat tekanan penduduk dan eksploitasi besar-besaran untuk
keperluan pembangunan. Ketiga, menciutnya keanekaan hayati akibat rusaknya
habitat lingkungan berbagai tumbuh-tumbuhan dan hewan. Keempat, perubahan
iklim, dan yang terakhir adalah meningkatnya jumlah kota-kota berpenduduk banyak.
Negara kita juga tidak lepas dari masalah kerusakan lingkungan yang begitu besar
dan masif. Berdasarkan hasil peta paduserasi TGHK RTRWP pada tahun 1999
misalnya, dari luas kawasan hutan alam diduga sekitar 120.353.104 ha, diperkirakan
sudah terjadi degradasi hingga mencapai 50 juta ha (Haeruman, 2003). Hasil
penafsiran citra satelit pun menguatkan bukti kerusakan itu. laju perusakan hutan alam
tahun 1985 - 1997 tercatat 1,6 juta ha per tahun, tahun 1997 - 2000 tercatat 2,8 juta ha
per tahun, tahun 2000 - 2003 laju kerusakan semakin tidak terkendali (Purnama,
2003). Akibat hilangnya hutan alam seluas 50 juta ha itu, Jika dinilai kerugian kayu
nya saja, Indonesia diperkirakan sudah mengalami kerugian sebesar Rp 30.000
Triliun. Bahkan pada tahun 2008 lalu saja diperkirakan kawasan lahan negara yang
terdegradasi bertambah luas sebesar 77,8 juta ha[4]. Jika sudah demikian, maka

benarlah pepatah suku Indian yang mengatakan : Ketika pohon terakhir sudah
ditebang, ikan terakhir sudah ditangkap dan sungai terakhir telah mengering semua,
maka barulah kita sadar bahwa uang ternyata tidak bisa dimakan[5].
Melihat kerusakan lingkungan hutan yang begitu parah seharusnya sudah membuat
negara ini menindak dengan keras terhadap pelaku-pelaku kejahatan kerusakan
lingkungan, terutama yang disertai praktik KKN. Dalam praktik KKN di ranah
lingkungan hidup yang patut diwaspadai adalah para pelaku perusak lingkungan yang
datang dari kalangan pemodal besar seperti perusahaan-perusahaan besar yang terlibat
di sektor kehutanan maupun pertambangan. Hal ini ditegaskan oleh mantan wakil
ketua KPK Chandra Hamzah dalam sebuah worksop investigasi kasus lingkungan di
Jakarta, dimana menurutnya, perusahaan-perusahaan yang melakukan kerusakan
terhadap alam umumnya sulit ditindak karena mereka mengantongi izin usaha yang
cukup. Karena itu menurutnya, yang perlu diwaspadai adalah proses kontrol
administrasi dalam pemberian izin sebelum perusahaan-perusahaan tersebut
beroperasi. Baik itu izin usaha baik dari pemerintah daerah maupun dari pemerintah
pusat.[6] Lalu menurut beliau, perusahaan-perusahaan kecil yang bergerak di bidang
kehutanan namun pada RKAT tahun berikutnya tercatat memiliki jumlah keuntungan
yang sangat besar, maka patut dicurigai perusahan tersebut mendapatkan hasil bukan
dari pohon-pohon yang mereka tanam melainkan dari hutan-hutan alam yang
seharusnya tidak boleh ditebang.[7]
Menurut Kepala Seksi Hubungan Masyarakat dan Informasi Perum Perhutani Unit 1
Jateng, Dadang Ishardianto, ia menyatakan kerugian material akibat penebangan
pohon memang tidak seberapa namun kerugian secara ekologis sebenarnya sangat
besar, beliau menambahkan setiap pohon terutama yang berukuran besar memiliki
nilai ekologis yang relatif tinggi karena mampu menampung air dua kali lipat
ketimbang luas tajuk dan perakarannya.[8] Sehingga saat musim hujan, apabila satu
pohon saja bisa menampung air yang sangat besar dan mencegah potensi banjir, bisa
dibayangkan bagaimana efek dari banyaknya pohon terhadap mencegah potensi banjir
yang sering melanda di negara ini.
Korupsi di sektor lingkungan hidup akan menyebabkan kerugian ekologis yang
bersifat jangka panjang. Kerugian ini mungkin tidak terasa sekarang, namun bisa
dibayangkan apabila lingkungan hidup di bumi ini terutama di negara kita semakin

rusak, tentu saja akan banyak kerugian yang diderita oleh manusia secara
keseluruhan, bisa saja alam rusak, bencana alam terjadi, manusia kehabisan sumber
daya alam, efek rumah kaca dan kerugian-kerugian itu akan berdampak jauh lebih
besar dibandingkan kerugian ekonomis yang diderita.
Permasalahan yang terjadi, masyarakat kita kurang peduli akan kerugian ekologis ini,
seringkali pelaku-pelaku usaha yang menyebabkan kerusakan lingkungan hanya
terfokus mengenai ganti rugi terhadap penduduk setempat. Memang benar ganti rugi
itu perlu bahkan itu kewajiban mereka, namun ganti kerugian oleh para pelaku usaha
jangan hanya sebatas ganti rugi materi kepada manusia, namun juga kepada alam.
Alam yang rusak tidak bisa diperbaiki hanya dengan semalam perlu waktu berpuluhpuluh tahun bahkan mungkin saja kerusakan tersebut tidak akan bisa diperbaiki. Oleh
karena itu, sudah seharusnya para pelaku perusak lingkungan juga menyadari
pentingnya dampak kerugian ekologis yang terjadi apabila kerusakan lingkungan
telah terjadi. Sehingga ke depannya bentuk pertanggungjawaban para pelaku perusak
lingkungan tidak hanya sebatas ganti rugi saja melainkan juga adanya upaya
perbaikan terhadap lingkungan yang rusak.

Anda mungkin juga menyukai