Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

KONSEP DASAR ETIKA KESEHATAN


(UMUM DAN KESEHATAN MASYARAKAT)

Oleh :
KELOMPOK 1

Angelicha Wiranda Rizky 1710912220005


Atikah Luthfiyani 1710912120003
Anisa Wulandari 1710912220006
Benbela Gustianto 1710912310009
Emelia Agustina 1710912120005
Gina Chairina Jahra 1710912320023
Putri Julia Rahayu 1710912320050
Rahmiyati 1710912220033
Rusadi 1710912310065

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
Maret, 2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan
dengan rahmat dan karunia-nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah Makalah
Etika dan Hukum Kesehatan yang berjudul “Konsep Dasar Etika Kesehata
(Umum dan Kesehatan Masyarakat)”. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berpartisipasi dalam penyajian
makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktunya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini masih jauh dari sempurna, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga keberadaan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak baik yang menyusun maupun yang membaca.

Banjarbaru, Maret 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
COVER ....................................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................2
C. Tujuan .......................................................................................................2
D. Manfaat .....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Konsep Dasar Etika Kesehatan ...................................................3
B. Istilah Konsep Dasar Etika Kesehatan ......................................................3
C. Prinsip Konsep Dasar Etika Kesehatan .....................................................5
D. Jenis Konsep Dasar Etika Kesehatan ........................................................5
E. Nilai Etika Konsep Dasar Etika Kesehatan ..............................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................9
B. Saran...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata etika berasal dan bahasa Yunani, yaitu ethos yang berhubungan
dengan pertimbangan pembuat keputusan benar atau tidaknya suatu perbuatan
karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang mengesahkan hal yang harus
dilakukan. rus dilakukan. Adapun Veronica Komalawati dalam bukunya Hukum
dan Etika dalam Praktik Kedokteran, menjelaskan etika adalah pedoman, patokan,
ukuran untuk menilai perilaku manusia yang baik atau buruk yang berlaku secara
umum dalam kehidupan bersama. Secara sistematis, etika dibedakan menjadi
etika umum dan etika khusus. Etika khusus selanjutnya dibedakan lagi menjadi
etika individual dan etika sosial (1).
Kesehatan merupakan suatu bagian terpenting dari kesejahteraan
masyarakat. Kesehatan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di
samping adanya sandang, pangan, dan papan. Dengan didasari berkembangnya,
pelayanan kesehatan dewasa ini, untuk memahami etika kesehatan merupakan
bagian terpenting dari kesejahteraan masyarakat serta merupakan tuntunan yang
dipandang semakin perlu, karena etika kesehatan merupakan suatu pedoman yang
menjadi acuan dalam tindakan melayani para pasien (2).
Hukum kesehatan merupakan cabang dari ilmu hukum yang secara
relatif baru berkembang di Indonesia. Hukum kesehatan ini merupakan cakupan
dan aspek-aspek hukum perdata, hukum administratif, hukum pidana, dan hukum
disiplin yang tertuju pada subsistem kesehatan dalam masyarakat. Salah satu
unsur dalam hukum kesehatan, merupakan pengertian-pengertian tersebut, yaitu
subjek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, objek
hukum, dan masyarakat hukum (1).
Dalam ilmu kesehatan masyarakat, etika merupakan hal yang sangat
penting dan mendasar bagi tenaga kesehatan masyarakat maupun masyarakat.
Dengan adanya etika maka akan menjadi alat kontrol yang baik dalam menjaga

1
ketepatan tindakan serta keamanan tindakan bagi penerima jasa pelayanan
kesehatan masyarakat. Dengan etika diharapkan dapat menjadi alat kontrol bagi
petugas kesehatan untuk selalu memberikan pelayanan kesehatan yang
berlandaskan profesionalitas dan tidak bertentangan dengan etika (3).
Bagi etika, baik buruknya, tercela tidaknya, perbuatan itu diukur dengan
tujuan hukum, yaitu ketertiban masyarakat. Bagi hukum problematikanya ialah
ditaati atau dilanggar tidaknya kaidah hukum. Hukum menuntut legalitas, yaitu
berarti bahwa yang dituntut ialah pelaksanaan atau penataan hukum semata.
Sebaliknya, etika lebih mengandalkan iktikad baik dan kesadaran moral pada
pelakunya. Oleh karena itu, etika menurut moralitas, berarti bahwa yang dituntut
adalah perbuatan yang didorong oleh rasa wajib dan tanggung jawab itulah
sebabnya, timbul kesulitan untuk menilai pelanggaran etika selama pelanggaran
itu bukan merupakan pelanggaran hukum. Etika seperti halnya juga dengan
hukum mengancam pelanggaran dengan sanksi. Hanya saja, sanksi pelanggaran
pada etika tidak dapat dipaksakan dengan sarana ekstrem (1).
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan mempunyai dua fungsi,
yaitu fungsi pelayanan publik dan fungsi pelayanan klinis atau medikal. Indikasi
dalam pemberian pelayanan di puskesmas dapat tercermin dari persepsi pasien
atas layanan kesehatan yang diterima. Dari persepsi ini, pasien dapat memberikan
penilaian tentang etika dan kinerja tenaga kesehatan dalam pemberian pelayanan.
Seperti yang tercantum dalam Undang-undang 1945 pasal 23 ayat (1) menyatakan
bahwa harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna
pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. etika
profesi lebih bersifat moral, maka kesalahan yang terjadi apabila dilakukan oleh
tenaga kesehatan, sanksi yang diberikan bersifat moral dan yang paling dirugikan
adalah para kliennya, sehingga untuk menangani pelanggaran yang dilakukan oleh
pelaku pelayanan agar tidak terlalu merugikan penggunan pelayanan, dibentuklah
suatu majelis kode etik profesi yang berlandaskan pada etika dan hukum yang
berlaku (2).

2
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Konsep Dasar Etika Kesehatan
2. Istilah Konsep Dasar Etika Kesehatan
3. Prinsip Konsep Dasar Etika Kesehatan
4. Jenis Konsep Dasar Etika Kesehatan
5. Nilai Etika Konsep Dasar Etika Kesehatan

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan menjelaskan mengenai konsep dasar etika
kesehatan (Umum dan Kesehatan Masyarakat) sampai dengan sub pembahasan
yang ada didalamnya.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari konsep dasar etika kesehatan
(Umum dan Kesehatan Masyarakat)
b. Untuk mengetahui dan memahami istilah dari konsep dasar etika kesehatan
(Umum dan Kesehatan Masyarakat)
c. Untuk mengetahui dan memahami prinsip dari konsep dasar etika kesehatan
(Umum dan Kesehatan Masyarakat)
d. Untuk mengetahui dan memahami jenis dari konsep dasar etika kesehatan
(Umum dan Kesehatan Masyarakat)
e. Untuk mengetahui dan memahami nilai etika dari konsep dasar etika
kesehatan (Umum dan Kesehatan Masyarakat)

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan bagi pembacanya, memberikan wawasan mengenai konsep dasar
etika kesehatan (Umum dan Kesehatan Masyarakat) yang ada, dan dapat

3
memahami lebih jauh tentang konsep dasar etika kesehatan (Umum dan
Kesehatan Masyarakat) dengan sub pembahasan yang ada.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Konsep Dasar Etika Kesehatan


Konsep pendekatan dalam upaya penanganan kesehatan penduduk
mengalami banyak perubahan sejalan dengan pemahaman dan pengetahuan kita
bagaimana suatu masyarakat menghayati dan menghargai bahwa kesehatan itu
merupakan “Human Capital” yang sangat besar nilainya. Konsep sehat–sakit
senantiasa berubah sejalan dengan pemahaman kita tentang nilai, peran,
penghargaan dan pemahaman kita terhadap kesehatan. Dimulai pada zaman
keemasan Yunani bahwa sehat merupakan keadaan standard yang harus dicapai
dan dibanggakan, sedangkan sakit sebagai sesuatu yang tak bermanfaat. Setelah
ditemukan kuman penyebab penyakit, batasan sehat juga berubah, seseorang
disebut sehat apabila setelah diadakan pemeriksaan secara seksama tidak
ditemukan penyebab penyakit. Tahun lima puluhan definisi World Health
Organization (WHO) tentang sehat sebagai keadaan sehat sejahtera fisik mental
sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan, dan tahun delapan
puluhan kemudian definisi sehat WHO mengalami perubahan seperti yang tertera
dalam UndangUndang Kesehatan Republik Indonesia No 23 tahun 1992 telah
memasukkan unsur hidup produktif sosial dan ekonomi (4).
Etika kesehatan masyarakat adalah suatu tatanan moral berdasarkan sistem
nilai yang berlaku secara universal dalam eksistensi mencegah perkembangan
resiko pada individu, kelompok dan masyarakat yang mengakibatkan penderitaan
sakit dan kecacatan, serta meningkatkan keberdayaan masyarakat untuk hidup
sehat dan sejahtera. Etika adalah usaha manusia dalam memakai akal budi dan
daya pikirnya untuk menyelesaikan masalah bagaimana ia harus hidup, kalau ia
mau menjadi baik (5).
Alasan etika dibutuhkan saat ini adalah:
1. Masyarakat semakin pluralistic, termasuk dalam hal moralitas, norma-norma
moral sendiri masih diperdebatkan misalnya dalam bidang etika seksual,

5
hubungan anak dan orang tuanya, kewajiban terhadap negara, sopan santun
dalam pergaulan.
2. Desakan transformasi pada dimensi kehidupan manusia, sehingga manusia
secara evolusi, dan radikal menganut nilai-nilai baru yang sesungguhnya tidak
sesuai dengan tatanan sosialnya.
3. Eksploitasi modernisasi dari kelompok tertentu untuk kepentingan sepihak,
dan seringkali manusia tidak sadar, bahwa modernisasi bukanlah untuk
mengabaikan tata nilai, tetapi justeru memberikan kemudahan dalam
pencapaian derajat kesejahteraan.
4. Kaum agama memubutuhkan perbandingan tata nilai yang bersumber dari
norma-norma budaya secara universalistic dalam kapasitas untuk memberikan
kemudahan logic pada manusia dalam memahami keyakinan agama (5).

B. Istilah Konsep Dasar Etika Kesehatan


Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak
arti yaitu: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,
akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat
kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya
istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi,
secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Etika merupakan suatu
ilmu yang membahas perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat
dipahami oleh pikiran manusia. Dan etika profesi terdapat suatu kesadaran yang
kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa
keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukan. Etika merupakan aplikasi
atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus
pada prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam
kehidupannya. Etika juga berarti pengetahuan tentang moralitas, yaitu meninjau
segala hal yaitu baik maupun buruk dari sisi moral. etika merupakan suatu disiplin

6
yang diawali dengan mengidentifikasi, mengorganisasi, menganalisa dan
memutuskan perilaku manusia dengan menerapkan prinsip-prinsip untuk
mendeterminasi perilaku yang baik terhadap suatu situasi yang dihadapi (6).
Etika selalu berkaitan dengan dengan moralitas, dimana dibutuhkan
pertanggung-gugatan dari manusia sebagai individu dan anggota dari individu-
individu lainnya pada suatu system atau tatanan social. Pertanggung-gugatan itu
sendiri dipengaruhi oleh kebebasan social dan eksistensi. Kebebasan social adalah
kebebasan yang diterima dari orang lain, yaitu kebebasan jasmani, kebebasan
rohani dan kebebasan normative. Sedangkan kebebasan eksistensi adalah
kebebasan dalam arti kemampuan kita untuk menentukan tindakan kita sendiri.
Kebebasan ini berakar pada kebebasan rohani dalam penguasaan manusia
terhadap batinnya, pikiran dan kehendaknya, dalam pola yang otonom sehingga
bukan dipengaruhi oleh rasa takut dan tertekan, melainkan lahir dari suatu
kesadaran karena adanya nilai dan makna. Manifestasi dari kebebasan eksistensi
inilah yang melahirkan suara hati (7).

C. Prinsip Konsep Dasar Etika Kesehatan


Menurut Beauchamp and Childress tahun 1994 dalam Yanuar Arman
(2017), menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu keputusan etik diperlukan
dasar moral (moral principle) dan beberapa jalan di bawahnya. Keempat kaidah
dasar moral tersebut adalah (8):
1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,
terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip moral
inilah yang kemudian melahirkan doktrin informed consent;
2. Prinsip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang
ditujukan ke kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal
perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya
(manfaat) lebih besar dari pada sisi buruknya (mudharat);
3. Prinsip non maleficience yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip justice, prinsip moral yang

7
mementingkan fairness dan keadilan dalam tersikap maupun dalam
mendistribusikan sumber daya (distributive justice).
Menurut Sang Gede Purnama (2017), prinsip-Prinsip Etika Kesehatan
Filosofi moral etika kesehatan dijelaskan dalam Prinsip Dasar Etika Kesehatan
sebagai berikut (9):
1. Autonomy (otonomi)
Prinsip “Autonomy” (self-determination) yaitu prinsip yang
menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self
determination) dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk
memutuskan suatu prosedur medis. Prinsip moral inilah yang kemudian
melahirkan konsep Informed consent. Prinsip otonomi merupakan bentuk
respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa
dan bertindak secara rasional. Contoh prinsip otonomi adalah seorang warga
menentukan sikap untuk ikut penyuluhan ataupun kegiatan kesehatan yang
diselenggrakan oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat.
2. Beneficience (Berbuat baik)
Beneficience (Berbuat baik) adalah prinsip moral yang mengutamakan
tindakan yang bertujuan untuk kebaikan pasien atau penyediaan keuntungan
dan menyeimbangkan keuntungan tersebut dengan risiko dan biaya. Dalam
Beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan
juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya.
Contohnya Seorang sarjana Kesehatan Masysrakat (SKM) memberikan
pelayanan kepada seoarang pasien yang menderita penyakit TBC, maka SKM
tersebut harus mempertimbangkan dan berkonsultasi dengan ahlinya dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
3. Non Maleficience (Tidak merugikan)
Prinsip tidak merugikan “Non-maleficence” adalah prinsip menghindari
terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non
nocere” atau “ above all do no harm“. Prinsip ini berarti tidak menimbulkan
bahaya atau cidera fisik dan psikologis pada klien atau pasien. Contohnya

8
seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) memberikan pelayanan yang
terbaik dalam usaha penyembuhan pencegahan tanpa merugikan masyarakat.
4. Confidentiality (kerahasiaan)
Institusi kesehatan akan menjaga kerahasiaan informasi yang bisa
merugikan seseorang atau masyarakat. Aturan dalam prinsip kerahasiaan
adalah informasi tentang pasien harus dijaga. Segala sesuatu yang terdapat
dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan pasien. Contohnya seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
merahasiakan segala bentuk data terkait dengan data survei yang bersifat
pribadi (tidak dipublikasikan).
5. Fidelity (Menepati janji)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Tenaga Kesehatan setia pada komitmen dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien dan menggambarkan
kepatuhan tenaga kesehatan terhadap kode etik. Contohnya seorang Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM) menepati janjinya dalam usaha peningkatan
dan perbaikan kesehatan di masyarakat sesuai dengan program yang telah
dibuat.
6. Fiduciarity (Kepercayaan)
Kepercayaan adalah hukum hubungan atau etika kepercayaan antara dua
atau lebih pihak. Kepercayaan dibutuhkan untuk komunikasi antara
professional kesehatan dan pasien. Seseorang secara hukum ditunjuk dan
diberi wewenang untuk memegang aset dalam kepercayaan untuk orang lain.
Contohnya seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) diberi kepercayaan
oleh masyarakat dalam memberantas wabah DBD dan malaria.
7. Justice (Keadilan)
Keadilan yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan
dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive
justice) atau pendistribusian dari keuntungan, biaya dan risiko secara adil.
Contohnya seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) memberikan

9
pelayanan kesehatan seperti imunisasi, penyuluhan, pemberantasan jentik –
jentik pada semua lapisan masyarakat.
8. Veracity (Kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip
veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran. Contohnya seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
meberikan informasi tekait dengan kondisi kesehatan masyrakat dengan
transparan dan dapat dipertanggung jawabkan.

D. Jenis Konsep Dasar Etika Kesehatan


Menurut Sang Gede Purnama (2017), dalam membahas Etika sebagai ilmu
yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya
dengan berbicara moral (mores). Ada 2 jenis etika, sebagai berikut (9):
1. Etika deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai
sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai
fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai
suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya.
2. Etika normatif
Etika menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini.

Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika, etika dapat


diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
1. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus
membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.

10
2. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan
baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.
3. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat
normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap
perilaku manusia.

E. Nilai Etika Konsep Dasar Etika Kesehatan


Di dalam pelayanan kesehatan tentu ada aturan-aturan yang berkaitan
dengan kesehatan yaitu bagaimana menghandle masalah-masalah itu tidak keluar
dari etika dan hukum agar apa yang dikerjakan tidak menimbulkan efek secara
etika dan hukum terhadap diri sendiri dan orang lain (10).
Etik berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya yang baik atau
yang layak. Yang baik atau yang layak ini ukurannya orang banyak. Secara lebih
luas, etika merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok
profersi tertentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Pekerjaan
profersi antara lain dokter, apoteker, ahli kesehatan masyarakat, perawat,
wartawan, hakim, pengacara, akuntan dan lain-lain. Katanya, kedokteran adalah
profersi yang paling duluan menyusun etika. Yang mana etika kedokteran itu
adalah prinsip-prinsip moral atau azas-azas akhlak yang harus diterapkan oleh
dokter dalam hubunngannya dengan pasien, sejawat dan asyarakat umum (10).
Katanya kedokteran adalah profersi yang paling duluan menyusun etika.
Yang mana etika kedokteran itu adalah diterapkan oleh dokter dalam hubugannya
dengan pasien, sejawat dan masyarakat umum. Sedangkan etika ahli kesehatan
masyarakat adalah bagaimana bertingkah laku dalam memberikan jasa dalam
pelayanan nanti (11).
Ciri-ciri pekerjaan profersi (11):
1. Mengikuti pendidikan sesuai standar nasional
2. Pekerjaannya berlandaskan etik profersi
3. Mengutamakan panggilan kemanusiaan dari pada keuntungan
4. Pekerjaannya legal melalui perizinan

11
5. Anggotanya belajar sepanjang hanyat (longlife education)
6. Mempunyai organisasi profesi (ex: ID, IAKMI, PWI, dll)

Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu


kekuasaan dalam mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat agar masyarakat
bisa teratur. Hukum perdata mengatur subjek dan antar subjek dalam hubungan
interrelasi (kedudukan sederajat). Hukum pidana adalah peraturan mengenai
hokum KUHP di Indonesia (1 Januari 1918). Hukum kesehatan (No. 23 tahun
1992) adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan atau pelayanan dan penerapannya. Yang diatur menyangkut hak dan
kewajiban baik perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima
pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan
dalam segala aspeknya, organisasi, sarana pedoman standar pelayanan medic (12).
Etika kesehatan mancakup penilaian terhadap gejala kesehatan yang
disetujui atau ditolak dan suatu kerangka rekomendasi bagaimana bersikap atau
bertindak secara pantas di dalam bidang kesehatan (13).
1. Paternalisme kalangan
Profersi kesehatan harus berperan sebagai orangtua terhadap pasien dan
keluarganya
2. Individualisme
Pesien mempunyai hak-hak mutlak terhadap badan dan kehidupannya\
3. Resiprokalisme
Kalangan profersi kesehatan harus bekerja sama dengan pasien dan
keluarganya dalam memberikan pelayanan kesehatan

Landasaan pembentukan perundang-undangan pelayanan kesehatan (WB


Van Der Mijn 1982) (12).
1. Kebutuhan akan pengaturan pemberian jasa keahlian
2. Kebutuhan akan tingkat kualitas keahlian tertentu
3. Kebutuhan akan keterarahan
4. Kebutuhan akan pengendalian biaya

12
5. Kebutuhan akan kebebasan warga masyarakt untuk menentukan
kepentingannya dan identifikasi kewajiban pemerintah
6. Kebutuhan pasien akan perlindungan hukum
7. Kebutuhan akan perlindungan hukum bagi para ahli
8. Kebutuhan akan perlindungan hukum bagi pihak ketiga
9. Kebutuhan akan perlindungan bagi kepentingan umum

13
BAB III
PENUTUP

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Is, SM. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Penerbit Kencana. 2015.
2. Rijal F, H. Muhammad SD, Usman, Niar N. Pengaruh Etika Dan Kinerja
Tenaga Kesehatan Terhadap Pemberian Pelayanan Kesehatan Pasien Di
Puskesmas Madising Na Mario Kota Parepare. Jurnal Ilmiah Manusia Dan
Kesehatan, 2019. 2(1): 12-25.
3. Swarjana, IK. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit Andi. 2017.
4. Aningrum AS, Syarifuddin Y, Usman. Analisis penerapan etika dan hukum
kesehatan pada pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit nene mallomo
kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Ilmiah Manusia dan kesehatan 2018;
1(3): 189-200.
5. Fadila NF, Dedi A M.Tegar I. Penerapan nilai kode etik Kedokteran Indonesia
pada era jaminan kesehatan nasional di kabupaten Siak. Jurnal JOM FK 2017;
4(1): 1-13.
6. Lahinda V, Pelealu, Maramis. Hubungan kualitas jasa pelayanan tenaga
kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien pada ruang rawat inap di rumah
sakit ibu dan anak (rsia) kasih ibu manado tahun 2017. Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi 2017; 1(2): 1-8.
7. Ardana IC, Elizabeth SD, Yuniarwat. Keterkaitan kesehatan spiritual (spiritual
wellbeing) dan orientasi keputusan etis (ethical orientation of decision
making). Jurnal Akuntansi 2016; 21(1): 95-113.
8. Yanuar Arman, 2017. Etika profesi dan hukum kesehatan. 1st ed. Jakarta:
Pusat pendidikan dan sumber daya kesehatan.
9. Sang Gede Purnama, 2017. Etika dan hukum kesehatan. 1st ed. Denpasar:
Universitas Udayana.
10. Rahmi SM, Afandi D, Haslinda L. Penerapan nilai kode etik kedokteran
Indonesia pada era jaminan kesehatan nasional di kabupaten Bengkalis. Jurnal
JOM FK. 2017 : 4(1); 1-10.
11. Purnamasari CB, Claramita M, Prabandari YS. Pembelajaran profesionalisme
kedokteran dalam persepsi intruktur dan mahasiswa. Jurnal pendidikan
kedokteran Indonesia. 2015 : 4(1); 52-59.
12. Aningrum AS, Yusuf S, Usman. Analisis penerapan etika dan hukum
kesehatan pada pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit Nene Mallomo
kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal ilmiah manusia dan kesehatan. 2018 :
1(3); 112-119.
13. Henky. Pelayanan etika klinis. Jurnal universitas Udayana. 2018 : 2(2); 59-66.

Anda mungkin juga menyukai