Oleh :
KELOMPOK 1
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan
dengan rahmat dan karunia-nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah Makalah
Etika dan Hukum Kesehatan yang berjudul “Konsep Dasar Etika Kesehata
(Umum dan Kesehatan Masyarakat)”. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berpartisipasi dalam penyajian
makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktunya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini masih jauh dari sempurna, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga keberadaan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak baik yang menyusun maupun yang membaca.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ....................................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................2
C. Tujuan .......................................................................................................2
D. Manfaat .....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Konsep Dasar Etika Kesehatan ...................................................3
B. Istilah Konsep Dasar Etika Kesehatan ......................................................3
C. Prinsip Konsep Dasar Etika Kesehatan .....................................................5
D. Jenis Konsep Dasar Etika Kesehatan ........................................................5
E. Nilai Etika Konsep Dasar Etika Kesehatan ..............................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................9
B. Saran...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata etika berasal dan bahasa Yunani, yaitu ethos yang berhubungan
dengan pertimbangan pembuat keputusan benar atau tidaknya suatu perbuatan
karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang mengesahkan hal yang harus
dilakukan. rus dilakukan. Adapun Veronica Komalawati dalam bukunya Hukum
dan Etika dalam Praktik Kedokteran, menjelaskan etika adalah pedoman, patokan,
ukuran untuk menilai perilaku manusia yang baik atau buruk yang berlaku secara
umum dalam kehidupan bersama. Secara sistematis, etika dibedakan menjadi
etika umum dan etika khusus. Etika khusus selanjutnya dibedakan lagi menjadi
etika individual dan etika sosial (1).
Kesehatan merupakan suatu bagian terpenting dari kesejahteraan
masyarakat. Kesehatan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di
samping adanya sandang, pangan, dan papan. Dengan didasari berkembangnya,
pelayanan kesehatan dewasa ini, untuk memahami etika kesehatan merupakan
bagian terpenting dari kesejahteraan masyarakat serta merupakan tuntunan yang
dipandang semakin perlu, karena etika kesehatan merupakan suatu pedoman yang
menjadi acuan dalam tindakan melayani para pasien (2).
Hukum kesehatan merupakan cabang dari ilmu hukum yang secara
relatif baru berkembang di Indonesia. Hukum kesehatan ini merupakan cakupan
dan aspek-aspek hukum perdata, hukum administratif, hukum pidana, dan hukum
disiplin yang tertuju pada subsistem kesehatan dalam masyarakat. Salah satu
unsur dalam hukum kesehatan, merupakan pengertian-pengertian tersebut, yaitu
subjek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, objek
hukum, dan masyarakat hukum (1).
Dalam ilmu kesehatan masyarakat, etika merupakan hal yang sangat
penting dan mendasar bagi tenaga kesehatan masyarakat maupun masyarakat.
Dengan adanya etika maka akan menjadi alat kontrol yang baik dalam menjaga
1
ketepatan tindakan serta keamanan tindakan bagi penerima jasa pelayanan
kesehatan masyarakat. Dengan etika diharapkan dapat menjadi alat kontrol bagi
petugas kesehatan untuk selalu memberikan pelayanan kesehatan yang
berlandaskan profesionalitas dan tidak bertentangan dengan etika (3).
Bagi etika, baik buruknya, tercela tidaknya, perbuatan itu diukur dengan
tujuan hukum, yaitu ketertiban masyarakat. Bagi hukum problematikanya ialah
ditaati atau dilanggar tidaknya kaidah hukum. Hukum menuntut legalitas, yaitu
berarti bahwa yang dituntut ialah pelaksanaan atau penataan hukum semata.
Sebaliknya, etika lebih mengandalkan iktikad baik dan kesadaran moral pada
pelakunya. Oleh karena itu, etika menurut moralitas, berarti bahwa yang dituntut
adalah perbuatan yang didorong oleh rasa wajib dan tanggung jawab itulah
sebabnya, timbul kesulitan untuk menilai pelanggaran etika selama pelanggaran
itu bukan merupakan pelanggaran hukum. Etika seperti halnya juga dengan
hukum mengancam pelanggaran dengan sanksi. Hanya saja, sanksi pelanggaran
pada etika tidak dapat dipaksakan dengan sarana ekstrem (1).
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan mempunyai dua fungsi,
yaitu fungsi pelayanan publik dan fungsi pelayanan klinis atau medikal. Indikasi
dalam pemberian pelayanan di puskesmas dapat tercermin dari persepsi pasien
atas layanan kesehatan yang diterima. Dari persepsi ini, pasien dapat memberikan
penilaian tentang etika dan kinerja tenaga kesehatan dalam pemberian pelayanan.
Seperti yang tercantum dalam Undang-undang 1945 pasal 23 ayat (1) menyatakan
bahwa harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna
pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. etika
profesi lebih bersifat moral, maka kesalahan yang terjadi apabila dilakukan oleh
tenaga kesehatan, sanksi yang diberikan bersifat moral dan yang paling dirugikan
adalah para kliennya, sehingga untuk menangani pelanggaran yang dilakukan oleh
pelaku pelayanan agar tidak terlalu merugikan penggunan pelayanan, dibentuklah
suatu majelis kode etik profesi yang berlandaskan pada etika dan hukum yang
berlaku (2).
2
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Konsep Dasar Etika Kesehatan
2. Istilah Konsep Dasar Etika Kesehatan
3. Prinsip Konsep Dasar Etika Kesehatan
4. Jenis Konsep Dasar Etika Kesehatan
5. Nilai Etika Konsep Dasar Etika Kesehatan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan menjelaskan mengenai konsep dasar etika
kesehatan (Umum dan Kesehatan Masyarakat) sampai dengan sub pembahasan
yang ada didalamnya.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari konsep dasar etika kesehatan
(Umum dan Kesehatan Masyarakat)
b. Untuk mengetahui dan memahami istilah dari konsep dasar etika kesehatan
(Umum dan Kesehatan Masyarakat)
c. Untuk mengetahui dan memahami prinsip dari konsep dasar etika kesehatan
(Umum dan Kesehatan Masyarakat)
d. Untuk mengetahui dan memahami jenis dari konsep dasar etika kesehatan
(Umum dan Kesehatan Masyarakat)
e. Untuk mengetahui dan memahami nilai etika dari konsep dasar etika
kesehatan (Umum dan Kesehatan Masyarakat)
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan bagi pembacanya, memberikan wawasan mengenai konsep dasar
etika kesehatan (Umum dan Kesehatan Masyarakat) yang ada, dan dapat
3
memahami lebih jauh tentang konsep dasar etika kesehatan (Umum dan
Kesehatan Masyarakat) dengan sub pembahasan yang ada.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
hubungan anak dan orang tuanya, kewajiban terhadap negara, sopan santun
dalam pergaulan.
2. Desakan transformasi pada dimensi kehidupan manusia, sehingga manusia
secara evolusi, dan radikal menganut nilai-nilai baru yang sesungguhnya tidak
sesuai dengan tatanan sosialnya.
3. Eksploitasi modernisasi dari kelompok tertentu untuk kepentingan sepihak,
dan seringkali manusia tidak sadar, bahwa modernisasi bukanlah untuk
mengabaikan tata nilai, tetapi justeru memberikan kemudahan dalam
pencapaian derajat kesejahteraan.
4. Kaum agama memubutuhkan perbandingan tata nilai yang bersumber dari
norma-norma budaya secara universalistic dalam kapasitas untuk memberikan
kemudahan logic pada manusia dalam memahami keyakinan agama (5).
6
yang diawali dengan mengidentifikasi, mengorganisasi, menganalisa dan
memutuskan perilaku manusia dengan menerapkan prinsip-prinsip untuk
mendeterminasi perilaku yang baik terhadap suatu situasi yang dihadapi (6).
Etika selalu berkaitan dengan dengan moralitas, dimana dibutuhkan
pertanggung-gugatan dari manusia sebagai individu dan anggota dari individu-
individu lainnya pada suatu system atau tatanan social. Pertanggung-gugatan itu
sendiri dipengaruhi oleh kebebasan social dan eksistensi. Kebebasan social adalah
kebebasan yang diterima dari orang lain, yaitu kebebasan jasmani, kebebasan
rohani dan kebebasan normative. Sedangkan kebebasan eksistensi adalah
kebebasan dalam arti kemampuan kita untuk menentukan tindakan kita sendiri.
Kebebasan ini berakar pada kebebasan rohani dalam penguasaan manusia
terhadap batinnya, pikiran dan kehendaknya, dalam pola yang otonom sehingga
bukan dipengaruhi oleh rasa takut dan tertekan, melainkan lahir dari suatu
kesadaran karena adanya nilai dan makna. Manifestasi dari kebebasan eksistensi
inilah yang melahirkan suara hati (7).
7
mementingkan fairness dan keadilan dalam tersikap maupun dalam
mendistribusikan sumber daya (distributive justice).
Menurut Sang Gede Purnama (2017), prinsip-Prinsip Etika Kesehatan
Filosofi moral etika kesehatan dijelaskan dalam Prinsip Dasar Etika Kesehatan
sebagai berikut (9):
1. Autonomy (otonomi)
Prinsip “Autonomy” (self-determination) yaitu prinsip yang
menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self
determination) dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk
memutuskan suatu prosedur medis. Prinsip moral inilah yang kemudian
melahirkan konsep Informed consent. Prinsip otonomi merupakan bentuk
respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa
dan bertindak secara rasional. Contoh prinsip otonomi adalah seorang warga
menentukan sikap untuk ikut penyuluhan ataupun kegiatan kesehatan yang
diselenggrakan oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat.
2. Beneficience (Berbuat baik)
Beneficience (Berbuat baik) adalah prinsip moral yang mengutamakan
tindakan yang bertujuan untuk kebaikan pasien atau penyediaan keuntungan
dan menyeimbangkan keuntungan tersebut dengan risiko dan biaya. Dalam
Beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan
juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya.
Contohnya Seorang sarjana Kesehatan Masysrakat (SKM) memberikan
pelayanan kepada seoarang pasien yang menderita penyakit TBC, maka SKM
tersebut harus mempertimbangkan dan berkonsultasi dengan ahlinya dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
3. Non Maleficience (Tidak merugikan)
Prinsip tidak merugikan “Non-maleficence” adalah prinsip menghindari
terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non
nocere” atau “ above all do no harm“. Prinsip ini berarti tidak menimbulkan
bahaya atau cidera fisik dan psikologis pada klien atau pasien. Contohnya
8
seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) memberikan pelayanan yang
terbaik dalam usaha penyembuhan pencegahan tanpa merugikan masyarakat.
4. Confidentiality (kerahasiaan)
Institusi kesehatan akan menjaga kerahasiaan informasi yang bisa
merugikan seseorang atau masyarakat. Aturan dalam prinsip kerahasiaan
adalah informasi tentang pasien harus dijaga. Segala sesuatu yang terdapat
dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan pasien. Contohnya seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
merahasiakan segala bentuk data terkait dengan data survei yang bersifat
pribadi (tidak dipublikasikan).
5. Fidelity (Menepati janji)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Tenaga Kesehatan setia pada komitmen dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien dan menggambarkan
kepatuhan tenaga kesehatan terhadap kode etik. Contohnya seorang Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM) menepati janjinya dalam usaha peningkatan
dan perbaikan kesehatan di masyarakat sesuai dengan program yang telah
dibuat.
6. Fiduciarity (Kepercayaan)
Kepercayaan adalah hukum hubungan atau etika kepercayaan antara dua
atau lebih pihak. Kepercayaan dibutuhkan untuk komunikasi antara
professional kesehatan dan pasien. Seseorang secara hukum ditunjuk dan
diberi wewenang untuk memegang aset dalam kepercayaan untuk orang lain.
Contohnya seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) diberi kepercayaan
oleh masyarakat dalam memberantas wabah DBD dan malaria.
7. Justice (Keadilan)
Keadilan yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan
dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive
justice) atau pendistribusian dari keuntungan, biaya dan risiko secara adil.
Contohnya seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) memberikan
9
pelayanan kesehatan seperti imunisasi, penyuluhan, pemberantasan jentik –
jentik pada semua lapisan masyarakat.
8. Veracity (Kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip
veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran. Contohnya seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
meberikan informasi tekait dengan kondisi kesehatan masyrakat dengan
transparan dan dapat dipertanggung jawabkan.
10
2. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan
baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.
3. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat
normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap
perilaku manusia.
11
5. Anggotanya belajar sepanjang hanyat (longlife education)
6. Mempunyai organisasi profesi (ex: ID, IAKMI, PWI, dll)
12
5. Kebutuhan akan kebebasan warga masyarakt untuk menentukan
kepentingannya dan identifikasi kewajiban pemerintah
6. Kebutuhan pasien akan perlindungan hukum
7. Kebutuhan akan perlindungan hukum bagi para ahli
8. Kebutuhan akan perlindungan hukum bagi pihak ketiga
9. Kebutuhan akan perlindungan bagi kepentingan umum
13
BAB III
PENUTUP
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Is, SM. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Penerbit Kencana. 2015.
2. Rijal F, H. Muhammad SD, Usman, Niar N. Pengaruh Etika Dan Kinerja
Tenaga Kesehatan Terhadap Pemberian Pelayanan Kesehatan Pasien Di
Puskesmas Madising Na Mario Kota Parepare. Jurnal Ilmiah Manusia Dan
Kesehatan, 2019. 2(1): 12-25.
3. Swarjana, IK. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit Andi. 2017.
4. Aningrum AS, Syarifuddin Y, Usman. Analisis penerapan etika dan hukum
kesehatan pada pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit nene mallomo
kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Ilmiah Manusia dan kesehatan 2018;
1(3): 189-200.
5. Fadila NF, Dedi A M.Tegar I. Penerapan nilai kode etik Kedokteran Indonesia
pada era jaminan kesehatan nasional di kabupaten Siak. Jurnal JOM FK 2017;
4(1): 1-13.
6. Lahinda V, Pelealu, Maramis. Hubungan kualitas jasa pelayanan tenaga
kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien pada ruang rawat inap di rumah
sakit ibu dan anak (rsia) kasih ibu manado tahun 2017. Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi 2017; 1(2): 1-8.
7. Ardana IC, Elizabeth SD, Yuniarwat. Keterkaitan kesehatan spiritual (spiritual
wellbeing) dan orientasi keputusan etis (ethical orientation of decision
making). Jurnal Akuntansi 2016; 21(1): 95-113.
8. Yanuar Arman, 2017. Etika profesi dan hukum kesehatan. 1st ed. Jakarta:
Pusat pendidikan dan sumber daya kesehatan.
9. Sang Gede Purnama, 2017. Etika dan hukum kesehatan. 1st ed. Denpasar:
Universitas Udayana.
10. Rahmi SM, Afandi D, Haslinda L. Penerapan nilai kode etik kedokteran
Indonesia pada era jaminan kesehatan nasional di kabupaten Bengkalis. Jurnal
JOM FK. 2017 : 4(1); 1-10.
11. Purnamasari CB, Claramita M, Prabandari YS. Pembelajaran profesionalisme
kedokteran dalam persepsi intruktur dan mahasiswa. Jurnal pendidikan
kedokteran Indonesia. 2015 : 4(1); 52-59.
12. Aningrum AS, Yusuf S, Usman. Analisis penerapan etika dan hukum
kesehatan pada pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit Nene Mallomo
kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal ilmiah manusia dan kesehatan. 2018 :
1(3); 112-119.
13. Henky. Pelayanan etika klinis. Jurnal universitas Udayana. 2018 : 2(2); 59-66.