Anda di halaman 1dari 4

Kecelakaan kerja di Laboratorium

Farmasi Universitas Indonesia


Laboratorium merupakan salah satu unsur pendukung strategis bagi kegiatan akademik di
perguruan tinggi. Laboratorium juga merupakan sarana bagi mahasiswa dan dosen dalam
melakukan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Termasuk
Laboratorium X yang merupakan suatu tempat yang sering digunakan oleh mahasiswa sebagai
tempat untuk pengaplikasian ilmu (teori) yang telah dipelajari di kelas. Terdapat beberapa macam
praktikum yang dilakukan di Laboratorium X demi menunjang kemampuan dan pemahaman
peserta didik, khususnya di bidang pertambangan. Potensi bahaya terdapat hampir di setiap tempat
dimana dilakukan suatu aktivitas, termasuk di laboratorium. Apabila potensi bahaya tersebut tidak
dikendalikan dengan tepat, maka akan dapat menyebabkan sakit, cidera, dan bahkan kecelakaan
yang serius (2).

Penelitian menunjukkan lebih dari 80% kecelakaan kerja dikarenakan oleh unsafe action, sehingga
tenaga kesehatan sebagai pelaku, harus meningkatkan pengelolaan K3 antara lain dengan
Menitikberatkan pada unsafe action. Berdasarkan teori Lawrence Green1 , dapat dijelaskan faktor
yang mempengaruhi unsafe action adalah faktor predisposisi yaitu mempermudah terjadinya
perilaku (pengetahuan, unsur yang terdapat dalam individu dan masyarakat), faktor pendukung
yaitu yang memungkinkan terjadinya perilaku (tersedianya sarana, dan fasilitas), faktor pendorong
yaitu sikap dan perilaku petugas (instruktur laboratorium). Seperti contoh kasus di Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia terjadi ledakan laboratorium kimia yang merupakan kecelakaan
kerja Ledakan tersebut akibat kelalaian mahasiswa dan dosen yang sedang melakukan destilasi
dan indentifikasi asam. Setiap mahasiswa yang melakukan praktik tidak mengenakan prosedur
pengamanan laboratorium seperti, jas, sarung tangan, masker dan kacamata google. Mahasiswa
mengalami luka-luka akibat ledakan labu destilasi suhu memuai yang terlalu panas. Mereka
terkena serpihan kaca di bagian wajah, pipi, leher dan mata (1).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan resiko adalah dengan cara
mengidentifikasi potensi bahaya yang ada menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA). JSA
adalah teknik yang berfokus pada tugas pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya
sebelum terjadi. Hal ini terfokus pada hubungan antara pekerja, tugas, alat, dan lingkungan kerja.
Metode JSA dapat dilakukan pada pekerjaan baru atau lama dengan risiko menengah sampai
tinggi, sehingga dapat dicapai kesehatan dan keselamatan kerja (2).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411/MENKES/PER/III/


2010 bahwa laboratorium klinik harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan lingkungan dan
tata ruang dalam penentuan lokasi laboratorium klinik. Faktor lain yang dijadikan sebagai
indikator dalam standar mutu pelayanan klinik adalah penentuan lokasi pendiriannya meliputi
ketentuan mengenai kesehatan lingkungan dan tata ruang. Selanjutnya penentuan lokasi pendirian
sangat erat hubungan dengan upaya pemantauan lingkungan, upaya pengelolaan lingkungan dan
analisis dampak lingkungan. Oleh karena itu pelayanan terhadap petugas laboratorium klinik juga
merupakan bagian dari kesehatan lingkungan (4).

Analisis Singkat (5):


1. Perlunya untuk melakukan investigasi menyeluruh terkait dengan kasus ini. Keterangan dari
korban dan saksi mutlak untuk kelengkapan investigasi.
2. Perlunya briefing menyeluruh kepada seluruh pengguna laboratorium farmasi tentang
kejadian kecelakaan ini dan bagaimana cara mencegahnya
3. Perlunya untuk melakukan identifikasi bahaya dan pengendaliannya (HIRADC) terhadap
seluruh kegiatan yang ada di lokasi kejadian
4. Perlunya untuk mendesain pemanas yang memiliki ambang atas titik panas. Jika alat pemanas
tersebut sudah mencapai titik atas panas, alat tersebut bisa mati secara otomatis. Seperti
prinsip kerja logam bimetal di setrika.
5. Salahsatu pendekatan untuk perubahan perilaku adalah dengan mengidentifikasi dan
mengkondisikan lingkungan sehingga individu dapat secara cepat mengikuti perilaku yang
diinginkan. Dalam hal ini dukungan dosen, asisten praktikum, teman sebaya sebagai faktor
penguat dan tersedianya fasilitas di laboratorium sebagai faktor pendukung juga
mempengaruhi praktik K3 laboratorium pada mahasiswa.

Untuk bekerja aman di laboratorium diperlukan sistem tanggap darurat kesiapsiagaan. Secara
sederhana system kesiapsiagaan tanggap bencana (disaster management) meliputiempat tahapan,
yaitu: Mitigation ( penguranganpencegahan), Preparedness (perencanaan – persiapan), Response
(penyelamatanpertolongan) dan Recorvery (pemulihan-pengawasan) (6).

SOP LABORATORIUM

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri akan berfungsi dengan sempurna apabila dipakai secara baik dan benar, hal-hal yang
harus diperhatikan dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) : a. Sediakanlah APD yang sudah teruji
dan telah memiliki Standar Nasional Indonesi (SNI) atau standar internasional lainnya yang diakui. b.
Pakailah APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan walaupun pekerjaan tersebut hanya memerlukan
waktu singkat. c. APD harus dipakai dengan tepat dan benar. d. Jadikanlah memakai APD menjadi
kebiasaan. Ketidaknyamanan dalam memakai alat pelindung diri jangan dijadikan alasan untuk menolak
memakainya. e. APD tidak boleh diubah-ubah pemakaiannya kalau memang terasa tidak nyaman dipakai
laporkan kepada atasan atau pemberi kewajiban pemakaian alat tersebut. f. APD dijaga agar tetap
berfungsi dengan baik. g. Semua pekerja, pengunjung dan mitra kerja ke proyek konstruksi harus
memakai APD yang diwajibkan seperti topi keselamatan, dll (3).

Peraturan Keselamatan Kerja

Tujuan Peraturan Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin :

1. Kesehatan , keselamatan dan kesejahteraan orang yg bekerja di laboratorium.


2. Mencegah orang lain terkena resiko pekerjaan laboratorium yang menyebabkan
terganggu kesehatannya akibat kegiatan di laboratorium.
3. Mengontrol penyimpanan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar dan
beracun
4. Mengontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara, sehingga
tidak berdampak negative terhadap lingkungan.

Aturan umum yang terdapat dalam peraturan itu menyangkut hal hal sebagai berikut
:
1. Orang yang tak berkepintingan dilarang masuk laboratorium, untuk mencegah hal
yang tidak diinginkan.
2. Jangan melakukan eksprimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya
bahan kimia, alat alat dan cara pemakaiannya.
3. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja laboratorium.
4. Harus tau cara pemakaian alat emergensi : pemadam kebakaran, eye shower,
respirator dan alat keselamatan kerja yang lain.
5. Setiap laboran /Pekerja laboratorium harus tau memberi pertolongan darurat (P3K).
6. Latihan keselamatan harus dipraktekkan secara periodik bukan dihapalkan saja
7. Dilarang makan minum dan merokok di lab, bhal ini berlaku juga untuk laboran dan
kepala Laboratorium.
8. Jangan terlalu banyak bicara, berkelakar, dan lelucon lain ketika bekerja di
laboratorium
9. Jauhkan alat alat yang tak digunakan, tas,hand phone dan benda lain dari atas meja
kerja.

Pekerja laboratorium harus mentaati etika berbusana di laboratorium. Busana yang


dikenakan di laboratorium berbeda dengan busana yang digunakan sehari hari.

Busana atau pakaian di laboratorium hendaklah mengikuti aturan sebagai berikut :


1. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak oleh bahan kimia, sepatu safety yang
terbuka, sepatu licin, atau berhak tinggi. Harus menggunakan sepatu safety yang
memenuhi standar. Bagi wanita juga harus menggunakan sepatu safety khusus
wanita.
2. Wanita dan pria yang memiliki rambut panjang harus diikat, rambut panjang yang
tidak terikat dapat menyebabkan kecelakaan. karena dapat tersangkut pada alat
yang berputar.
3. Pakailah jas praktikum, sarung tangan dan pelindung yang lain dengan baik
meskipun, penggunaan alat alat keselamatan menjadikan tidak nyaman.
Bekerja dengan Bahan Kimia Bila anda bekerja dengan bahan kimia maka
diperlukan perhatian dan kecermatan dalam penanganannya.

Adapun hal umum yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :


a. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia
b. Hindari menghirup langsung uap bahan kimia
c. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus ( cukup
dengan mengkibaskan kearah hidung )
d. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih dan gatal)

Anda mungkin juga menyukai