A. Latar Belakang
Kebidanan adalah memberikan asuhan kebidanan pada msayarakat baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada pelayanan kesehatan ibu dan
anak (KIA), keluarga berencana (KB), kesehatan reproduksi termasuk usia wanita
adiyuswa secara paripurna. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas
akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu sistem kepercayaan atau
keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga diperlukan
bidan di masyarakat.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani keluarga dan masyarakat yang
mencakup bidan sebagai penyedia layanan dan komunitas sebagai sasaran yang dipengaruhi oleh
IPTEK dan lingkungan. Komunitas digambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik di mana
seseorang tinggal sebagai sebuah lingkungan beserta aspek-aspek sosialnya. Masyarakat setempat
yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu di
mana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para
anggotanya, dibanding dengan penduduk di luar batas wilayah. Dengan demikian dapat
disimpilkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai
oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu.
Dalam isu-isu kesehatan masyarakat, seringkali kita harus melakukan advokasi sebagai bagian
penting dalam strategi program. Peta pikiran berikut ini berbicara tentang advokasi. Intinya,
advokasi merupakan proses untuk mempengaruhi pengambil kebijakan. Ia dapat menjadi bagian
dari keseluruhan strategi program, karena untuk mencapai hasil yang kita inginkan kita
memerlukan pendekatan yang lebih luas, dan mendasar kepada penyebab majemuk.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan advokasi?
2. Bagaimana advokasi pelayanan kebidanan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan advokasi
2. Untuk mengetahui startegi advokasi pelayanan kebidanan
D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta pengetahuan yang berguna
bagi mahasiswa, khusunya mahasiswa D4 Bidan Pendidik dalam memahami tentang strategi
advokasi dalam pelayanan kebidanan komunitas untuk bekal mejadi bidan di masyarakat ataupun
pendidik bidan.
PEMBAHASAN
A. Pelayanan Kebidanan (Midwifery Service)
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau
rujukan. Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang
diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam rangka
tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi
upayapeningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan pelayanan kebidanan dapat
dibedakan menjadi :
1. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi anggung jawab
bidan.
2. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota
tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah
proses kegiatan pelayanan kesehatan.
3. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan,
juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/ fasilitas pelayanan kesehatan lain
secara horizontal maupun vertical atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu
serta bayinya.
Advokasi menurut Mansour Faqih adalah media atau cara yang digunakan dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu. Advokasi lebih merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir
untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara
bertahap maju (Satrio Aris Munandar 2007: 2). Menurut Sheila Espine-Villaluz, advokasi
diartikan sebagai aksi strategis dan terpadu yang dilakukan perorangan basis dukungan atas
kebijakan publik yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut. (Valeri Miller dan Jane
Covey , 2005 : 8) dan kelompok untuk memasukkan suatu masalah (isu) kedalam agenda
kebijakan, mendorong para pembuat kebijakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan
membangun.
Advokasi juga dapat diartikan sebagai upaya pendekatan (approches) terhadap orang lain yang
dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan. Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin suatu
organisas atau institusi kerja baik dilingkunagn pemerintah maupun swasta serta organisasi
kemasyarakatan. Dari segi komunikasi advokasi adalah salah satu komunikasi personal,
interpersonal, maupun massa yang ditujukan kepada para penentu kebijakan (policy makers) atau
para pembuat keputusan (decision makers) pada semua tingkat dan tatanan sosial
Advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan gagasan kepada orang lain atau
menyampaikan suatu isu penting untuk dapat diperhatikan masyarakat serta mengarahkan
perhatian para pembuat kebijakan untuk mencari penyelesaiannya serta membangun dukungan
terhadap permasalahan yang diperkenalkan dan mengusulkan bagaimana cara penyelesaian
masalah tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi antara
pendekatan atau kegiatan individu dan social, untuk memperoleh komitmen politik, dukungan
kebijakan, penerimaan social, dan adanya sistem yang mendukung terhadap suatu program atau
kegiatan.
2. Tujuan Advokasi
Adapun Tujuan advokasi adalah sebagai berikut:
1. Adanya pemahaman atau kesadarah terhadap masalah kesehatan
2. Adanya ketertarikan dalam menyelesaikan masalah kesehatan
3. Adanya kemauan atau kepedulian menyelesaikan masalah kesehatan dengan
memberikan alternatif solusi
4. Adanya tindakan nyata dalam menyelesaikan masalah kesehatan
5. Adanya tindak lanjut kegiatan
6. Adanya komitmen dan dukungan dari kebijakan pemerintah, sumberdaya, dan
keikutsertakan berbagai pihak untuk memberikan kemudahan dalam menyelesaikan
masalah kesehatan.
7. Secara umum tujuan advokasi adalah untuk mewujudkan berbagai hak dan
kebutuhan kelompok masyarakat yang oleh karena keterbatasannya untuk memperoleh
akses di bidang sosial, kesehatan, politik, ekonomi, hukum, budaya, mengalami
hambatan secara struktural akibat tidak adanya kebijakan publik yang bepihak kepada
mereka. Pada intinya tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong kebijakan publik
seperti dukungan tentang kesehatan.
3. Sasaran dan Pelaku Advokasi Kesehatan
Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak diharapkan memberikan dukungan
terhadap upaya kesehatan, khususnya : para pengambil keputusan dan penentu kebijakan di
pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, para mitra di kalangan pengusaha/ swasta, badan
penyandang dana, kalangan media massa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, lembaga
swadaya masyarakat, tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan kelompok-kelompok potensial
lainnya di masyarakat.
Mereka itu bukan hanya yang potensial pendukung, tetapi juga yang menentang atau
yang upayanya berlawanan atau merugikan kesehatan (misalnya : Industri rokok).
Pelaku advokasi diharapkan siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan
memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut.
Mereka itu diharapkan : memahami permasalahan kesehatan, mempunyai kemampuan
advokasi khususnya melakukan pendekatan persuasif, dapat dipercaya (credible), dan sedapat
mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela khususnya di depan kelompok sasaran.
Mereka itu juga dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, Perguruan Tinggi,
Organisasi profesi, Organisasi berbasis masyarakat/agama, LSM, tokoh berpengaruh, dll.
4. Prinsip-Prinsip Advokasi
Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup kegiatan persuasif,
memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan tekanan (pressure) kepada para pemimpin
institusi. Advokasi tidak hanya dilakukan individu, tetapi juga oleh kelompok atau organisasi,
maupun masyarakat..Advokasi terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang untuk menarik
perhatian masyarakat pada suatu isu dan mengontrol para pengambil kebijakan untuk mencari
solusinya. Advokasi juga berisi aktivitas-aktivitas legal dan politisi yang dapat mempengaruhi
bentuk dan praktek penerapan hukum.
Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta.
Rezky, Mega. 2012. Leadership Dalam Kebidanan,
http://divbidanpendidikmegarezky.blogspot.com/2012/03/leadership-dalam-kebidanan.html.
Diakses oleh Martine Onasis Matondang, tgl 29 Desember 2013, jam 17.45 WIB.
Rosamiani, 2010. Upaya Promosi Kesehatan Berdasarkan Strategi Global Dan Strategi,
http://kebidanankomunitas.blogspot.com/2010/01/upaya-promosi-kesehatan-
berdasarkan_03.html. Diakses oleh Masriani Sihombing,tgl 30 Desember 2013, jam 17.00 WIB.
BAB I
PENDAHULUAN
Bidan telah memfasilitasi suatu budaya kerja yang mendukung dan proaktif di mana
setiap individu didorong untuk secara teratur menilai dan memperbarui pengetahuan
mereka untuk kepentingan praktik mereka sendiri dan untuk melindungi keselamatan
perempuan dan bayi dalam perawatan mereka.
Perkembangan ini tidak diragukan lagi menuntut keterbukaan untuk berubah dan tingkat
keberanian untuk memenuhi tantangan yang berkaitan dan mengambil resiko yang
diperlukan (Barber, 2000). Dari ini, jelas semua bidan memiliki kemampuan untuk
menjadi agen perubahan dan mengembangkan kemampuan kepemimpinan mereka. Ini
bukan untuk mengatakan setiap bidan cocok, atau diharapkan untuk bercita-cita untuk
posisi kepemimpinan klinis. Sebaliknya, Malby (1996) menunjukkan bahwa sementara
semua bidan dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan mereka melalui
pelatihan. Keterbatasan individu akan menentukan sejauh mana ini bisa efektif. Namun,
mereka menunjukkan kemampuan kepemimpinan tertentu, dan yang ingin
mengembangkan ini harus didorong dan diberi kesempatan untuk melakukannya.
Bidan dapat mengatasi hambatan dan memastikan profesi mereka dilengkapi dengan
para pemimpin yang efektif, memerlukan upaya kolaborasi (Tucker, 2003). Namun, para
pemimpin yang ada harus mengakui bahwa dalam profesi yang didominasi perempuan,
karir pilihan dan peluang pembangunan harus memfasilitasi kualitas bawaan biologis
perempuan, dan bahwa prioritas bidan individu akan berbeda (Pashley, 1998). Oleh
karena itu, penting untuk mengidentifikasi para bidan, untuk dapat manjadi pemimpin
profesional yaitu melalui pembangunan mereka sendiri sebagai pemimpin, dan sesama
orang-orang praktisi yang berkontribusi dengan mendukung, mentoring dan mendorong
rekan-rekan mereka.
Bidan juga harus dapat berperan sebagai advokator untuk dapat mempengaruhi
masyarakat agar terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap maju &
semakin baik terutama dalam bidang kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki
seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan ( Georgy R. Terry ).
Dapat dipahami dari empat batasan di atas bahwa kepemimpinan akan muncul apabila
ada seseorang yang karena sifat sifat dan perilakunya mempunyai kemampuan untuk
mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan ataupun berbuat sesuatu sesuai
dengan apa yang diinginkannya.
Teori orang besar (the great men theory) atau teori bakat (Trait theory) ini adalah teori
klasik dari kepemimpinan. Di sini disebutkan bahwa seorang pemimpin dilahirkan,
artinya bakat-bakat tertentu yang diperlukan seseorang untuk menjadi pemimpin
diperolehnya sejak lahir.
b. Teori Situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi (situasional theory). Teori ini
muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan keturunan
pemimpin, ternyata dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut
menyimpulkan bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya
situasi yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul
sebagai pemimpin.
c. Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan banyak
menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari hari sering ditemukan adanya
seorang yang setelah berhasil dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki
kepemimpinan yang baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi,
yang menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi pemimpin,
tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat bakat tertentu yang
terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari alam.
Telah disebutkan bahwa gaya kepemimpinan tersebut dipengaruhi oleh sifat dan
perilaku yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan
orang lainnya tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan (leadership style) yang
diperlihatkanpun juga tidak sama.
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat dibedakan atas empat
macam, yaitu :
Pada gaya kepemimpinan ini (autocratic leadership style) segala keputusan berada di
tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Pada
dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpinan dictator tetapi dalam
bobot yang agak kurang.
Pada gaya kepemimpinan santai (laissez-faire leadership style) ini peranan pimpinan
hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan, jadi setiap
anggota organisasi dapat melakukan kegiatan masing masing sesuai dengan
kehendak masing masing pula.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi
orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi
terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara
lain menurut :
Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan proses atau fungsi
manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan dikelompokkan sebagai berikut :
Adalah pimpinan yang langsung berhubungan dengan para pekerja yang menjalankan
mesin peralatan atau memberikan pelayanan langsung pada konsumen. Pimpinan ini
diutamakan memiliki proporsi peranan technical skill yang terbesar dan konseptual skill
yang terkecil.
Adalah pimpinan yang berada satu tingkat di atas Lower Manager. Pimpinan ini menjadi
saluran informasi dan komunikasi timbal balik antara Lower Manager dan Top Manager,
yakni pimpinan puncak (di atas Middle Manager) sehingga pimpinan ini diutamakan
memiliki kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya. Konseptual
skill adalah ketrampilan dalam penyusunan konsep konsep, identifikasi, dan
penggambaran hal-hal yang abstrak. Sedangkantechmnical skill adalah ketrampilan
dalam melakukan pekerjaan secara teknik. Hubungan antara manusia merupakan
ketrampilan dalam melakukan komunikasi dengan sesama manusia lain.
Pimpinan puncak adalah manajer yang menduduki kewenangan organisasi tertinggi dan
sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan administrasi. Pimpinan ini memiliki
proporsi peranan konseptual skill yang terbesar dan technical skill yang terkecil.
Tugas tugas pimpinan :
a. Sebagai pengambil keputusan
b. Sebagai pemikul tanggung jawab
c. Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir konseptual
d. Bekerja dengan atau melalui orang lain
e. Sebagai mediator, politikus, dan diplomat.
Bidan dituntut harus mampu menerapkan aspek kepemimpinan dalam organisasi &
manajemen pelayanan kebidanan (KIA/KB), kesehatan reproduksi dan kesehatan
masyarakat di komunitas dalam praktik kebidanan (Permenkes 149 pasal 8). Bidan
sebagai seorang pemimpin harus ;
Advokasi adalah kombinasi individu dan sosial tindakan yang dirancang untuk
keuntungan politik dan masyarakat dukungan untuk tujuan kesehatan atau program
tertentu. Tindakan dapat diambil oleh, atau atas nama, individu dan kelompok untuk
menciptakan kondisi hidup yang mempromosikan kesehatan dan gaya hidup sehat.
Secara umum tujuan advokasi adalah untuk mewujudkan berbagai hak dan kebutuhan
kelompok masyarakat yang oleh karena keterbatasannya untuk memperoleh akses di
bidang sosial, kesehatan, politik, ekonomi, hukum, budaya, mengalami hambatan secara
struktural akibat tidak adanya kebijakan publik yang bepihak kepada mereka. Dan pada
intinya tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong kebijakan publik seperti
dukungan tentang kesehatan.
Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup kegiatan
persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan tekanan
(pressure) kepada para pemimpin institusi. Advokasi tidak hanya dilakukan individu,
tetapi juga oleh kelompok atau organisasi, maupun masyarakat..
Advokasi terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang untuk menarik perhatian
masyarakat pada suatu isu dan mengontrol para pengambil kebijakan untuk mencari
solusinya. Advokasi juga berisi aktivitas-aktivitas legal dan politisi yang dapat
mempengaruhi bentuk dan praktek penerapan hukum.
Sasarannya yaitu pejabat legislatif dan eksekutif. Para pemimpin pengusaha, organisasi
politik dan organisasi masyarakat baik tingkat pusat, propinsi, kabupaten, keccamatan
desa kelurahan.
1. Lobi Politik
Seminar atau presentasi yang di hadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas
sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayahnya, lengkap
dengan data dan iliutrasi yang menarik, serta rencana program pemecahannya.
Kemudian masalah tersebut di bahas bersama yang akhirnya diharapkan akan diperoleh
komitmen dan dukungan terhadap program yamg akan dilaksanakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam pelayanan
maternal dan perinatal, sehingga bidan dituntut untuk memiliki keterampilan
kepemimpinan dalam pelayanan kebidanan disertai dengan kemampuan untuk menjalin
kerjasama dengan pihak yang terkait dalam persoalan kesehatan di masyarakat.
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan
dan kewenangan yang diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (permenkes).
DAFTAR PUSTAKA
http://peterpaper.blogspot.com/
http://www.wpro.who.int/NR/rdonlyres/7A5709BC-7095-4DF5-8A02-
546A0AE94FC2/0/hsp_introduction.pdf
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan bidan yang tampak nyata adalah sebagai role model masyarakat,
sebagai anggota masyarakat, advocatoar dan educator, tentunya kompetensi seperti
ini yang akan dikembangkan lebih lanjut melalui pendidikan dan pelatihan bagi para
bidan. Peranan yang harus di lihat sebagai main idea untuk membentuk sebuah
peradaban dan tatanan sebuah pelayanan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan advokasi?
2. Apa yang menjadi tujuan dan persyaratan advokasi?
3. Bagaiamana peran dan tugas bidan sebagai advokasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian advokasi.
2. Untuk mengetahui tujuan dan persyaratan advokasi.
3. Untuk mengetahui peran dan tugas bidan sebagai advokasi.
D. Manfaat Penulisan
1. Agar kita mengetahui pengertian advokasi.
2. Agar kita mengetahui tujuan dan persyaratan advokasi.
3. Agar kita mengetahui peran dan tugas bidan sebagai advokasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Peran Bidan Sebagai Advokator
Peran bidan sebagai advokator adalah melakukan advokasi terhadap pengambil
keputusan dari kategori program ataupun sektor yang terkait dengan kesehatan
maternal dan neonatal. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar
pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mencapai kebijakan tersebut
mempercayai dan meyakini bahwa program yang ditawarkan perlu
mendapatdukungan melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.
Advokasi merupakan segenap aktifitas pengerahan sumber daya yang ada untuk
membela, memajukan, bahkan merubah tatanan untuk mencapai tujuan yang lebih
baik sesuai keadaan yang diharapkan. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita
dalam mempromosikan hak haknya yang diperlukan untuk mencapai kesehatan yang
optimal (kesetaraan dalam memperoleh pelayanan kebidanan).
B. Tujuan Advokator
C. Target Advokator
1. Pembuat keputusan, pembuat kebijakan.
2. Pemuka pendapat, pimpinan agama.
3. LSM, Media dan lain-lain.
D. Persyaratan Advokasi
1. Credible, artinya program yang ditawarkan harus dapat meyakinkan para penentu
kebijakan.
2. Feasible, artinya program tersebut harus baik secara teknis, politik, maupun
ekonomi.
Contoh: Jika ada ibu bersalin yang lahir di dukun dan menggunakan peralatan yang
tidak steril, maka bidan melakukan advokasi kepada pemerintah setempat agar
pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun menggunakan peralatan yang steril
salah satu caranya adalah melakukan pembinaan terhadap dukun bayi dan pemerintah
memberikan sangsi jika ditemukan dukun bayi di lapangan menggunakan alat-alat
yang tidak steril.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Advokasi merupakan segenap aktifitas pengerahan sumber daya yang ada untuk
membela, memajukan, bahkan merubah tatanan untuk mencapai tujuan yang lebih
baik sesuai keadaan yang diharapkan.
2. Tujuan advokasi adalah mendorong para pengambil keputusan untuk suatu
perubahan dalam kebijakan, program atau peraturan; dan mendorong para pengambil
keputusan untuk aktif mendukung kegiatan/tindakan dalam pemecahan masalah dan
mencoba untuk mendapatkan dukungan dari pihak lain/mitra. Syarat advokasi
adalah credible,feasible, relevant, urgent, dan high priority.
3. Peran bidan sebagai advokator adalah Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita
dalam mempromosikan hak-haknya; advokasi bagi wanita agar bersalin dengan
aman; dan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. Tugas bidan
sebagai advocator adalah mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang
dalam pelayanan kebidanan, yang mungkin rentan dan tidak mampu melindungi
kepentingan mereka sendiri; membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang
relevan dan informasi kesehatan dan memberikan dukungan sosial; dan melakukan
kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan, berbagai program dan sektor
yang terkait dengan kesehatan.
B. Saran
Sebaiknya bidan dalam melakukan perannya sebagai advokasi mampumembela,
memajukan, bahkan merubah tatanan untuk mencapai tujuan yang lebih baik sesuai
keadaan yang diharapkan serta mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-
orang dalam pelayanan kebidanan, yang mungkin rentan dan tidak mampu
melindungi kepentingan mereka sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://dianhusadarefira.blogspot.com/p/peran-bidan-sebagai-advokator.html
http://devilia-guritno.blogspot.com/2012/03/strategi-advokasi-dlam-playanan.html
http://sitihendriani91.blogspot.com/2013/05/makalah-peran-dan-fungsi-bidan-dalam-
advokasi.html