Rumusan Masalah :
1. Bagaimana gambaran korupsi di Indonesia?
2. Bagaimana peran pendidikan dalam memperbaiki karakter bangsa?
3. Bagaimana implementasi PKN terhadap karakter bangsa Indonesia?
4. Bagaimana peran pendidikan antikorupsi dalam mencegah korupsi ?
Bedah kasus korupsi dan analisa pandangan Kewarganegaraan terhadap hal ini :
Korupsi mencakup penyalah gunaan oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan nepotisme,
juga penyalahgunaan yang menghubungkan sector swasta dan pemerintah seperti penyogokan,
pemerasan, campur tangan, dan penipuan.
Dalam hal ini Korupsi memerlukan dua pihak yang korup: pemberi sogokan (penyogok) dan
penerima sogokan. Di beberapa negara, budaya penyogokan mencakup semua aspek hidup
sehari-hari, meniadakan kemungkinan untuk berniaga tanpa terlibat penyogokan.
Salah satu contoh dari tindakan korupsi ini adalah: Operasi Tangkap Tangan Korupsi Bupati
Muara Enim
Pada saat dilakukan OTT Korupsi yang dilakukan oleh KPK pada hari senin (2/9/2019)
malam hingga Selasa (3/9/2019) dini hari, KPK mendapati 3 orang penting yang sedang
bertransaksi termasuk diantaranya Bupati Muara Enim. Komisi Pemberantasan Korupsi
menetapkan Bupati Muara Enim Ahmad Yani sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek
pembangunan jalan tahun anggaran 2019. Selain Ahmad Yani , KPK menetapkan dua orang
lainnya yakni Kepala Bidang Pembangunan Jalan sekaligus Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
di dinas PUPR Muara Enim , Elfin Muhtar dan pemilik PT Enra Sari Robi Okta Fahlefi sebagai
tersangka .
Ahmad Yani dan Elfin diduga sebagai penerima suap. Ketua KPK mengatakan, Ahmad
Yani diduga menerima fee atau upah Rp 13,4 miliar dari Robi Okta Fahlefi . Uang tersebut
merupakan bagian dari commitment fee 10 persen untuk 16 paket pekerjaan jalan tahun anggaran
2019 dengan nilai proyek sekitar Rp 130 miliar. Proyek ini merupakan proyek pengadaan
pekerjaan fisik pembangunan jalan yang dilaksanakan oleh Dinas PUPR Kabupaten Muara Enim
pada awal tahun 2019.
Jadi singkatnya fee yang sebesar Rp 13,4 miliar yang diberikan kepada Bupati Muara
Enim yaitu Ahmad Yani ialah sebagai syarat agar sikontraktor yaitu PT Enra Sari yaitu Robi
Fahlefi terpilih untuk menjalankan 16 paket pekerjaan jalan tahun anggaran 2019 dengan nilai
proyek sekitar Rp 130 miliar dengan di perantarai oleh Kepala bidang Pembangunan Jalan
sekaligus Pejabat Pembuat Komitmen dinas PUPR Muara Enim yaitu Elfin Muhtar.
Berikut adalah uraian singkatnya tahap proses transaksi dari proses suap menyuap proyek
pengadaan jalan Kabupaten Muara Enim , yaitu pada tanggal 31 agustus EM (Elfin) meminta
kepada ROF (Robi) agar menyiapkan uang pada hari senin sebanyak Rp 500 juta bagi Bupati
Muara Enim yaitu Ahmad Yani , ditukarkan mnejadi 35.000 dollar AS. Sehingga dalam OTT
KPK ini mengamankan uang 35.000 dollar AS saja yang diduga menjadi fee bagi AYN dari
ROF.
Proses penangkapan ditunggu mulai dari 15.40 hari senin (2/9/2019) hingga tim KPK
melihat adanya penyerahan uang dari Robi ke Elfin. Setelah melihat penyerahan uang , tim KPK
pun segera melakukan penindakan . Kira kira pada pukul 17.00 WIB uang sudah berpindah
tangan , tim meengamankan EM dan ROF beserta staf dan mengamankan uang berjumlah 35.000
dollar AS . Secara parallel pada pukul 17.31 WIB , tim KPK mengamankan Bupati Ahmad Yani
dikantornya di muara enim .
Tim juga langsung mengamankan sejumlah dokumen . Serta langsung membawa 3 orang
yang diduga tersangka ke Jakarta dan langsung menetapkan status tersangka pada keesokan
haarinya .Dan proses penindakan OTT ini pun berakhir pada Selasa (3/9/2019) dini hari .
Ahmad Yani Pernah Menyerukan Lawan Korupsi Namun, belum genap setahun menjabat
sebagai bupati, Ahmad Yani keburu dicokok KPK. Padahal dia pernah menyerukan perlawanan
terhadap korupsi di hadapan ribuan masyarakat Kabupaten Muara Enim pada Desember tahun
lalu, tepatnya dalam rangka memperingati Hari Anti Korupsi Internasional (HAKI). Selain itu,
acara ini juga dihadiri oleh jajaran pemerintah lainnya, seperti Plt Kajari Muara Enim Muhamad
Husaini, Unsur FKPD Kabupaten Muara Enim, Kepala Perangkat Daerah Lingkup Pemerintah
Kabupaten Muara Enim, Pimpinan BUMD/N/S Muara Enim, dan Tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Bupati Muara Enim Ahmad Yani mengatakan, acara tersebut merupakan
upaya pencegahan dan perlawanan terhadap korupsi. Sebab, menurut dia, korupsi terbukti telah
membawa ketidakadilan, ketimpangan dan keterbelakangan. "Karena itulah sebabnya korupsi
menjadi musuh bersama bagi Bangsa-Bangsa di Dunia," kata Bupati Ahmad Yani. Ia
menegaskan, korupsi hanya bisa dilawan bila dilakukan secara bersama-sama kerja sama bahu
membahu antar lembaga penegak hukum, serta sinergi antar Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.
"Semoga dengan peringatan HAKI ini dapat menjadi momentum untuk mewujudkan Pemerintah
Kabupaten Muara Enim yang bersih bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga pada
akhirnya bisa mewujudkan Kabupaten Muara Enim yang agamis, berdaya saing, mandiri, sehat
dan sejahtera," ungkap dia. Sialnya, kemarin malam, tiga orang justru dicokok KPK, termasuk
Bupati Muara Enim Ahmad Yani.
Di arena politik (khusunya yang berkaitan dengan jabatan), sangat sulit untuk membuktikan
korupsi, tetapi lebih sulit lagi untuk membuktikan ketidakadaanya. Maka dari itu, sering banyak
ada gossip menyangkut politisi. Politisi terjebak di posisi lemah karena keperluan mereka untuk
meminta sumbangan untuk kampanye dan lain sebagainya. Seiring merek terlihat untuk
bertindak hanya demi keuntungan mereka yang telah menyumbangkan uang, akhirnya
munculnya tindakan korupsi politis.
Dampak negatif dari hal ini menciderai Demokrasi ini terlihat pada korupsi di pemerintahan
publik menghasilkan ketidakseimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi
mengikis kemampuan intuisi dari pemerintah, karena pengabdian prosedur, penyedotan sumber
daya dan pejabat diangkat atau dinaikkan nantinya bukan karena prestasi. Pada saat yang
bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti
kepercayaan dan toleransi.
Dalam kasus ini kita juga melihat, korupsi politis ini juga memberi ancaman bagi warga negara,
korupsi yang membentuk kebijakan pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok, bukannya
rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana kepala negara membuat aturan yang melindungi
perusahaan perusaahan besar, memudahkan regulasi mereka, namun merugikan perusahaan-
perusahaan kecil. Mereka hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang
memberikan pertolongan besar kepada perushaan besar yang memberikan sumbangan bsear
kepada kampanye pemilu mereka dan sebagainya.
Kesimpulan :
Merangkai kata (bicara) untuk perubahan memang mudah. Namun, melaksanakan rangkaian
kata dalam bentuk gerakan terkadang teramat sulit. Dibutuhkan kecerdasan dan keberanian untuk
mendobrak dan merobohkan pilar-pilar korupsi yang menjadi penghambat utama lambatnya
pembangunan ekonomi di Indonesia. Korupsi yang telah terlalu lama menjadi wabah yang tidak
pernah kunjung selesai, karena pembunuhan terhadap wabah tersebut tidak pernah tepat sasaran
ibarat. Pemberantasan korupsi seakan hanya menjadi komoditas politik, bahan retorika ampuh
menarik simpati. Oleh sebab itu dibutuhkan kecerdasan masyarakat sipil untuk mengawasi dan
membuat keputusan politik mencegah makin mewabahnya penyakit kotor korupsi di Indonesia.
Pencegahan tidak hanya dilakukan atau dititik beratkan pada satu titik saja, tetapi juga pada
segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Saran :
Pemberantasan kasus korupsi di Indonesia perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pemberantasan korupsi di Indonesia tidak terbatas pada bidang penegakan hukum. Faktanya,
banyak proses hukum kasus korupsi yang dihentikan di tengah jalan atau bahkan tidak disentuh
para jaksa kepolisian dan bahkan tak tertangani oleh KPK.
2. Diperlukan konsep strategis terstruktur yang bersifat preventif, represif, serta pemberdayaan
masyarakat yang memiliki legitimasi hukum melalui penguatan sosial kontrol yang kontruksif
dan berdaya guna.
3. Diperlukan strategi eveluasi terhadap produk hukum yang ada sehingga secara substansional
dapat menunjukkan wibawa hukum yang berkeadilan dan dapat menimbulkan rasa takut untuk
tidak melakukan tindak pidana korupsi.