Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 2 : BEDAH KASUS KORUPSI

OTT BUPATI MUARA ENIM


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Semester 5 – 2019/2020
Oleh :
Ariesta Nugraha (170406095)
Daniel Tambun (170406098)
Dosen : Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
MEDAN
September 2019
Pendahuluan :
A. Pengertian dan latar belakang Korupsi
Korupsi adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri serta pihak lain
yang terlibat dalam tindakan yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalah gunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan
sepihak. Dalam prakteknya korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat
yang memakai uang sebagai standard kebenaran dan sebagai kekuasaaan mutlak. Sebagai
akibatnya, kaum koruptor yang kaya raya dan para politisi korup yang berkelebihan uang bisa
masuk ke dalam golongan elit yang berkuasa dan sangat dihormati. Mereka ini juga akan
menduduki status sosial yang tinggi dimata masyarakat. Budaya baru ini yang bernama korupsi
seakan menjadi kebiasaan yang legal dan tidak dilarang dalam segi pandangan agama maupun
hukum negara ini. Seakan menjadi pembenaran dari kalangan paling bawah sampai kalangan
atas sudah sama-sama mafhum dan tidak keberatan jika melakukan korupsi, atau menemukan
orang lain melakukan korupsi.
Korupsi di Indonesia sudah ‘membudaya’ sejak dulu, sebelum dan sesudah kemerdekaan, di
era Orde Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi. Berbagai upaya telah dilakukan
untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih jauh panggang dari api. Korupsi sudah
menjadi budaya yang mendarah daging. Korupsi bisa dikatakan sebagai biang keladi
keterpurukan sistem perekonomian dan mental bangsa Indonesia.
Memberantas korupsi tidak mudah, karena sudah menjadi budaya yang berurat berakar dalam
segala level masyarakat. Namun berbagai pembe-rantasannya tetap dilakukan secara bertahap.
Jika tidak bisa dilenyapkan sama sekali, paling tidak dikurangi. Berbagai upaya dilakukan untuk
memberantas tindakan korupsi yang ada didalam masyarakat, termasuk didalam lembaga-
lembaga peradilan ini. Pemberian sanksi berupa hukuman yang diatur dalam Undang-Undang
yang diharapkan dapat mengurangi kasus korupsi. Tidak hanya melalui hukuman yang diatur
dalam Undang-Undang, pencegahan korupsi juga melalui pendidikan karakter dan pendidikan
antikorupsi.

B. Faktor penyebab korupsi :


Faktor penyebab korupsi itu ada 2 yaitu :
a. Faktor Internal yang merupakan sifat yang berasal dari diri kita sendiri, terdapat
beberapa faktor yang ada di dalam faktor internal, antara lain ialah: sifat tamak dan
budaya hidup konsumtif

b. Faktor eksternal, antara lain :


1. Faktor politik, artinya didalam sebuah politik akan terjadinya suatu persaingan dalam
mendapatkan kekuasaan. Setiap manusia bersaing untuk mendapatkan kekuasaan lebih tinggi,
dengan berbagai cara mereka lakukan untuk menduduki posisi tersebut. Akhirnya munculah
tindakan korupsi/ suap menyuap dalam mendapatkan jabatan
2. Faktor hukum, dalam hal ini dapat kita ketahui di negara kita sendiri bahwa hukum sekarang
tumpul ke atas, lancip ke bawah. Di hukum sendiri banyak kelemahan dalam mengatasi suatu
masalah. Sudah terbukti bahwa banyak praktek praktek suap enyuap lembaga hukum terjadi
dalam mengatasi suatu masalah. Sehingga dalam hal tersebut dapat dilihat bahwa praktek
korupsi sangatlah mungkin terjadi karena banyaknya kelemahan dalam sebuah hukum yang
mendiskriminasi dalam sebuah masalah
3.Faktor ekonomi, yaitu Manusia hidup pasti memerlukan kebutuhan apalagi dengan kebutuhan
ekonomi itu sangatlah dipentingkan bagi manusia. Bahkan pemimpin ataupun penguasa
berkesempatan jika mereka memiliki kekuasaan sangatlah ingin memenuhi kekayaan mereka. Di
kasus lain, banyak pegawai yang gajinya tidak sesuai dengan apa yang di kerjakannya yang
akhirnya ketika ada peluang, mereka didorong untuk melakukan korupsi.
4. Faktor organisasi, yaitu Di suatu tempat pasti ada sebuah organisasi yang berdiri, biasanya
tindak korupsi yang terjadi dalam organisasi ini adalah kelemahan struktur organisasi, aturan
aturan yang dinyatakan kurang baik, kemudian kurang adanya ketegasan dalam diri seorang
pemimpin. Di dalam suatu struktur organisasi akan terjadi suatu tindak korupsi jika di dalam
struktur tersebut belum adanya kejujujran dan kesadaran diri dari setiap pengurus maupun
anggota.
C. Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut :
- Perbuatan melawan hukum,
-Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
- Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
- Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
D. Jenis tindak pidana korupsi diantaranya, tetapi bukan semuanya adalah :
- Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan)
- Penggelapan dalam jabatan,
- Pemerasan dalam jabatan,
- Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negri/ penyelenggara negara), dan
- Menerima gratifikasi (bagi pegawai negri/ penyelenggara negara)

Rumusan Masalah :
1. Bagaimana gambaran korupsi di Indonesia?
2. Bagaimana peran pendidikan dalam memperbaiki karakter bangsa?
3. Bagaimana implementasi PKN terhadap karakter bangsa Indonesia?
4. Bagaimana peran pendidikan antikorupsi dalam mencegah korupsi ?

Korupsi di Indonesia Saat ini :


Pada saat ini kasus korupsi sangat marak terjadi di Indonesia. Kasus korupsi di Indonesia masih
dalam tahap memprihatinkan. Bahkan dalam dua tahun terakhir, 2013-2014 kasus korupsi di
Indonesia meningkat dari dua tahun sebelumnya.kondisi tersebut menjukkan kurang efektifnya
pemberantasan korupsi.
Berdasarkan data yang dirilis Indonesia Corruption Watch (ICW), seperti dikutip dari
kompas.com, jumlah kasus korupsi selama 2010-1012 yang menurun kembali meningkat
signifikan pada 2013-2014 dari dua tahun sebelumnya. Kondisi tersebut menunjukkan kuarang
efektifnya pemberantasan korupsi.
Ketika tahun 2011 kasus korupsi di Indonesia bisa ditekan hingga angka 436 kasus, sedangkan
pada tahun 2012 dapat ditekan hingga 402 kasus. Namun, pada tahun 2013, jumlahnya naik
signifikan menjadi 560 kasus. Pada tahun 2014, jumlah kasus korupsi diperkirakan akan
meningkat lagi mengingat selama semester 1 2014 jumlahnya sudah mencapai 308 kasus.
Perkembangan jumlah kasus korupsi linear dengan jumlah tersangka korupsi. Pada tahun 2010,
jumlah tersangka korusi mencapai 1.157 orang, kemudian cenderung menurun pada 2011 dan
2012. Namun, pada 2013, jumlahnya meningkat signifikan menjadi 1.271 orang dan
diperkirakan bertambah lagi pada 2014.
Kasus-kasus yang terjadi selama semester 1 2014, sebagian besar tersangkanya adalah pejabat
atau pegawai pemerintah daerah (pemda) dan kementrian yakni 42,6%. Tersangka lain
merupakan direktur/komisaris perusahaan swasta, anggota DPR/DPRD, kepala dinas dan kepala
daerah.
Apabila dibandingkan dengan semester 1 2013, peningkatan jumlah tersangka paling signifikan
terjadi pada jabatan kepala daerah. Berdasarkan data dari ICW bahwa pada semester 1 2013,
jumlah kepala daerah yag menjadi tersangka korupsi sebanyak 11 orang. Namun, pada semester
1 2014 jumlahnya naik lebih dari dua kali lipat menjadi 25 orang.
Hal ini terjadi karena biaya politik transksional cenderung semakin mahal. Kepala daearah
tergoda korupsi untuk memenuhi kebutuhan dana politik demi ambisi kekuasaan. Praktik korupsi
paling banyak terjadi di sektor infrastruktur. Pemerintah maasih kurang optimal dakam
mendorong pemberantasan korupsi. Pemberantasan korupsi yang paling efektif sebenarnya
hanya banyak dilakukan oleh KPK, bukan para penegak hukum yang berada di bawah kekuasaan
presiden, seperti kejaksaan dan kepolisian. Tidak heran jika kasus korupsi di Indonesia tidak
menunjukkan penurunan yang signifikan.
Hukum yang mengatur tentang korupsi di Indonesia belum sepenuhnya diterapkan dengan
semestinya. Hukum yang sudah ada itu hanya digunakan sebagai perangkat saja. Antara jumlah
dana yang dikorupsi dengan hukuman yang diberikan tidak sebanding. Hukuman yang diberikan
untuk para koruptor di Indonesia masih tergolong ringan. Hal itu membuat para koruptor tidak
jera untuk melakukan tindakan korupsi.
Seharusnya pemerintah, penegak hukum, dan seluruh elemen masyarakat Indonesia membuat
hukum yang membuat para koruptor menjaadi jera, agar para koruptor berfikir terlebih sebelum
melakukan tindakan korupsi. Kasus korupsi di Indonesia dari waktu ke waktu semakin
meningkat. Kasus korupsi bukan hanya menjerat para pejabat tinggi negara, tetapi juga kepala
daerah di tingkat kabupaten maupun provinsi.
Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat seharusnya segera menindak lanjuti dan
memberantas kasus korupsi yang terjadi sebelum kasus korupsi merajalela dan berdampak buruk
terhadap negara.

Bedah kasus korupsi dan analisa pandangan Kewarganegaraan terhadap hal ini :
Korupsi mencakup penyalah gunaan oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan nepotisme,
juga penyalahgunaan yang menghubungkan sector swasta dan pemerintah seperti penyogokan,
pemerasan, campur tangan, dan penipuan.
Dalam hal ini Korupsi memerlukan dua pihak yang korup: pemberi sogokan (penyogok) dan
penerima sogokan. Di beberapa negara, budaya penyogokan mencakup semua aspek hidup
sehari-hari, meniadakan kemungkinan untuk berniaga tanpa terlibat penyogokan.
Salah satu contoh dari tindakan korupsi ini adalah: Operasi Tangkap Tangan Korupsi Bupati
Muara Enim
Pada saat dilakukan OTT Korupsi yang dilakukan oleh KPK pada hari senin (2/9/2019)
malam hingga Selasa (3/9/2019) dini hari, KPK mendapati 3 orang penting yang sedang
bertransaksi termasuk diantaranya Bupati Muara Enim. Komisi Pemberantasan Korupsi
menetapkan Bupati Muara Enim Ahmad Yani sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek
pembangunan jalan tahun anggaran 2019. Selain Ahmad Yani , KPK menetapkan dua orang
lainnya yakni Kepala Bidang Pembangunan Jalan sekaligus Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
di dinas PUPR Muara Enim , Elfin Muhtar dan pemilik PT Enra Sari Robi Okta Fahlefi sebagai
tersangka .
Ahmad Yani dan Elfin diduga sebagai penerima suap. Ketua KPK mengatakan, Ahmad
Yani diduga menerima fee atau upah Rp 13,4 miliar dari Robi Okta Fahlefi . Uang tersebut
merupakan bagian dari commitment fee 10 persen untuk 16 paket pekerjaan jalan tahun anggaran
2019 dengan nilai proyek sekitar Rp 130 miliar. Proyek ini merupakan proyek pengadaan
pekerjaan fisik pembangunan jalan yang dilaksanakan oleh Dinas PUPR Kabupaten Muara Enim
pada awal tahun 2019.
Jadi singkatnya fee yang sebesar Rp 13,4 miliar yang diberikan kepada Bupati Muara
Enim yaitu Ahmad Yani ialah sebagai syarat agar sikontraktor yaitu PT Enra Sari yaitu Robi
Fahlefi terpilih untuk menjalankan 16 paket pekerjaan jalan tahun anggaran 2019 dengan nilai
proyek sekitar Rp 130 miliar dengan di perantarai oleh Kepala bidang Pembangunan Jalan
sekaligus Pejabat Pembuat Komitmen dinas PUPR Muara Enim yaitu Elfin Muhtar.
Berikut adalah uraian singkatnya tahap proses transaksi dari proses suap menyuap proyek
pengadaan jalan Kabupaten Muara Enim , yaitu pada tanggal 31 agustus EM (Elfin) meminta
kepada ROF (Robi) agar menyiapkan uang pada hari senin sebanyak Rp 500 juta bagi Bupati
Muara Enim yaitu Ahmad Yani , ditukarkan mnejadi 35.000 dollar AS. Sehingga dalam OTT
KPK ini mengamankan uang 35.000 dollar AS saja yang diduga menjadi fee bagi AYN dari
ROF.
Proses penangkapan ditunggu mulai dari 15.40 hari senin (2/9/2019) hingga tim KPK
melihat adanya penyerahan uang dari Robi ke Elfin. Setelah melihat penyerahan uang , tim KPK
pun segera melakukan penindakan . Kira kira pada pukul 17.00 WIB uang sudah berpindah
tangan , tim meengamankan EM dan ROF beserta staf dan mengamankan uang berjumlah 35.000
dollar AS . Secara parallel pada pukul 17.31 WIB , tim KPK mengamankan Bupati Ahmad Yani
dikantornya di muara enim .
Tim juga langsung mengamankan sejumlah dokumen . Serta langsung membawa 3 orang
yang diduga tersangka ke Jakarta dan langsung menetapkan status tersangka pada keesokan
haarinya .Dan proses penindakan OTT ini pun berakhir pada Selasa (3/9/2019) dini hari .
Ahmad Yani Pernah Menyerukan Lawan Korupsi Namun, belum genap setahun menjabat
sebagai bupati, Ahmad Yani keburu dicokok KPK. Padahal dia pernah menyerukan perlawanan
terhadap korupsi di hadapan ribuan masyarakat Kabupaten Muara Enim pada Desember tahun
lalu, tepatnya dalam rangka memperingati Hari Anti Korupsi Internasional (HAKI). Selain itu,
acara ini juga dihadiri oleh jajaran pemerintah lainnya, seperti Plt Kajari Muara Enim Muhamad
Husaini, Unsur FKPD Kabupaten Muara Enim, Kepala Perangkat Daerah Lingkup Pemerintah
Kabupaten Muara Enim, Pimpinan BUMD/N/S Muara Enim, dan Tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Bupati Muara Enim Ahmad Yani mengatakan, acara tersebut merupakan
upaya pencegahan dan perlawanan terhadap korupsi. Sebab, menurut dia, korupsi terbukti telah
membawa ketidakadilan, ketimpangan dan keterbelakangan. "Karena itulah sebabnya korupsi
menjadi musuh bersama bagi Bangsa-Bangsa di Dunia," kata Bupati Ahmad Yani. Ia
menegaskan, korupsi hanya bisa dilawan bila dilakukan secara bersama-sama kerja sama bahu
membahu antar lembaga penegak hukum, serta sinergi antar Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.
"Semoga dengan peringatan HAKI ini dapat menjadi momentum untuk mewujudkan Pemerintah
Kabupaten Muara Enim yang bersih bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga pada
akhirnya bisa mewujudkan Kabupaten Muara Enim yang agamis, berdaya saing, mandiri, sehat
dan sejahtera," ungkap dia. Sialnya, kemarin malam, tiga orang justru dicokok KPK, termasuk
Bupati Muara Enim Ahmad Yani.
Di arena politik (khusunya yang berkaitan dengan jabatan), sangat sulit untuk membuktikan
korupsi, tetapi lebih sulit lagi untuk membuktikan ketidakadaanya. Maka dari itu, sering banyak
ada gossip menyangkut politisi. Politisi terjebak di posisi lemah karena keperluan mereka untuk
meminta sumbangan untuk kampanye dan lain sebagainya. Seiring merek terlihat untuk
bertindak hanya demi keuntungan mereka yang telah menyumbangkan uang, akhirnya
munculnya tindakan korupsi politis.
Dampak negatif dari hal ini menciderai Demokrasi ini terlihat pada korupsi di pemerintahan
publik menghasilkan ketidakseimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi
mengikis kemampuan intuisi dari pemerintah, karena pengabdian prosedur, penyedotan sumber
daya dan pejabat diangkat atau dinaikkan nantinya bukan karena prestasi. Pada saat yang
bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti
kepercayaan dan toleransi.
Dalam kasus ini kita juga melihat, korupsi politis ini juga memberi ancaman bagi warga negara,
korupsi yang membentuk kebijakan pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok, bukannya
rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana kepala negara membuat aturan yang melindungi
perusahaan perusaahan besar, memudahkan regulasi mereka, namun merugikan perusahaan-
perusahaan kecil. Mereka hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang
memberikan pertolongan besar kepada perushaan besar yang memberikan sumbangan bsear
kepada kampanye pemilu mereka dan sebagainya.

Peran Pendidikan dalam Memperbaiki Karakter Bangsa :


Pendidikan memiliki peranan penting dalam memperbaiki karakter bangsa Indonesia. Melalui
pendidikan dapat diajarkan tentang pentingnya karakter dalam berbangsa dan bernegara. Sejalan
dengan perkembnagan zaman, pendidikan dilaksanakan secara lebih sistematis dan terorganisir
dalam bentuk pendidikan formal di sekolah atau madrasah. Manusia sebagai subjek sekaligus
sebagai objek pendidikan. Sebagai subjek pendidikan, manusia berperan aktif dalam proses
pelaksanaannya. Bertanggungjawab sebagai perencana pelaksana, sekaligus sebagai pihak yang
mengawasi dan mengevaluasi proses pendidikan tersebut. Dan sebagai objek, manusia menjadi
sasaran yang dari pendidikan itu sendiri.
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, brakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3 UU Sisdiknas). Pendidikan pada
dasarnya untuk mengembangkan kepribadian utuh dan warga negara yang baik. Seseorang
berkepribadian utuh jika mampu menginternalisasikan nilai-nilai dari berbagai dunia makna
(nilai), seperti simbolik, empiris, estetik, etik, sinoptik, dan sinnoetik.
Dalam hal ini pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter
sangatlah penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan karakter adalah suatu
sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah yang meliputi
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi insan kamil. Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk
bangsa yangb tangguh, kopetitif, berakhalak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,
berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Pancasila.
Pada dasarnya karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang
tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara
sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok
orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang
khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan
bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman
dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI.
Melalui pendidikan dapat diajarka tentang nilai-nilai karakter bangsa yang harus dimiliki oleh
generasi muda sebagai penerus bangsa. Nilai-nilai karakter bangsa itu diantaranya : religius,
jujur, toleran, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tau, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai-nilai dalam pendidikan
karakter diberikan sebagai mata pelajaran baru tetapi diintegrasikan dan dikembangkan secara
komprehensif melalui semua mata pelajaran, budaya sekolah dan juga budaya kampus dan
pengembangan diri siswa dan mahasiswa dalam berbagai aktivitas sekolah, intra dan ekstra
kulikuler serta komitmen para guru dan pendidik serta seluruh staf dalam interaksi di lingkungan
sekolah dan di luar lingkungan sekolah.
Dengan adanya pendidikan karakter tidak hanya menghasilkan lulusan yang pandai secara
akademis tetapi juga menghasilkan lulusan yang memiliki nilai-niali luhur atau karakter.
Pembentukan karakter siswa dan mahasiswa menjadi hal yang sangat penting dan mendesak
untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik, yaitu masyarakat yang dapat menghadapi
tantangan regional dan global. Tantangan reginal dan global yang dimaksud adalah bagaimana
generasi muda tidak sekedar memiliki kemampuan akademis yang menitikberatkan pada
kemampuan kognitifnya saja, tetapi aspek afektif dan moralitas juga tersentuh. Untuk itu
pendidikan karakter diperlukan dalam rangka membentuk manusia yang memiliki intergritas
nilai-nilai moral, sehingga siswa dan mahasiswa menjadi hormat sesama, jujur, dan peduli
dengan lingkungan.

Implementasi Pkn Terhadap Karakter Bangsa :


Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di
mana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan
memiliki political knowledge, awareness, attitude, political efficacy dan political participation
serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional.
PKn sebagai pendidikan karakter merupakan salah satu misi yang harus diemban. Misi lain
adalah sebagai pendidikan politik/pendidikan demokrasi, pendidikan hukum, pendidikan HAM,
dan bahkan sebagai pendidikan anti korupsi. Dibandingkan dengan mata pelajaran lain, mata
pelajaran PKn dan Agama memiliki posisi sebagai ujung tombak dalam pendidikan karakter.
Maksudnya dalam kedua mata pelajaran tersebut pendidikan karakter harus menjadi tujuan
pembelajaran. Perubahan karakter peserta didik merupakan usaha yang disengaja/direncakan
(instructional effect), bukan sekedar dampak ikutan/pengiring (nurturant effect). Hal ini dapat
ditunjukkan bahwa komponen PKn adalah pengetahuan, ketrampilan dan karakter
kewarganegaraan.
Dengan kata lain tanpa ada kebijakan pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam berbagai
mata pelajaran, PKn harus mengembangkan pendidikan karakter. Lebih-lebih dengan adanya
kebijakan pengembangan pendidikan karakter yang terintegrasi, ini merupakan tantangan untuk
menunjukan bahwa PKn sebagai ujung tombak yang tajam bukan tumpul bagi pendidikan
karakter.
PKn sebagai pendidikan karakter dapat dikenali dari konsep, tujuan, fungsi, tuntutan kualifikasi
dan keunikan PKn. PKn (Civic Education) adalah pembelajaran yang mengugah rasa ingin tahu
dan kepercayaan(trust) terhadap norma – norma sosial yang mengatur hubungan personal dalam
masyarakat sebagaimana mengatur partisipasi politik. PKn “merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-
hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945” (BSNP, Standar Isi).
Pendidikan kewarganegaraan sangat penting. Di negara Indonesia, pendidikan kewarganegaraan
itu berisi antara lain mengenai pruralisme yakni sikap menghargai keragaman, pembelajaran
kolaboratif, dan kreatifitas. Pendidikan mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan dalam
kerangka identitas nasional.“Tanpa pendidikan kewarganegaraan yang tepat akan lahir
masyarakat egois. Tanpa penanaman nilai-nilai
kewarganegaraan, keragaman yang ada akan menjadi penjara dan neraka dalam artian menjadi
sumber konflik. Pendidikan, lewat kurikulumnya, berperan penting dan itu terkait dengan strategi
kebudayaan.

Pendidikan Antikorupsi Sebagai Upaya Mencegah Korupsi (sebagai perwujudan tindakan


Pendidikan Kewarganegaraan terhadap tindakan korupsi) :
Keberhasilan penanggulangan pemberantasan korupsi tidak hanya bergantung pada penegakkan
hukum saja, namun ditentukan pula pada aspek tindakan preventifnya. Tindakan preventif ini
diartikan bahwa korupsi dapat dicegah secara dini dengan menguatkan pendidikan anti korupsi di
sekolah dan juga di kampus.
Dalam kurikulum nasional pendidikan di Indonesia, istilah korupsi relatif belum banyak yang
mengenalnya. Dalam Undang-Undang 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional secara
eksplisit istilah pendidikan anti korupsi tidak disebutkan. Dengan demikian, pendidikan anti
korupsi dapat dipandang sebagai hasil dari inovasi pendidikan. Hal ini sesuai dengan dinamika
masyarakat, dari masyaakat yang otoritarian dengan ciri ketertutupan menuju masyarakat
demokratis yang menjunjung tinggi keterbukaan dan kejujuran.
Pendidikan anti korupsi merupakan langkah pencegahan sejak dini terjadinya korupsi. Strategi
ini punya dampak yang baik dalam menanggulangi korupsi. Hanya saja, pendekatan preventif ini
memang tidak dapat dinikmati secar langsung, tetapi akan terlihat hasilnya dalam jangka yang
panjang. Berbeda dengan pendekatan represif yang mengandalkan jalur hukum sehingga terlihat
agresif menyidangkan dan memenjarakan orang-orang yang besalah. Pendidikan anti korupsi
merupakn tindakan untuk mengendalikan dan mengurangi upaya korupsi berupa keseluruhan
upaya untuk mendorong generasi mendatang untuk mengembangkan sikap menolak secara tegas
terhadap setiap bentuk korupsi (Sumiarti, 2007: 8). Mentalitas anti korupsi ini akan terwujud jika
setiap orang secara sadar membina kemampuan generasi mendatang untuk mampu
mengidentifikasai berbagai kelemahan dari sistem nilai yang mereka warisi dan memperbaharui
sistem nilai warisan dengan situasi-situasi yang baru.
Pendidikan anti korupsi adalah program pendidikan tentang korupsi yang bertujuan untuk
membangun dan meningkatkan kepedulian warganegara terhadap bahaya dan akibat dari
tindakan korupsi. Target utama Pendidikan anti korupsi adalah memperkenalkan fenomena
korupsi yang mencakup kriteria, penyebab dan akibatnya, meningkatkan sikap tidak toleran
terhadap tindakan korupsi, menunjukan berbagai kemungkinan usaha untuk melawan korupsi
serta berkontribusi terhadap standar yang ditetapkan sebelumnya seperti mewujudkan nilai-nilai
dan kapasitas untuk menentang korupsi dikalangan generasi muda. Disamping itu siswa juga
dibawa untuk menganalisis nilai-nilai standar yang berkontribusi terhadap terjadinya korupsi
serta nilai-nilai yang menolak atau tidak setuju dengan tindakan korupsi. Karena itu pendidikan
antikorupsi pada dasarnya adalah penanaman dan penguatan nilai-nilai dasar yang diharapkan
mampu membentuk sikap antikorupsi pada diri peserta didik.
Pendidikan antikorupsi merupakan kebijakan pendidikan yang tidak bisa lagi ditunda
pelaksanaanya di sekolah secara formal. Jika dilaksanakan sebagaimana mestinya maka dalam
jangka panjang pendidikan antikorupsi akan mampu berkontribusi terhadap upaya pencegahan
terjadinya tindakan korupsi, sebagaimana pengalaman negara lain. Melalui pendidikan
antikorupsi diharapkan generasi masa depan memiliki karakter antikorupsi sekaligus
membebaskan negara Indonesia sebagai negara dengan angka korupsi yang tinggi.
Karakteristik dari pendidikan antikorupsi adalah perlunya sinergi yang tepat antara pemanfaatan
informasi dan pengetahuan yang dimiliki dengan kemampuan untuk membuat
pertimbanganpertimbangan moral. Oleh karena itu pembelajaran antikorupsi tidak dapat
dilaksanakan secara konvensional, melainkan harus didisain sedemikian rupa sehingga aspek
kognisi, afeksi dan konasi siswa mampu dikembangkan secara maksimal dan berkelanjutan.

Kesimpulan :
Merangkai kata (bicara) untuk perubahan memang mudah. Namun, melaksanakan rangkaian
kata dalam bentuk gerakan terkadang teramat sulit. Dibutuhkan kecerdasan dan keberanian untuk
mendobrak dan merobohkan pilar-pilar korupsi yang menjadi penghambat utama lambatnya
pembangunan ekonomi di Indonesia. Korupsi yang telah terlalu lama menjadi wabah yang tidak
pernah kunjung selesai, karena pembunuhan terhadap wabah tersebut tidak pernah tepat sasaran
ibarat. Pemberantasan korupsi seakan hanya menjadi komoditas politik, bahan retorika ampuh
menarik simpati. Oleh sebab itu dibutuhkan kecerdasan masyarakat sipil untuk mengawasi dan
membuat keputusan politik mencegah makin mewabahnya penyakit kotor korupsi di Indonesia.
Pencegahan tidak hanya dilakukan atau dititik beratkan pada satu titik saja, tetapi juga pada
segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Saran :
Pemberantasan kasus korupsi di Indonesia perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pemberantasan korupsi di Indonesia tidak terbatas pada bidang penegakan hukum. Faktanya,
banyak proses hukum kasus korupsi yang dihentikan di tengah jalan atau bahkan tidak disentuh
para jaksa kepolisian dan bahkan tak tertangani oleh KPK.
2. Diperlukan konsep strategis terstruktur yang bersifat preventif, represif, serta pemberdayaan
masyarakat yang memiliki legitimasi hukum melalui penguatan sosial kontrol yang kontruksif
dan berdaya guna.
3. Diperlukan strategi eveluasi terhadap produk hukum yang ada sehingga secara substansional
dapat menunjukkan wibawa hukum yang berkeadilan dan dapat menimbulkan rasa takut untuk
tidak melakukan tindak pidana korupsi.

Anda mungkin juga menyukai