Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

TUJUAN HUKUM

DISUSUN OLEH :

NAMA : RO’ATUL AINI

NIM : D1A019515

KELAS : I1

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2019
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hukum dibuat atau diciptakan tentu mempunyai tujuan yang
hendak dicapai, tujuan hukum itu sendiri adalah untuk menciptakan
tatanan masyarakat yang tertib,aman,tentram dan adanya keseimbangan
dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan tercapainya ketertiban dalam
bermasyarakat diharapkan manusia (subjek hukum) akan terlindungi tanpa
terbentur dengan kepentingan sesamanya. Untuk mencapai tujuan itu
sendiri dan menyelesaikan permasalahn-permasalahan yang ada
diperlukannya pula teori-teori pendukung. Oleh Karena itu, hukum
haruslah bertugas untuk membagi hak dan kepentingan menusia, membagi
wewenang, dan mengatur cara memecahkan, menyelesaikan jika terjadi
permasalahan dalam mempertahankan hak dan kewajiban tersebut.

B. Rumusan masalah

Dari adanya keinginan akan tercapainya sebuah keteraturan, serta


mempertahankan hak dan kewajiban, maka kita harus mengetahui apa saja
tujuan hukum beserta teori-teori pendukungnya yang nantinya akan
menyelaraskan kehidupan kita sebagai manusia. Oleh karena itu, hal
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah tujuan hukum yang sebenarnya?


b. Teori-teori apa saja yang mendukung/berkaitan dengan tujuan hukum?
BAB II PEMBAHASAN

a. Tujuan Hukum
1Tujuan hukum adalah untuk menciptakan tatanan masyarakat
yang tertib,aman,tentram dan adanya keseimbangan dalam kehidupan
bermasyarakat. Dengan tercapainya ketertiban dalam bermasyarakat
diharapkan manusia (subjek hukum) akan terlindungi tanpa terbentur
dengan kepentingan sesamanya. Untuk mencapai tujuan-tujuan hukum ,
maka salah satu aspek yang cukup berperan adalah faktor kesadaran
hukum masayarakat. Kesadaran hukum adalah komponen yang paling
berakar pada kultur bangsa, sehingga pembinaannya juga tidak terlepas
dari konteks kehidupan masyarakat. Ketika persoalan rumitnya hukum
ditegakkan untuk mencapai tujuannya, ketika itu pula di pikirkan bahwa
rekayasa kesadaran hukum itu seyogianya dimulai sejak dini. Semakin
konsisten hukum ditegakkan, akan semakin menguatkan pula kesadaran
hukum warga masyarakat . dengan demikian terdapat korelasi antara
konsisten penegak hukum dengan meningkatnya kualitas kesadaran
hukum masyarakat.
b. Teori-Teori yang Berkaitan dengan Tujuan Hukum
a. 2Teori Etis

Menurut teori etis hukum semata-mata bertujuan untuk keadilan.


Isi hukum ditentukan oleh keyakinan kita yang etis tentang yang adil dan
tidak. Para ahli yang menganut teori ini adalah geny. Aristoteles dalam
bukunya Ethica Nicomachea dan Rhetorica mengatakan hukum
mempunyai tugas yang suci yakni memberi kepada setiap orang apa yang
berhak diterima. Anggapan itu berdasarkan etika dan Aristoteles

1
H.Zaeni Asyhadie, SH.Mhum, Arief Rahman SH,Mhum, Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali Pers :
halaman: 116. Dan, Prof. Dr. Marwan Mas, SH.MH, Pengantar Ilmu Hukum, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2018) halaman: 86
2
Prof. Dr. H Zainal Asikin SH.SU, Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali Pers: Edisi Kedua, Halaman:
22-25
berpendapat bahwa hukum bertugas hanya membuat keadilan (estische
theorie).

b. Teori Utilities
3Menurut teori ini hukum ingin menjamin kebahagiaan yang
terbesar bagi manusia dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya (the
greatest good of the greatest number). Pada hakikatnya menurut teori ini
tujuan hukum adalah manfaat dalam menghasilkan kesenangan atau
kebahagiaan yang terbesar bagi jumlah orang yang terbanyak. Penganut
teori ini antara lain adalah Jeremy Bentham. Menurut Jeremy bentham
hukum harus menuju kea rah barang apa yang berguna (mengutamakan
utilitet,utilitiets theorie). Namun yang dirumuskan oleh bentham tersebut
hanyalah hal-hal yang berfaedah dan tidak mempertimbangkan tentang
hal-hal yang konkret. Sulit bagi kita untuk menerima anggapan bentham
sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa apa yang berfaedah lebih
ditonjolkan,maka dia akan menggeser nilai keadilan kesamping.jika
kepastian yang diutamakan maka akan menggeser nilai kegunaan atau
faedah dan nilai keadilan.

c. Teori Campuran

Teori ini dianut oleh Mochtar Kusumaadmadja,menurut beliau


tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban. Kebutuhan akan
ketertiban ini syarat pokok (fundamental) bagi adanya suatu masyarakat
yang teratur.

Menurut Purnadi Purbacaraka dan soerjono soekanto, tujuan


hukum adalah kedamain hidup antarpribadi yang meliputi ketertiban
ekstern antarpribadi dan ketenangan intern pribadi.

Van Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup


manusia secara damai.

3
Prof. Dr. H Zainal Asikin SH.SU, Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali Pers: Edisi Kedua, Halaman:
22-25
Sedangkan Soebekti berpendapat bahwa hukum itu mengabdi kepada
tujuan negara,yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan bagi
rakyatnya.

d. Teori Normatif-Dogmatik
4
Teori normatif-dogmatik menganggap bahwa pada asasnya hukum
adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum. Salah satu
penganut teori ini adalah John Austin dan Van Kan,yang bersumber dari
pemikiran positivistis yang lebih melihat hukum sebagai sesuatu yang
otonom atau hukum dalam bentuk peraturan tertulis. Artinya, karena
hukum itu otonom sehingga tujuan hukum semata-mata untuk kepastian
hukum dalam melegalkan kepastian hak dan kewajiban seseorang. Van
Kan (Daliyo,dkk,1994:39) berpendapat bahwa tujuan hukum adalah
menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak terganggu dan terjamin
kepastiannya.

e. Teori Peace (Damai Sejahterah)


5
Menurut teori ini dalam keadaan damai(sejahtera) terdapat
kelimpahan,yang kuat tidak menindas yang lemah, yang berhak benar-
benar mendapatkan haknya dan adanya perlindungan bagi rakyat.
Untuk mewujudkan damai sejahtera diperlukan pengaturan yang adil,
yaitu pengaturan yang didalamnya terdapat kepentingan-kepentingan
yang dilindungi secara seimbang, sehingga setiap orang memperoleh
apa yang menjadi bagiannya. Hukum harus dapat menciptakan damai
sejahtera bukan sekedar ketertiban.

4
Prof. Dr. Marwan Mas SH.MH, Pengatar Ilmu Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2018)
halaman: 84
5
Prof. Dr. H Zainal Asikin SH.SU, Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali Pers: Edisi Kedua, Halaman:
22-25

Anda mungkin juga menyukai