Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“INTEGRASI NASIONAL”

DOSEN PEMBIMBING

Syawaluddin

Oleh:

Nama Kelompok 2:

Rosdiana Putri : D1A019517

Siti Nur Fadinil Islami : D1A019543

Silma Wirda Safitri : D1A019538

Sekar Dita Utari : D1A019527

Rizka Dwi Hartini Kantue : D1A019511

Rizky Hidayat : D1A019514

Takwan : D1A019552

Kelas: I (1)

Program Studi: Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada Baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
saw yang kita nanti-nantika syafaatnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah swt atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan sebenar-benarnya.

2
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………….2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang…………………………………………………………………..4

BAB II PEMBAHASAN

A. Menelusuri Konsep Urgensi


1. Makna Integrasi Nasional……………………………………………………5
2. Jenis Integrasi………………………………………………………………..6
3. Pentingnya Integrasi Nasional……………………………………………….7
4. Integrasi versus Disintegrasi…………………………………………………8
B. Menanya Alasan Mengapa Diperlukan Integrasi Nasional……………………...9
C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politik tentang Integrasi Nasional
1. Perkembangan sejarah integrasi di Indonesia……………………………….10
2. Pengenmbangan integrasi di Indonesia……………………………………...11
D. Membangun Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Integrasi Nasional
1. Dinamika Integrasi Nasional di Indonesia…………………………………..12
2. Tantangan dalam membangun Integrasi…………………………………….13
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Integrasi Nasional……………………….14
F. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….…………..15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan Negara kesatuan yang penuh dengan keanekaragaman, yang terdiri
atas beraneka ragam budaya, baha daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan, dan lain-
lain. Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah suatu yang tidak dapat dipunggkiri
keberadaannya. Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di indonesia mampu hidup secara
berdampingan, saling mengisi. Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan
terjalin dalam bingkai “Bhineka Tunggal Ika”. Namun seiringnya berjalannya waktu,
kemajemukan masyarakat cendrung menjadi beban bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dari
munculnya berbagai masalah yang sumbernya bebrbau kemajemukan, saat ini maka Bhineka
Thunggal Ika semakin luntur. Sudah Nampak kecondongan terpecah belah. Semangat untuk
“Bhineka Tunggal Ika” perlu untuk disosialisasikan lagi.
Saat ini pula bangsa Indonesia, masih mengalami krisis multidimensi yang menggoncang
kehidupan kita. Sebagaisalah satu masalah utama dari krisis besar itu adalah ancaman
disintegrasi bangsa yang hingga saat ini masih belum merdeka. Kesadaaran akan pentingnya
kerukunan agama, suku, ras, dan budaya harus selalu di wujudkan melalui pemahaman
integrasi nasional.
Semoga dari makalah ini, kita lebih bisa memahami tentang pentingnya integrasi nasional
dan toleransi dalam mengatasi masalah yang memicu perpecahan. Kita lebih bersikap apresiatif
terhadap integrasi dan mempertahankan cirri khas kebudayaan masing-masing daerah/suku,
serta untuk dapat bereksplordi ysng menunjsng dalam aspek pendidikan.

4
BAB II

A. MENELUSURI KONSEP DAN URGENSI INTEGRASI NASIONAL


1. Makna Integrasi Nasional
Marilah kita telusuri istilah integrasi nasional ini. Kita dapat
menguraikan istilah tersebut dari dua pengertian: secara etimologi dan
terminologi. Etimologi adalah studi yang mempelajari asal usul kata, sejarahnya
dan juga perubahan yang terjadi dari kata itu. Pengertian etimologi dari integrasi
nasional berarti mempelajari asal usul kata pembentuk istilah tersebut. Secara
etimologi, integrasi nasional terdiri atas dua kata integrasi dan nasional.
Sekarang, kita telusuri pengertian integrasi nasional secara terminologi.
Terminologi dapat diartikan penggunaan kata sebagai suatu istilah yang telah
dihubungkan dengan konteks tertentu. Konsep integrasi nasional dihubungkan
dengan konteks tertentu dan umumnya dikemukakan oleh para ahlinya.
Berdasar uraian di atas, Anda dapat memahami bahwa secara terminologi,
istilah integrasi nasional memiliki keragaman pengertian, sesuai dengan sudut
pandang para ahli. Namun demikian kita dapat menemukan titik kesamaaannya
bahwa integrasi dapat berarti penyatuan, pembauran, keterpaduan, sebagai
kebulatan dari Integrasi nasional adalah kesadaran identitas bersama di antara
warga negara . Ini berarti bahwa meskipun kita memiliki kasta yang berbeda,
agama dan daerah, dan berbicara bahasa yang berbeda, kita mengakui
kenyataan bahwa kita semua adalah satu. Jenis integrasi ini sangat penting
dalam membangun suatu bangsa yang kuat dan makmur.

2. Jenis Integrasi
Dalam realitas nasional integrasi nasional dapat dilihat dari tiga aspek yakni
aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya. Dari aspek politik, lazim disebut
integrasi politik, aspek ekonomi (integrasi ekonomi), yakni saling
ketergantungan ekonomi antardaerah yang bekerjasama secara sinergi, dan
aspek sosial budaya (integrasi sosial budaya) yakni hubungan antara suku,

5
lapisan dan golongan. Berdasar pendapat ini, integrasi nasional meliputi : 1)
Integrasi politik, 2) Integrasi ekonomi , dan 3) integrasi sosial budaya.

a. Integrasi Politik
Dalam tataran integrasi politik terdapat dimensi vertikal dan horisontal.
Dimensi yang bersifat vertikal menyangkut hubungan elit dan massa, baik
antara elit politik dengan massa pengikut, atau antara penguasa dan rakyat
guna menjembatani celah perbedaan dalam rangka pengembangan proses
politik yang partisipatif. Dimensi horisontal menyangkut hubungan yang
berkaitan dengan masalah teritorial, antardaerah, antarsuku, umat beragama
dan golongan masyarakat Indonesia .
b. Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi berarti terjadinya saling ketergantungan antardaerah
dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup rakyat. Adanya saling
ketergantungan menjadikan wilayah dan orang-orang dari berbagai latar
akan mengadakan kerjasama yang saling menguntungkan dan sinergis.
c. Integrasi sosial budaya
Integrasi ini merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda
dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang
berbeda tersebur dapat meliputi ras, etnis, agama bahasa, kebiasaan, sistem
nilai dan lain sebagainya. Integrasi sosial budaya juga berarti kesediaan
bersatu bagi kelompokkelompok sosial budaya di masyarakat, misal suku,
agama dan ras.

3. Pentingnya Integrasi Nasional


Menurut Myron Weiner dalam Surbakti (2010), dalam negara merdeka,
faktor pemerintah yang berkeabsahan (legitimate) merupakan hal penting bagi
pembentukan negara-bangsa. Hal ini disebabkan tujuan negara hanya akan
dapat dicapai apabila terdapat suatu pemerintah yang mampu menggerakkan
dan mengarahkan seluruh potensi masyarakat agar mau bersatu dan bekerja
bersama. Kemampuan ini tidak hanya dapat dijalankan melalui kewenangan
menggunakan kekuasaan fisik yang sah tetapi juga persetujuan dan dukungan
rakyatnya terhadap pemerintah itu. Jadi, diperlukan hubungan yang ideal antara
6
pemerintah dengan rakyatnya sesuai dengan sistem nilai dan politik yang
disepakati.
Hal demikian memerlukan integrasi politik. Negara-bangsa baru, seperti
halnya Indonesia setelah tahun 1945, membangun integrasi juga menjadi tugas
penting. Ada dua hal yang dapat menjelaskan hal ini. Pertama, dikarenakan
pemerintah kolonial Belanda sebelumnya tidak pernah memikirkan tentang
perlunya membangun kesetiaan nasional dan semangat kebangsaan pada rakyat
Indonesia. Yang dilakukan penjajah adalah membangun kesetiaan kepada
penjajah itu sendiri dan guna kepentingan integrasi kolonial itu sendiri. Jadi,
setelah merdeka, kita perlu menumbuhkan kesetiaan nasional melalui
pembangunan integrasi bangsa.
Kedua, bagi negara-negara baru, tuntutan integrasi ini juga menjadi
masalah pelik bukan saja karena perilaku pemerintah kolonial sebelumnya,
tetapi juga latar belakang bangsa yang bersangkutan. Negara-bangsa (nation
state) merupakan negara yang di dalamnya terdiri dari banyak bangsa (suku)
yang selanjutnya bersepakat bersatu dalam sebuah bangsa yang besar. Suku-
suku itu memiliki pertalian-pertalian primordial yang merupakan unsur negara
dan telah menjelma menjadi kesatuankesatuan etnik yang selanjutnya menuntut
pengakuan dan perhatian pada tingkat kenegaraan. Ikatan dan kesetiaan etnik
adalah sesuatu yang alami, bersifat primer.
Kekacauan dan disintegrasi bangsa yang dialami pada masa masa awal
bernegara misalnya yang terjadi di India, dan Srilanka bisa dikatakan bukan
semata akibat politik “pecah belah” kolonial namun akibat perebutan dominasi
kelompok kelompok primordial untuk memerintah negara. Ini menunjukkan
bahwa setelah lepas dari kolonial, mereka berlomba saling mendapatkan
dominasinya dalam pemerintahan negara. Mereka berebut agar identitasnya
diangkat dan disepakati sebagai identitas nasional. Integrasi diperlukan guna
menciptakan kesetiaan baru terhadap identitas-identitas baru yang diciptakan
(identitas nasional). Misalnya; bahasa nasional, simbol negara , semboyan
nasional, ideologi nasional dan sebagainya.
4. Integrasi versus Disintegrasi
Kebalikan dari integrasi adalah disintegrasi. Jika integrasi berarti
penyatuan, keterpaduan antar eleman atau unsur yang ada di dalamnya,
disintegrasi dapat diartikan ketidaksatupaduan, keterpecahan di antara unsur
7
unsur yang ada. Jika integrasi terjadi konsensus maka disintegrasi dapat
menimbulkan konflik atau perseturuan dan pertentangan Disintegrasi bangsa
adalah memudarnya kesatupaduan antargolongan, dan kelompok yang ada
dalam suatu bangsa yang bersangkutan . Gejala disintegrasi merupakan hal yang
dapat terjadi di masyarakat. Masyarakat suatu bangsa pastilah menginginkan
terwujudnya integrasi. Namun dalam kenyataannya yang terjadi justru gejala
disintegrasi. Disintegrasi memiliki banyak ragam, misalkan pertentangan fisik,
perkelahian, tawuran, kerusukan, revolusi bahkan perang.

B. MENANYA MENGAPA ALASAN INTEGRASI NASIONAL DIPERLUKAN


Integrasi masyarakat tidak sepenuhnya dapat diwujudkan, karena setiap masyarakat
dapat melakukan suatu tindakan atau konflik bagi negaranya. Hal tersebut dapat terjadi
dikarenakan belum terupaya dengan baik untuk mengintegrasikan masyarakat. Seperti
halnya pada era reformasi tahun 1998, berbagai macam perbedaan suku,budaya dan
agama bahkan kepentingan pribadi membuat Indonesia tidak dapat mencapai tujuannya
sehingga dengan adanya integrasi usaha untuk menyatukan berbagai macam perbedaan
dapat dilakukan.
Indonesia sangat dikenal dengan keanekaraganm suku,budaya dan agama. Oleh
sebab itu, adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat masyarakat
Indonesia lebih memilih untuk suatu yang trend walaupun hal tersebut membuat upaya
integrasi tidak terwujud. Masyarakat Indonesia belum sadar akan pengaruh globalilasi
yang ternyata tidak baik bagi masyarakat Indonesia. Selain pengaruh globalisasi,
masyarakat Indonesia bertindak atas wewenang sendiri maupun kelompok sehingga
konflik terjadi dimana-mana seperti pertengkaran antar suku, pembakaran tempat-
tempat ibadah dan lain sebagainya. Konflik tersebutlah yang membuat integrasi nasional
susah diwujudkan. Upaya integrasi terus dilakukan agar Indonesia menjadi satu kesatuan
yang mana disebutkan dalam semboya bhinneka tunggal ika.
Adanya upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada tetap
harus diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat mencapai
tujuannya. Selain menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan di Indonesia,
masyarakat Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama sehingga tidak
terjadi konflik yang berkepanjangan yang dapat merugikan Indonesia.
Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan masyrakat Indonesia
dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih berkembang atau dapat dikatakan

8
negara yang masih mencari jati diri. Selain itu, integrasi nasional sangat penting untuk
diwujudkan karena integrasi nasional merupakan suatu cara yang dapat menyatukan
berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia. Adapun alasan lainnya mengapa
integrasi nasional diperlukan :
 Untuk menghasilkan keserasian guna mempersatukan perbedaan-
perbedaan yang ada pada suatu negara.
 Menghindari pemberontakan yang akhir-akhir ini terjadi.
 Menjaga nasionalisme setiap negara,menghindari perang saudara,dan
demi membawa bangsa indonesia menjadi bangsa yang besar.

C. MENGGALI SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, POLITIK TENTANG


INTEGRASI NASIONAL
1. Perkembangan sejarah integrasi di indonesia
Perkembangan Integrasi di Indonesia - Menurut pendapat Suroyo (2002),
ternyata sejarah menjelaskan bangsa kita sudah mengalami pembangunan
integrasi sebelum bernegara Indonesia yang merdeka. Menurut Suroyo, terdapat
tiga model integrasi dalam sejarah perkembangan integrasi di Indonesia, yakni:
a. Model Integrasi Imperium Majapahit
Model integrasi pertama ini bersifat kemaharajaan (imperium)
Majapahit. Struktur kemaharajaan yang begitu luas ini berstruktur
konsentris. Dimulai dengan konsentris pertama yaitu wilayah inti kerajaan
(nagaragung): pulau Jawa dan Madura yang diperintah langsung oleh raja
dan saudarasaudaranya. Konsentris kedua adalah wilayah di luar Jawa
(mancanegara dan pasisiran) yang merupakan kerajaan-kerajaan otonom.
Konsentris ketiga (tanah sabrang) adalah negara-negara sahabat di mana
Majapahit menjalin hubungan diplomatik dan hubungan dagang, antara lain
dengan Champa, Kamboja, Ayudyapura (Thailand).
b. Model Integrasi Kolonial
Model integrasi kedua atau lebih tepat disebut dengan integrasi atas
wilayah Hindia Belanda baru sepenuhnya dicapai pada awal abad XX
dengan wilayah yang terentang dari Sabang sampai Merauke. Pemerintah
kolonial mampu membangun integrasi wilayah juga dengan menguasai
maritim, sedang integrasi vertikal antara pemerintah pusat dan pemerintah

9
daerah dibina melalui jaringan birokrasi kolonial yang terdiri dari
ambtenaar-ambtenaar (pegawai) Belanda dan pribumi yang tidak memiliki
jaringan dengan massa rakyat.
Dengan kata lain pemerintah tidak memiliki dukungan massa yang
berarti. Integrasi model kolonial ini tidak mampu menyatukan segenap
keragaman bangsa Indonesia tetapi hanya untuk maksud menciptakan
kesetiaan tunggal pada penguasa kolonial.

c. Model Integrasi Nasional Indonesia


Model integrasi ketiga ini merupakan proses berintegrasinya bangsa
Indonesia sejak bernegara merdeka tahun 1945. Meskipun sebelumnya ada
integrasi kolonial, namun integrasi model ketiga ini berbeda dengan model
kedua.
Integrasi model kedua lebih dimaksudkan agar rakyat jajahan (Hindia
Belanda) mendukung pemerintahan kolonial melalui penguatan birokrasi
kolonial dan penguasaan wilayah.
Integrasi model ketiga dimaksudkan untuk membentuk kesatuan yang
baru yakni bangsa Indonesia yang merdeka, memiliki semangat kebangsaan
(nasionalisme) yang baru atau kesadaran kebangsaan yang baru.
Model integrasi nasional ini diawali dengan tumbuhnya kesadaran
berbangsa khususnya pada diri orang-orang Indonesia yang mengalami
proses pendidikan sebagai dampak dari politik etis pemerintah kolonial
Belanda. Mereka mendirikan organisasi-organisasi pergerakan baik yang
bersifat keagamaan, kepemudaan, kedaerahan, politik, ekonomi
perdagangan dan kelompok perempuan.
Para kaum terpelajar ini mulai menyadari bahwa bangsa mereka adalah
bangsa jajahan yang harus berjuang meraih kemerdekaan jika ingin menjadi
bangsa merdeka dan sederajat dengan bangsa-bangsa lain.
Mereka berasal dari berbagai daerah dan suku bangsa yang merasa
sebagai satu nasib dan penderitaan sehingga bersatu menggalang kekuatan
bersama. Misalnya, Sukarno berasal dari Jawa, Mohammad Hatta berasal
dari Sumatera, AA Maramis dari Sulawesi, Tengku Mohammad Hasan
Pengembangan integrasi di indonesia.

10
2. Pengembangan integrasi di Indonesia.
Howard Wriggins dalam Muhaimin & Collin MaxAndrews (1955)
menyebut ada lima pendekatan atau cara bagimana para pemimpin politik
mengembangkan integrasi bangsa.
a. Adanya ancaman dari luar.
Adanya ancaman dari luar dapat menciptakan integrasi masyarakat.
Masyarakat akan bersatu, meskipun berbeda suku, agama dan ras ketika
menghadapi musuh bersama.
b. Gaya politik kepemimpinan.
Pemimpin yang karismatik, dicintai rakyatnya dan memiliki jasa-jasa
besar umumnya mampu menyatukan bangsanya yang sebelumnya tercerai
berai.
c. Kekuatan lembaga-lembaga politik.
Lembaga politik, misalnya birokrasi, juga dapat menjadi sarana
pemersatu masyarakat bangsa. Birokrasi yang satu dan padu dapat
menciptakan system pelayanan yang sama, baik, dan diterima oleh
msyarakat yang beragam. Pada akhirnya masyarakat bersatu dalam satu
system pelayanan.
d. Ideology nasional.
Jika suatu masyarakat meskipun berbeda-beda tetapi menerima satu
ideology yang sama maka memungkinkan masyarakat tetap bersatu. Bagi
bangsa Indonesia, nilai bersama yang bisa mempersatukan masyarakat
Indonesia adalah pancasila.
e. Kesempatan pembangunan ekonomi.
Jika pembangunan ekonomi berhasil dan menciptakan keadilan, maka
masyarakat bangsa tersebut bisa menerima sebagai satu kesatuan. Namun,
jika ekonomi menghasilkan ketidakadilan maka muncul kensenjangan atau
ketimpangan. Banyak kasus karena ketidakadilan, maka sebuah masyarakat
ingin memisahkan diri dari bangsa yang bersangkutan. Dengan
pembangunan ekonomi yang merata maka hubungan dan integrasi antar
masyrakat akan semakin mudah dicapai.

11
D. MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN TANTANGAN
INTEGRASI NASIONAL

1. Dinamika integrasi nasional di indonesia


Integrasi nasional tercermin pada tanggal 28 Oktober 1928 dengan
Sumpah Pemuda, para pemuda Indonesia yang beraneka ragam yang berasal dari
berbagai daerah dengan ras,suku dan agama yang berbeda. Mereka menyatakan
diri sebagai satu bangsa yang memiliki satu Tanah Air, satu bangsa, dan bahasa
persatuan yaitu bahasa Indonesia. Mereka bersatu dibawah lambang garuda dan
dengan semboyan Bhineka Tungga Ika. Setelah kemerdekaanpun integrasi
nasional Indonesia terlihat semakin kuat seperti saat Belanda ingin kembali
menguasai Indonesia. Semua masyarakat Indonesia bersatu untuk melakukan
perlawanan terhadap Belanda dengan mengabaikan semua perbedaan latar
belakang mereka dan bersatu menjadi satu semangat yaitu semangat kemerdekaan
Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia Tahun 1945 Integrasi nasional terus
dibangun dan diperkuat.
Tanggal 15 Agustus 2005 melalui MoU (Memorandum of
Understanding) di Vantaa, Helsinki, Finlandia, pemerintah Indonesia berhasil
secara damai mengajak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung
dan setia memegang teguh kedaulatan bersama Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Proses ini telah berhasil menyelesaikan kasus disintegrasi
yang terjadi di Aceh sejak tahun 1975 sampai 2005. Dari sudut pandang Integrasi
wilayah, Melalui Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957, pemerintah
Indonesia mengumumkan kedaulatan wilayah Indonesia yakni lebar laut teritorial
seluas 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar
pada pulau-pulau Negara Indonesia. Dengan deklarasi ini maka terjadi integrasi
wilayah teritorial Indonesia. Wilayah Indonesia merupakan satu kesatuan.
Dalam perjalanan bangsa ini, integrasi nasional tidak selalu berjalan
mulus. Indonesia juga pernah mengalami disintegrasi yang sempat menimbulkan
ancaman integrasi nasional. Salah satu contoh disintegrasi yang tak mungkin
terlupakan adalah keluarnya Timor-Timor dan Papua Nugini dari NKRI.
Disintegrasi itu sendiri adalah keadaan tidak bersatu padu yang menghilangnya
keutuhan atau persatuan serta menyebabkan perpecahan. Adapun ciri-ciri
terjadinya disintegrasi di suatu masyarakat antara lain: Ketidaksamaan tujuan
12
antara anggota suatu kelompok sehingga tidak ada keterpaduan. Jika suatu
kelompok sudah tidak lagi mempunyai kesamaan tujuan maka pasti akan terjadi
perpecahan. Seperti pada kasus keluarnya Timor-Timor dan Papua Nugini dari
Indonesia, masyarakat Timor-timor sudah merasa tidak sesuai lagi tujuannya
dengan Indonesia serta mereka merasa jika bersama Indonesia mereka akan terus
di anak tirikan. Mereka merasa akan lebih baik jika melepaskan diri dan menjadi
negara sendiri keluar dari NKRI. Pada kasus ini sebenarnya Indonesia sudah
berusaha keras untuk membendung disintegrasi yang yang terjadi dan menjaga
agar timor-timor tetap menjadi salah satu wilayah NKRI. Salah satu bentuk usaha
pemerintah Indonesia yaitu dengan melakukan operasi pagar betis dan operasi
militer lain di jaman pemerintahan Presiden Soeharto. Akan tetapi semua itu
belum mampu untuk mencegah agartimor-timor tetap bersama Indonesia.
Keluarnya Timor-Timor juga merupakan bentuk akibat dari adanya pengaruh luar
yang bermaksud untuk merusak integrasi nasional Indonesia.
Masalah disintegrasi di Indonesia selain Timor-Timor dan Papua
Nugini, ada lagi yaitu GAM atau Gerakan Aceh Merdeka. GAM merupakan suatu
gerakan masyarakat Aceh yang bertentangan dengan pancasila karena GAM
menghendaki agar Aceh keluar dari Indonesia dan mendirikan negara sendiri
yaitu negara dengan basis islam murni. Para penggerak GAM memiliki pemikiran
yang berbeda dengan tujuan bangsa Indonesia yang menghendaki penyatuan dari
berbagai multi kultur budaya, agama dan ras yang dimiliki Indonesia, sedangkan
GAM menentang penyatuan tersebut. Mereka menginginkan hanya satu golongan
saja yang menguasai. Mereka menggunakan alasan agama untuk mengancam
integrasi nasional.
2. Tantangan dalam membangun integrasi
a. Maraknya tindakan korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) yang di lakukan oleh
para pejabat pemerintahan.
b. Percobaan invasi asing yang ingin menguasai indonesia,baik dari segi sumber
daya alam maupun lainnya.
c. Maraknya tindakan kriminalitas dalam kehidupan masyarakat.
d. Sistem pendidikan nasional yang tidak merata jugak tidak memadai.
e. Kemajuan komunikasi dan transportasi yang memengaruhi kehidupan maupun
mobilitas masyarakat.
f. Adanya biroklasi sipil dan militer.
13
E. MENDESKRIPSIKAN ESENSI DAN URGENSI INTEGRASI NASIONAL
Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap
negara. Sebab integrasi masyarakat merupakan kondisi yang sangat diperlukan bagi
negara untuk membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang
diharapkan. Ketika masyarakat suatu negara senantiasa diwarnai oleh pertentangan
atau konflik, maka akan banyak kerugian yang diderita, baik kerugian berupa fisik
material seperti kerusakan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, maupun kerugian mental spiritual seperti perasaan kekawatiran, cemas,
ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang berkepanjangan.Di sisi lain, banyak
pula potensi sumber daya yang dimiliki oleh negara, yang mestinya dapat
digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat,
harus dikorbankan untuk menyelesaikan konflik tersebut. Dengan demikian negara
yang senantiasa diwarnai dengan konflik di dalamnya akan sulit untuk mewujudkan
kemajuan
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin
diwujudkan, karena setiap masyarakat di samping membawa potensi integrasi juga
menyimpan potensi konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan
untuk bekerjasama, serta konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat,
merupakan potensi yang mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang
ada dalam masyarakat seperti perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan
budaya, dan perbedaan kepentingan menyimpan potensi konflik, terlebih apabila
perbedaan-perbedaan itu tidak dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang
tepat. Namun apa pun kondisinya, integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang
sangat dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa dan negara, dan oleh karena
itu perlu senantiasa diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi
masyarakat berarti kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat
mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.

14
DAFTAR PUSTAKA
Winarno. 2007, Pradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan
Tinggi. Bumi Aksara, Jakarta

Wibowo. 2000, Negara dan Masyarakat : Berkaca Dari Pengalaman Republik


Rakyat China, Gramedia, Jakarta.

Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, 2017, Paradigma Terbaru


Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa, Alfabeta, Bandung.

Nuryadi, Tolib, 2014, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Buku Siswa)


Kelas 10 SMA/SMK.

www.academia.edu/integrasi-nasional

15

Anda mungkin juga menyukai