Anda di halaman 1dari 14

RESUME

PENGANTAR ANTROPOLOGI

(Koentjaraningrat)

OLEH :

NAMA : RIFKA WARDANIA

NIM : D1A019497

KELAS : I1

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2019
BAB II

MAKHLUK MANUSIA

A. Makhluk Manusia di antara Makhluk-Makhluk Lain

Dipandang dari sudut biologi, manusia hanya merupakan satu jenis


makhluk di antara lebih dari sejuta jenis makhluk lain yang pernah atau
masih menduduki alam semesta. Pada pertengahan abad ke-19 para ahli
biologi, di antaranya yang terkenal adalah Charles Darwin. Dalam jangka
waktu beratus-ratus juta tahun lamanya timbul dan berkembang bentuk-
bentuk hidup berupa makhluk-makhluk dengan organisme yang makin
lama makin kompleks.

Dalam proses evolusi biologi yang telah berlangsung sangat lama,


banyak bentuk makhluk yang sederhana hilang dan punah dari muka bumi.
Akan tetapi, banyak pula yang bertahan macamnya dan hidup sampai
sekarang.

Untuk mengetahui ragam jenis makhluk hidup yang ada di muka


bumi ini, para ahli biologi telah membuat suatu sistem klasifikasi semua
makhluk yang telah mendapat tempat sewajarnya berdasarkan atas
morfologi dan organismenya. Sama halnya dengan beribu-ribu macam
makhluk lain, manusia juga menyusui keturunannya; dan berdasarkan ciri
itulah manusia dikelaskan bersama makhluk-makhluk lain tersebut ke
dalam satu golongan, yaitu kelas binatang menyusui, atau mamalia. Dalam
kelas mamalia ini terdapat suatu sub-golongan atau suku, yaitu suku
primata. Dalam suku ini, semua jenis kera mulai dari yang terkecil sebesar
tupai seperti tarsii, sampai pada kera-kera besar seperti gorila, dikelaskan
menjadi satu dengan manusia. Memang, sebelum zaman Darwin, para ahli
biologi telah lama mengobservasi banyaknya persamaan ciri-ciri antara
organ kera dan organ manusia. Suku primata dibagi menjadi 2 subsuku,
yakni prosimii dan anthropoid. Oleh para ahli biologi, manusia
ditempatkan subsuku antropoid. Subsuku antropoid dibagi lagi menjadi
tiga infrasuku yaitu: ceboid, ceropitbecoid dan hominoid. Infrasuku ceboid
menggolongkan menjadi satu semua kera di daerah tropis di benua
Amerika, baik yang telah punah maupun yang masih hidup; infrasuku
cercopithecoid menggolongkan menjadi satu semua kera di daerah tropis
di benua Asia dan Afrika, baik yang sudah punah maupun yang masih
hidup; sedangkan infrasuku hominoid menggolongkan menjadi satu kera
kera besar dengan manusia yang kemudian infrasuku ini dibagi lebih
khusus lagi ke dalam 2 keluarga, yaitu keluarga pongidae dan keluarga
hominidae.

B. Evolusi Ciri-ciri Biologis

1. Sumber Ciri-Ciri Organisme Fisik

Dalam proses evolusi itu, bentuk-bentuk makhluk yang baru


timbul sebagai proses percabangan dari bentuk bentuk makhluk yang lebih
tua. Dalam proses tersebut ciri-ciri biologi yang baru, berwujud pada
organisme suatu makhluk tertentu menyebabkan terjadinya bentuk yang
agak berbeda dari bentuk perubahan induk yang lama. Bentuk baru tadi
terus berubah dan dalam jangka waktu yang cukup lama perbedaan bentuk
tersebut semakin besar. Menurut para ahli biologi ciri-ciri biologi itu
termaktub di dalam gen. Organisme dari semua makhluk di dunia tidak
hanya makhluk satu sel, tetapi juga kera dan manusia yang jumlah selnya
sampai 10 triliun banyaknya. Bentuk serta macam dari ke-10 sel itu
berbeda menurut fungsi dan tugasnya masing-masing dalam organ.
Meskipun begitu, setiap sel mempunyai inti yang sama. Setiap inti sel
manusia misalnya terdiri dari ke-46 bagian berupa ulat ulat kecil yang
terdiri dari serat serat berspiral. Bulat-bulat kecil itu disebut oleh para ahli
biologi kromosom;pada kromosom-kromosom inilah terletak beribu-ribu
pusat kekuatan dengan berbagai macam struktur biokimia yang khas yang
menjadi sebab dari segala ciri organisme makhluk yang bersangkutan.
Satu pusat kekuatan itulah yang disebut gen. Satu gen atau kombinasi
beberapa gen menjadi penyebab dari satu ciri lahir dari organisme,
sedangkan adapula satu gen yang menjadi penyebab dari adanya beberapa
ciri lahir. Pada waktu konsepsi apabila salah satu sperma berpadu dengan
sel telur maka akan terjadi suatu sel buah atau zigot. Seluruh tubuh
organisme baru akan timbul dari zigot tadi dengan suatu proses yang
disebut mitosis.

Proses mitosis bagi semua sel itu sama saja, kecuali pada sel sel
gamet atau sel sel kelamin. Dari sini sel-sel baru tidak timbul karena
pembelahan dari tiap kromosom, tetapi karena pemisahan dari 46
kromosom menjadi dua golongan, A dan A1 yang masing-masing terdiri
dari 23 kromosom, dan masuk ke dalam dua sel kelamin yang berbeda.
Saat ini merupakan saat yang paling penting karena di sini banyak gen
yang menentukan berbagai ciri tertentu dari organisme, yang akan masuk
ke sel kelamin A atau A1, semua terjadi secara kebetulan belaka. Dengan
demikian, menjadi jelas bahwa hanya sebagian dari ciri-ciri ayah yang
secara kebetulan ada dalam sperma akan membuahi sel telur ibu dan
hanya sebagian dari ciri-ciri ibu yang secara kebetulan berada dalam sel
telur akan dibuahi menjadi bahan bagi organisme keturunan yang baru.

Mula-mula dunia ilmiah tidak sangat menarik perhatian terhadap


teori Mendel, dan perhatian baru timbul kembali ketika terbukti melalui
penelitian gen bahwa prinsip-prinsip proses menurunkan ciri-ciri
organisme yang telah diajukan mendel sejak lama cocok dengan
kenyataan. Suatu pengertian yang amat penting bagi kita adalah bahwa
ciri-ciri yang lahir itu (fenotip) tidak usah sama dengan susunan ciri-ciri
pada gen-gennya (genotip).

2. Perubahan dalam proses keturunan

Dalam kenyataan kita lihat bahwa kelompok-kelompok manusia


yang mula-mula berasal dari sepasang nenek moyang, berkembang biak
selalu memulai juga menunjukkan perbedaan ciri-ciri. Timbulnya ciri-ciri
baru dan terjadinya organisme-organisme baru terjadi karena beberapa
proses evolusi yang menurut analisis para ahli biologi dapat dibagi ke
dalam tiga golongan: (a). Proses mutasi, (b) proses seleksi dan adaptasi,
dan (c) proses menghilangnya gen secara kebetulan.

Mutasi adalah suatu proses yang berasal dari dalam organisme.


Seleksi dan adaptasi adalah suatu proses evolusi yang berasal dari alam
sekitar. Banyak ciri baru yang terjadi karena mutasi pada kelompok-
kelompok manusia, sering terbukti lebih cocok dengan alam sekitar yang
juga selalu berubah-ubah.

Menghilangnya gen tertentu sering juga disebabkan oleh peristiwa


yang tidak berasal dari dalam organisme atau dari alam sekitar, tapi yang
disebabkan secara kebetulan. Contoh, dalam suatu kelompok manusia
yang semuanya mempunyai rambut keriting ada beberapa individu yang
mengandung gen resesif untuk rambut kejur. Kebetulan beberapa individu
ini yang pada lahirnya juga mempunyai rambut keriting memisahkan diri
dari kelompok induk. Dengan peristiwa kebetulan tadi gen resesif untuk
rambut kejur terbawa dan pada suatu ketika akan menyebabkan timbulnya
individu-individu yang secara lahir juga mempunyai rambut kejur.
Sebaliknya dalam kelompok induk, gen untuk rambut kejur sudah hilang.
Untuk selanjutnya dalam kelompok yang baru orang-orang dengan rambut
kejur mungkin akan selalu bertambah jumlahnya, sedangkan dalam
kelompok induk semua individu dalam generasi-generasi selanjutnya akan
selalu mempunyai rambut keriting sampai timbul suatu saat atau zaman di
mana mutasi atau seleksi alam membawa perubahan.

C. Evolusi Primata dan Manusia


1. Proses Percabangan Makhluk Primata

Manusia merupakan suatu jenis makhluk cabang dari semacam


makhluk primata yang telah melalui proses evolusi. Soal asal mula dan
proses evolusi makhluk manusia itu secara khusus dipelajari dan diteliti
oleh suatu subilmu dari antropologi biologi, yaitu ilmu paleoantropologi.
Ilmu tersebut meneliti fosil tubuh manusia yang terkandung dalam lapisan
lapisan bumi. Selain menganalisis data mengenai fosil-fosil kera dan
manusia yang tersimpan dalam lapisan bumi, mereka juga
mempergunakan data ilmu-ilmu lain seperti paleogeografi, paleoekologi,
serta metode analisis potassium argon dari ilmu geologi.

Menurut penelitian paling akhir makhluk pertama dari suku


primata muncul di muka bumi sebagai suatu cabang dari makhluk mamalia
(binatang menyusui) sudah kira-kira 70 tahun yang lalu di dalam suatu
zaman yang oleh para ahli geologi disebut Kala Paleosen Tua. Dalam
masa yang amat lama makhluk primata induk tadi bercabang lebih lanjut
ke dalam berbagai subsuku dan infrasuku khusus. Rupa-rupanya telah
terjadi paling sedikit 5 proses percabangan. Percabangan yang tertua
timbul kira-kira 30 juta tahun yang lalu dalam Kala Eosen Akhir,
merupakan percabangan yang mengevolusikan kera gibon (bylobatidae).
Cabang yang timbul kemudian, pada permulaan Kala Miosen kira-kira 20
juta tahun yang lalu adalah kera pongopymeus atau orang utan.

Cabang ketiga adalah sejenis makhluk yang menurut perkiraan


para ahli menjadi nenek moyang manusia. Percabangan ini terjadi kira-kira
10 juta tahun yang lalu pada bagian terakhir dari Kala Miosen. Fosil-fosil
makhluk ini menunjukkan sifat yang lain daripada yang lain, yaitu ukuran
badan raksasa yang jauh lebih besar daripada kera gorilla yang hidup
sekarang.

Cabang keempat adalah cabang-cabang kera pongid yang lain,


yaitu gorila dan simpanse, terjadi kira-kira 12 juta tahun yang lalu pada
akhir Kala Miosen. Percabangan khusus antara gorilla dan simpanse
terjadi karena perkembangan dari dua lingkungan ekologi yang khusus di
Afrika Tengah sebelah Timur dari sungai Niger dan di Afrika Barat
sebelah Barat dari sungai tersebut.
Proses percabangan berikut yang merupakannya terjadi di Afrika
Timur timbul dari evolusi makhluk gigantanthropus sebelum kera-kera
manusia raksasa itu menghilang dari Benua Afrika. Cabang inilah yang
menurut para ahli akan berevolusi menjadi makhluk manusia.

2. Makhluk Primata Pendahulu Manusia

Kira-kira berabad-abad yang lalu para ahli biologi dan


paleoantropologi masih mengira bahwa asal-usul nenek moyang manusia,
itu dapat dipecahkan apabila telah ditemukan sejenis makhluk yang
merupakan penghubung antara kera dan manusia dalam silsilah hidup.
Jadi hal terpenting harus dilakukan para ahli tersebut adalah mencari
makhluk penghubung yang hilang (missing link) dalam silsilah
perkembangan alam makhluk di muka bumi.

Dengan kemajuan di bidang ilmu-ilmu paleoantropologi dan


geologi, konsepsi para ahli mengenai missing link sudah berubah. Sudah
tidak lagi dipandang sebagai suatu makhluk yang berada di antara kerajaan
manusia tetapi sebagai seekor makhluk pendahulu (precursor) atau
makhluk induk yang mendahului baik gerak-gerak besar maupun manusia,
keduanya hanya merupakan spesialisasi khusus dari makhluk induk tadi.
Proses percabangan antara berbagai jenis karya besar dengan manusia
bukan terjadi hanya satu kali melainkan beberapa kali dan beberapa
tempat, maka dengan demikian sebenarnya ada lebih dari satu makhluk
induk.

Makhluk yang oleh para ahli diberi nama drypithecus hidup


dalam akhir Kala Oligosen dan permulaan Kala Miosen, kira-kira 21 juta
tahun yang lalu di hutan-hutan di daerah yang kini menjadi Eropa Selatan
dan Afrika Utara.

Makhluk induk kedua adalah gigantanthropus, hidup pada akhir


Kala Miosen lebih kurang 10 juta tahun yang lalu.
Pada masa 2 juta tahun lalu, bumi mengalami suatu masa dalam
sejarah perkembangan kulit bumi yang berbeda dengan sekarang yaitu
suatu Kala Es di daerah-daerah Utara dan Selatan, dan suatu Kala Kering
di daerah tropis.

Kala es atau kala glasial adalah zaman ketika seluruh eropa utara
sampai kira-kira garis pegunungan Alpen di Swiss; sebagian dari Asia
Utara; seluruh Kanada dan Amerika Utara; dan ujung selatan Amerika
Selatan, tertutup lapisan es yang tebal (gletcher). Daerah-daerah tersebut
di atas pada Kala Glasial mempunyai iklim yang hampir sama dengan
iklim daerah kutub pada masa sekarang. Saat ini kita hidup dalam suatu
zaman antara Kala Glasial keempat dan kelima dari seri terakhir.

3. Bentuk-bentuk Manusia Tertua

Pada tahun 1898 seorang dokter belanda, Eugene Du Bois, telah


menemukan sekelompok tengkorak atas, rahang bawah dan sebuah tulang
paha di lembah sungai bengawan solo; dekat desa kedung brubus; dan di
dekat desa trinil di Jawa-timur. Du Bois memberikan nama
pithecanthropus erectus (manusia kera yang berjalan tegak) pada fosil itu
dan menganggapnya sebagai contoh nenek moyang manusia zaman
sekarang.

Sebelum pecah perang dunia II, telah ditemukan lebih dari 20 fosil dan
diantaranya ada suatu rangkaian penemuan yang juga menjadi terkenal
sekali, yaitu rangkaian penemuan antara 1931 dan 1934, berupa 14 fosil
pithecanthropus yang terdiri dari 12 tengkorak dan dua tibia, di dekat desa
Ngandong, juga di lembah Bengawan Solo, sebelah utara Trinil, oleh
seorang ahli geologi Jerman bernama G.H.R von Koningswald.

Akhirnya perlu juga disebut suatu penemuan lain yang juga menarik
yang dilakukan oleh G.H.R von Konigswald dalam tahun 1941 di dekat
desa Sangiran juga dalam lapisan bumi pleistosen Tua, suatu fosil yang
berupa bagian rahang bawah yang bersifat rahang manusia, tetapi yang
ukurannya luar biasa besar melebihi ukuran gorilla laki-laki. Karena
besarnya fosil tersebut oleh para ahli diberi nama meganthropus
paleojavanicus.

Di luar indonesia telah juga ditemukan beberapa fosil yang


menunjukkan banyak persamaan dengan fosil pithecanthropus erectus. Di
dalam suatu gua dekat Chou Kouten di sebelah barat beijing (peking), di
antara tahun 1927 dan 1936 ditemukan fosil-fosil tersebut dalam beberapa
penggalian yang berturut-turut. Oleh para ahli makhluk yang
meninggalkan bekas-bekas tersebut diberi nama pithecanthropus
pekinensis.

Makhluk pithecanthropus, termasuk meganthropus paleojavanicus


oleh para ahli paleoantropologi sekarang dianggap sebagai makhluk
pendahulu manusia di kawasan luas Asia, khususnya Asia Tenggara,
dalam suatu jangka waktu yang sangat panjang, yaitu dari 2 juta hingga
200.000 tahun yang lalu. Ia hidup dalam kelompok-kelompok berburu
kecil yang terdiri dari 10 hingga 12 individu. Jangka waktu hidupnya rupa-
rupanya masih singkat yaitu rata-rata 20 tahun, sehingga makhluk
pithecanthropus yang berumur 10 tahun telah merupakan makhluk
dewasa. Walaupun seperti tersebut diatas, ia mungkin sudah
mempergunakan alat-alat batu atau kayu yang secara kadangkala dipungut
nya di jalan untuk menyambung keterbatasan kemampuan organisme nya,
namun karena cara mempergunakan nya belum berpola secara mantap dan
sadar, ia belum dapat dianggap telah berkebudayaan dan karena itu pula
belum dapat dianggap sepenuhnya sebagai makhluk manusia. Sementara
itu, makhluk pithecanthropus berevolusi terus. Isi otaknya menjadi lebih
besar dan suatu hal yang istimewa adalah bahwa beberapa bagian
organnya, seperti tenggorokan, rongga mulut, lidah dan bibir berevolusi
menjadi sedemikian rupa sehingga ia dapat membuat variasi suara yang
makin lama makin banyak dan kompleks. Pada akhirnya ia bisa berbahasa.
Rupa-rupanya evolusi organ yang memungkinkan berkembangnya bahasa
itu didorong oleh kebutuhan untuk mempunyai suatu sistem komunikasi
yang kompleks. Bahasa juga menyebabkan otak lebih berkembang begitu
juga sebaliknya.

Makhluk yang telah mempunyai kebudayaan itulah yang baru dapat


disebut makhluk manusia secara penuh. Makhluk pithecanthropus
berevolusi menjadi makhluk semacam itu dalam jangka waktu yang sangat
lambat ya itu lebih dari 1.500.000 tahun lamanya.

4. Bentuk Manusia dari Kala Pleistosen Muda

Fosil-fosil manusia yang berasal dari Kala Pleistosen Muda yang


berumur kira-kira 200 tahun, berjumlah amat banyak dan terdapat di
berbagai tempat di dunia. Fosil-fosil tersebut bukan hanya berupa
tengkorak melainkan banyak juga berupa kerangka yang lengkap.

Salah satu ditemukan pada tahun 1856 dalam suatu gua di lembah
sungai neander dekat kota dusseldorf, jerman dan menjadi terkenal dengan
nama homo neandertalensis. Sebelum Perang Dunia II, fosil-fosil yang
ditemukan di Ngandong malahan juga dianggap sejenis dengan homo
neandertal dan karena itu disebut homo soloensis.

Manusia homo neandertal dan sejenisnya itu mula-mula tidak


dianggap oleh para ahli sebagai nenek moyang salah satu ras manusia
yang ada sekarang ini, tetapi sebagai salah satu cabang evolusi makhluk
manusia yang kandas. Dengan bukti-bukti yang baru diketahui bahwa
homo neandertal itu tidak kandas tetapi telah berevolusi dalam jangka
waktu yang kira-kira 120.000 tahun menjadi manusia homo sapiens yang
sekarang ini.

5. Manusia Sekarang atau Homo Sapiens

Bekas bekas homo sapiens yang tertua juga terkandung dalam lapisa-
lapisan pleistosen muda yang berarti bahwa makhluk itu hidup pada akhir
Kala Glasial terakhir, atau kurang lebih 80.000 tahun yang lalu. Mulai
zaman setelah itu, yaitu zaman Holosen. Semua penemuan fosil manusia
ditemukan bersama bekas-bekas kebudayaan dan mulai menunjukkan
perbedaan keempat ras pokok yang pada saat itu menduduki muka bumi
ini yaitu: (a) Ras Australoid; (b) Ras Mongoloid; (c) Ras Kaukasoid; (d)
Ras Negroid.

Makhluk manusia homo sapiens yang pertama-tama menunjukkan


ciri-ciri ras Australoid adalah makhluk yang fosil nya ditemukan di dekat
desa Wajak di lembah Sungai Brantas, dekat Tulungagung Jawa Timur,
dalam lapisan bumi pleistosen muda. Fosil tersebut yang disebut homo
wajakensis, diperkirakan hidup kira-kira 40.000 tahun yang lalu.

Makhluk manusia homo sapiens yang pertama-tama menunjukkan


ciri-ciri ras Mongoloid adalah makhluk yang fosil nya ditemukan dekat
gua Chou Koutien, tempat ditemukan fosil pithecanthropus pekinensis
sebelumnya.

Makhluk manusia homo sapiens yang pertama-tama menunjukkan


ciri-ciri ras Kaukasoid adalah makhluk yang fosil nya ditemukan dekat
desa Les Eyzies di Prancis. Dikenal dengan nama Homo Sapiens
Cromagnon. Hidup yaitu kira-kira 60.000 tahun yang lalu.

Makhluk manusia homo sapiens yang pertama-tama menunjukkan cir-


ciri ras Negroid adalah makhluk yang fosil-fosil nya ditemukan di tengah-
tengah Gurun Sahara, di dekat Asselar, kira-kira 400 km sebelah Timur
Laut Timbuktu. Hidup hanya kira-kira 14.000 tahun yang lalu. Ras
Negroid kini dianggap sebagai ras manusia yang paling muda.

Semua fosil yang ditemukan di benua amerika adalah fosil homo


sapiens dari ras khusus Mongoloid Amerika. Fosil yang paling terkenal di
antaranya adalah fosil dari Tapexpan dan fosil wanita yang digali di
Minesota, yang umumnya tidak lebih dari 20.000 tahun.

D. Aneka Ragam Manusia


1. Salah Paham mengenai Konsep Ras

Ciri-ciri lahir seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, bentuk
bagian-bagian wajah dan sebagainya menyebabkan timbulnya pengertian
“ras” golongan manusia yang berdasarkan berbagai ciri fisik secara umum.

Dalam sejarah bangsa bangsa konsepsi mengenai beragam ciri fisik


manusia telah menyebabkan kesedihan dan kesengsaraan, karena suatu
salah paham besar yang hidup dalam pandangan manusia berbagai bangsa.
Salah paham memberi penilaian tinggi rendah kepada ras-ras berdasarkan
perbedaan tinggi rendah rohani dari ras-ras itu. Anggapan salah ini timbul
bersama-sama dengan perkembangan kekuasaan bangsa-bangsa Eropa
(yang kebetulan semuanya berasal dari ras “kulit putih”) terhadap bangsa
bangsa lain di luar eropa ( yang kebetulan untuk sebagian besar berasal
dari ras-ras “bukan kulit putih”), dan dipraktekkan ke dalam suatu gejala
sosial yang terdapat di banyak negara di dunia sampai sekarang yang
dikenal dengan gejala diskriminasi ras.

2. Metode-metode untuk Mengkelaskan Aneka Ras Manusia

Menjadi pusat perhatian yang terpenting bagi ilmu antropologi fisik


mengenai cara pengklasifikasian atau penggolongan beragam ras manusia
di dunia. Dalam hal ini para sarjana terutama memperhatikan ciri-ciri lahir
atau ciri-ciri morfologi pada tubuh individu-individu berbagai bangsa di
dunia. Ciri-ciri morfologi itu yang dalam praktik merupakan ciri-ciri
fenotipe, terdiri dari dua golongan yaitu, a) ciri-ciri kualitatif (seperti
warna kulit, bentuk rambut dan sebagainya), b) ciri-ciri kuantitatif
(seperti berat badan, ukuran badan, indeks cephalicus dan sebagainya).

Akhir-akhir ini dalam ilmu antropologi fisik, klasifikasi yang hanya


berdasarkan morfologi telah dianggap tidak begitu penting lagi. ara
sarjana sekarang lebih tertarik akan masalah sebab-sebab daripada
perbedaan-perbedaan dan persamaan persamaan antara ras ras manusia.
Dengan demikian dalam hal meng klasifikasi kan ras para sarjana
mencoba membangun suatu klasifikasi yang filogenetik. Dengan ini
dimaksud suatu klasifikasi yang kecuali hanya menggambarkan
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara ras-ras, juga
menggambarkan hubungan-hubungan asal-usul antara ras dan percabangan
nya.

Metode-metode klasifikasi serupa inilah yang sekarang mulai banyak


dipergunakan dalam ilmu antropologi, walaupun masih banyak dikritik.

3. Salah Satu Klasifikasi dari Beragam Ras Manusia

Adanya berbagai sistem klasifikasi disebabkan karena setiap sarjana


menggunakan salah satu ciri tertentu sebagai dasar klasifikasi nya,
sehingga ada misalnya: klasifikasi Carolus Linnaeus (1725) yang
mempergunakan warna kulit sebagai ciri terpenting dalam sistemnya;
klasifikasi J.F. Blumenbach (1755) yang mengkombinasikan ciri-ciri
morfologi dengan geografi dalam sistemnya; klasifikasi J. Deniker (1889)
yang memakai warna dan bentuk rambut sebagai ciri-ciri terpenting dalam
sistemnya; metode-metode klasifikasi yang juga memperhatikan unsur-
unsur filogenetik baru tampak kira-kira sejak 30 tahun yang lalu yang
paling terkenal di antaranya adalah klasifikasi dari sarjana sarjana
antropologi fisik ternama seperti metode E. Von Eickstedt dan metode
E.A. Hooton.

Berikut ini suatu klasifikasi yang berasal dari A.L. Koeber, tampak
secara jelas dari sebesar penggolongan rasa-rasa yang terpenting di dunia
dan hubungannya satu sama lain.

1) AUSTRALOID
Penduduk asli Australia
2) MONGOLOID

a) Asiatik Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur)


b) Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Kep.Indonesia, Malaysia,
Filipina Dan Penduduk Asli Taiwan)
c) American Mongoloid (penduduk asli Benua Amerika Utara dan
Selatan dan orang Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk
Terra Del Fuego di Amerika Selatan)

3) KAUKASOID

a. Neritik (Eropa Utara sekitar Laut Baltik)


b. Alpiet (Eropa Tengah dan Timur)
c. Mediteraniae (penduduk sekitar Laut Tengah, Afrika Utara,
Armenia, Arab dan Iran)
d. Indic (Pakistan, India, Bangladesh dan Seri Lanka)
4) NEGROID
a. African negroid (Benua Afrika)
b. Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu dan Filipina)
c. Melanesian (Papua Atau Irian dan Melanesia)
5) RAS-RAS KHUSUS
tidak dapat diklasifikasikan ke dalam keempat ras pokok
a. Bushman (di daerah Gurun Kalahari di Afrika Selatan)
b. Veddoid (di pedalaman Srilanka dan Sulawesi Selatan)
c. Polynesian (di kepulauan Mikronesia dan Polinesia)
d. Ainu (di pulau Karafuto dan Hokkaido di jepang utara)

Anda mungkin juga menyukai