Anda di halaman 1dari 2

NAMA : RIFKA WARDANIA

NIM : D1A019497

NO.TELP : 085339054352

KELAS : I1 ILMU HUKUM

MATA KULIAH : HUKUM ADAT

TEORI-TEORI TENTANG UNSUR-UNSUR PEMBENTUK HUKUM ADAT

1. Teori Receptio In Complexu (L.W.C. Van Den Berg dan Mr. Salomon Keyzer), Teori
Receptie (Prof. Christhian Snouck Hurgronye) dan Teori Receptio a Contrario (Prof.
Hazairin). Teori receptio in complexu ini dikemukakan oleh Mr. W.C. van den Berg,
Guru Besar di Delf dan Penasihat bahasa-bahasa Timur dan Hukum Islam pada
Pemerintah kolonial Belanda.
Inti dari teori ini adalah sebagai berikut: “Selama bukan sebaliknya dapat dibuktikan,
menurut ajaran ini hukum pribumi ikut agamanya, karena jika memeluk agama
harus juga mengikuti hukum agama itu dengan setia”.
Tegasnya menurut teori ini, kalau suatu masyarakat itu memeluk suatu agama
tertentu, maka hukum Adat masyarakat yang bersangkutan adalah hukum agama
yang dipeluknya itu. Kalau ada hal-hal yang menyimpang dari hukum agama yang
dipeluknya, maka hal ini dianggap sebagai suatu“perkecualian/penyimpangan” dari
hukum agama yang telah “in complexu gerecipieerd” (diterima secara keseluruhan)
itu.
2. Teori receptie diperkenalkan oleh Prof. Christhian Snouck Hurgronye. Teori ini
menyatakan bahwa pada dasarnya bagi rakyat pribumi berlaku hukum adat. Hukum
islam berlaku jika telah dierima oleh masyarakat sebagai hukum adat. teori ini
dikemukakan agar orang-orang pribumi tidak memegang teguh ajaran islam karena
dihawatirkan mereka akan sulit menerima pengaruh budaya barat.
3. Teori receptie a contrario dikembangkan oleh Sayuti Thalib SH. Teori receptio a
contrario seara harfiah berarti kebalikan dari teori receptie. Jika teori receptie
mendahulukan hukum adat daripada hukum islam, maka teori receptie a contrario
mendahulukan hukum islam daripada hukum adat. dalam teori receptio hukum islam
dapat berlaku jika tidak bertentangan dengan hukum adat, sementara teori reeptie a
contrario hukum adat dapat berlaku jika tidak bertentangan dengan hukum islam.
Hukum adat itu sendiri merupakan sistem hukum yang dikenal di dalam lingkungan
kehidupan sosial di Indonesia dan negara lain seperti Tiongkok, Jepang, dan India. Sumber
hukum adat yakni peraturan-peraturan yang tidak tertulis yang berkembang dalam
masyarakat dan hingga saat ini dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakat
tersebut. Karena peraturan yang ada pada hukum adat ini tidak tertulis dan tumbuh
kembang, Hukum Adat ini bisa menyesuaikan diri dan elastis.

UNSUR-UNSUR HUKUM ADAT

Hukum adat memiliki unsur – unsur, diantaranya:

1. Tingkah laku yang selalu dilakukan oleh masyarakat


2. Terdapat keputusan dari kepala adat
3. Memiliki sanksi hukum
4. Tidak tertulis
5. Ditaati oleh masyarakat hukum adat

Soerodjo Wignjodipoero, S.H. : Hukum adat memiliki 2 unsur, yakni: unsur kenyataan
dan unsur psikologis.

1. Unsur kenyataan, bahwa adat itu dalam keadaan yang sama selalu di indahkan oleh
masyarakat hukum adat.
2. Unsur psikologi, terdapat keyakinan pada rakyat, menurut mereka adat dimaksud
memiliki kekuatan hukum.

CONTOH HUKUM ADAT

Khususnya Indonesia, masih banyak di daerah-daerah tertentu yang masih sering


menggunakan hukum adat. Berikut ini adalah contoh hukum adat yang berada di papua :

Di papua, Hukum adat diberlakukan pada seseorang yang mengakibatkan seseoran


meninggal dunia dalam kecelakaan yaitu akan diminta ganti rugi dengan uang bahkan juga
ternak babi. Jumlah yang diminta relatif besar sehingga bisa dipastikan akan memberatkan
pelaku untuk membayar ganti tugi dalam bentuk uang dan juga ternak babi.

Anda mungkin juga menyukai