KAIDAH HUKUM
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
NIM : D1A019497
KELAS : I1
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2019
BAB 1
LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial atau zoon politicon kata Aristoteles. Sebagai
makhluk sosial selalu ingin hidup berkelompok, hidup bermasyarakat. Keinginan
itu di dorong oleh kebutuhan biologis seperti hasrat untuk mememuhi kebutuhan
ekonomi, hasrat untuk membela diri dan juga hasrat untuk mengadakan
keturunan. Untuk itu diperlukan hubungan atau kontak anggota masyarakat dalam
rangka mencapai tujuannya dan melindungi kepentingannya.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
permasalahan adalah :
PEMBAHASAN
1Dalam literatur bahasa arab, “kaidah” merupakan kata tunggal dari kata
jama “kawa’id”. Kini kata kaidah itu telah diserap menjadi bahasa indonesia.
Dalam kajian ilmu hukum, kaidah memiliki pengertian sebagai berikut:
1
Ahmad Kamil, Muhammad Fauzan, Kaidah-Kaidah Hukum Yurisprudensi, Prenada Media,
Jakarta: Kencana 2004, cetakan ke-2 Juli 2005, nomor halaman : 1-2.
Penggolongan Kaidah
a. Tata kaidah dengan aspek pribadi yang termasuk kelompok ini adalah
kaidah agama atau kepercayaan dan kaidah kesusilaan.
b. Tata kaidah dengan aspek kehidupan antar pribadi yang termasuk di
dalamnya adalah kaidah kesopanan dan kaidah hukum.
3Gustav Radbruch (1961: 12) membedakan kaidah dalam dua macam yaitu
sebagai berikut :
a. Kaidah Alam, yaitu kaidah yang menyatakan tentang apa yang pasti akan
terjadi. Contohnya, semua manusia pasti meninggal. Jadi kaidah alam ini
merupakan kesesuaian dengan kenyataan dan mengemukakan sesuatu
yang memang telah demikian
b. Kaidah kesusilaan, merupakan kaidah yang menyatakan tentang sesuatu
yang belum terjadi. Contohnya, manusia dilarang mencuri. Jadi, manusia
ada kemungkinan menjadi pencuri, tetapi ada juga kemungkinan tidak
2
R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), nomor halaman: 219
3
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2018) nomor halaman:
42 - 43
Macam- Macam Kaidah
4
Masyarakat yang menginginkan hidup aman, tenteram dan damai tanpa
gangguan, maka setiap manusia perlu menjadi pedoman bagi segala tingkah laku
manusia dalam pergaulan hidup sehingga kepentingan masing-masing dapat
terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan
kewajiban masing-masing. Tata itu lazim disebut kaidah (berasal dari bahasa arab)
atau norma (berasal dari bahasa latin) atau ukuran ukuran.
4
Zainal Asikin, Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali Pers 2015, nomor halaman : 29-32
3. Kaidah (norma) Kesopanan
5Norma yang timbul dan diadakan oleh masyarakat itu sendiri untuk
mengatur pergaulan sehingga masing-masing anggota masyarakat saling
hormat menghormati. Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini ialah
dicela sesamanya, karena sumber norma ini adalah keyakinan masyarakat
yang bersangkutan sendiri. hakikat norma kesopanan adalah kepantasan,
kepatutan, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Norma
kesopanansering disebut sopan santun, tata krama atau adat istiadat.
Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat dunia melainkan
bersifat khusus dan setempat (regional) dan hanya berlaku bagi
segolongan masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap sopan bagi
segolongan masyarakat, mungkin bagi masyarakat lain tidak demikian.
Contoh :
a. “berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bus
dan lain-lain, terutama wanita yang tua, hamil dan membawa bayi.”
b. “jangan makan sambil berbicara”
4. Kaidah Hukum
Kaidah hukum lazimnya diartikan sebagai peraturan hidup yang
menentukan bagaimana manusia seyogianya berprilaku, bersikap di dalam
masyarakat agar kepentingannya dan kepentingan orang lain terlindungi.
Kaidah merupakan perumusan pandangan objektif mengenai penilaian
atau sikap yang seyogianya dilakukan atau tidak dilakukan, dilarang atau
dianjurkan untuk dijalankan.
Peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan
negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat
dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara, sumbernya
bisa berupa peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, kebiasaan,
doktrin, dan agama. Keistimewaan norma hukum terdapat pada sifatnya
5
Zainal Asikin, Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali Pers 2015, nomor halaman : 29-32
yang memaksa, sanksinya berupa ancaman hukum. Penataan dan sanksi
terhadap pelanggaran peraturan hukum bersifat heteronom, artinya dapat
dapat dipaksakan oleh kekuasaan luar, yaitu kekuasaan negara.
6Contoh :
a. Barang siapa yang dengan sengaja menghilangkan jiwa/nyawa orang
lain, dihukum karena membunuh dengan hukuman setinggi-tingginya
15 tahun.
b. Orang yang ingkar janji suatu perikatan yang telah di adakan,
diwajibkan mengganti kerugian. Misalnya jual beli
c. Dilarang mengganggu ketertiban umum
6
Zainal Asikin, Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali Pers 2015, nomor halaman : 29-32
BAB III
KESIMPULAN