“Cakap Hukum”
Disusun Oleh :
Nama : Bayu Asmara Dhana
NPM : 2203120156
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di
yaumul khiamah.
Alhamdulillah, kami selaku tim penyusun telah berhasil menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Cakap Hukum” .Untuk memenuhi tugas salah satu
mata kuliah “Hukum”.Ucapan terimakasih kami hanturkan kepada Ibu Nur
Oloan,SH.MH. selaku dosen pengampu.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
benar-benar dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal ‘alamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...........................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian Cakap Hukum...................................................................................3
2.2 Kecakapan Bertindak Dalam Hukum Perdata....................................................4
2.3 Syarat Kecakapan Bertindak..............................................................................5
BAB III..............................................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................................8
1.1 Kesimpulan........................................................................................................8
1.2 Saran..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hukum perdata Indonesia Hukum adalah sekumpulan peraturan yang
berisi perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga
dapat dipaksakan pemberlakuaanya berfungsi untuk mengatur masyarakat demi
terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Salah satu bidang
hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan
hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau
hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-
hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan
pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum
administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum
perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari,
seperti misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian,
pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat
perdata lainnya.
Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem
hukum tersebut juga mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem
hukum Anglo-Saxon (yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya
dan negara-negara persemakmuran atau negara-negara yang terpengaruh oleh
Inggris, misalnya Amerika Serikat), sistem hukum Eropa kontinental, sistem
hukum komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum lainnya. Hukum
perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya
hukum perdata Belanda pada masa penjajahan.
Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang
berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari
Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW)yang berlaku di kerajaan Belanda
dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda) berdasarkan azas
konkordansi.
1
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat penulis buat
identifikasi sebagai berikut :
1. Apa definisi dari Cakap Hukum?
2. Apa Sayarat Cakap Hukum?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pasal 1912 KUH Perdata menyatakan bahwa batas usia anak dianggap cakap
sebagai saksi adalah 15 (lima belas) tahun.
Pasal 47 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Disebutkan dalam pasal 47 ayat (1), anak yang dimaksud dalam Undang-
Undang Perkawinan adalah yang belum mencapai usia 18 tahun atau belum
pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya
selama mereka tidak dicabut kekuasaannya.
Pasal 1 angka (3)Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang sistem
Peradilan Pidana Anak mengatur bahwa Anak yang berkonflik dengan hukum
adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur
18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.
Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Ruang nomor 4/SE/I/2015 tentang
Batasan Usia Dewasa dalam Rangka Pelayanan Pertanahan mengatur batas
usia dewasa adalah 18 tahun atau sudah kawin.
4
Sedangkan badan hukum tidak.
c. Manusia pribadi dapat menjadi ahli waris. Sedangkan badan hukum
tidak.
Apabila semua manusia dan badan hukum bisa menjadi pendukung hak
dan kewajiban, maka belum berarti bahwa semua subyek hukum bisa
dengan leluasa secara mandiri melaksanakan hak-haknya melalui
tindakan-tindakan hukum. Untuk itu harus ada kecakapan bertindak, yaitu
kecakapan untuk melakukan tindakan-tindakan hukum pada umumnya.
5
diatur dalam undang- undang. Mereka yang dikecualikan ini disebut
orang yang tidak cakap (tidak berwenang) melakukan suatu tindakan
hukum, yaitu pihak-pihak sebagai berikut:
Jika salah satu atau kedua belah pihak dalam perjanjian ternyata tidak
cakap berbuat, maka konsekuensi yuridisnya adalah sebagai berikut:
1. Jika perjanjian tersebut dibuat oleh anak di bawah umur (belum dewasa),
maka perjanjian tersebut akan batal atas permintaan dari pihak anak yang
belum dewasa tersebut, semata-mata karena alasan kebelum-
dewasaannya tersebut. Lihat Pasal 1446 ayat (1) KUH Perdata juncto
Pasal 1331 ayat (1) KUH Perdata.
2. Jika perjanjian dibuat oleh orang yang berada di bawah pengampuan,
maka perjanjian tersebut batal atas permintaan dari orang yang berada di
bawah pengampuan tersebut, dengan alasan semata-mata karena
keberadaannya di bawah pengampuan tersebut.
6
4. Terhadap perjanjian yang dibuat oleh orang yang dilarang undang-
undang untuk melakukan perbuatan tertentu, maka mereka dapat
menuntut pembatalan perjanjian tersebut, kecuali jika ditentukan lain
oleh undang- undang.
5. Perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang tidak cakap bertindak
tersebut, yang kemudian dinyatakan batal, maka para pihak dalam
perjanjian tersebut harus menempatkan perjanjian tersebut pada keadaan
sebelum perjanjian dibuat, jadi perjanjian tersebut dianggap seolah-olah
tidak ada.
Jadi, salah satu syarat agar suatu perjanjian sah, perjanjian tersebut
haruslah dibuat oleh orang yang cakap berbuat berdasarkan Pasal 1330
KUH Perdata, antara lain dibuat oleh orang yang sudah dewasa.
Berdasarkan Pasal 330 KUH Perdata, orang yang belum dewasa menurut
hukum adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan
tidak kawin sebelumnya. Oleh karena itu, apabila ditafsirkan secara
terbalik, maka orang yang dianggap dewasa dan cakap berbuat menurut
hukum adalah:
1. Sudah genap berumur 21 tahun
2. Sudah kawin, meskipun belum genap 21 tahun
3. Tidak berada di bawah pengampuan
7
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Cakap Hukum secara perdata berarti kecakapan seseorang untuk
melakukan perbuatan hukum dan karenanya mampu mempertanggungjawabkan
akibat hukumnya. Semua orang dalam keadaan cakap (bewenang)
bertindakkecuali mereka yang diatur dalam undang-undang
1.2 Saran
Dari pemaparan singkat di atas, kiranya dapat diambil beberapa kesimpulan,
Hukum perdata Indonesia Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi
perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga
dapat dipaksakan pemberlakuaanya berfungsi untuk mengatur masyarakat
demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya
8
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Miru Ahmadi, S.H., M.S., Sakka Pati, S.H., M.H., Hukum Perikatan
Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW” (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), hal. 1
Muljadi Kartini & Gunawan Widjaja, Perikatan Pada Umumnya (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 18
Johannes Gunawan dan Budiono Kusumohamidjojo, “Bahan Kuliah
Perbandingan Hukum Kontrak”, 2014.
Subekti, “Pokok-Pokok Hukum Perdata”, 1989, hal 122; Johannes Gunawan dan
Budiono Kusumohamidjojo, “Bahan Kuliah Perbandingan Hukum
Kontrak”, 2014.
Subekti dan Tjitrosudibio, “Burgerlijk Wetboek/ Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata”, 1979;
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata Edisi Revisi,
Bandung: P.T. Alumni, 2010, hlm. 30.
M.Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, PT.Alumni, Bandung, 1986,
hlm.3.
Johannes Gunawan dan Bernadette Waluyo, “Dkitat Perkuliahan Hukum
Perikatan”, hal 39; Johannes Gunawan dan Budiono Kusumohamidjojo,
“Bahan Kuliah Perbandingan Hukum”
Johannes Gunawan dan Bernadette Waluyo, “Dkitat Perkuliahan Hukum
Perikatan”, hal 39;
http://www.legalakses.com/download/Hukum%20Perjanjian/
Perikatan.pdf#targetText=Perjanjian%20diatur%20dalam%20pasal
%201313,perjanjian%20merupakan%20suatu%20perbuatan%20hukum.