Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SOSIOLOGI HUKUM

MARAKNYA JUDI ONLINE DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Prof. Ma’ruf Hafidz, S.H., M.H

Kelompok 1:

JUMARIS (005902582023)

ISHAK RIYADI (005802582023)

CHANDRA WAHYUDI (003402582023)

NUR AFNI WINARSIH (001102582023)

ANDI FAJAR (002102582023)

PASCASARJANA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tepat

pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah

Sosiologi Hukum. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen, yang

telah memberikan tugas makalah ini sehingga dapat menambah

pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi tersebut. kami

berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar

makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi penulis maupun pembaca.

Makassar, September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 4
A. Latar Belakang .............................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 8
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 8
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 9
A. Ketentuan Perjudian di Dalam KUH-Pidana ............................... 9
B. Ketentuan Perjudian di Dalam Undang-Undang ITE .................... 13

BAB III PENUTUP ................................................................................... 19


A. Kesimpulan .................................................................................. 19
B. Saran ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perjudian merupakan fenomena yang tidak dapat dipungkiri ditemukan di

masyarakat. Bahkan fenomena perjudian tersebut bukanlah hal yang baru dalam

kehidupan masyarakat Indonesia, sejak dulu sampai sekarang praktek perjudian

sudah ada. Kejahatan perjudian ini banyak hal yang mempengaruhi, diantaranya

unsur unsur ekonomi dan sosial memilik peranan atas perkembangan perjudian.

Seiring dengan perkembangan zaman, perjudian dapat dilakukan dengan berbagai

mekanisme dan ragam bentuk. Berjudi secara umum dipandang sebagai sebuah

kejahatan.1

Tindak pidana berjudi atau turut serta berjudi telah dilarang dalam ketentuan

pidana Pasal 303 KUHP. Menurut KUHP perjudian adalah tiap- tiap permainan, yang

mendasarkan pengharapan buat menang pada umumnya bergantung kepada

untung-untungan saja, dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar kerena

kepintaran dan kebiasaan bermain. Yang juga terhitung masuk main judi ialah

peraturan tentang keputusan perlommbaan atau permainan lain, yang tidak diadakan

oleh mereka yang turut berlomba atau bermain itu, demikian juga segala peraturan

yang lain-lain.2

1
Putri Oktaviyani , 2018, “ Peran Kepolisian dalam Penanggulangan Judi Togel Online (Studi Kasus di
Kepolisian Sektor Laweyan Surakarta)”, Tugas Akhir Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, hal 1
2
R. Soesilo, 1986, Kitab Undang Undang Hukum Pidana [KUHP], Karya Nusantara Bandung, Sukabumi ,
hal 222
4
Prinsip dalam berjudi secara umum adalah sama yakni bertujuan

untuk mendapat keuntungan jika menang taruhan. Semakin besar uang

atau barang yang dipertaruhkan harganya akan semakin besar pula uang

yang didapat. Maka dari itu dengan bermain judi orang dapat memenuhi

kebutuhan hidup. Bahkan ada juga orang yang menjadikan judi sebagai

mata pencariannya, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi

dari masyarakat. Bahkan ada juga dengan membuka berbagai permainan

judi untuk dimainkan oleh orang lain.

Seiring perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi telah

berjalan sedemikian rupa sehingga pada saat ini sudah sangat jauh

berbeda dengan sepuluh tahun yang lalu. Pemanfaatan teknologi tersebut

telah mendorong pertumbuhan bisnis yang pesat, karena berbagai

informasi telah dapat disajikan dengan canggih dan mudah diperoleh, dan

melalui hubungan jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi

telekomunikasi dapat digunakan untuk bahan melakukan langkah bisnis

selanjutnya. Pihak pihak yang terkait dalam transaksi tidak perlu bertemu

face to face, cukup melalui peralatan komputer dan telekomunikasi, kondisi

yang demikian merupakan pertanda dimulainya era siber.3

Bahkan dalam perjudian sendiri, dengan berkembang pesatnya

sistem teknologi dan komunikasi perjudian juga sudah dapat diakses

melalui bidang teknologi dan komunikasi yang sering dikenal saat ini

sebagai judi online. Perjudian secara online telah di atur secara khusus

dalam Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara

5
Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4843) selanjutnya disingkat dengan UU ITE

mengatur bahwa berikut :

“ Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian.”

Judi Online merupakan jenis judi yang saat ini amat digemari, karena

selain memiliki banyak pilihan jenis dan mudah dimainkan, juga dapat

dilakukan dimana saja; di kantor, di rumah, di cafe, dan di banyak tempat

lainnya. Hanya berbekal laptop atau smartphone, judi ini sudah dapat

dimainkan. Pesatnya perkembangan internet pada saat sekarang bukanlah

sesuatu hal yang aneh karena perkembangan internet berbanding lurus

dengan perkembangan bisnis perjudian melalui internet (internet gambling).

Sebenarnya hal ini tidak terlepas dari fakta-fakta semakin banyaknya situs–

situs judi dan mencari berbagai macam jenis-jenis permainan untuk

bermain judi di dalam situs-situs judi tersebut karena semua jenis

permainan dapat dengan mudah ditemukan dan di ikuti di internet.

Banyaknya jenis-jenis permainan judi Online tujuannya adalah agar

pemain tidak bosan dan semakin tertarrik dalam bermain. Adapun beberapa

jenis judi online adalah sebagai berikut :

1. Poker Online

2. Togel Online

3. Casino Online (Slot)

4. Permainan Judi Bola Online

6
Setiap jenis judi Online diatas sangat banyak di mainkan oleh

masyarakat dan sangat banyak peminatnya. Namun, diantara keempat

jenis judi online tersebut, dapat dipastikan permainan judi bola online yang

sangat banyak di mainkan oleh masyarakat, terutama masyrakat Indonesia,

yang dikerenakan karena besarnya jumlah keuntungan yang didapat dari

permainan judi bola online ini.

Maraknya perjudian secara online ini dapat menjadikan orang yang

suka bermain judi online menjadi pecandu judi online. Ketika bermain judi

online tidak selamanya mendapat keuntungan, melainkan terkadang

seseorang yang bermain judi online mendapatkan kerugian dengan

kekalahan, maka dari itu ketika seseorang yang sedang bermain judi online

mengalami kekalahan, maka uang yang ditaruhkan dalam permainan

tersebut akan habis, yang mengakibatkan seseorang tersebut akan

berusaha mencari modal kembali untuk dapat bermain judi online kembali.

Untuk mencari modal kembali pejudi online dapat menggunakan uang yang

dimilikinya kembali, namun ada pula ketika tidak memiliki uang lagi untuk

dijadikan modal makan seorang pemain judi online akan melakukan segala

hal termasuk melakukan tindak pencurian, untuk mendapatkan modal

bermain judi kembali. Inilah akibat dari judi online yang dapat merusak

masyarakat.

Tidak dipungkiri juga, bahwa seseorang yang sudah kecanduan

dalam bermain judi akan memiliki niat untuk dapat membuat orang lain

bermain judi online yang dimana seseorang yang kecanduan tersebuat

dapat membuat permainan judi online yang dapat dimainkan oleh orang

7
lain, atau dengan kata lain seseorang tersebut akan menjadi Bandar dari

judi online yang dapat mendistribusikan permainan judi online agar dapat

dimainkan oleh orang lain.

Seiring semakin berkembangnya kasus perjudian online ini, sudah

merambah ke berbagai daerah-daerah diseluruh Indonesia, tidak terkecuali

di Makassar, sehingga maraknya judi online ini perlu menjadi memang perlu

mendapat perhatian khusus dari pemerintah untuk mencegah dan

mengatasinya.

Beranjak dari permasalahan-permasalahan tersebut diatas, maka

kelompok kami akan menulis Makalah dengan judul “Maraknya Judi

Online di Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi

permasalahan dalam makalah ini adalah Bagaimanakah Regulasi

Perjudian Online dalam Hukum Positif di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun yang menjadi tujuan

penulisan Makalah ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Regulasi

Perjudian Online dalam Hukum Positif di Indonesia.

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ketentuan Perjudian di Dalam KUH-Pidana.

Pengaturan perjudian online sendiri tidak diatur secara spesifik

dalam KUH-Pidana, namun jika ditinjau dari segi perjudian secara KUHP,

yang dimana sebagai hukum positif di Indonesia telah mengatur mengenai

tindak pidana perjudian dalam pasal 303 berbunyi sebagai berikut:

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau

pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang

siapa tanpa mendapat izin:

1. dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan


untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai pen- carian,
atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk
itu;
2. dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan
kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja
turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli
apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu
syarat atau dipenuhinya sesuatu tata-cara;
3. menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencarian
(2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam

mejalakan pencariannya, maka dapat dicabut hak nya untuk

menjalankan pencarian itu.

(3) Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana

pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada

peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih

mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan

perlombaan atau permainanlain-lainnya yang tidak diadakan antara

9
mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala

pertaruhan lainnya.

Lebih lanjut, tindak pidana perjudian juga diatur dalam Pasal 303bis,

yang berbunyi:

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau

pidana denda paling banyak sepuluh juta rupiah:

1. barang siapa menggunakan kesempatan main judi, yang


diadakan dengan melanggar ketentuan Pasal 303;
2. barang siapa ikut serta main judi di jalan umum atau di pinggir
jalan umum atau di tempat yang dapat dikunjungi umum,
kecuali kalau ada izin dari penguasa yang berwenang yang
telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu.
(2) Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak

ada pemidanaan yang menjadi tetap karena salah satu dari

pelanggaran ini, dapat dikenakan pidana penjara paling lama enam

tahun atau pidana denda paling banyak lima belas juta rupiah.

R. Soesilo, menjelaskan bahwa yang dikatakan main judi dalam

pasal tersebut yaitu tiap-tiap permainan, yang mendasarkan pengharapan

buat menang pada umunya bergantung kepada untung-untungan saja, dan

juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan

kebiasaan pemain. Yang juga terhitung masuk main judi ialah pertaruhan

tentang keputusan perlombaan atau permainan lain, yang tidak diadakan

oleh mereka yang turut berlomba atau bermain itu, demikian juga segala

pertaruhan yang lain-lain.3

3 R.
Soesilo, 1986, Kitab Undang Undang Hukum Pidana [KUHP], Karya Nusantara
Bandung, Sukabumi, hal 222 hal 222

10
Penjelasan dari pasal mengenai perjudian tersebut, yang diancam

hukuman dalam pasal tersebut adalah :

1. Orang yang dengan sengaja mengadakan atau memberi

kesempatan berjudi sebagai mata pencarian, yang dimaksud

disini misalnya seorang Bandar atau orang lain yang membuka

perusahaan judi tanpa izin dari berwajib.

2. Orang yang dengan sengaja mengadakan atau memberi

kesempatan berjudi kepada umum atau dengan turut campur

dalam perjudian itu, dengan atau tanpa syarat atau cara dalam

hal memakai kesempatan itu, tanpa izin.

3. Orang yang turut main judi sebgai mata pencaharian. Sebagai

mana diterangkan dalam ayat (3) ditentukan, bahwa yang dapat

diartikan judi ialah tiap-tiap perminan, yang harapan untuk

menang tergantung pada nasib, juga termasuk itu kalau

kemungkinana untuk menang menjadi bertambah besar karena

lebih pandainya si pemain. Selain itu termasuk juga segala

pertaruhan mengenai keputusan perlombaan atau permainan

lain yang diadakan oleh orang-orang yang bukan orang yang

turut berlomba atau bermain, dan segala peraturan yanglain.

Orang-orang yang mengadakan permainan judi seperti

diterangkan diatas ini, dihukum menurut pasal ini, sedang orang

yang turut berjudi (bukan sebagai mata pencaharian), dihukum

menurut pasal 303 bis.

11
Permainan dengan kartu yang tidak dapat digolongkan dengan judi

ialah: bridge, domino, dan sebagainya. Sedangkan yang dapat digolongkan

dengan judi ialah: dadu, dua puluh satu, roulette, tombola, totalisator pada

pacuan kuda, pertandingan sepak bola, apa yang disebut “main buntut”

dana sebagainya.4

Untuk sifat permainan judi tidaklah menentukan, apakah permainan

itu memungkinkan dengan latihan-latihan memperbesar keuntungan

sedemikian rupa, sehingga faktor nasib hanya mengambil peranan kecil.

Yang menjadi persoalan adalah bagaimanakah hasil yang diperoleh oleh

sebagian terbesar para pemainnya.5

Penjelasan mengenai pasal 303bis, mengenai tindak pidana

perjudian ini adalah sebelum adanya undang-undang penertiban perjudian

tanggal 6 november 1974, orang yang mempergunakan kesempatan main

judi yang diadakan dengan melanggar pasal 303, dikenakan pasal 542

KUHP tetapi sejak adanya undang-undang penertiban perjudian ini, maka

orang yang mempergunakan kesempatan main judi yang diadakan dengan

melanggar pasal 303 tersebut dikenakan pasal 303 bis. Sedang orang yang

membuka perushaan perjudian diancam pidana dalam pasal 303 KUHP.6

4 Moeljatno,2002, Azas-Azas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 64


5 Budi Suhariyanto, 2012, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cyber Crime), Raja Grafindo
Persada, Jakarta , hal 167
6 R. Sugandhi, 1981, K.U.H.P. Kitab Undang Undang Hukum Pidana Dengan

Penjelasanya, Usaha Nasional, Surabaya, hal 324

12
B. Ketentuan Perjudian di Dalam Undang-Undang ITE.

Regulasi mengenai judi online yang menggunakan perangkat

elektronik dan/atau informasi elektronik diatur secara spesifik pada Undang-

undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

atau yang lebih dikenal dengan istilah UU ITE. Dalam pasal 27 ayat (2),

dijelaskan bahwa :

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian.”

Berdasarkan Ketentuan Pasal 27 ayat (2) UU ITE diatur dalam Bab

VII tentang Perbuatan Yang Dilarang. Hal ini berarti setiap orang dilarang

untuk mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat

dapat diaksesnya muatan perjudian secara online. Apabila ketentuan

dalam Pasal 27 ayat (2) UU ITE dilanggar, maka akan ada sanksi yang

diterapkan.

Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 45 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya

disebut UU No. 19/2016), yang merumuskan:

“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) dipidana dengan pidana

13
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”

Menurut rumusan Pasal 27 ayat (2) UU ITE dan Pasal 45 UU No.

19/2016 terdapat beberapa unsur, yakni “mendistribusikan” dan/atau

“mentransmisikan”, dan/atau “membuat dapat diaksesnya”. Ketiga unsur

tersebut dihubungkan dengan kata hubung “dan/atau” sehingga bersifat

alternatif. Artinya, cukup dipenuhi salah unsur saja untuk menyatakan

bahwa pelaku telah memenuhi rumusan pasal tersebut.

Definisi dari unsur “mendistribusikan”, “mentransmisikan”, dan

“membuat dapat diakses” telah diatur dalam Penjelasan Pasal 27 ayat (1)

UU No. 19/2016. Dalam pasal tersebut menyatakan bahwa:

“Yang dimaksud dengan “mendistribusikan” adalah mengirimkan

dan/atau menyebarkan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik

kepada banyak Orang atau berbagai pihak melalui sistem elektronik.

Yang dimaksud dengan “mentransmisikan” adalah mengirimkan

informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang ditujukan kepada

satu pihak lain melalui sistem elektronik.

Yang dimaksud dengan “membuat dapat diakses” adalah perbuatan

lain selain mendistribusikan dan mentransmisikan melalui sistem elektronik

yang menyebabkan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dapat

diketahui pihak lain atau publik.”

Ketiga unsur tersebut memiliki suatu persamaan yakni

menyebarluaskan informasi melalui sarana elektronik kepada publik atau

pihak lain. Menurut Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia oleh Badan

14
Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa, kata “promosi” memiliki sinonim

dengan kata “iklan”.[5] Selanjutnya, menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, iklan didefinisikan sebagai pemberitahuan kepada khalayak

mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa

atau di tempat umum.[6] Oleh karena itu, tampak bahwa promosi

judi online dapat dipersamakan sebagai salah satu kegiatan dari

“mendistribusikan”, “mentransmisikan”, dan/atau “membuat dapat diakses”

dalam Pasal 27 ayat (2) UU ITE serta mengakibatkan promosi judi online

termasuk dalam perbuatan yang melanggar Pasal 27 ayat (2) UU ITE.

Beberapa sosial media juga sudah mencegah mempromosikan

judi online. Sebagai contoh, Instagram memiliki kebijakan tersendiri yang

ditujukan untuk mencegah para penggunannya mempromosikan

perjudian online dalam platform-nya. Dapat dilihat dengan adanya

ketentuan untuk pengguna Instagram, yang menyatakan:

“Anda tidak boleh melakukan apa pun yang melanggar hukum,

menyesatkan, atau menipu atau untuk tujuan ilegal atau tidak sah.

Begitu juga Facebook yang memiliki kebijakan sendiri untuk

mencegah para penggunannya untuk mempromosikan judi online

dalam platform-nya. Dapat dilihat dengan adanya ketentuan untuk

pengguna Facebook, yang menyatakan:

“Anda tidak boleh menggunakan Produk kami untuk melakukan atau

membagikan apa pun Itu melanggar hukum, menyesatkan, diskriminatif,

atau menipu (atau membantu orang lain menggunakan Produk kami

sedemikian rupa)”

15
Berdasarkan ketentuan tersebut salah satu kegiatan yang dilarang

adalah mempromosikan judi online. Apabila terdapat pelanggaran oleh

pengguna Instagram dan Facebook terhadap ketentuan - ketentuan

tersebut, Instagram dan Facebook telah menetapkan sanksi berupa

penghapusan konten yang berkaitan dengan perbuatan yang melanggar

hukum dan menghapus akun orang yang bersangkutan. Sehingga, jika di

Indonesia terdapat seseorang yang melakukan promosi

judi online di Instagram, maka orang tersebut juga dapat dipidana sesuai

dengan Pasal 27 ayat (2) UU ITE dengan sanksi sesuai dengan Pasal 45

ayat (2) UU No. 19/2016.Selain itu, terdapat beberapa unsur yang harus

dipenuhi agar dapat dikategorikan sebagai pelanggaran Pasal 27 ayat (2)

UU ITE, yaitu “mendistribusikan” dan /atau “mentransmisikan” dan/atau

“membuat dapat diaksesnya”. Apabila salah satu unsur tersebut tidak

dipenuhi, maka tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan mempromosikan

judi online.

Berdasarkan data pada situs Komenterian Komunikasi dan

Informatika (Kominfo), Sejak tahun 2018 hingga 22 Agustus 2022,

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah melakukan

pemutusan akses terhadap 566.332 konten di ruang digital yang memiliki

unsur perjudian, termasuk akun platform digital dan situs yang membagikan

konten terkait kegiatan judi, dengan rincian penanganan per tahunnya

sebagai berikut:7

7 https://www.kominfo.go.id/content/detail/43834/siaran-pers-no-340hmkominfo082022-
tentang-penanganan-judi-online-oleh-kementerian-komunikasi-dan-
informatika/0/siaran_pers

16
1. Tahun 2018: 84.484 Konten

2. Tahun 2019: 79306 Konten

3. Tahun 2020: 80.305 Konten

4. Tahun 2021: 204.917 Konten

5. Tahun 2022: 118.320 konten.

Pemutusan akses tersebut dilakukan berdasarkan hasil temuan

patroli siber, laporan dari masyarakat, dan laporan instansi Pemerintah atas

penemuan konten yang memiliki unsur perjudian. Patroli siber yang

dilakukan oleh Kementerian Kominfo didukung oleh sistem pengawas situs

internet negatif atau AIS, yang dioperasikan selama 24 jam tanpa henti oleh

tim Direktorat Pengendalian Aplikasi Informatika.

Pemutusan akses bukan menjadi satu-satunya solusi penuntasan

judi online yang dilakukan Kementerian Kominfo. Kementerian Kominfo

juga mendorong peningkatan literasi digital masyarakat melalui program

Gerakan Nasional Literasi Digital untuk membentengi masyarakat dari

berbagai konten negatif di ruang digital, termasuk perjudian online.

Kegiatan tersebut dilakukan bersama para pemangku kepentingan terkait

baik dari komunitas masyarakat sipil, pelaku industri, media, akademisi,

instansi pemerintahan, dan lembaga terkait lainnya.

Kementerian Kominfo turut mendukung upaya penegakan hukum

atas pelaku judi online dan siap untuk bekerja sama dalam upaya

pemberantasan berbagai macam konten negatif di internet yang dilakukan

pihak kepolisian. Khusus untuk kegiatan perjudian online, Pasal 27 ayat 2

jo. Pasal 45 ayat 2 UU ITE mengancam pihak yang secara sengaja

17
mendistribusikan atau membuat dapat diaksesnya judi online, dengan

pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak 1 miliar

rupiah. Pasal 303 bis KUHP turut mengancam para pemain judi dengan

pidana penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda pidana paling banyak

10 juta rupiah.

Adapun beberapa tantangan yang dihadapi dalam upaya

penanganan judi online di antaranya: Situs judi diproduksi ulang dengan

penamaan domain yang mirip atau menggunakan IP Address,

Penawaran judi melalui pesan personal sehingga tidak dapat diawasi oleh

Kementerian Kominfo, Penegakan hukum terkait kegiatan perjudian diatur

secara berbeda di tiap negara sehingga hal ini menimbulkan isu jurisdiksi

penindakan hukum penyelenggara judi online yang berada di luar

Indonesia.

Tantangan tersebut menekankan bahwa upaya pemberantasan judi

online perlu dilakukan oleh seluruh elemen baik pemerintah, masyarakat,

dan pelaku industri.

18
BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Secara Umum, Tindak Pidana Perjudian secara umum telah diatur

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) melalui Pasal 303

serta 303bis, dan secara khusus, Perjudian Online telah diatur dalam Pasal

27 (2) Jo. 45 ayat (2) Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi

Dan Transaksi Elektronik, namun walaupun telah diatur melalui hukum

tertulis yang berlaku secara umum, namun Judi Online masih marak terjadi

di Indonesia, Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika

telah melakukan pemutusan akses terhadap 566.332 konten di ruang digital

yang memiliki unsur perjudian, termasuk akun platform digital dan situs

yang membagikan konten terkait kegiatan judi, sebagai upaya untuk

memberantas maraknya judi online.

B. SARAN

Perlu Upaya Ekstra mulai dari Pemerintah Pusat sampai dengan

Pemerintah Daerah untuk memberantas situs-situs maupun aplikasi Judi

Online, serta memberikan sosialisasi serta edukasi kepada masyarakat

mengenai bahaya serta dampak dari judi online tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kitab Undang-undang Hukum Pidana

Undang-undang (UU) Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik

Putri Oktaviyani , 2018, “ Peran Kepolisian dalam Penanggulangan Judi

Togel Online (Studi Kasus di Kepolisian Sektor Laweyan

Surakarta)”, Tugas Akhir Fakultas Hukum, Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

R. Soesilo, 1986, Kitab Undang Undang Hukum Pidana [KUHP], Karya

Nusantara Bandung, Sukabumi

Moeljatno, 2002, Azas-Azas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 64

Budi Suhariyanto, 2012, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cyber Crime),

Raja Grafindo Persada, Jakarta

R. Sugandhi, 1981, K.U.H.P. Kitab Undang Undang Hukum Pidana Dengan

Penjelasanya, Usaha Nasional, Surabaya, hal 324

https://www.kominfo.go.id/content/detail/43834/siaran-pers-no-

340hmkominfo082022-tentang-penanganan-judi-online-oleh-

kementerian-komunikasi-dan-informatika/0/siaran_pers

20

Anda mungkin juga menyukai