Anda di halaman 1dari 9

PAPPER

BALITA TERLANTAR
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Praktik Pekerjaan dengan Anak

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Ellya Susilowati, M. Si Ph. D
Ellin Herlina, AKS, MPS. Sp

Disusun Oleh :
Fajar Septianto (17.04.001)
Novendra Kurniawan (17.04.076)
Nanda Tiara Ruhiat (17.04.105)
M. Affan Hidayat (17.04.270)
Aulia Binti Tsania (17.04.322)

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV PEKERJAAN SOSIAL


POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2019
I. Pengertian Balita Terlantar
Anak Balita dikenal sebagai anak yang berada dalam ketidak berdayaan.
Artinya anak balita belum memilikikemampuan untuk memilih dan menentukan
kebutuhan serta perlindungan yang baik bagi dirinya. Di samping itu juga belum
mampu mendapatkan sendiri sesuatu yang dibutuhkan. Dalam ketidakberdayaan
ini anak balita sepenuhnya berada di tangan orangtua. Oleh karena itu orangtua
bertanggungjawab terhadap kebutuhan pengasuhan dan perlindungan anak agar
balita tidak terlantar.
Pengertian anak terlantar adalah anak (termasuk balita terlantar) yang karena
suatu sebab orangtuanya melalaikan dan atau tidak mampu menyelesaikan
kewajibannya, sehingga kebutuhan anak tidak terpenuhi secara wajar baik
jasmani, rohani dan sosial (Depsos, 2003: 76). Adapun yang tergolong anak balita
terlantar adalah:
1. Anak terlantar (laki-laki atau perempuan) berusia 0 sampai kurang dari 5
tahun.
2. Anak yatim, piatu atau yatim-piatu.
3. Dari keluarga tidak mampu (miskin)
4. Orangtua bekerja sebagai TKW
5. Balita yang diasuh oleh salah satu anggota keluarga, orangtua (kakek-
nenek), saudara atau tetangga (kerabat)

Anak balita terlantar memerlukan perawatan/pengasuhan, pemenuhan


kebutuhan dan perlindungan sosial dari semua lapidan masyarakat, mulai dari
pemerintah, masyarakat, LSM, dunia usaha dan keluarga. Pemenuhan kebutuhan
pengasuhan dan perlindungan balita terlantar dapat dilakukan memalui
serangkaian kegiatan yang terorganisir, terprogram, terencana sistematis, dan
professional sehingga dapat tercapai hasil yang optimis sesuai dengan hak anak,
yaitu terpenuhinya kebutuhan pengasuhan dan perlindungan anak sebagai modal
anak agar dapat tumbuh kembang secara wajar.
II. Karakteristik Balita Terlantar

Menurut Ali Bustam (1982) anak yang terlantar mempunyai karakteristik sebagai
berikut:

1. Kurangnya perhatian, kasih sayang, dan bimbingan dari orang tuanya.


2. Lingkungan hidup keluarganya bersifat kurang membantu bagi pertumbuhannya.
3. Tidak memiliki bekal keterampilan untuk hidupnya sehari- hari yang akan
datang.
4. Kurang gizi dan vitamin sehingga daya tahan tubuhnya lemah terhadap penyakit.
5. Kurang pakaian untuk melindungi dirinya dari hujan, angin, panas, dan penyakit.
6. Kurang pendidikan dan pengetahuan.
7. Tidak ada kepastian tentang hari – hari esok.
8. Kurang bermain, hal ini merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan anak – anak
untuk tumbuh dan berkembang terutama perkembangan kepribadiannya.
III. Data Permasalahan Balita Terlantar

Persentase Balita Terlantar Menurut Jenis Kelamin Tahun 2006 dan 2009.

NO KELOMPOK JENIS PERSENTASE PERSENTASE


KELAMIN TAHUN 2006 TAHUN 2009
1. Laki – laki (L) 8,09 5,82
2. Perempuan (P) 7,38 5,71
3. Laki – laki dan perempuan 7,74 5,77

Sumber : BPS, Susenas MSBP 2006 dan 2009

Persantase Balita Terlantar Yang Tidak Diberi ASI Selama Seminggu Trakhir
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2006 dan 2009.

NO. KELOMPOK JENIS PERSENTASE PERSENTASE


KELAMIN TAHUN 2006 2009
1. Laki – laki 81,65 73,92
2. Perempuan 79,48 75,01
3. Laki – laki dan perempuan 80,65 74,44
Sumber : BPS, Susenas MSBP 2006 dan 2009

Distribusi Frekuensi Tentang Ketrelantaran Secara Fisik Pada Anak Balita TKW
NO. KETERLANTARAN JABAR JATIM JATENG
f % f % f %
1. Kurang s/d tidak diberi 14 23,40 11 18,3 10 16,67
eksklusif (0-6 bulan)
2. Kurang s/d tidak diberi 44 72 21 35 34 56,57
ASI lanjutan s/d 2 tahun
3. Kurang s/d tidak diberi 55 91,67 52 86,67 36 60
susu pengganti
4. Kurang s/d tidak diberi 54 90 44 73,33 32 53,33
makanan tambahan
5. Kel. Kurang s/d tidak 49 81,67 46 76,67 31 51,67
membantu
tumbuhkembang anak
balita
6. Kurang s/d tidak diberi 31 51,67 22 36,67 4 6,67
imunisasi
7. Kurang s/d tidak diberi 16 26,67 11 18,33 - -
dibawa ke puskes – mas
bila balita sakit

Sumber :Data primer, 2010

IV. Permasalahan Balita Terlantar

Pembangunan SDM harus dimulai sejak kader – kader (dalam


kandungan) SDM mulai mengalami pertumbuhan dan perkembangan karena
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan itulah konsepsi – konsepsi perilaku
– perilaku yang menjadi dasar pertumbuhan SDM ditanamkan, sehingga kelak
siap menjadi generasi penerus yang handal dan berkualitas.
Kenyataan menunjukkan masih terdapat sejumlah besar anak – anak
terlantar karena yatim, piatu, yatim piatu, broken home salah asuh dan ditinggal
salah satu atau kedua orang tuanya bekerja. Dengan keterlantaran anak, maka
anak tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk tumbuh dan berkembang
secara wajar baik jasmani, rohani, maupun sosialnya sehingga anak tidak mampu
mempersiapkan diri sebagai SDM yang handal dan tangguh.

Berbagai permasalahan yang dihadapi Balita Terlantar antara lain :

1. Keterlantaran kebutuhan anak balita secara fisik


a. Kurang sampai dengan tidak diberi ASI eksklusif (0-6 bulan)
b. Kurang sampai dengan tidak diberi ASI sampai dengan 2 tahun
c. Kurang sampai dengan tidak diberi susu pengganti
d. Kurang sampai dengan tidak diberi makanan tambahan
e. Keluarga kurang sampai dengan tidak memantau tumbuhkembang
anak
f. Kurang sampai dengan tidak diberi imunisasi
g. Kurang sampai dengan tidak dibawa ke puskesmas bila balita sakit
2. Keterlantaran kebutuhan anak balita secara psikis
a. Kurang sampai dengan tidak ada perhatian orangtua terhadap
perkembangan anak
b. Kurang sampai dengan tidak ada perhatian dari orangtua pengganti
terhadap perkembangan anak
c. Kurang sampai dengan diberi kasih sayang orangtuanya
d. Kurang sampai dengan tidak diberi kasih sayang dari orangtua
pengganti
e. Adanya hukuman bila anak nakal, rewel atau menjengkelkan antara
lain dengan mencubit, membenta, memukul, dan memarahi
3. Keterlantaran kebutuhan anak balita secara sosial
a. Kurang sampai dengan tidak terciptanya hubungan yang baik antara
orangtua dan anak balita
b. Kurang sampai dengan tidak terciptanya hubungan yang baik antara
anak balita dan orangtua pengganti
c. Kurang sampai dengan tidak diberi kesempatan bermain dengan
teman sebayanya
d. Kurang sampai dengan tidak diberi bimbingan belajar oleh orangtua
balita
e. Kurang sampai dengan tidak diberi bimbingan belajar oleh orangtua
pengganti
V. Kebutuhan Balita Terlantar

Perlu pentingnya perlindungan bagi anak karena pada anak (balita) terjadi
perkembangan kecerdasan yang apabila tidak diperhatikan dalam pemenuhan
kebutuhan yang khas pada anak, maka akan terlambat perkembangan
selanjutnya. Adapun berbagai kebutuhan yang sangat diperlukan anak antara
lain:

1. Kebutuhan fisik biologis, sebagai tuntunan yang harus dipenuhi oleh


makhluk jasmaniah, sebab kalau tidak terpenuhi maka dapat menghambat
pertumbuhan fisiknya.

2. Kebutuhan mental psikis yaitu yang menjamin kesehatan jasmani dan


rohani anak yang berkaitan dengan eksistensinya sebagai makhluk meta
psikis.

Menurut Herini Sarminto (Ikawati, dkk: 2007) secara umum kebutuhan


dasar anak dapat digolongkan menjadi tiga kebutuhan dasar, yaitu:

a. Kebutuhan fisik-biomedis (Asuh)


Kebutuhan ini meliputi pangan, perawatan kesehatan dasar, antara lain
imuniasi, pemberian gizi, penimbangan dasar pengobatan jika sakit.
Selain itu anak juga anak juga membutuhkan papan/pemungkiman yang
layak serta sandang dan rekreasi.
b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (Asih)
Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan
selaras antara ibu dan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin
tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental ,aupun psikososial.
Berperannya dan kehadiran ibu sendiri mungkin akan menjalin rasa aman.
Hal ini mewujudkan dengan kontak fisik dan psikis sedini
mungkin,misalnya dengan dekapan dan menyusui bayi dengan ASI.
Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan
mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik,
mental, maupun sosial emosi. Kasih sayang dari oranng tua (ayah-ibu)
akan menciptahan hubungan yang erat dan kepercayaan dasar.
c. Kebutuhan akan stimulan (Asah)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar pada anak.
Simulasi mental ini mengembangkan mental psikososial yaitu kecerdasan,
ketrampilan, kemandirian, kreativitas, kepribadian dan produktifitas.

VI. Hak-hak Balita Terlantar


Dalam UUD 1945 pasal 34 tegas dinyatakan bahwa "fakir miskin dan
anak terlantar dipelihara oleh Negara". Artinya pemerintah mempunyai
tanggung jawab terhadap perlindungan, pemeliharaan dan pembinaan anak,
termasuk di anak terlantar. Didalam pasal 28B UUD 1945 pasal 2 juga
disebutkan bahwa “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”,
termasuk didalamnya anak terlantar.

Menurut konvensi hak anak PBB tahun 1989 ada 4 hak anak, yaitu :
a. Hak kelangsungan hidup (Survival Right)
Hak anak untuk memperoleh pelayanan kesehatan terbaik agar terhindar
dari beberapa penyakit infeksi yang mematikan.
b. Hak berkembang (Development Right)
Hak anak akan pemberian gizi dan pendidikan yang baik serta
lingkungan sosial budaya yang memungkinkan anak berkembang
sebagai manusia dewasa yang beridentitas dan bermatabat.
c. Hak memperoleh perlindungan (Protection Right)
Yaitu hak anak dalam memperoleh perlindungan dari berbagai
dskriminasi dan sebagai tindak kekerasain baik oleh masyarakat,
ideologi, politik, agama, maupun kondisi fisik.
d. Hak untuk berpartisipasi dalam berbagai keputusan yang menyangkut
kepentingan hidupnya (Yustika, S.B dalam Sularso St: 2000)
Berdasarkan empat kategori yang dirumuskan PBB dalam konvensi hak-
hak anak diatas sudah selayaknya anakbalita terlantar mendapatkan hak yang
sama dengan balita lainnya untuk mendapatkan hak kelangsungan hidup yang
layak, perlindungan, tumbuh kembang dan hak berpartisipasi. Hal ini juga di
sesuai dengan Undang Undang No. 23 Tahun 2002 Pasal 4 Tentang
Perlindungan Anak menegaskan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup,
tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ikawati,dkk. 2010. Pengkajian Kebutuhan dan Perlindungan Balita Terlantar
Tenaga Kerja Wanita. Yogyakarta : BP2P3KS PRESS

Anda mungkin juga menyukai