Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ahmad Fikri Haykal

Npm : 110110180047

Matkul: Hukum Teknologi Informasi & Komunikasi (Cyber Law) A

Tugas Merangkum Jurnal

Law and Borders : The Rise of Law in Cyberspace

Komunikasi pada saat ini pasti berbasis dengan komputer atau teknologi
global yang melintasi segala perbatasan teritorial dimana semua bisa berkomunikasi
menciptakan aktivitas dan harus ada penerapan hukumnya berdasarkan batas
geografisnya. Batasan teritorial di dunia nyata sejadinya dimana batas geografis ada
garis yang memisahkan ruang fisik merupakan hal yang penting dan juga hal
terpenting lainnya adanya hak dan tanggung jawab hukum. Dalam artikel ini merujuk
undang-undang merek dangang dan skema untuk perlindungan asosiasi antara
kata, gambar, dan perusahaan komersil tertentu. Hukum merek dagang secara jelas
didasarkan berdasarkan pemisahan geografis. Perlindungan merek terkenal secara
global perlu pendaftaran di setiap negara oleh sebab itu pemilik merek dagang harus
selalu waspada terhadap klaim pengabaian berbasis wilayah dan harus menguasai
undang-undang prosedural dan yuridis yang berbeda di setiap negara. Batas
teritorial di dunia nyata bukanlah hal yang sembarangan karena menyangkut sejarah
dan segala aspek kenegaraan. Dalam pembatasan wilayah teritorial terdapat empat
aspek yaitu kekuasaan atau kontrol baik itu ruang maupun fisik, orang-orang serta
benda -benda yang terletak di ruang tersebut adalah atribut yang menentukan
kedaulatan negara terebut, kedua adalah efek artinya koresponden antara batasan
fisik dan batasan ruang hukum juga menerminkan hubungan yang mengakar antara
kedekatan fisik dan efek dari perilaku tertentu, Legitimasi dalam hal ini beranggapan
bahwa dalam perbatasan yang ditentukan secara geografis adalah sumber utama
otoritas pembuatan hukum untuk segala kegiatan dalam perbatasan itu, dan terakhir
yaitu notice dalam ini batasan fisik juga sesuai untuk penggambaran “Law Space” di
dunia nyata karena dapat memberi tahu bahwa aturan berubah ketika batas terebut
dilintasi dan batas-batas tersebut memiliki-rambu yang memberikan peringatan.
Dalam cyberspace tidak ada perbatasan teritorial cyberpace secara radikal
merusak hubungan antara fenomena online yang signifikan secara hukum dan lokasi
fisik. Munculnya jaringan komputer global meruntuhkan hubungan antara geografis
seperti kekuatan pemerintah daerah untuk menegaskan kendali atas perilaku online,
efek perilaku online pada individu atau benda, legitimasi upaya penguasa lokal untuk
menegakkan aturan yang berlaku untuk fenomena global dan kemampuan lokal fisik
untuk memberikan pemberitahuan tentang seperangkat aturan yang berlaku dengan
demikian internett secara radikal menyongsong sistem pembuatan aturan
berdasarkan batas antara ruang fisik setidaknya segala yang berhubungan klaim
dunia maya secara alami harus diatur oleh aturan yang ditentukan secara teritorial.
Cyberspace tidak memiliki batas berbasis teritorial dikarenakan biaya dan kecepatan
transisi pesan di internet hampir seluruhnya tiak bergantung pada lokasi fisik.
Internet memungkinkan tempat-tempat terpencil secara geografis dan orang yang
terpisah antara lain dan memungkinkan transaksi antara orang-orang yang tidak
tahu dan dalam banyak yang tidak mengetahui dimana lokasi fisik pihak lain.
Cyberspace sebagai tempat menyatakan batasan baru itu nyata karena
memberlakukaan cybepace sebagai “ruang” terpisah dimana hukum yang berbed
berlaku seharusnya datang secara alami karena masuk ke dunia komunikasi online
yang tersimpan ini terjadi melalui layar. Cyberspace bukanlah tempat yang homogen
seperti contoh kelompok dan aktivitas yang ditemukan dibrbagai lokasi online
memiliki karakteristik dan perbedaan unik mereka sendiri dan setiap area
kemungkinan akan mengembangkan seperangkat aturan yang berbeda. Cyberspace
sendiri adalahh tindakan bermakna yang akan membuat penerapan “hukum
cyberspace” yang berbeda adil bagi mereka yang melewati batas elektronik. Rezim
ruang siber lainnya antara lain adalah Undang-undang pencemaran nama baik,
peraturan kegiatan profesional berbassi internet, penipuan dan anti monopoli, dan
undang-undang hak cipta.

Memperlakukan cyberspace sebagai sebuah lokasi yang berbeda


memungkinkan pengembangan bentuk baru hukum kekayaan intelektual yang
hanya berlaku di internet. Meskipun banyak dari aturan dan berlaku untuk area
tertentu untuk area lokal tertentu jadi jaringan global, beberapa standar berlaku
melalui potokol teknis pada basis yang universal dan mekanisme penyelesaian
sengketa yang sesuai dengan lingkungan baru juga akan berdampak baik dan
cyberspace tidak anarkis karena aturannya yang berbeda menjadi lebih kuat seiring
waktu berjalan. Cyberspace ini mewakili permutasi baru dari masalah yang
mendasarinya seberapa besar otoritas lokal harus tunduk pada aktivitas baru yang
mengatur dirinya sendiri yang muncul secara independen dari kontrol lokal dan
menjangkau melampaui batas fisik dari kedaulatan. Pencampuran batas yang
berwujud dan tidak berwujud ini mengarah pada konergesi kateori intelektual dan
kebaikan dalam hubungan internassional dan pendelegasian lokal oleh kelompok
yang berdaulat untuk megatur diri sendiri.

Dalam cyberspace perlu adanya Batasan yang jelas memungkinkan hukum,


mendorong diferensiasi yang cepat antara perangkat aturan dan mendefinisikan
subjek diskusi hukum. Kemampuan baru untuk melakukan perjalanan atau bertukar
informasi dengan cepat melintasi batas-batas lama dapat mengubah kerangka
acuan hukum dan memerlukan perubahan mendasar dalam lembaga hukum.
Aktivitas dasar pembuatan hukum - mengakomodasi klaim yang saling
bertentangan, mendefinisikan hak milik, menetapkan aturan untuk memandu
perilaku, menegakkan aturan tersebut, dan menyelesaikan perselisihan - tetap
sangat hidup dalam wilayah Cyberspace yang baru didefinisikan dan tidak berwujud.
Pada saat yang sama, undang-undang yang baru muncul menantang gagasan inti
dari otoritas pembuat undang-undang saat ini - negara bangsa teritorial, dengan
kekuasaan yang substansial tetapi terkendali secara hukum.

Teknologi internet memunculkan suatu dunia yang baru pada saat ini yaitu
cyberspace walaupun seakan-akan cyberspace ini tidak ada, banyak sekali
perbuatan hukum yang dapat terjadi di sana. Perbuatan-perrbuatan yang dilakukan
di cyberspace dampaknya juga bisa dirasakan hingga di dunia nyata, oleh kaena itu
negara perlu memperpanjang jangkauan hukum nasionalnya.
Jurnal Governing Networks and Rule-Making in Cyberspace

Jaringan komunikasi menentang cara ekonomi interaksional yang telah diatur.


Pada masa lalu aturan hukum biasanya mengatur perilaku. Wilayah internasional
dan batas substan membentuk suatu paradigma kedaulatan untuk otoritas dan
pengambilan keputusan. Seperti contoh hak kekayaan intelektual dan hak privasi
setiap kritis untuk memerintah atau mengatur masyarakat dari informasi yang telah
dirancang sebagai badan yang berbeda dari hukum. Menurut hukum internasional,
negara memiliki batas-batas tertentu dalam menerapkan yurisdiksi untuk kasus yang
melibatkan kepentingan negara lain. Salah satu batas tersebut dalam bentuk
kewajiban setiap negara untuk menghindari kesulitan negara lain dalam upaya
menerapkan yurisdiksi. Aktivis cyberspace yang menjunjung tinggi konsep
kebebasan di internet (cyberspace) bahkan memandang cyberspace sebagai
sesuatu yang berada di luar jangkauan negara, maka dari itu negara tidak dapat
memberlakukan hukum di cyberspace.

Kekuatan regulasi selalu didefinisikan dalam hal batas-batas negara.


Membangun struktur masyarakat informasi seperti intelektual property protection.
Hubungan ekonomi disaat sekarang dalam cyberspace ini tidak perlu bertemu
langsung atau fisik karena dengan elektronik cash yang merupakan saran baru yang
tersedia dalam cyberspace dan termasuk dalam nilai eletronik. Bukan hanya dalam
perekonomian tetapi segala aspek kehidupan juga bisa dilakukan tanpa bertemu
atau tanpa fisik. Kunci hak-hak nasional dalam informasi masyarakat mencakup
ruang lingkup seperti hak kekayaan intelektual tidak seragam meelintasi negara-
negara bahkan dalam mekanismenya negara dapat menjamin hak-hak seperti
privasi yang bervasiasi secaa signifikan namun GII menciptakan stimulan global
pemegang hak. Diluar diintegrasi perbatasan teritorial GII juga beranjak masuk ke
substantif hukum kedaulatan. Dalam perihal tata kelolanya mengandalkan historis
yang jelas perbedaan dan perbatasan dalam substantif hukum seperti contoh hukum
telekomunikasi yang berbeda dengan hukum keuangan dan hukum kekayaan
intelektual telah berbeda dengan hukum privasi demikian pula perlindungan
perbatasan dalam setiap bidang tertentu yang didefinisikan dengan baik.

Garis demakrasi antara jaringan yaitu penyedia laayanan seperti  America


OnLine, CompuServe, EUNet, atau Prodigy membuat batasan yang penting dan
private yang mengatur kontrak serta menentukan ketersediaan dan kondisi akses
untuk jaringan. Dalam koneksi ini memiliki pengaturan kontrak yang menentukan
batas-batas yang berbeda di setiap layanan. Para penyedia yaitu peserta GII akan
tunduk kepada kontrak yang aturannya berbeda-beda.

GII merupakan sebuah dasar dalam pemerintahan konvensiona.Secara


Struktural jaringan global mengubah pengambilankeputusan dari regulasi. Batas
nasional dan batas sektoral kehilangan tingkat relevansi yang penting sementara
batas jaringan dan komunitas jaringan semakin menonjol. Dalam pembuatan
kebijakan dan peraturan dasar baik itu denga pendekatan anti-statist Amerika atau
pendekatan Eropa yang komperhensif tidak cocok dengan GII. Sebagai gantinya
paradigma tata kelola jaringan baru harus muncul untuk mengenali kompleksitas
pusat, kekuasaan regulasi, memanfaatkan instrumen kebijakan baru seperti
standirsasi teknis untuk mencapai tujuan regulasi, menyesuaikan status jaringan
sebagai entitas semi-berdaulat, dan mengeser peran dari pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai