Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ahmad Fikri Haykal

Npm : 110110180047

Ujian Akhir Semester

Hukum Hak Kekayaan Intelektual

1. Hak Kekayaan Intelektual


a. HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas
intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau
lahir karena kemampuan intelektual manusia.1 Hak kekayaan intelektual
memiliki dua aspek utama, pertama yaitu proses dan produk meliputi berbagai
bidang secara luas, mulai dari bidang seni dan sastra hingga invensi dan
inovasi di bidang teknologi serta segala bentuk lainnya yang merupakan hasil
dari proses kreativitas manusia lewat cipta, rasa, dan karsanya. Kedua, karya
cipta atau invensi tersebut menimbulkan hak milik bagi pencipta dan
penemunya. Sifatnya sebagai hak milik, maka karenanya hak seorang pencipta
atau penemu atas karya ciptanya haruslah dilindungi. 2 HKI dapat diartikan
sebagai kekuasaan yang diberikan oleh hukum kepada subjek hukum
(manusia/badan huk3um) terhadap suatu benda yang merupakan hasil dari
kecerdasan intelektual manusia.
Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual :
1) Teori Hak Alami : Teori hak alami dari teori hukum alam secara alami
manuia adalah agen moral Manusia merupakan substansi mental dan
hak, tubuh manusia itu sendiri sebenarnya merupakan kekayaan
manusia yang bersangkutan.
2) Teori Karya : Teori karya merupakan kelanjutan dari teori hak alami.
Jika pada teori hak alami titik tekannya pada kebebasan manusia
bertindak dan melakukan sesuatu, pada teori karya titik tekannya pada
aspek proses menghasilkan sesuatu dan sesuatu yang dihasilkan.

1
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI, Buku Panduan Hak Kekayaan
Intelektual 2013, (Tangerang: 2013), hlm iii
2
Budi Santoso, Pengantar Hak Kekayaan Intelektual, (Semarang: Pustaka Magister, 2008), hlm 3
3
Candra Irawan, Politik Hukum Hak Kekayaan Intelektual Indonesia, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2011),
hlm49.
3) Teori Pertukaran : Teori pertukaran sosial dilandaskan pada prinsip
transaksi ekonomi yang elementer. Orang yang menyediakan barang
atau jasa tentu akan mengharapkan memperoleh balasan berupa barang
atau jasa yang diinginkannya.
4) Teori Fungsional : teori fungsional atau fungsionalisme berangkat dari
asumsi dasar yang menyatakan bahwa seluruh struktur sosial atau yang
diprioritaskan mengarah kepada suatu integrasi dan adaptasi sistem
yang berlaku.

Asas Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual :

1) Prinsip Kebudayaan
2) Prinsip keseimbangan hak dan kewajiban
3) Prinsip Keadilan
4) Prinsip perlindungan ekonomi dan moral
b. Dilihat dari sejarah lahirnya hak atas kekayaan intelektual, ternyata hak ini
masih belum lama memperoleh perlindungan hukum, baik pengaturannya di
Negara-negara maju maupun di Negara berkembang.4 Selama ini Indonesia
memiliki peraturan perundang-undangan di bidang HKI dan telah ada sejak
1840 pada saat kolinial belanda hingga pergerakan yang dinamis dan berubah-
ubah hingga sekarang. Pada saat itu Belanda mengundangkan Undang-undang
Merek tahun 1885, Undang-undang paten tahun 1910 Undang-undang hak
cipta tahun 1912. Pada masa itu Indonesia masih bernama Hindia Belanda dan
menjadi anggota Paris Convention for the Protection of Industrial Property
sejak tahun 1888 dan Berne Convention 1914. Hingga saat ini Indonesia telah
menganut sistem hukum sendiri perihal HKI dan dalam upaya menyelaraskan
semua peraturan peraturan perundang-undangan di bidang HKI dengan
persetujuan TRIPS. Indonesia mengesahkan UU No.14 Tahun 2001 Tentang
Paten, dan UU No15 Tahun 2001 Tentang Merek dan kedua UU ini
mengantikan UU yang lama di bidang yang terkait. Pada tahun 2002 muncul
Undang-undang tentang hak cipta menggantikan UU yang lama.
c. Ekspresi budaya tradisional atau expression of folklore termasuk kedalam
bentuk karya kekayaan intelektual.Pada pasal 12 ayat 1 Undang-undang

4
Syahmin AK, Hukum Dagang Internasional : Dalam Kerangka Studi Analitis, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2007) hlm 132
Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak cipta mengatur bahwa ciptaan yang
dilindungi antara lain tari, pewayangan, seni lukis, gambar, ukir, batik,pathat
dan segala bentuk lainnya itupun termasuk dalam ekspresi budaya tradisional
secara harfiah undang-undang hak cipta mengatur dari perlindungan hak cipta
ekspresi budaya tradisional ini. Perlindungan hukum ekspresi budaya
tradisional juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang
Hak Cipta 5dan ekspresi budaya diatur dalam pasal 38 ayat 1 UU hak cipta
mencakup verbal tekstual, musik, gerak ,teater, seni rupa, dan upacara adat. 6
Ekspresi budaya tradisional adalah suatu ciptaan yang hak ciptaannya
dipegang oleh negara dimana negara wajib menginvertaris, menjaga dan
memelihara ekspresi budaya tradisional tersebut serta penggunaanya harus
memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat pengembannya.7
d. Perlindungan hukum atas larta hak cipta yang berbasis teknologi informasi dan
komunikasi di era digital mengacu pada Undang-undang No.28 Tahun 2014
tentang Hak cipta. Hak cipta karya digital telah pada dasarnya telah
mengakomodir perkembangan teknologi di Indonesia.
2. Paten dan Desain Industri

Paten Desain Industri


Lebih sederhana berkaitan dengan Berkaitan dengan kreasi kenampakan luar
pemecahan masalah di bidang teknologi. suatu produk
Bentuk konfigurasinya berubah dan akibat Bentuk konfigurasinya berubah namun
perubahan tersebut fungsinya juga fungsinya tetap sama atau tidak berubah.
berubah.

Dalam satu permohonan pendaftaran Dalam permohonan desain industri


paten dipisahkan dengan biaya mencakup permohonan pendaftar dan
pemohonan biaya substantif pemeriksaan substantif dalam satu paket
biaya permohonan.

Bila paten ditolak dengan alasan Bila desain industri ditolak dapat
substantif dapat mengajukan banding pada mengajukan keberatan ke Ditjen HKI
komisi banding paten di Ditjen HKI (bukan ke komisi banding)

5
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
6
Pasal 38 ayat 1 Undang-undang Hak Cipta.
7
Pasal 28 ayat 2 dan 3 Undang-undang Hak Cipta
Permohonan paten diberi hak dikenakan Desain industri tidak dikenai biaya
biaya tahunan tahunan.
Penemuan-penemuan teknologi. Graphic design

3. Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi
dan/ atau bsinis mempunyai nilai ekonomi kaarena berguna dalam kegiatan usaha dan
dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang sebagaimana tercantum dalam
pasal 1 ayat 1 Undang-undang Rahasia dagang.8Ketentuan tentang kasus rahasia
dagang racikan kopi CV bintang harapan ini memiliki beberapa pasal yang dilanggar
yaitu terdapat pada pasal 13, 14, 15 Undang-undang No.30 Tahun 2000 Tentang
Rahasia Dagang. Pasti ada ketentuan rahasian dagang ini memiliki suatu
kebermanfaat bagi pemilik rahasia dagang salah satunya adalah pemilik rahasia dagan
mendapatkan perlindungan hukum mengenai rahasia dagangnya apabila sewaktu-
waktu terdapat pihak yang tidak bertanggug jawab seperti melakukan pelanggaran
rahasia dagang.9 Bagi pelaku yaitu karyawan yang melakukan pelanggaran tersebut
akan telah melanggara beberapa pasal terkait rahasia dagang dan si pemilik rahasia
dagang mendapat perlindungan atas resepnya yang telah disebarluaskan.
Penyelesaiannya mengatakan bahwa Hi pin yaitu karyawan terbukti secara sah
menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan penuntut
dan diajukan kasasi dan permohonan kasasi itu pun dikabulkan oleh Mahkamah
Agung.
4. Perlindungan Varietas Tanaman
a. Syarat-syarat mendapatkan Perlindungan Varietas Tanaman baru terdapat
dalam ketentuan pasal 2 UU PVT yaitu :
 Baru : Pada saat permohonan PVT diajukan Bahan perbanyakan atau
hasil panen dari varietas tersebut belum pernah diperdagangkan dengan
ketentuan di Indonesia tidak lebih dari setahun jika diluar negeri tidak
lebih dari 4 tahun untuk tanaman semusim dan 6 tahun untuk tanaman
tahunan.

8
Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang No.30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang.
9
Agus Broto Susilo,dkk., Laporan Akhir Tim Analisa dan Evaluasi (AE) tentang Rahasia Dagang
(Undang-Undang No. 30 Tahun 2000), Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia , Jakarta, 2010, hlm, 28.
 Unik : yaitu bila varietas tersebut dapat dibedakan dengan varietas lain
secara jelas yang keberadaannya telah diketahui secara umum pada
saat penerimaan permohonan hak PVT.
 Seragam : sifat umum atau penting pada varietas tersebut terbukti
seragam meskipun bervariasi sebab adanya perbedaan cara tanam dan
lingkungan.
 Stabil : bila sifat-sifatnya tidak mengalami perubahan setelah ditanam
berulangkali atau untuk diperbanyak melalui siklus perbanyakan
khusus tidak mengalami perubahan pada setiap akhir siklus tersebut.
 Diberi nama : bila suatu varietas telah memenuhi syarat baru, unik,
seragam dan stabil maka harus diberi nama dan pemberian nama
dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam ilmu biologi,
pertanian atau kehutanan.
b. PVT memiliki nilai kebermanfaatan dan membawa keuntugan bagi negara
agrasi salah satu manfaatnya adalah manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal
maupun negara yang memiliki varietas tanaman lokal. Adapun Undang-
undang PVT sebai bentuk perwujudan hakl atas kekayaan intelektual akan
memberi banyak manfaat antara lain10 :
 Mendorong keterlibatan swasta dalam mengembangkan industri benih
 Meningkatkan daya kompetisi perusahaan industri benih;
 Meningkatkan jumlah dan kecepatan penemuan varietas unggul baru
yang kompetitif dari berbagai komoditas yang sesuai dengan wilayah
spesifik;
 Menyediakan benih unggul baru bagi petani dalam jumlah dan jenis
yang dibutuhkan, sekaligus meningkatkan pendapatan dan taraf hidup
petani;
 Meningkatkan produktivitas dan daya saing komoditas pertanian
nasional dan dengan sendirinya akan meningkatkan keunggulan
kompetitif bangsa;
 Meningkatkan pendidikan dan penelitian yang terkait dengan proses
pemuliaan dan pelestarian sumber daya hayati, sekaligus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi;

10
Moeljopawiro, S. 2007. Perlindungan Varietas Tanaman: Kaitannya Dengan Pengelolaan Plasma Nutfah
Dalam Pengembangan Varietas.
 Meningkatkan gairah para pemulia dalam mengembangkan penelitian
pemuliaan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
 Mempercepat proses penemuan varietas unggul baru oleh pihak
swasta/ masyarakat sehingga tidak lagi bergantung pada pemerintah;
 Memanfaatkan dana masyarakat dalam pengembangan industri
perbenihan;
 Meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat.
5. Indikasi Geografis
a. Menurut pasal 1 ayat 6 Undang-Undang No20. Tahun 2016 Tentang Merek
dan Indikasi Geografis mengatakan :
“Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu
barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk
faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut
memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau
produk yang dihasilkan.”
Faktor alam : faktor alam dalam hal ini adalah ciri khas yang tidak lepas dari
faktor alam yaitu dari letak geografis,keasaman tanah, dan pengaruh lain.
Seperti contoh Ubi cilembu Sumedang tumbuh di suhu 16 sampai 34 derajat
celcius dan memiliki kelembaban udara 50%-60%, ditanam ditanah latosol
coklat yang memiliki Ph 5,5 – 7,5 dan lahan sawah bekas tanaman padi serta
kondisi lahan tidak becek atau tidak tergenang air.
Faktor Manusia : Maksud dari faktor manusia ini adalah faktor yang bersifat
teknis seperti contoh Ubi Cilembu Sumedang memiliki teknik yaitu ditanam
pada guludan yang dibuat dengan ukuran lebar dasar 80cm, tinggi 50-60cm,
dan jarak antar guladan 100cm. Teknik penanamannya di lahan kering
dilakukan pada awal musim hujan (oktober) atau awal musim kemarau (maret)
bila keadaan cuaca normal;.
b. Efektivitas perlindungan dalam praktinya adalah dengan persyaratan yang
tidak terlalu sulit dan menjelaskan unsur-unsur khas dari Ubi Cilmebu
Sumedang ini para petani ini mendapatkan perlindungan dengan nama “Ubi
Cilembu Sumedang” yang hanya dapat digunakan untuk ubi cilembu murni
sumedang murni yang berarti bahwa ubi cilembu yang ndijual dengan nama
ini harus memiliki komposisi 100% ubi cilembu sumedang dan bahan bakunya
berasal dan ditanam di sumedang di kecamatan Pamulihan, Rancakalong,
Tanjungsari, dan Sukasari.Perlindungan ini diajukan atas nama Ubi Cilembu
Sumedang dan ubi ini tidak dianggap sebagai penyalahgunaan atau peniruan
dengan ubi cilembu lainnya karena ubi cilembu sumedang tidak meniru ubi
cilembu lain dan memiliki khas sendiri dan juga ditanam di tanah Sumedang.
Efektivitas lainnya adalah melindungi varietas dan melindungi kekayaan
intelektual dari petani dan tanaman ubi cilembu sumedang ini.Efektivitas
perlindungan indikasi geografis di Sumedang ini sudah maksimal dan
pengaturannya pun telah diatur dalam Undang-Undang 15 tentang merek dan
PP 51 tahun 2007 tentang Indikasi geografis dan produk Ubi Cilembu
Sumedang sangat berpotensi untuk kedapan karena sudah terdaftar menjadi
indikasi geografis.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Pasal 38 ayat 1 Undang-undang Hak Cipta.

Pasal 28 ayat 2 dan 3 Undang-undang Hak Cipta

Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang No.30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang.

Undang-undang No.40 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI. (2013). Buku
Panduan Hak Kekayaan Intelektual. Tangerang.

Irawan, C. (2011). Politik Hukum Hak Kekayaan Intelektual Indonesia. Bandung: CV. Mandar Maju.

Moeljopawiro, S. (2007). Perlindungan Varietas Tanaman: Kaitannya Dengan Pengelolaan Plasma


Nutfah Dalam Pengembangan Varietas.

Santoso, B. (2008). Pengantar Hak Kekayaan Intelektual. Semarang: Pustaka Magister.

Susilo, A. B. (t.thn.). Laporan Akhir Tim Analisa dan Evaluasi (AE) tentang Rahasia Dagang (undang-
undang No.30 Tahun 2000) . Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Syahmin, A. (2007). Hukum Dagang Internasional : Dalam Kerangka Studi Analitis. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai