PENDAHULUAN
Salah satu pertanyaan yang sangat serius yang dikemukakan oleh regulasi
internet adalah persoalan yurisdiksi, yaitu kemampuan suatu pengadilan untuk
memutus sengketa mengenai diri seseorang secara nasional, yurisdiksi (baik
perdata maupun pidana) didasarkan pada kehadiran fisik si individu tersebut dalam
forum hukum, ataupun setidak-tidaknya perilaku oleh si individu yang terikat ke
forum tersebut.
Tetapi lain halnya dengan internet. Teknologinya tidak peduli pada lokasi fisik.
Komunikasi di internet adalah “komunikasi cerdas”, yang berarti bahwa paket
informasi yang dikirim melalui internet dilewati melalui jalur yang paling tidak,
penuh sesak yang makin memperumit masalah, lokasi seseorang pemakai tidak
penting lagi bagi fungsi internet, dan lokasi memang sulit ditetapkan.1
1
Nudirman Munir, Pengantar Hukum Siber Indonesia, Raja Grafinso Persada, Depok 2017, hlm.77
2
Ibid.
1
pidana siber dalam hukum nasional menjadi tidak mudah karena berkaitan dengan
dengan yurisdiksi Negara-negara lain.3
Salah satu dari kasus yang pernah terjadi mengenai perbedaan yurisdiksi ini
adalah kasus antara LICRA dan UEJF yang berdomisili di Perancis dengan Yahoo Inc
yang berdomisili di Amerika, Yahoo dituntut di Prancis karena melanggar hukum
Prancis yang melarang pameran memorabilia Nazi. Tribunal de Grande Instance de
Paris memerintahkan Yahoo untuk membatasi tampilan memorabilia dan gambar
Nazi di situs lelang bertema Yahoo. Di Amerika Serikat. Display semacam itu
dilindungi oleh Amandemen Pertama di Amerika Serikat, sementara hal tersebut
dinyatakan ilegal di Prancis. Pengadilan Prancis beralasan bahwa karena bahan
ofensif dapat diakses di Prancis dan karenanya menyebabkan kerugian bagi warga
negara Prancis, sehingga pengadilan memiliki kekuatan untuk menghukum Yahoo.
Terhadap putusan yang dijatuhkan pengadilan Prancis Yahoo! mencari bantuan dari
pemerintah Amerika Serikat dan Yahoo! mengajukan gugatan di Pengadilan Distrik
San Jose di California yang mempertanyakan apakah Yahoo! terikat dengan putusan
pengadilan Prancis itu. Yahoo! Meminta sebuah deklarasi bahwa pengadilan Prancis
tidak memiliki yurisdiksi atas operasi berbasis Yahoo di Amerika Serikat, dan bahwa
perintah pengadilan Prancis melanggar hak-hak yang dijamin oleh Konstitusi
Amerika Serikat. Yahoo Berpendapat bahwa hanya pengadilan Amerika Serikat yang
memiliki yurisdiksi untuk menentukan apakah perintah pengadilan Prancis dapat
diterapkan di Amerika Serikat.
3
Sigid Suseno, Yuridiksi Tindak Pidana Siber, Refika Aditama,Bandung, 2012, hlm.vii
2
Kasus masalah yurisdiksi antara Yahoo! dan LICRA ini merupakan hal yang
menarik untuk dikaji terkait dengan upaya menciptakan kepastian hukum bagi
masyarakat internasional dalam penggunaan internet dan hal ini akan menjadi
bahasan dalam makalah yang kami susun ini.
Yurisdiksi adalah refleksi dari kedaulatan suatu Negara, yang dilakukan dalam
batas-batas wilayahnya. Apabila kedaulatan merupakan atribut atau ciri khusus dari
Negara maka yurisdiksi merupakan lambang kedaulatan suatu Negara.4
4
Ibid, hlm.54
5
Ibid
6
Ibid, hlm.57
4
dan jurisdiction to enforce namun juga diakui bahwa dalam melaksanakan
jurisdiction to prescribe dapat berbeda-beda dan bahkan berbenturan antara satu
Negara dengan negara lain, sehingga dapat menimbulkan masalah dalam
penerapannya. Dengan demikian maka kesenjangan dalam jurisdiction to prescribe
akan menghambat pelaksanaan jurisdiction to adjudicate dan jurisdiction to
enforce.7
Hak cipta yang sudah diatur dalam UU Hak Cipta. Aplikasi Internet seperti
website dan e-mail membutuhkan perlindungan hak cipta. Publik
beranggapan bahwa informasi yang tersedia di internet bebas untuk di
download, diubah dan diperbanyak. Ketidakjelasan mengenai prosedur dan
pengurusan hak cipta aplikasi internet masih banyak terjadi.
Aspek merek dagang ini meliputi identifikasi dan membedakan suatu sumber
barang dan jasa, yang diatur dalam UU Merek.
7
Ibid.
8
Nudirman Munir, Op.Cit.hlm.90
5
jawab hukum bagi pelakunya. Jangan karena melakukan fitnah atau sekedar
olok-olok di e-mail atau chat room maka kita bebas melenggang tanpa rasa
bersalah. Ada korban dari perbuatan kita yang tak segan-segan mengambil
tindakan hukum.
d. Aspek Privasi
Di banyak Negara maju dimana computer dan internet sudah diakses oleh
mayoritas warganya, privasi menjadi masalah tersendiri. Makin seseorang
mengantungkan pekerjaannya kepada komputer, makin tinggi juga privasi
yang dibutuhkan. Adanya beberapa persoalan yang muncul dari hal privasi ini.
Pertama, informasi personal apa saja yang dapat diberikan kepada orang
lain?. Lalu apa sajakah pesan informal pribadi yang tidak perlu diakses orang
lain? Apakah dan bagaimana dengan pengiriman informasi pribadi yang
anonym.
Menurut Sinta Dewi Rosadi, isu perlindungan data privasi menjadi suatu
isu yang yang menjadi perhatian masyarakat global. Menggunakan istilah data
privasi karena ada dua istilah yang digunakan secara bergantian, yaitu
perlindungan privasi dan data pribadi yang sebenarnya secara teori memiliki
pengertian dan ruang lingkup yang berbeda karena privasi memiliki
pengertian dan konteks yang lebih abstrak dan luas, yaitu hak untuk tidak
diganggu (non interference), akses terbatas (limited assessibility) atau kendali
atas informasi pribadi (information control), sedangkan perlindungan data
pribadi adalah perlindungan secara khusus tentang bagaimana undang-
undang melindungi, bagaimana data pribadi dikumpulkan, didaftarkan,
disimpan, dieksploitasi, dan disebarluaskan.9
e. Aspek Yurisdiksi
9
Sinta Dewi Rosadi, Cyber Law, Aspek Data Privasi Menurut Hukum Internasional, Regional, dan
Nasional, Refika Aditama, Bandung, hlm.1
6
Dalam hukum siber di mana ada ruang tanpa batas (ruang maya) atau ruang
siber, maka pelaku pelanggaran sering kali sulit untuk dijerat hukum karena
permasalah aspek yurisdiksi khususnya di Indonsia. Hal ini disebabkan tidak
adanya ketentuan yang mengatur secara jelas mengenai yurisdiksi terhadap
pelaku yang melakukan perbuatan hukum khususnya di mana perbuatan
hukum itu terjadi atau perbuatan hukum dilakukan. Hal ini juga menjadi
masalah karena pelanggaran hukum yang dilakukan bersifat transnasional
atau melintasi batas Negara sehingga mengakibatkan akibat hukum serta
implikasi hukum.10
Dalam ruang siber pelaku pelanggaran seringkali menjadi sulit dijerat karena
hukum dan pengadilan Indonesia tidak memiliki yurisdiksi terhadap pelaku dan
perbuatan hukum yang terjadi, mengingat pelanggaran hukum bersifat
transnasional tetapi akibatnya justru memiliki implikasi hukum di Indonesia.
Menurut Darrel Menthe, dalam hukum internasional, dikenal tiga jenis yuridikasi,
yaitu:
10
Ibid, hlm.91
7
3. Yuridiksi untuk menuntut (the jurisdiction to adjudicate)
8
penggunaan asas ini hanya diberlakukan untuk kejahatan sangat serius
berdasarkan perkembangan dalam hukum internasional. Oleh karena itu,
untuk ruang cyber, dibutuhkan suatu hukum baru yang menggunakan
pendekatan yang berbeda dengan hukum yang dibuat berdasarkan batas-
batas wilayah. Ruang cyber dapat diibaratkan sebagai suatu tempat yang
hanya dibatasi oleh screens dan passwords. Secara radikal, ruang cyber telah
mengubah hubungan antara legally signifikan (online) phenomena dan
physical location.
Konvensi Dewan Eropa tentang tindak pidana siber telah mengatur hukum
pidana substantive dalam Pasal 2 sampai dengan pasal 11, yang merumuskan
beberapa tindakan pidana siber termasuk percobaan/attem, aiding dan abetting.
Daya berlaku hukum pidana substantive tersebut didasarkan pada ketentuan-
ketentuan tentang yurisdiksi dalam Pasal 22 yang mengatur prinsip-prinsip
yurisdiksi sebagai dasar berlakunya yurisdiksi criminal terhadap tindak pidana
siber.11
11
Sigid Suseno, Op.Cit. hlm.251
9
juga bagaimana menyelesaikan terjadinya konflik yurisdiksi positif dan menghindari
terjadinya konflik yurisdiksi negatip.12
1. Prinsip Teritorial.
2. Prinsip Nasional.
12
Ibid, hlm.252
13
Ibid, hlm.253
10
harus merupakan tindak pidana berdasarkan hukum Negara tersebut. Kedua,
Negara wajib menerapkan yurisdiksi terhadap tindak pidana yang dilakukan
oleh warga Negara pada suatu tempat di luar yurisdiksi teritorial setiap
Negara.
Prinsip yurisdiksi criminal dalam Pasal 22 ayat (1) huruf d berlaku terhadap
warga Negara pihak yang melakukan tindak pidana bila tindak pidana tersebut
diancam dengan pidana berdasarkan hukum pidana dimana dimana tindak
pidana tersebut dilakukan atau jika tindak pidana dilakukan di luar yurisdiksi
teritorial dari setiap Negara.14
14
Ibid, hlm. 255
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Kasus Posisi Sengketa antara LICRA dan UEJF yang berdomisili di Perancis dengan
Yahoo Inc yang berdomisili di Amerika.
Salah satu kasus perbedaan yurisdiksi tang pernah terjadi antara lain kasus
antara LICRA dan UEJF yang berdomisili di Perancis dengan Yahoo Inc yang
berdomisili di Amerika.15
Dua organisasi di Perancis, yaitu Liga untuk menentang Rasisme dan Anti
Semitisme [la Ligue Contre le Racisme et L’Antisemitisme (LICRA)] dan Perhimpunan
15
Disadur dari http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol5551/internet-di-simpang-jalan
12
Mahasiswa Jahudi Perancis (UEJF) memajukan gugatan kepada perusahaan internet
Amerika Yahoo! Pada Tribunal de Grande Instance de Paris, pengadilan di Perancis
meminta agar barang-barang kenangan NAZI itu ditarik dari situs Yahoo yang dapat
diakses di Perancis.
3.2. Putusan Terkait Sengketa antara LICRA dan UEJF yang berdomisili di Perancis
dengan Yahoo Inc yang berdomisili di Amerika.
13
Yahoo mengumumkan menarik semua barang-barang peninggalan NAZI itu dari
situsnya tetapi perkaranya tidak dicabut dari Pengadilan karena mereka ingin
menguji hukum.
1. Masalah kedaulatan
Perkara LICRA v Yahoo, Inc ini merupakan perkara pertama yang paling
menarik perhatian dalam bidang cyberlaw. Putusan hakim Gomez dalam
perkara tersebut telah menjadi landmark decision dan memang mempunyai
dampak yang sangat besar, antara lain :
a. Pemerintah Jerman memerintahkan semua penyedia jasa internet di
Jerman untuk tidak menjual buku Mein Kampf karya Adolf Hitler dalam
situsnya. E-bay, sebuah situs yang menjadi saingan utama dari Yahoo.
Inc, terpaksa mengumumkan pada Mei 2001 bahwa semua barang
kenangan peninggalan Nazi dicabut dari situsnya karena ketakutan akan
mendapat tuntutan hukum di negara lain.
b. Sebuah situs perjudian di Inggris pada Januari 2002 telah menggunakan
suatu teknologi yang membuat pengguna internet dari Amerika Serikat
tidak dapat mengunjungi situsnya. Pasalnya, hukum di beberapa negara
14
bagian di Amerika Serikat sangat keras menyangkut perjudian dari
internet dan mereka khawatir jika sampai mendapat tuntutan hukum.
Tidak satu negara pun dapat mengatur apa yang menjadi isi dari situs-
situs dari Amerika Serikat. Ahli-ahli di Perancis mengecam pandangan ini
dengan mengatakan, “hanya karena Amerika Serikat memiliki Amandemen
Pertamanya lalu mereka akan berhak menentukan material apa yang
melanggar dan tidak melanggar hukum di negara lain.”
15
3. Pengadilan mana yang berwenang mengadili sengketa yang mungkin timbul
(masalah jurisdiksi).
16
pembelaan bahwa "secara teknis tidak mungkin untuk menyaring semua materi
semacam itu" melalui Internet. Sementara ada lebih banyak konsensus mengenai
isu pornografi anak sebagai konten ilegal. yang sama tidak benar untuk hate
speechla dan tampilan atau iklan memorabilia nazi tidak ilegal di banyak negara,
dan tentu saja tidak di Amerika Serikat di mana Yahoo! Inc. menawarkan
layanannya.
Dengan adanya sengketa seperti yang terjadi antara Yahoo dengan LICRA,
maka perlu dibuat suatu aturan yang dapat diterapkan secara internasional, oleh
karena itu negara-negara Eropa membuat suatau aturan yang dituangkan dalam
Konvensi Dewan Eropa tentang tindak pidana siber telah mengatur hukum pidana
substantive dalam Pasal 2 sampai dengan pasal 11, yang merumuskan beberapa
tindakan pidana siber termasuk percobaan/attem, aiding dan abetting. Daya
berlaku hukum pidana substantive tersebut didasarkan pada ketentuan-ketentuan
tentang yurisdiksi dalam Pasal 22 yang mengatur prinsip-prinsip yurisdiksi sebagai
dasar berlakunya yurisdiksi criminal terhadap tindak pidana siber.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Perkara LICRA v Yahoo, Inc ini merupakan perkara yang menarik perhatian
dalam bidang cyberlaw, dimana satu pihak berdomisili di Perancis dan satu pihak
lagi berdomisili di Amerika. Putusan hakim Gomez dalam perkara tersebut telah
menjadi landmark decision dan mempunyai dampak yang sangat besar, dalam
yurisdiksi yang berkaitan dengan masalah hukum siber.
4.2. Saran
Meskipun Indonesia sudah mempunyai Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik, namun adabaiknya Indonesia ikut meratifikasi Konvensi
Dewan Eropa 2001. Keuntungan dari meratifikasi konvensi ini adalah Indonesia bisa
menjalin kerja sama dengan peserta apabila terjadi kasus cybercrime yang
merugikan Indonesia terutama jika si pelaku melakukan cybercrime tersebut di luar
wilayah Indonesia, posisi Indonesia dalam mengajukan permohonan untuk
mengekstradisi pelaku akan menjadi lebih kuat dan keuntungan lain adalah
18
Indonesia dapat menjalin kerjasama di bidang teknologi informasi agar Indonesia
tidak ketinggalan dalam penanganan kasus cybercrime.
19