KELOMPOK IV
Dosen Pengampu :
Yanti Kirana
Disusun Oleh
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
0
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak orang yang mengatakan bahwa dunia cyber (cyberspace) tidak dapat
diatur.
Cyberspace adalah dunia maya dimana tidak ada lagi batas ruang
dan waktu. Padahal ruang dan waktu seringkali dijadikan acuan hukum. Jika
tegas untuk dapat menindaknya. Cyberlaw merupakan salah satu topik yang
hangat dibicarakan akhir-akhir ini. Hukum Siber atau Cyber Law, adalah
lain yang juga digunakan adalah hukum teknologi informasi, hukum dunia
1
maya. Istilah-istilah tersebut lahir mengingat kegiatan internet dan
Cyber law adalah aspek hukum yang ruang lingkupnya meliputi aspek orang
penggunaan sistem elektronik dan internet yang maju, secara tidak langsung
maka cyber law menjadi dasar hukum dalam proses penegakan hukum
diinisiasi sebelum 1999. Di masa itu, cyber law adalah perangkat hukum
hukum atas segala kejahatan dan pelanggaran yang terjadi. Secara garis
besar terdapat lima pembahasan cyber law di setiap negara, yaitu : (1)
penerima dan integritas dari pesan yang mengalir melalui internet, dalam hal
ini diatur masalah kerahasiaan dan keabsahan tanda tangan elektronik. (2)
2
Online transaction yang meliputi penawaran, jual beli, pembayaran hingga
mengenai hak cipra dan hak-hak yang muncul bagi pengguna maupun
yang mengatur sejauh mana konten yang dialirkan melalui internet. (5)
berikut kejahatan dunia maya atau cyber crime, meliputi Ruang Lingkup
Cyber Law, Komponen dari Cyber law, dan juga arah Kebijakan Hukum
Cyber Crime.
B. Rumusan Masalah
Indonesia?
C. Tujuan Makalah
3
2. Untuk dapat mengetahui dampak positif dan negatifnya uu ite sebagai
BAB II
PEMBAHASAN
2) Trademark/ Domain Names, yaitu hak merek dagang atau cap dagang
nama atau simbol yang dikaitkan dengan produk atau jasa tertentu.
Internet.
4) Copyright, yaitu Hak cipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur,
gagasan, hasil ciptaan atau informasi tertentu atau memberi izin untuk
4
itu dengan tidak mengurangi pembatasan menurut peraturan Undang-
5
tangung jawab dalam memberikan jasa online dan penyedia jasa
pengguna internet.
6
2) Objective territoriality, yang menyatakan bahwa hukum yang berlaku
bersangkutan.
kewarganegaraan korban.
7
Oleh karena itu, untuk ruang cyber dibutuhkan suatu hukum baru
suatu tempat yang hanya dibatasi oleh screens and passwords. Secara
maya menjadi titik awal akselerasi distribusi informasi dan membuat dunia
melawan hukum.
perlawanan dari hukum positif yang ada. “Suatu perbuatan tidak dapat
pidana yang telah ada sebelumnya” hal ini adalah asas legalitas yang
8
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1945 tentang Kitab
yang dalam faktanya sering kalah satu langkah dengan tindak pidana. Dalam
elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik termasuk tetapi tidak
sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang
telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.
ITE yang rancangannya sudah masuk dalam agenda DPR sejak hampir
9
content yang memuat unsur-unsur pornografi, pelanggaran kesusilaan,
bisa disingkat dengan UU ITE yang diterbitkan pada 25 Maret 2008 dengan
10
Kegiatan ekonomi lewat transaksi elektronik seperti bisnis lewat
Indonesia dapat diadili. Selain itu, UU ITE juga membuka peluang kepada
penyalahgunaan internet.
panjang. Maka dari itu muncul suatu gagasan untuk merevisi undang-
undang tersebut.
sebelum tahun 1999. Fokus utama waktu itu adalah pada “payung hukum”
“payung” ini dilakukan agar ada sebuah basis yang dapat digunakan oleh
11
undang-undang dan peraturan lainnya. Karena sifatnya yang generik,
dan kita bisa maju ke yang lebih spesifik. Namun pada kenyataannya hal ini
domain, dan masalah privasi. Penambahan isi disebabkan karena belum ada
undang-undang lain yang mengatur hal ini di Indonesia sehingga ada ide
yang terkait dengan teritori. Misalkan seorang hacker dari sebuah negara
hukum kita menjangkau sang penyusup ini? Salah satu pendekatan yang
mengejar hacker ini ke luar negeri? Nampaknya hal ini akan sulit dilakukan
mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh kita. Yang dapat
kita lakukan adalah menangkap hacker ini jika dia mengunjungi Indonesia.
12
sebuah tempat di dunia. Sehingga dapat dikatan perkembangan Cyber Law
di Indonesia sendiri belum bisa dikatakan maju. Hal ini diakibatkan oleh
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
memberikan perlindungan hukum terhadap kegiatan ekonomi misalnya
15
DAFTAR PUSTAKA
Didik M. Arif, Mansur dan Elisataris Ghultom. 2010. Cyber Law: Aspek Hukum
Mediatama
Peraturan Perundang-Undagan
16