Anda di halaman 1dari 12

Saturday, April 28, 2012 >>

http://okkiprasetio.blogspot.com/2012/04/cyberlaw-
computer-crime-act-council-of.html
Cyberlaw, Computer Crime Act, Council of Europe Convention On Cyber
Crime

Cyberlaw
Cyberlaw adalah hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya) yang umumnya
diasosiasikan dengan internet. Cyberlaw merupakan aspek hukum yang ruang lingkupnya
meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang
menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai online dan
memasuki dunia cyber atau maya. Cyberlaw sendiri merupakan istilah yang berasal dari
Cyberspace Law. Cyberlaw juga merupakan hukum yang terkait dengan masalah dunia
cyber. Di Indonesia saat ini sudah ada dua Rancangan Undang-Undang (RUU) yang
berhubungan dengan dunia cyber, yaitu RUU Pemanfaatan Teknologi Informasi dan RUU
Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik.

Computer Crime Act (CCA)


Pada tahun 1997, Malaysia telah mengesahkan dan mengimplementasikan beberapa
perundang-undangan yang mengatur berbagai aspek dalam cyberlaw seperti UU Kejahatan
Komputer, UU Tandatangan Digital, UU Komunikasi dan Multimedia, juga perlindungan hak
cipta dalam internet melalui amandemen UU Hak Ciptanya. The Computer Crime Act itu
sendiri mencakup kejahatan yang dilakukan melalui komputer, karena cybercrime yang
dimaksud di negara Malaysia tidak hanya mencakup segala aspek kejahatan/pelanggaran
yang berhubungan dengan internet. Akses secara tak terotorisasi pada material komputer juga
termasuk cybercrime. Jadi, apabila kita menggunakan komputer orang lain tanpa izin dari
pemiliknya, maka tindakan tersebut termasuk dalam cybercrime walaupun tidak terhubung
dengan internet.
 
Hukuman atas pelanggaran The Computer Crime Act :
Denda sebesar lima puluh ribu ringgit (RM50,000) atau hukuman kurungan/penjara dengan
lama waktu tidak melebihi lima tahun sesuai dengan hukum yang berlaku di negara tersebut
(Malaysia). The Computer Crime Act mencakup, sbb :
- Mengakses material komputer tanpa ijin
- Menggunakan komputer untuk fungsi yang lain
- Memasuki program rahasia orang lain melalui komputernya
- Mengubah / menghapus program atau data orang lain
- Menyalahgunakan program / data orang lain demi kepentingan pribadi
 
Di Malaysia masalah perlindungan konsumen,cybercrime,muatan online,digital copyright,
penggunaan nama domain, kontrak elektronik sudah ditetapkan oleh pemerintahan Malaysia.
Sedangkan untuk masalah privasi, spam dan online dispute resolution masih dalam tahap
rancangan.
 

Council of Europe Convention on Cyber Crime


Council of Europe Convention on Cyber Crime (Dewan Eropa Konvensi Cyber Crime), yang
berlaku mulai pada bulan Juli 2004, adalah dewan yang membuat perjanjian internasional
untuk mengatasi kejahatan komputer dan kejahatan internet yang dapat menyelaraskan
hukum nasional, meningkatkan teknik investigasi dan meningkatkan kerjasama internasional.

Council of Europe Convention on Cyber Crime berisi Undang-Undang Pemanfaatan


Teknologi Informasi (RUU-PTI) pada intinya memuat perumusan tindak pidana.

Council of Europe Convention on Cyber Crime ini juga terbuka untuk penandatanganan oleh
negara-negara non-Eropa dan menyediakan kerangka kerja bagi kerjasama internasional
dalam bidang ini. Konvensi ini merupakan perjanjian internasional pertama pada kejahatan
yang dilakukan lewat internet dan jaringan komputer lainnya, terutama yang berhubungan
dengan pelanggaran hak cipta, yang berhubungan dengan penipuan komputer, pornografi
anak dan pelanggaran keamanan jaringan. Hal ini juga berisi serangkaian kekuatan dan
prosedur seperti pencarian jaringan komputer dan intersepsi sah.

Tujuan utama adanya konvensi ini adalah untuk membuat kebijakan kriminal umum yang
ditujukan untuk perlindungan masyarakat terhadap Cyber Crime melalui harmonisasi
legalisasi nasional, peningkatan kemampuan penegakan hukum dan peradilan, dan
peningkatan kerjasama internasional.

Selain itu konvensi ini bertujuan terutama untuk :


(1) harmonisasi unsur-unsur hukum domestik pidana substantif dari pelanggaran dan
ketentuan yang terhubung di bidang kejahatan cyber.
(2) menyediakan form untuk kekuatan hukum domestik acara pidana yang diperlukan untuk
investigasi dan penuntutan tindak pidana tersebut, serta pelanggaran lainnya yang dilakukan
dengan menggunakan sistem komputer atau bukti dalam kaitannya dengan bentuk elektronik
(3) mendirikan cepat dan efektif rezim kerjasama internasional.

Jadi, perbedaan dari ketiga UU mengenai cybercrime di atas adalah :


Cyberlaw mencakup cybercrime yang dilakukan melalui akses internet. Setiap negara
memiliki cyberlaw yang berbeda.
Computer Crime Act merupakan salah satu cyberlaw yang diterapkan di negara Malaysia,
yang mencakup kejahatan melalui komputer (tanpa harus melalui internet).
Council of Europe Convention on Cyber Crime merupakan dewan eropa yang membuat
perjanjian internasional guna menangani kejahatan komputer dan internet yang berlaku di
internasional.
Perbandingan cyber law, Computer crime act (Malaysia), Council of Europe
Convention on Cyber crime

Cybercrime merupakan suatu perkembangan dari komputer crime. menurut penjelasan Rene L.
Pattiradjawane cybercrime merupakan suatu konsep hukum cyberspace, cyberlaw dan cyberline
yang dapat menciptakan komunitas pengguna jaringan internet yang luas (60 juta), yang melibatkan
160 negara telah menimbulkan kegusaran para praktisi hukum untuk menciptakan pengamanan
melalui regulasi, khususnya perlindungan terhadap milik pribadi. John Spiropoulos mengungkapkan
bahwa cybercrime juga memiliki sifat efisien dan cepat serta sangat menyulitkan bagi pihak penyidik
dalam melakukan penangkapan terhadap pelakunya.

Cyberlaw merupakan sebuah ungkapan yang mewakili masalah hukum terkait penggunaan aspek
komunikatif, transaksional, dan distributif, dari teknologi serta perangkat informasi yang terhubung
ke dalam sebuah jaringan. Beberapa topik utama diantaranya adalah perangkat intelektual, privasi,
kebebasan berekspresi, dan jurisdiksi, dalam domain yang melingkupi wilayah hukum dan regulasi.

CyberLaw merupakan aspek hukum yang artinya berasal dari Cyberspace Law.yang ruang lingkupnya
meliputi aspek-aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang
menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai “online” dan
memasuki dunia cyber atau maya. bisa diartikan cybercrime itu merupakan kejahatan dalam dunia
internet.

Dalam bukunya yang berjudul Code and Other Laws of Cyberspace, Lawrence Lessig
mendeskripsikan empat mode utama regulasi internet, yaitu:

1. Law (Hukum)
East Coast Code (Kode Pantai Timur) standar, dimana kegiatan di internet sudah merupakan subjek
dari hukum konvensional. Hal-hal seperti perjudian, pornografi, dan penipuan, diatur secara online
dengan cara yang sama seperti halnya secara offline.

2. Architecture (Arsitektur)
West Coast Code (Kode Pantai Barat), dimana mekanisme ini memperhatikan parameter dari bisa
atau tidaknya informasi dikirimkan lewat internet. Semua hal mulai dari aplikasi penyaring internet
(seperti aplikasi pencari kata kunci) ke program enkripsi, sampai ke arsitektur dasar dari protokol
TCP/IP, termasuk dalam kategori regulasi ini.

3. Norms (Norma)
Setiap kegiatan akan diatur secara tak terlihat lewat aturan yang terdapat di dalam komunitas,
dalam hal ini oleh pengguna internet. Beberapa aksi akan disensor atau diatur sendiri oleh norma-
norma yang berlaku di dalam komunitas manapun di internet yang dipilih oleh seseorang untuk
berasosiasi, seperti halnya dalam kehidupan nyata.

4. Market (Pasar)
Sejalan dengan regulasi oleh norma di atas, pasar juga mengatur beberapa pola tertentu atas
kegiatan di internet. Internet menciptakan pasar informasi virtual yang mempengaruhi semua hal
mulai dari penilaian perbandingan layanan ke penilaian saham. Selain itu, peningkatan popularitas
internet sebagai alat transaksi semua bentuk kegiatan komersial, dan sebagai media periklanan,
telah menciptakan hukum penawaran dan permintaan di dunia maya.

Council of Europe Convention on Cybercrime (COECCC) merupakan salah satu contoh organisasi
internasional yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari kejahatan di dunia maya, dengan
mengadopsikan aturan yang tepat dan untuk meningkatkan kerjasama internasional dalam
mewujudkan hal ini.
http://ilmumengenaikomputer.blogspot.com/2010/02/pengertian-
cyberlaw.html

Pengertian Cyberlaw

Cyberlaw adalah hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia


maya) yang umumnya diasosiasikan dengan internet. Cyberlaw
merupakan aspek hukum yang ruang lingkupnya meliputi setiap aspek
yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang
menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada
saat mulai online dan memasuki dunia cyber atau maya. Cyberlaw
sendiri merupakan istilah yang berasal dari Cyberspace Law. Cyberlaw
akan memainkan peranannya dalam dunia masa depan, karena nyaris
tidak ada lagi segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh keajaiban
teknologi dewasa ini dimana kita perlu sebuah perangkat aturan main
didalamnya (virtual world).1
Cyberlaw tidak akan berhasil jika aspek yurisdiksi hukum
diabaikan. Karena pemetaan yang mengatur cyberspace menyangkut
juga hubungan antar kawasan, antar wilayah, dan antar negara,
sehingga penetapan yuridiksi yang jelas mutlak diperlukan. Ada tiga
yurisdiksi yang dapat diterapkan dalam dunia cyber. Pertama,
yurisdiksi legislatif di bidang pengaturan, kedua, yurisdiksi judicial,
yakni kewenangan negara untuk mengadili atau menerapkan
kewenangan hukumnya, ketiga, yurisdiksi eksekutif untuk
melaksanakan aturan yang dibuatnya.2
Cyberlaw bukan saja keharusan, melainkan sudah merupakan
kebutuhan untuk menghadapi kenyataan yang ada sekarang ini, yaitu
dengan banyaknya berlangsung kegiatan cybercrime. Untuk
membangun pijakan hukum yang kuat dalam mengatur masalahmasalah
hukum di ruang cyber diperlukan komitmen kuat dari
pemerintah dan DPR. Namun yang lebih penting adalah bahwa aturan
yang dibuat nantinya merupakan produk hukum yang adaptable
1,2.{"http://www.depkominfo.go.id/portal/?act=detail&mod=artikel" }
terhadap berbagai perubahan khususnya di bidang teknologi informasi.
Kunci dari keberhasilan pengaturan cyberlaw adalah riset yang
komprehensif yang mampu melihat masalah cyberspace dari aspek
konvergensi hukum dan teknologi. Selain itu, hal penting lainnya
adalah peningkatan kemampuan SDM di bidang Teknologi Informasi.
Karena Cyberlaw mustahil bisa terlaksana dengan baik tanpa didukung
oleh Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan ahli di bidangnya.
Oleh sebab itu, dengan adanya cyberlaw diharapkan dapat menaungi
segala kegiatan dunia maya dan member kepastian hukum kepada para
pelakunya.
1.2 Potensi Kejahatan Dunia Maya
Kejahatan dalam bidang teknologi informasi dengan melakukan
serangan elektronik berpotensi menimbulkan kerugian pada bidang
politik, ekonomi, social budaya, yang lebih besar dampaknya
dibandingkan dengan kejahatan yang berintensitas tinggi lainnya. Di
masa datang, serangan elektronik dapat mengganggu perekonomian
nasional melalui jaringan yang berbasis teknologi informasi seperti
perbankan, telekomunikasi satelit, listrik dan lalu lintas penerbangan.
Hal ini dipicu oleh beberapa permasalahan yang ada dalam
konvergensi teknologi, misalnya internet membawa dampak negatif
dalam bentuk munculnya jenis kejahatan baru, seperti hacker yang
membobol komputer milik bank dan memindahkan dana serta merubah
data secara melawan hukum. Teroris menggunakan internet untuk
merancang dan melaksanakan serangan, penipu menggunakan kartu
kredit milik orang lain untuk berbelanja melalui internet.3
Perkembangan TI di era globalisasi akan diwarnai oleh manfaat dari
adanya e-commerce, e-government, foreign direct investment, industry
penyedia informasi dan pengembangan UKM.
Dapat dibayangkan, bagaimana jika sebuah infrastruktur teknologi
informasi yang bersentuhan dengan hajat hidup orang banyak tidak
dilindungi oleh system keamanan. Misalnya jaringan perbankan
3. { "http://www.cybercrimelaw.net" }
dikacau balaukan atau dirusak data-datanya oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab, sehingga informasi yang ada di dalamnya juga
kacau dan rusak. Dengan demikian masyarakat yang bersentuhan
dengan validasi data-data tersebut akan dirugikan. Angka-angka hanya
sederet tulisan, akan tetapi angka-angka dalam sebuah data dan
informasi perbankan merupakan hal yang sensitif. Kacaunya atau
rusaknya angka-angka tersebut dapat merugikan masyarakat, bahkan
dapat merusak lalu lintas perekonomian dan keuangan serta berdampak
pada kehidupan politik suatu bangsa. Selain itu juga berdampak pada
keamanan, ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat. Demikian
pula, infrastruktur TI lainnya seperti Penerbangan, Pertahanan, Migas,
PLN dan lain-lainnya dapat dijadikan sebagai sarana teror bagi teroris.
Dimasa depan, bukan tidak mungkin teroris akan menjadikan jaringan
teknologi informasi sebagai sarana untuk membuat kacau dan terror
dalam masyarakat.
1.3 Perangkat Cybercrime dan Tingkat Kerugian
Cybercrime adalah tindak kriminal yang dilakukan dengan
menggunakan teknologi komputer sebagai alat kejahatan utama.
Cybercrime merupakan kejahatan yang memanfaatkan perkembangan
teknologi komputer khususnya internet. Cybercrime didefinisikan
sebagai perbuatan yang melanggar hukum dan tindakan yang
dilakukan dapat mengancam dan merusak infrastruktur teknologi
informasi, seperti : akses illegal, percobaan atau tindakan mengakses
sebagian maupun seluruh bagian sistem komputer tanpa izin dan
pelaku tidak memiliki hak untuk melakukan pengaksesan.
1.3.1 Bentuk-Bentuk Cybercrime4
1. Unauthorized Access to Computer System and Service
2. Illegal Contents
3. Data Forgery
4. Cyber EspionageCyber Sabotage and Extortion
4.http://www.theceli.com/index.php?option=com_docman&task=d
oc_download&gid=171&Itemed=27
5. Offense against Intellectual Property
6. Infringements of Privacy
7. Cracking
8. Carding
Perbandingan cyber law, Computer crime act (Malaysia), Council of Europe
Convention on Cyber crime

>> http://princeznaj.blogspot.com/2010/04/perbandingan-cyber-law-computer-crime.html

cyber law, Computer crime act (Malaysia), Council of Europe Convention on Cyber crime
memiliki pendefinisian sendiri-sendiri.... dan didalam penulisan ini, saya akan mengupas
secara singkat definisi tersebut agar dapat mempuermudah pembaca dalam meng'artikan nya

Cyber law merupakan sebuah istilah yang berhubungan dengan masalah hukum terkait
penggunaan aspek komunikatif, transaksional, dan distributif, dari teknologi serta perangkat
informasi yang terhubung ke dalam sebuah jaringan.

Didalam karyanya yang berjudul Code and Other Laws of Cyberspace, Lawrence Lessig
mendeskripsikan empat mode utama regulasi internet, yaitu:

 Law (Hukum)

East Coast Code (Kode Pantai Timur) standar, dimana kegiatan di internet sudah
merupakan subjek dari hukum konvensional. Hal-hal seperti perjudian secara online
dengan cara yang sama seperti halnya secara offline.

 Architecture (Arsitektur)

West Coast Code (Kode Pantai Barat), dimana mekanisme ini memperhatikan
parameter dari bisa atau tidaknya informasi dikirimkan lewat internet. Semua hal
mulai dari aplikasi penyaring internet (seperti aplikasi pencari kata kunci) ke program
enkripsi, sampai ke arsitektur dasar dari protokol TCP/IP, termasuk dalam kategori
regulasi ini.

 Norms (Norma)

Norma merupakan suatu aturan, di dalam setiap kegiatan akan diatur secara tak
terlihat lewat aturan yang terdapat di dalam komunitas, dalam hal ini oleh pengguna
internet.

 Market (Pasar)

Sejalan dengan regulasi oleh norma di atas, pasar juga mengatur beberapa pola
tertentu atas kegiatan di internet. Internet menciptakan pasar informasi virtual yang
mempengaruhi semua hal mulai dari penilaian perbandingan layanan ke penilaian
saham.

Computer crime act (Malaysia)

Cybercrime merupakan suatu kegiatan yang dapat dihukum karena telah menggunakan
komputer dalam jaringan Internet yang merugikan dan menimbulkan kerusakan pada jaringan
komputer Internet, yaitu merusak properti, masuk tanpa izin, pencurian hak milik intelektual,
pornografi, pemalsuan data, pencurian, pengelapan dana masyarakat.

Cyber Law di asosiasikan dengan media internet yang merupakan aspek hukum dengan ruang
lingkup yang disetiap aspeknya berhubungan dengan manusia dengan memanfaatkan
tekhnologi internet

Council of Europe Convention on Cybercrime (COECCC)

merupakan salah satu contoh organisasi internasional yang bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari kejahatan di dunia maya, dengan mengadopsikan aturan yang tepat dan
untuk meningkatkan kerjasama internasional dalam mewujudkan hal ini.
CYBERLAW

>> http://sixplore.wordpress.com/2010/02/20/cyberlaw/

Beberapa waktu yang lalu, salah seorang artis wanita Indonesia harus berurusan dengan pihak
berwajib, terkait ucapannya yang dilaporkan menghina suatu pihak tertentu melalui media
internet. Kemudian, muncul beberapa masalah penyalahgunaan suatu situs jejaring sosial
ternama, yang cukup meresahkan masyarakat. Walaupun pada akhirnya kedua contoh kasus
diatas telah diselesaikan dengan baik, hal ini cukup menarik untuk diperhatikan, karena
bukan berarti masalah berhenti sampai di sini. Masih ada banyak kasus terkait dunia internet
yang –mungkin saja– belum tercium oleh pihak berwajib. Permasalahan saat ini, adakah
aturan yang mampu mengatur penggunaan internet itu sendiri serta berbagai aktivitas yang
terjadi didalamnya secara efektif? Bila tidak ada, bagaimana cara kita untuk bisa -paling
tidak- menahan efek penggunaan internet secara berlebihan? Jawabannya yaitu dengan
cyberlaw. Lalu, apa sebenarnya cyberlaw itu?

Cyberlaw adalah sebuah istilah yang mewakili masalah hukum terkait penggunaan aspek
komunikatif, transaksional, dan distributif, dari teknologi serta perangkat informasi yang
terhubung ke dalam sebuah jaringan. Beberapa topik utama diantaranya adalah perangkat
intelektual, privasi, kebebasan berekspresi, dan jurisdiksi, dalam domain yang melingkupi
wilayah hukum dan regulasi.

Jurisdiksi dan Peraturan Pemerintah

Jurisdiksi adalah sebuah aspek dari hukum negara yang mengacu pada peraturan judisial,
legislatif, dan administratif. Walaupun begitu, jurisdiksi tidak sejalan dengan peraturan
pemerintah. Hukum suatu negara bisa memiliki akibat yang melampaui jurisdiksi di luar
peraturan pemerintah dan batas wilayah negara tersebut. Hal ini bermasalah karena media
dari internet tidak secara jelas mengenali peraturan pemerintah dan batas wilayah. Tak ada
seragam, hukum jurisdiksional internasional dari aplikasi global, dan konflik hukum,
terutama hukum internasional pribadi. Misalnya, suatu konten web bisa dianggap legal oleh
satu negara, bisa saja dianggap illegal oleh negara lain. Dalam ketidakhadiran kode
jurisdiksional umum, praktisi hukum harus berhadapan dengan masalah konflik hukum.

Masalah utama cyberlaw lainnya adalah bagaimana cara memperlakukan internet itu sendiri.
Apakah sebagai ruang fisik lalu diberikan hukum jurisdiksional? Ataukah menganggap
internet sebagai sebuah dunia lalu terbebas dari batasan-batasan tersebut. Mereka yang
mendukung hal kedua berpendapat agar pemerintah meninggalkan permasalahan komunitas
internet ke regulasinya sendiri. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa, antara internet dan
pemerintah, keduanya harus saling berkompromi.

Hal besar lainnya adalah netralitas jaringan, yang mempengaruhi regulasi infrastruktur
internet. Walaupun tak diketahui oleh sebagian besar pengguna internet, setiap paket data
yang dikirim dan diterima pengguna di internet melewati router dan infrastruktur transmisi
yang dimiliki oleh entitas publik atau pribadi, termasuk perusahaan telekomunikasi,
universitas, dan pemerintah. Hal ini menjadi salah satu aspek kritis cyberlaw dan memiliki
implikasi jurisdiksi langsung, karena paksaan hukum dalam suatu jurisdiksi memiliki
potensial untuk menimbulkan efek dramatis pada jurisdiksi lainnya saat host server atau
perusahaan telekomunikasi ikut terpengaruh.
Kebebasan Berbicara di Dunia Maya

Bila dibandingkan dengan media cetak tradisional, aksesibilitas dan anonimitas relatif dunia
maya telah meruntuhkan batasan tradisional antara satu individual dengan kemampuannya
untuk publikasi. Setiap orang yang memiliki koneksi internet memiliki potensi untuk meraih
banyak pemirsa dengan usaha yang hampir tak ada. Namun, bentuk penulisan di internet
menimbulkan pertanyaan dan mungkin memperbesar kompleksitas hukum terkait kebebasan
dan regulasi berbicara di dunia maya.

Pemerintah

Struktur unik internet telah meningkatkan beberapa topik hukum. Walau terletak pada
komputer dan perangkat elektronik lainnya, internet berdiri sendiri di lokasi geografis
manapun. Saat banyak individual terhubung ke internet dan berinteraksi dengan yang lainnya,
mereka bisa menahan beberapa informasi pribadi dan membuat identitas asli mereka tidak
dikenal. Jikalau pun ada hukum yang benar-benar bisa mengatur internet, kemungkinan
hukum tersebut, secara fundamental, berbeda dengan hukum yang digunakan oleh negara
geografis saat ini.

Dalam bukunya yang berjudul Code and Other Laws of Cyberspace, Lawrence Lessig
mendeskripsikan empat mode utama regulasi internet, yaitu:

1. Law (Hukum)

East Coast Code (Kode Pantai Timur) standar, dimana kegiatan di internet sudah merupakan
subjek dari hukum konvensional. Hal-hal seperti perjudian, pornografi, dan penipuan, diatur
secara online dengan cara yang sama seperti halnya secara offline.

2. Architecture (Arsitektur)

West Coast Code (Kode Pantai Barat), dimana mekanisme ini memperhatikan parameter dari
bisa atau tidaknya informasi dikirimkan lewat internet. Semua hal mulai dari aplikasi
penyaring internet (seperti aplikasi pencari kata kunci) ke program enkripsi, sampai ke
arsitektur dasar dari protokol TCP/IP, termasuk dalam kategori regulasi ini.

3. Norms (Norma)

Setiap kegiatan akan diatur secara tak terlihat lewat aturan yang terdapat di dalam komunitas,
dalam hal ini oleh pengguna internet. Beberapa aksi akan disensor atau diatur sendiri oleh
norma-norma yang berlaku di dalam komunitas manapun di internet yang dipilih oleh
seseorang untuk berasosiasi, seperti halnya dalam kehidupan nyata.

4. Market (Pasar)

Sejalan dengan regulasi oleh norma di atas, pasar juga mengatur beberapa pola tertentu atas
kegiatan di internet. Internet menciptakan pasar informasi virtual yang mempengaruhi semua
hal mulai dari penilaian perbandingan layanan ke penilaian saham. Selain itu, peningkatan
popularitas internet sebagai alat transaksi semua bentuk kegiatan komersial, dan sebagai
media periklanan, telah menciptakan hukum penawaran dan permintaan di dunia maya.
Regulasi Internet di Berbagai Negara

Negara-negara Eropa yang tergabung dalam Council of Europe Convention on Cybercrime


(COECCC) merupakan salah satu contoh organisasi internasional yang bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari kejahatan di dunia maya, dengan mengadopsikan aturan yang
tepat dan untuk meningkatkan kerjasama internasional dalam mewujudkan hal ini. Selain
negara-negara di Amerika dan Eropa, banyak negara di Asia dan Timur Tengah
menggunakan beragam kombinasi angka dari regulasi berbasis kode untuk memblokir
material yang dianggap tidak pantas untuk dilihat oleh warga mereka. Cina dan Arab Saudi
adalah dua contoh negara yang telah mencapai sukses tertinggi dalam mengatur akses internet
warga negara mereka. India mengikuti pada tahun 2000, dengan mengeluarkan Information
Technology Act, yang mengatur penggunaan teknologi informasi di negaranya. Negara
lainnya di Asia juga turut melakukan hal yang sama, seperti Singapura yang mengeluarkan
Electronic Transactions Act, Malaysia yang mengeluarkan Computer Crimes Act dan Digital
Signature Act, serta Indonesia yang turut mengeluarkan UU ITE.

Pada tanggal 26-28 Januari 2010 lalu, diadakan workshop mengenai legislasi cybercrime di
negara-negara ASEAN, yang dilaksanakan oleh Regional EU-ASEAN Dialogue Instrument
(READI) dan didukung oleh EU-ASEAN Programme for Regional Integration Support
(APRIS) di Manila, Filipina. Diharapkan dengan adanya workshop ini negara-negara ASEAN
dapat memperkuat hukum atas kejahatan dunia maya, sejalan dengan standar hukum
internasional. Walau belum menyelesaikan masalah saat ini secara tuntas, setidaknya hal ini
bias memberikan titik terang untuk perbaikan regulasi yang ada atau pun akan dibuat, terkait
penggunaan teknologi informasi.

Diambil dari Wikipedia.com dan sumber lainnya

Anda mungkin juga menyukai