Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

ETIKA & PROFESIONALISME TSI


Nama

: Jessica

Kelas

: 4KA39

NPM

: 13112931

Tanggal

: 19 April 2016

Sistem Informasi
Universitas Gunadarma
2016

PERBANDINGAN CYBER LAW, COMPUTER CRIME ACT DAN


COUNCIL OF EUROPE CONVENTION ON CYBERCRIME (COECCC)
1. Cyber Law
Cyber Law adalah aspek hukum yang artinya berasal dari Cyberspace Law, dimana ruang
lingkupnya meliputi aspek-aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum
yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai online dan
memasuki dunia cyber atau maya. Sehingga dapat diartikan cybercrome itu merupakan kejahatan
dalam dunia internet.
Cyber Law merupakan seperangkat aturan yang dibuat oleh suatu Negara tertentu, dan peraturan
yang dibuat itu hanya berlaku kepada masyarakat Negara tertentu. Cyber Law dapat pula diartikan
sebagai hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya), yang umumnya diasosiasikan dengan
internet.
Cyber Law Negara Indonesia:
Munculnya Cyber Law di Indonesia dimulai sebelum tahun 1999. Focus utama pada saat itu
adalah pada payung hukum yang generic dan sedikit mengenai transaksi elektronik. Pendekatan
payung ini dilakukan agar ada sebuah basis yang dapat digunakan oleh undang-undang dan
peraturan lainnya. Namun pada kenyataannya hal ini tidak terlaksana. Untuk hal yang terkait dengan
transaksi elektronik, pengakuan digital signature sama seperti tanda tangan konvensional merupakan
target. Jika digital signature dapat diakui, maka hal ini akan mempermudah banyak hal seperti
electronic commerce (e-commerce), electronic procurement (e-procurement), dan berbagai transaksi
elektronik lainnya.
Cyber Law digunakan untuk mengatur berbagai perlindungan hukum atas kegiatan yang
memanfaatkan internet sebagai medianya, baik transaksi maupun pemanfaatan informasinya. Pada
Cyber Law ini juga diatur berbagai macam hukuman bagi kejahatan melalui internet.
Cyber Law atau Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) sendiri baru ada
di Indonesia dan telah disahkan oleh DPR pada tanggal 25 Maret 2008. UU ITE terdiri dari 13 bab
dan 54 pasal yang mengupas secara mendetail bagaimana aturan hidup di dunia maya dan transaksi
yang terjadi di dalamnya. Perbuatan yang dilarang (cybercrime) dijelaskan pada Bab VII (pasal 2737), yaitu:
Pasal 27: Asusila, Perjudian, Penghinaan, Pemerasan.
Pasal 28: Berita bohong dan Menyesatkan, Berita kebencian dan permusuhan.
Pasal 29: Ancaman Kekekrasan dan Menakut-nakuti.
Pasal 30: Akses Komputer Pihak Lain Tanpa Izin, Cracking.
Pasal 31: Penyadapan, Perubahan, Penghilangan Informasi.
Ada satu hal yang menarik mengenai rancangan cyber law ini yang terkait dengan terotori.
Misalkan, seorang cracker dari sebuah Negara Eropa melakukan pengrusakan terhadap sebuah situs di
Indonesia. Salah satu pendekatan yang diambil adalah jika akibat dari aktivitas crackingnya terasa di
Indonesia, maka Indonesia berhak mengadili yang bersangkutan. Yang dapat dilakukan adalah

menangkap cracker ini jika dia mengunjungi Indonesia. Dengan kata lain, dia kehilangan kesempatan/
hak untuk mengunjungi sebuah tempat di dunia.

Cyber Law Negara Malaysia:


Digital Signature Act 1997 merupakan Cyber Law pertama yang disahkan oleh parlemen
Malaysia. Tujuan cyberlaw ini adalah untuk memungkinkan perusahaan dan konsumen untuk
menggunakan tanda tangan elektronik (bukan tanda tangan tulisan tangan) dalam hukum dan
transaksi bisnis. Pada cyberlaw berikutnya yang akan berlaku adalah Telemedicine Act 1997.
Cyberlaw ini praktis medis untuk memberdayakan memberikan pelayanan medis/konsultasi dari
lokasi jauh melalui penggunaan fasilitas komunikasi elektronik seperti konferensi video.
2. Computer Crime Act
Cybercrime merupakan suatu kegiatan yang dapat dihukum karena telah menggunakan computer
dalam jaringan internet yang merugikan dan menimbulkan kerusakan pada jaringan computer
internet, yaitu merusak property, masuk tanpa izin, pencurian hak milik intelektual, pornografi,
pemalsuan data, pencurian penggelapan dana masyarakat.
Cyber Law diasosiasikan dengan media internet yang merupakan aspek hukum dengan ruang
lingkup yang disetiap aspeknya berhubungan dnegan manusia dengan memanfaatkan teknologi
internet.
3. Council of Europe Convention on Cybercrime (COECCC)
Merupakan salah satu contoh organisasi internasional yang bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari kejahatan di dunia maya, dengan mengadopsikan aturan yang tepat dan untuk
meningkatkan kerja sama internasional dalam mewujudkan hal ini.
COCCC telah diselenggarakan pada tanggal 23 November 2001 di kota Budapest, Hongaria.
Konvensi ini telah menyepakati bahwa Convention on Cybercrime dimasukkan dalam European
Treaty Series dengan nomor 185. Konvensi ini akan berlaku secara efektif setelah diratifikasi oleh
minimal lima Negara, termasuk paling tidak ratifikasi yang dilakukan oleh tiga Negara anggota
Council of Europe. Substansi konvensi mencakup area yang cukup luas, bahkan mengandung
kebijakan criminal yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari cybercrime, baik melalui
undang-undang maupun kerja sama internasional. Konvensi ini dibentuk dengan pertimbanganpertimbangan antara lain sebagai berikut:
Bahwa masyarakat internasional menyadari perlunya kerjasama antar Negara dan Industri dalam
memerangi kejahatan cyber dan adanya kebutuhan untuk melindungi kepentingan yang sah dalam
penggunaan dan pengembangan teknologi informasi.
Konvensi saat ini diperlukan untuk meredam penyalahgunaan sistem, jaringan dan data komputer
untuk melakukan perbuatan kriminal. Hal lain yang diperlukan adalah adanya kepastian dalam
proses penyelidikan dan penuntutan pada tingkat internasional dan domestik melalui suatu
mekanisme kerjasama internasional yang dapat dipercaya dan cepat.
Saat ini sudah semakin nyata adanya kebutuhan untuk memastikan suatu kesesuaian antara
pelaksanaan penegakan hukum dan hak azasi manusia sejalan dengan Konvensi Dewan Eropa untuk
Perlindungan Hak Azasi Manusia dan Kovenan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1966 tentang Hak

Politik Dan sipil yang memberikan perlindungan kebebasan berpendapat seperti hak berekspresi,
yang mencakup kebebasan untuk mencari, menerima, dan menyebarkan informasi/pendapat.

Konvensi ini telah disepakati oleh masyarakat Uni Eropa sebagai konvensi yang terbuka untuk
diakses oleh Negara manapun di dunia. Hal ini dimaksudkan untuk diajdikan norma dan instrument
Hukum Internasional dalam mengatasi kejahatan cyber, tanpa mengurangi kesempatan setiap
individu untuk tetap dapat mengembangkan kreativitasnya dalam pengembangan teknologi
informasi.
Perbedaan Cyber Law, Computer Crime Act, dan Council of Europe Convention on Cybercrime
1) Cyber Law: merupakan seperangkat aturan yang dibuat oleh suatu Negara tertentu dan peraturan
yang dibuat itu hanya berlaku kepada masyarakat Negara tertentu.
2) Computer Crime Act (CCA): merupakan undang-undang penyalahgunaan informasi teknologi di
Malaysia.
3) Council of Europe Convention on Cybercrime: merupakan organisasi yang bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari kejahatan di dunia internasional. Organisasi ini dapat memantau
semua pelanggaran yang ada di seluruh dunia.

RUU INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) DAN PERATURAN BANK


INDONESIA TTG INTERNET BANKING
Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah ketentuan yang berlaku untuk setiap
orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang
berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat
hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan
kepentingan Indonesia.
Pengertian dalam undang-undang :
Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada
tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik
(electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol,
atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.
Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan
Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.
Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses,
mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi.
Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima,
atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat,
ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas
pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,
simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.

Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan,
dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik.
Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh penyelenggara negara,
Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat.
Jaringan Sistem Elektronik adalah terhubungnya dua Sistem Elektronik atau lebih, yang bersifat tertutup
ataupun terbuka.
Agen Elektronik adalah perangkat dari suatu Sistem Elektronik yang dibuat untuk melakukan suatu
tindakan terhadap suatu Informasi Elektronik tertentu secara otomatis yang diselenggarakan oleh Orang.
Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan
identitas yang menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam Transaksi Elektronik yang
dikeluarkan oleh Penyelenggara Sertifikasi Elektronik.
Penyelenggara Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum yang berfungsi sebagai pihak yang layak
dipercaya, yang memberikan dan mengaudit Sertifikat Elektronik.
Lembaga Sertifikasi Keandalan adalah lembaga independen yang dibentuk oleh profesional yang diakui,
disahkan, dan diawasi oleh Pemerintah dengan kewenangan mengaudit dan mengeluarkan sertifikat
keandalan dalam Transaksi Elektronik.
Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan,
terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan
autentikasi. Penanda Tangan adalah subjek hukum yang terasosiasikan atau terkait dengan Tanda Tangan
Elektronik.
Komputer adalah alat untuk memproses data elektronik, magnetik, optik, atau sistem yang melaksanakan
fungsi logika, aritmatika, dan penyimpanan.
Akses adalah kegiatan melakukan interaksi dengan Sistem Elektronik yang berdiri sendiri atau dalam
jaringan. Kode Akses adalah angka, huruf, simbol, karakter lainnya atau kombinasi di antaranya, yang
merupakan kunci untuk dapat mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik lainnya.
Kontrak Elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui Sistem Elektronik.
Pengirim adalah subjek hukum yang mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
Penerima adalah subjek hukum yang menerima Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dari
Pengirim.
Nama Domain adalah alamat internet penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat,
yang dapat digunakan dalam berkomunikasi melalui internet, yang berupa kode atau susunan karakter
yang bersifat unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet.
Orang adalah orang perseorangan, baik warga negara Indonesia, warga negara asing, maupun badan
hukum.
Badan Usaha adalah perusahaan perseorangan atau perusahaan persekutuan, baik yang berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum. Pemerintah adalah Menteri atau pejabat lainnya yang ditunjuk oleh
Presiden.

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UUITE) mengatur berbagai perlindungan hukum
atas kegiatan yang memanfaatkan internet sebagai medianya, baik transaksi maupun pemanfaatan
informasinya. Pada UUITE ini juga diatur berbagai ancaman hukuman bagi kejahatan melalui internet.
UUITE mengakomodir kebutuhan para pelaku bisnis di internet dan masyarakat pada umumnya guna
mendapatkan kepastian hukum, dengan diakuinya bukti elektronik dan tanda tangan digital sebagai bukti
yang sah di pengadilan.

Penyusunan materi UUITE tidak terlepas dari dua naskah akademis yang disusun oleh dua institusi
pendidikan yakni Unpad dan UI. Tim Unpad ditunjuk oleh Departemen Komunikasi dan Informasi
sedangkan Tim UI oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Pada penyusunannya, Tim Unpad
bekerjasama dengan para pakar di ITB yang kemudian menamai naskah akademisnya dengan RUU
Pemanfaatan Teknologi Informasi (RUU PTI). Sedangkan tim UI menamai naskah akademisnya dengan
RUU Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik.
Kedua naskah akademis tersebut pada akhirnya digabung dan disesuaikan kembali oleh tim yang
dipimpin Prof. Ahmad M Ramli SH (atas nama pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono), sehingga
namanya menjadi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana disahkan oleh DPR.

INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UU RI No.11 TAHUN 2008


a) Latar Belakang Disusunnya Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008
Hukum yang baik adalah hukum yang bersifat dinamis, dimana hukum dapat berkembang sesuai
dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Salah satu perkembangan yang terjadi adalah
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia maya. Dunia maya juga telah mengubah
kebiasaan banyak orang yang menggunakan internet untuk melakukan berbagai kegiatan dan juga
membuka peluang terjadinya kejahatan. Untuk itu tentu dibutuhkan suatu aturan yang dapat
memberikan kepastian hukum dunia maya di Indonesia. Maka di terbitkanlah Undang Undang No.
11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik yang lazim dikenal dengan istilah UU ITE
b) Manfaat Kehadiran UU ITE
Kehadiran UU No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) akan memberikan
manfaat, beberapa diantaranya:
1. Menjamin kepastian hukum bagi masyarakat yang melakukan transaksi secara elektronik
2. Mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia;
3. Sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kejahatan berbasis teknologi informasi;
4. Melindungi masyarakat pengguna jasa dengan memanfaatkan teknologi informasi.
c) Kronologi UU ITE
UU ITE mulai dirancang sejak maret 2003 oleh Kementrian Negara komunikasi dan Informasi
(Kominfo) dengan nama rancangan Undang Undang informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik
(RUU IETE). Semula UU ini dinamakan Rancangan Undang undang Informasi Komunikasi dan
Transaksi Elektronik (RUUIKTE) yang disusun Ditjen Pos dan Telekomunikasi Departemen
perhubungan serta Departemen Perindustrian dan perdagangan, bekerja sama dengan tim dari

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (unpad) dan tim Asistensi dari ITB, serta Lembaga kerja
hukum dan Teknologi Universitas indonesia (UI).
Serta Departemen komunikasi dan Informasi terbentuk berdasarkan peraturan peresiden RI no 9
Tahun 2005, tindak lanjut usulan UU ini kembali digulirkan. Pada 5 september, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono melalui surat no.R./70/Pres/9/2005 menyampaikan naskah RUU ini secara
resmi kepada DPR RI. Bersama dengan itu, pemerintah melalui Departemen komunikasi dan
Informatika membentuk Tim Antar Departemen dalam rangka pembahasan RUU Antara pemerintah
dan
DPR
RI
dengan
keputusan
Menteri
Komunikasi
dan
Informatika
No.83/KEP/M.KOMINFO/10/2005 tanggal 24 Oktober 2005 yang kemudian dipersempurnakan
dengan keputusan menteri No.10/KEP/M.Kominfo/01/2007 tanggal 23 Januari 2007 dengan
pengarah:
1.
2.
3.
4.
5.

Menteri Komuniksi dan Informatika


Menteri hukum dan HAM, Menteri Sekertaris Negara, dan Sekertaris Jendral
Defkominfo. Ketua Pelaksana Ir. Cahyana Ahmadjayadi,Dirjen Aplikasi Telematika
Defkominfo, Wakil Ketua Pelaksana 1: Dirjen Peraturan Perundang undangan
Departemen Hukum dan HAM dan Wakil Ketua Pelaksana 11: Staf Ahli Menteri Komunikasi
dan Informatika Bidang Hukum.

Proses Pembahasan UU ITE


1) Pembentukan Pansus Dan RDPU
Merespon surat Peresiden no. R./70/Pres/9/2005, DPR membentuk panitia khusus (pansus) RUU
ITE yang awalnya diketahui oleh R.K. Sembiring Meliala (FPDIP) untuk selanjutnya digantikan
oleh Suparlan, SH (FPDIP). Pansus DPR beranggotakan 50 orang dari 10 (sepuluh) fraksi yang
ada di DPR. Pansus mulai bekerja sejak 17 Mei 2006 hingga 13 juli 2006 dengan menggelar
Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan berbagai pihak sebanyak 13 kali, antara lain
operator telekomunikasi , perbankan, aparat penegak hukum, dan kalangan akaemisi setelah
menyelesaikan RDPU dengan 13 institusi, pada desember 2006 Pansus DPR RI menetapkan
daftar Inventarisasi Masalah (DIM). Ada 287 DIM yang berasal dari 10 fraksi yang tergabung
dalam pansus.
2) Rapat Pansus, Panja, Dan Timus Timsin
Pembahasan DIM RUU ITE antra pansus DPR dengan pemerintah (Tim Antar Departemen
Pembahasan RUU ITE) mulai dilaksanakan pada 24 Januari 2007 di Ruang Komisi 1 DPR.
Pembahasan dilakukan sekali dalam seminggu (Rabu atau Kamis) sesuai undangan DPR.
Pada pembahasan RUU ITE tahap pansus, sesuai ketentuan, Pemerintah diwakili oleh Menteri
komunikasi dan informatika atau menteri hukum dan Ham serta di dampingi anggota Tim Antar
Departemen Pembahasan RUU ITE. Rapat pansus yang dilaksanakan sejak 24 Januari hingga 6
juni 2007, dilakukan sebanyak 17 kali dan 2008,berhasil membahas seluruh DIM Setelah
pansus, Pembahasan dilaksanakan pada tahap Panitia kerja (Panja), berlangsung mulai 29 juni
2007 sampai 31 januari 2008 dengan jumlah rapat sebanyak 5 kali.
3) Rapat Pleno pansus dan Paripurna dewan
Tahap selanjutnya setelah Rapat pansus, panja, dan Timus-timsin dilalui, digelar Rapat Pleno
pansus RUU ITE dilakukan intuk pengambilan keputusan tingkat pertama terhadap naskah
akhir RUU ITE. Ini dilangsungkan pada 18 Maret 2008, dan hasilnya menyetujui RUU ITE

dibawa ke pengambilan keputusan tingkat 11. Pada rapat Paripurna DPR RI, tanggal 25 maret
2008, 10 fraksi sepakat menyetujui RUU ITE diterapkan menjadi undang undang untuk
selanjutnya dikirim ke Presiden untuk ditandatangani.
Kemudian lahirlah Undang undang No.11 tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE), yang telah ditandatangan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhiyono, pada
21 April 2008 lalu, yang sebelumnya pada 25 maret 2008 telah disetujui oleh DPR, sebagai
upaya untuk menyediakan payung hukum bagi kegiatan pemanfaatan informasi dan transaksi
elektronik.

4) Gambarn umum UU ITE


UU ITE ini terdiri dari 13 bab dan 54 pasal;
Bab 1 Tentang ketentuan umum,
Yang menjelaskan istilah istilah teknologi informasi menurut undang undang informasi dan
transaksi elektronik.
Bab2 Tentang Asas dan Tujuan,
Yang menjelaskan tentang landasan pikiran dan tujuan pemanfaatan teknologi informasi dan
transaksi elektronik.
Bab 3- Tentang informasi, Dokumen, dan Tanda tangan Elektronik,
Yang menjelaskan sahnya secara hukum pengguna dokumen dan tanda tangan elektronik
sebagaimana dokumen atau surat berharga lainnya.
Bab 4 tentang penyelenggaraan Sertifikasi elektronik dan Sistem elektronik,
Menjelaskan tentang individu atau lembaga yang berhak mengeluarkan sertifikasi elektronik dan
mengatur ketentuan yang harus dilakukan bagi penyelenggara sistem elektronik.
Bab 5 Tentang transaksi Elektronik,
Berisi tentang tata cara penyelenggaraan transaksi elektronik.
Bab 6 tentang nama domain, hak kekayaan Intelektual, dan perlindungan hak pribadi,
menjelaskan tentang tata cara kepemilikan dan penggunaan nama domain,perlindungan HAKI,
dan perlindungan data yang bersifat Privacy.
Bab 7 Tentang pebuatan yang dilarang,
Menjelaskan tentang pendistribusian dan mentransmisikan informasi Elektronik secara sengaja
atau tanpa hak yang didalamnya memiliki muatan yang dilrang oleh hukum.
Bab 8 Tentang penyelesaian sengketa,
Menjelaskan tentang pengajuan gugatan terhadap pihak pengguna teknologi informasi sesuai
ketentuan peraturan perundang undangan.
Bab 9 Tentang penyidikan

Menjelaskan tentang peran serta pemerintah dan masyarakat dalam melindungi dan
memanfaatkan teknologi informasi dan transaksi elektronik.
Bab 10 tentang penyidik.
Bab ini mengatur tata cara penyidikan tindak pidana yang melanggar undang undang ITE
sekaligus menentukan pihak- pihak yang berhak melakukan penyidikan.
Bab 11 Tentang ketentuan pidana.
Berisi sangsi sangsi bagi pelanggar Undang undang ITE.
Bab 12 Tentang ketentuan peralihan.
Menginformasikan bahwa segala peraturan lainnya dinyatakan berlaku selama tidak ber tentanga
dengan UU ITE.
Bab 13 Tentang ketentuan penutup
Berisi tentang pemberlakuan undang undang ini sejak di tanda tangani presiden.

d) Tujuan Undang undang ITE


a. Mengembangkan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia.
b. Mengembangkan perdagangan dan perekonoman nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
c. Meningkatkan aktifitas dan efesiensi pelayanan publik.
d. Membuka kesempatan seluas- luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan
kemampuan dibidang penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi seoptimal mungkin
namun disertai dengan tanggung jawab.
e. Memberikan rasa aman, keadilan dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara
teknologi informasi.
e) Contoh contoh Kasus pelanggaran UU ITE
a. Luna maya dijerat pasal 27 undang undang ITE karema melecehkan profesi wartawan
(bukan jurnalist, kalau jurnalis menulis dengan fakta dan bukti yang nyata, kalaw wartawan
bisa menulis dengan abstrak yang dalam hal ini kita pandang sebagai ISU) infotaiment
dengan kata pelacur dan pembunuh.
b. Prita Mulyasari di jerat pasal 27 ayat 3 Undang undang no 11 tahun 2008 tentang informasi
dan transaksi elektronik (UU ITE), karena akan mengancam kebebasan berekspresi.
c. Narliswandi sudah diperiksa pada 28 Agustus lali, penyidik berniat pula menjerat
Narliswandi dengan pasal 27 undang undang informasi dan transaksi Elektronik dengan
ancman hukum 6 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar. Karena kasus pencemaran nama baik
terhadap anggota dewan Perwakilan rakyat, Alvin lie.
d. Agus Hamonangin diperiksa oleh penyidik polda Metro jaya Sat. IV Cyber Crime yakni
sudirman AP dan Agus Ristiani. Merujuk pada laporan Alvin Lie,ketentuan hukum yang
dilaporkan adalah dugaan perbuatan pidana pencemaran nama baik dan fitnah seperti
tercantum dalam pasal 310, 311 Kitab Undang undang hukum pidana (KUHP), serta
dugaan perbuatan mendistribusikan/mentrasnsmisikan informasi elektronik yang memuat
materi penghinaan seperti tertuang dalam pasal 27 ayat (3) pasal 45 (1) UU nomor 11 tahun
2008 tentang Informasi dan transaksi elektronik (ITE).

e. Ariel dijerat pasal 27 ayat 1 UU nomor 11 tahun 2008 tentang ITE jo pasal 45 ayat 1 UU ITE
mengatur tentang hak mendistribusikan dan atau dokumen elektronik yang memiliki buatan
penghinaan dan atau pencemaran nama baik.
f. Dani Firmansyah,hacker situs KPU dinilai terbukti melakukan tindak pidana yang melanggar
pasal 22 huruf a, b, c, tahun 2008 tentang Telekomunikasi. Selain itu Dani Firmansyah juga
dituduh melanggar pasal 38 Bagian ke -11 UU Telkomunikasi.

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG INTERNET BANKING


Kata internet perbankan sering kita dengar yaitu merupakan suatu layanan yang diberikan suatu bank
dalam media internet agar proses atau sesuatu hal yang behubungan dengan perbankan menjadi lebih
cepat dan mudah.
Akan tetapi dengan adanya layanan ini menyebabkan suatu permasalahan yang terjadi yaitu terjadi
serangan oleh orang yang tidak bertanggung jawab yang bersifat aktif seperti hal nya ialah penyerang
sendiri tanpa perlu menunggu user. Beberapa jenis serangan yang dapat dikategorikan ke dalam serangan
aktif adalah man in the middle attack dan trojan horses.
Ada layanan yang diberikan internet perbankan yaitu antara lain nya dengan diberlakukannya fitur two
factor authentication, dengan menggunakan token. Penggunaan token ini akan memberikan keamanan
yang lebih baik dibandingkan menggunakan username, PIN, dan password. Dengan adanya penggunaan
token ini,bukan berarti tidak ada masalah yang terjadi,seperti hal nya Trojan horses adalah program palsu
dengan tujuan jahat yaitu dengan cara menyelipkan program tersebut kedalam program yang sering
digunakan.
Dan dalam hal penangulangan nya bank Indonesia mengeluarkan peraturan yang terkait tentang masalah
keamana system informasi.dan berikut ini yang peraturan yang dikeluarkan oleh bank Indonesia sebagai
berikut ini :
Mengembangkan wadah untuk melakukan hubungan informal untuk menumbuhkan hubungan formal.
Pusat penyebaran ke semua partisipan.
Pengkinian (update) data setiap bulan tentang perkembangan penanganan hukum
Program pertukaran pelatihan.
Membuat format website antar pelaku usaha kartu kredit.
Membuat pertemuan yang berkesinambungan antar penegak hukum.
Melakukan tukar menukar strategi tertentu dalam mencegah atau mengantisipasi cybercrime di masa
depan.
Dengan adanya peraturan ini dapat menyelesaikan segala permasaahan yang terjadi pada internet
perbankan di Indonesia,dan segala kegiatan perbankkan melalui media internet dapat berjalan dengan
cepat,aman dan mudah digunakannya.

KRITIK DAN SARAN


Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) telah disahkan oleh DPR pada tanggal 25
Maret 2008, namun disahkannya sebuah undang-undang bukan berarti ia telah menjadi sebuah hukum
yang mutlak dan tidak bisa lagi diubah atau bahkan diganti; sebaliknya justru perbaikan dan perubahan
harus dilakukan pada setiap undang-undang dan peraturan lain yang diketahui memiliki kelemahan.
Sehingga terciptanya suatu undang-undang yang dapat diterima baik oleh masyarakat dan dapat
dijalankan sesuai fungsinya.
Kurangnya sosialisasi dalam penyusunan undang-undang ini juga menjadi salah satu kekurangan yang
harus diperbaiki. Sebaiknya sebelum peresmian undang-undang ini, ada baiknya melibatkan secara luas

komunitas yang nantinya akan diatur oleh undang-undang ini. Sehingga dapat menerima masukan, saran,
maupun kritik demi perkembangan undang-undang ini. Apabila hal itu dilakukan, setelah peresmian
undang-undang tidak perlu adanya gejolak dalam masyarakat, mengenai pro dan kontra dari isi undangundang ini.

Daftar Pustaka:
http://fahrialfaruqi.blogspot.co.id/2015/05/perbandingan-cyber-law-computer-crime.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/perbandingan-cyber-law-computer-crime-act-dan-council-ofeurope-convention-on-cybercrime/
http://nabiyutiful.blogspot.co.id/2012/05/ruu-informasi-dan-transaksi-elektronik.html
http://tugaskelompok02.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai