Anda di halaman 1dari 38

E-Law; Antara Konsep dan Aplikasi

E-Law

Muhammad Kholis Hamdy 22400094


Ermelinda Gela NPM 22400034
Marchel Cristian Paliama 22400012
Triwinaldi Manik 22400087
Apa itu e-law?
• E-Law merupakan konsep yang cukup baru, digunakan di Eropa sejak
tahun 2004-2005
• Konsep ini mengacu pada legislasi elektronik dan berbagai aspek
penerbitan legislasi secara elektronik, misalnya keaslian undang-
undang elektronik, pengundangan undang-undang elektronik, dan
akses ke undang-undang elektronik
• E-Justice adalah konsep yang serupa, termasuk, secara umum,
penggunaan teknologi elektronik di bidang peradilan, (pertukaran
dokumen pengadilan secara elektronik, pendaftaran elektronik,
konferensi video, portal E-Justice)
Munculnya E-Law
• Gerakan Akses Bebas terhadap Hukum dimulai pada tahun 1992
dengan dibentuknya Lembaga Informasi Hukum Cornell Law School.
Saat ini terdapat sekitar empat puluh lembaga yang menjadi anggota
gerakan ini (kebanyakan dari mereka adalah Lembaga Informasi
Hukum). Hanya tujuh negara Uni Eropa yang aktif dalam kerja sama
ini.
• Deklarasi Montreal tentang Akses Bebas terhadap Hukum (2002)
menyatakan bahwa "informasi hukum publik dari semua negara dan
lembaga internasional merupakan bagian dari warisan bersama umat
manusia. Memaksimalkan akses terhadap informasi ini akan
mendorong keadilan dan supremasi hukum." "Informasi hukum
publik adalah milik bersama secara digital dan harus dapat diakses
oleh semua orang secara nirlaba dan gratis".
• Barita saragih dalam tulisannya bahasa menggunakan latin yakni
“tempora mutantur, nos et mutamur in illis” yang artinya zaman
berubah dan kita berubah bersamanya. Bahwa era teknologi
informasi global akan mempengaruhi aspek sosial, ekonomi, hukum
dan khususnya komputer siber.
• Di era digital saat ini, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan telah
berkembang pesat. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
tersebut telah mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan umat
manusia yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
• Definisi hukum telekomunikasi, konten multimedia dan informatika
yang disingkat Telematika, dan di berbagai referensi dikenal dengan
cyber law, adalah keseluruhan asas-asas, norma atau kaidah
lembaga-lembaga, institusi-institusi dan proses yang mengatur
kegiatan virtual yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi
informasi, memanfaatkan konten multimedia dan infrastruktur
telekomunikasi.
• Istilah hukum telematika digunakan sebagai singkatan dari hukum
telekomunikasi, konten multimedia dan informatika untuk
memudahkan pembaca memahami 3 (tiga) variabel dalam dunia
Cyber yang mencakup aspek telekomunikasi, konten dalam
multimedia dan komunikasi. Dengan demikian telematika identik
dengan konvergensi teknologi informasi, komunikasi dan konten yang
saat ini juga mencakup community sebagai variabel yang sangat
penting
UU ITE (Pasal 1 ayat 1 dan 2 UU No 11 Tahun
2008)
• Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik
(electronic maill, telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf,
tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah
yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.
• Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media
elektronik lainnya.
BAB VII PERBUATAN YANG DILARANG Pasal 27-37
(UU No 11 Tahun 2008)
• Pasal 31 UU 19 Tahun 2016:
• (l) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik
tertentu milik Orang lain.
• (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu
Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang
tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun yang menyebabkan
adanya perubahan, penghilangan, dan/atau penghentian Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan.

Penegakan dan Sanksi
• Sedangkan penegakan hukum ITE diatur dalam Pasal 43 terdiri dari 10
ayat dan 11 butir.
• Untuk sanksi pelanggaran diatur dalam Pasal 45, 45A, dan 45B.
Cyber Law
• Pengertian Cyber law juga dikemukakan oleh Pavan Duggal,
acknowledged as one of the top four Cyber Lawyers in the world,
gave a definition of Cyber law in 1996, which is broadly accepted, as
follows: – Simply speaking, Cyber law is a generic term, which refers
to all the legal and regulatory aspects of Internet and the World
Wide Web. Anything concerned with or related to or emanating
from any legal aspects or issues concerning any activity of netizens
and others, in Cyberspace comes within the ambit of Cyber law.
• Cyberlaw is the area of law that deals with the Internet’s relationship
to technological and electronic elements, including computers,
software, hardware and information systems (IS).
• Cyber Law dalam dunia transformasi digital bisa juga dikatakan
sebagai suatu hukum yang dibangun dari teknologi informasi,
• Terdapat berbagai jenis kejahatan di dalam dunia cyber yaitu
kelompok kejahatan terhadap privacy, obscenity, defamation,
information security, dan internet crime.
• Di dalam cyber law terdapat juga suatu kedaulatan, negara
mempunyai yurisdiksi terhadap semua persoalan dan kejadian di
dalam wilayahnya. Prinsip ini adalah prinsip yang berhubungan
dengan cyber law. Menurut Hakim Lord Macmillan suatu negara
memiliki yurisdiksi terhadap semua orang, benda, perkara-perkara
pidana atau perdata dalam batas-batas wilayahnya sebagai pertanda
bahwa negara tersebut berdaulat.
• Prinsip teritorial ini terbagi atas 2 (dua): suatu tindak pidana yang
dimulai di suatu negara dan berakhir di negara lain. Misalnya seorang
yang menembak di daerah perbatasan negara A melukai seorang
lainnya di wilayah negara B. Dalam keadaan ini, kedua negara
memiliki yurisdiksi. Negara, di mana perbuatan itu dimulai (A),
memiliki yurisdiksi menurut prinsip teritorial subyektif (subjective
territorial principle). Negara di mana tindakan tersebut diselesaikan
(B), memiliki yurisdiksi berdasarkan prinsip teritorial obyektif
(objective territorial principle).
• Cyber law merupakan aspek hukum yang istilahnya berasal dari
cyberspace law, yang ruang lingkupnya meliputi setiap aspek yang
berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang
menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai
pada saat mulai “online” dan memasuki dunia cyber atau maya
• Paradigma dari konvergensi tatanan hukum dapat dilakukan
pemahaman yang lebih mendalam dengan mengkaji pendekatan
konsepsi konvergensi dan konsepsi non-konvergensi dalam hukum.
E-commerce
• Kemajuan teknologi yang pesat saat ini tentu sudah tidak asing lagi dengan
perdagangan melalui elektronik (e-commerce) yang merupakan aktivitas
yang berkaitan dengan pembelian, penjualan, pemasaran, dan pembayaran
barang dan/atau jasa yang memanfaatkan sistem elektronik seperti
internet ataupun jaringan computer.
• Undang-Undang ITE mengatur berbagai aspek mengenai peranan media
elektronik dalam perdagangan melalui sistem elektronik (e-commerce).
Peranan sistem elektronik merupakan pembeda perdagangan melalui
sistem elektronik (e-commerce) dengan perdagangan konvensional. Pasal 1
angka 5 UU ITE menyebutkan sistem elektronik ialah serangkaian perangkat
dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan,
mengirimkan dan/atau menyebarkan informasi elektronik.
• Platform merupakan salah satu perangkat elektronik yang termasuk ke
dalam sistem elektronik. Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor 5 Tahun 2016 menyebutkan platform merupakan wadah berupa
aplikasi situs internet, dan/atau layanan konten lainnya berbasis internet
yang digunakan untuk transaksi dan/atau fasilitas perdagangan melalui
sistem elektronik.
• Selain mengenai sistem elektronik perlu ditinjau pula mengenai transaksi
elektronik yang merupakan hal dasar dalam perdagangan melalui sistem
elektronik. Pasal 1 angka 2 UU ITE menyatakan bahwa transaksi elektronik
adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer,
jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Sebagai peraturan
pelaksana pemerintah menerbitkan Peraturan Nomor 82 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PP PSTE). PP
PSTE sebagai ketentuan lanjutan dari UU ITE mengatur penyelenggaraan
sistem elektronik sebagai subjek hukum.
Isu isu dalam e-commerce
• Adanya permasalahan-permasalahan baik yang bersifat teknis maupun yuridis.
Permasalahan teknis adalah permasalahan reliabilitas teknologi elektronik itu
sendiri sebagai core technology beserta piranti-piranti pendukungnya dalam
hubungannya dengan penggunaannya sebagai media niaga. Permasalahan non
teknis adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan implikasi-implikasi yang
terlahir dari pengaplikasian teknologi elektronik dalam dunia perdagangan (M.
Arsyad Sanusi, E-Commerce : Hukum dan Solusinya)
• Karakter internet atau cyber space yang bersifat global atau universal, maka
permasalahan-permasalahan yang timbul pun memiliki kecenderungan untuk
juga berkarakter global dan universal. Contoh: permasalahan Hukum Perdata
Internasional.
• Permasalahan dalam e-commerce dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu
permasalahan yang bersifat substantif dan permasalahan yang bersifat
prosedural.
Permasalahan Substantif
A. Masalah Keaslian, Keotentikan dan Integritas Data
➢ Data message merupakan landasan utama terbentuknya suatu kontrak elektronik, baik
kesepakatan mengenai persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan kontrak
(terms and condition) atau substansinya.
➢ Beberapa teknik untuk menjamin keotentikan data dan integritas data message, yaitu
teknik kriptografi (cryptography) dan tanda tangan elektronik (electronic signature).
➢ Suatu teknik pengamanan serta penjaminan keotentikan data yang terdiri dari dua
proses, yaitu eknripsi (encryption) dan deskripsi (descryption)
➢ Encryption: Suatu proses yang dilakukan untuk membuat suatu data menjadi tidak
dapat terbaca oleh pihak yang tidak berhak karena data-data tersebut telah
dikonversikan ke dalam bahasa sandi atau kode-kode tertentu.
➢ Descryption; Merupakan kebalikan dari Enkripsi, yaitu merupakan proses menjadikan
suatu data atau informasi yang telah di-enkripsi menjadi bisa terbaca oleh pihak yang
berhak.
7 Karakteristik yang dimiliki tanda tangan
tradisional:
1. Dapat dibuat dengan mudah oleh orang yang sama;
2. Dapat dikenali dengan mudah oleh pihak ketiga;
3. Relatif sulit dipalsukan oleh pihak ketiga;
4. Dibubuhkan dan disertakan dalam dokumen sehingga keduanya
menjadi satu kesatuan;
5. Melibatkan proses fisik (penulisan tinta ke atas kertas);
6. Sama untuk semua dokumen yang ditandatangani oleh orang yang
sama;
7. Relatif sulit untuk dihapus tanpa adanya bekas.
• Dari perbandingan karakteristik antara tanda tangan secara umum
dan tanda tangan secara tradisional, maka tanda tangan elektronik
dapat ditolak keabsahannya, karena tidak memenuhi butir 5 dan 7
(melibatkan proses fisik dan kemudahan untuk dihapus)
• Namun, menurut para pakar tanda tangan elektronik harus diterima
keabsahannya sebagai tanda tangan dengan alasn sebagai berikut:
• Tanda tangan elektronik dibubuhkan oleh seseorang/beberapa orang yang
berkehendak dan diikat secara hukum.
• Tanda tangan elektronik dapat dibuat atau dibubuhkan dengan menggunakan
peralatan mekanik seperti halnya tanda tangan tradisional.
• Sifat keamanan yang sama seperti tanda tangan tradisional.
• Unsur niat dapat dipenuhi oleh tanda tangan elektronik.
• Tanda tangan elektronik dapat diletakkan di bagian mana saja dari suatu
dokumen seperti tanda tangan tradisional.
B. Permasalahan Validitas
B. Permasalahan Validitas
Permasalahan substansial lainnya dalam e-commerce adalah
masalah yang berkaitan dengan keabsahan dokumen elektronik yang
digunakan dalam pembentukan kontrak elektronik serta
permasalahan kontrak elektronik itu sendiri. Permasalahan tersebut
erat kaitannya dengan wujud dokumen dan tanda tangan elektronik
yang cenderung untuk tidak tertulis langsung diatas kertas, melainkan
lebih bersifat abstrak (intangible)
C. Permasalahan yang Bersifat Prosedural-
Aplikatif
• Masalah Yurisdiksi atau Forum: Yang dimaksud adalah judicial
jurisdiction, yang merujuk pada kekuasaan pengadilan untuk
mengadili kasus-kasus tertentu, dalam hal ini kasus-kasus yang
berkaitan dengan transaksi-transaksi dalam e-commerce maupun e-
contract. Masalah yurisdiksi merupakan masalah krusial dan
kompleks dalam konteks e-commerce.
E-Court
• e-Court adalah sebuah instrumen pengadilan sebagai bentuk pelayanan terhadap masyarakat dalam hal
pendaftaran perkara secara online, pembayaran secara online, mengirim dokumen persidangan (replik,
duplik, kesimpulan, jawaban) dan pemanggilan secara online.
• Aplikasi e-court perkara diharapkan mampu meningkatkan pelayanan dalam fungsinya menerima
pendaftaran perkara secara online dimana masyarakat akan menghemat waktu dan biaya saat melakukan
pendaftaran perkara. Ruang lingkup aplikasi e-court adalah sebagai berikut:
• a. Pendaftaran Perkara Online
• b. Pembayaran Panjar Biaya Online (e-SKUM)
• c. Dokumen Persidangan
• d. Pemanggilan Elektronik (e-Summons)
• e. Persidangan secara online (e-Litigation)

• Untuk lebih lengkapnya lihat laman https://ecourt.mahkamahagung.go.id/


• Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di
Pengadilan Secara Elektronik (Hukum Acara Dan Peradilan - Telekomunikasi, Informatika,
Siber, Dan Internet)diganti dengan Perma No. 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara
dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik dan Peraturan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan
secara Elektronik.
• Perma ini terdiri dari Bab I Ketentuan Umum, Bab II Pengguna Layanan Administrasi
Perkara Secara Elektronik, Bab III Administrasi Pendaftaran Dan Pembayaran Biaya
Perkara Secara Elektronik, Bab IV Panggilan Dan Pemberitahuan Secara Elektronik, Bab V
Persidangan Secara Elektronik, Bab VI Tata Kelola Administrasi Perkara Secara Elektronik,
Bab VII Ketentuanperalihan, Bab VIII Ketentuan Penutup. Pada Perma terakhir ada
penambahan pada BAB III A Upaya Hukum dan
• Pasal 2 Sistem Informasi Pengadilan yang selanjutnya disingkat SIP adalah seluruh sistem
informasi yang disediakan oleh Mahkamah Agung untuk memberi pelayanan terhadap
pencari keadilan yang meliputi administrasi, pelayanan perkara, dan persidangan secara
elektronik Perma Nomor 7 2022).
Prosedur Pengajuan dan Biaya Perkara
• Prosedur Pengajuan Gugatan dan Biaya Perkara
• Berikut ini Adalah Tahapan-Tahapan Prosedur Pengajuan Gugatan dan Biaya Berperkara Di Pengadilan Tata Usaha
Negara Jakarta. Untuk Lebih Jelasnya, Silahkan Dibaca Pada Paragraf Dibawah ini :
• Tahapan Pertama :
• Pihak Berperkara Bukan Advokat (PENGGUNA LAIN) Datang Ke Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta (PTUN
Jakarta) Dengan Membawa :
• (CATATAN : PIHAK BERPERKARA KHUSUSNYA PENGGUNA TERDAFTAR TIDAK PERLU DATANG KE PTSP
PTUN JAKARTA UNTUK MENDAFTARKAN GUGATAN BIASA KECUALI GUGATAN KHUSUS / SENGKETA KHUSUS
DAN/ATAU SEDANG GANGGUAN TEKNIS PADA SISTEM INFORMASI PENGADILAN )
• Tahapan Kedua :
• Pendaftar menuju ke Petugas Meja E-Court dengan membawa :
• Surat Gugatan Rangkap 7 (Tujuh) Disertai Soft Copy Gugatannya dalam bentuk pdf dan word ;
• Foto Copy Objek Sengketa Sejumlah 1 (Satu) Eksemplar (Apabila Sudah Ada) Disertai Soft Copy dalam bentuk pdf
• Foto Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Para Pihak Sejumlah 1 (Satu) Eksemplar disertai Soft Copy dalam bentuk pdf
;
• Tanda Bukti Surat Permohonan Keberatan (Upaya Administrasi) berdasarkan Pasal 75 s/d 78 Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2014 dan/atau PERMA 06 Tahun 2018 disertai Soft Copy dalam bentuk pdf
• Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga sejumlah 1 (Satu) Eksemplar (Apabila Sudah Ada) Disertai Soft
Copy dalam bentuk pdf (Jika Badan Hukum)
• Wajib memiliki email;
Judi Online
Judi Online
• SBOBET mungkin sudah tidak asing lagi pada kalangan
masyarakat tak terkecuali para perlajar dan kalangan
mahasiswa. Dikutip dari www.agenbolasuper.net
menjelaskan bahwa SBOBET adalah perusahan bookmarket
atau taruhan bola dan judi casino online 338A yang
berinisial First Cagayan Lesure yang beroperasi secara
menyeluruh di Asia dan markas utamanya berada di
Filipina. SBOBET adalah website judi online terbaik
menurut eGaming pada tahun 2009 dan dianugrahi “Asian
Best Online Gaming of the Year”
• Beberapa faktor yang melatarbelakangi populernya SBOBET pada kalangan masyarakat dan pelajar adalah
pasaran bola terbaik, ragam taruhan bola dan mudah diakses.
• Selain itu ada beberapa permainan yang serupa dengan SBOBET yang mengadalkan taruhan, diantarnya
adalah;
• 1. IBCBET merupakan betting online terbaik serta tercepat di Asia Tenggara dan sedang mencoba menguasi
seluruh Asia dalam bisnis betting sports dan gamling online.
• 2. AsiaPoker77 merupakan situs permainan poker yang sudah cukup terkenal di Asia Tenggara khususnya
Indoensia dan Thailand
• 3. Ion Casino meruapakan casino online yang mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita khususnya para
gammers
• pasal 303 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(“KUHP”) yang berbunyi; “Yang disebut permainan judi
adalah tiap-tiap permainan dimana pada umumnya
skemungkinan mendapat untung bergantung pada
belaka, juga karena permainannya lebih terlatih atau
lebih mahir. Disitu termasuk segala peraturan tetang
keputusan perlombaan atau permainanan lain-lainnya
yang tidak diadakan mereka yang turut berlomba atau
bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.”
• Undang Undang yang mengatur perjuadian diatur dalam pasal 303 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) dan untuk perjudian online diatur dalam Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pasal 303 ayat (1) KUHP, berbunyi “(!) Diancam dengan kurungan
pailing lama empat tahun atau denda paling banyak sepuluh juta rupiah” “Ke-1 barang siapa
mengunakan kesempatan untuk main judi, yang diadakan dengan melanggar ketentuan – ketentuan
tersebut pasal 303;

• Ke-2 barangsiapa ikut serta permaianan judi yang diadakan di jalan umum atau pinggir jalan maupun
tempat yang dapat dimasuki oleh khalayak umum, keculai jika untuk mengadakan itu, ada izin dari
penguasa yang berwenang.” Sementara dalam UU ITE, terkait dengan peraturan mengenai perjudian online
atau alam dunia siber diatur pada
• Pasal 27, yang berbunyi; “setiap orang sengaja tanpa hak
mendistribusikan, mentransmisikan, atau membuat dapat diakses
Informasi atau Dokumen elektronik yang memiliki mutakan judi”
Kemudian ancaman pidana yang teratur dalam pasal diatas yakni
disebutkan dalam Pasal UU ITE yaitu pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan /atau denda paling banyak Rp 1 Miliyar. Selajutnya
terkait dengan peraturan penangkpan yang dilakukan oleh pihak kepolisian,
maka terdapat beberapa hal yang mendasari penangkapan dilakukan oleh
aparat kepolisian. Pihak kepolisian. Hal ini diatur dalam Pasal 17 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang berbunyi; “Perintah
penangkapan dilakukan terhadap sesorang yang diduga keras
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.
• ”Akan tetapi, dalam melakukan penangkapan terdapat prosedur yang harus yang harus dilakukan. Hal ini
diatur dalam Pasal 18 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang berbunyi;
• “1. Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas kepolisian negara Republik Indonesia dengan
memperlihatkan surat tugas serta memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan yang
mencantumkan identitas tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan yang mencantuman indentitas
tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkapan
serta tempat ia diperiksa.
• 2. Dalam hal tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat perintah, dengan ketentuan bahwa
penangkapanharus segera menyerah tertangkap beserta barang bukti yag ada kepada penyidik atau penyidik
pembantu yang terdekat.
• 3. Tembusan surat perintah penagkapan harus sebgaiamana dimaksud dalam ayat (1) harus diberikan kepada
keluarga segera setelah penangkapan dilakukan.
• ” Prosedur penangkapan ini harus dilaksanakan oleh aparat kepolisian. Karena ini merupakan prosedur
pengkapan sebagaimana yang telah disebutkan dalam Pasal 18 KUHP. Apabila hal ini sudah dilaksanakan
maka penangkapan yang dilakukan oleh aparat kepolisian sudah benar dan sesuai prosedur penangkapan yang
diatur dalam pasal diatas.
Pencemaran Nama Baik
• Pencemaran nama baik dewasa ini sebagai sebuah perilaku yang tidak asing lagi dimasyarakat, karena
kemajuan teknologi. Istilah ini yang dalam bahasa inggris sering kali diterjemahkan dengan defamation,
artinya perbuatan yang membahayakan reputasi orang lain dengan dengan membuat pernyataan yang salah
• Perilku pencemaran nama baik merupakan suatu tindak pidana, yang pengaturannya dalam KUHP maupun
undang – undang di luar KUHP, tujuannya untuk memberikan perlindungan hukum mengenai rasa harga diri
yakni kehormatan (eer) dan rasa harga diri mengenai nama baik orang (goedennaam). Setiap orang memiliki
harga diri berupa kehormatan maupun harga diri berupa nama baik.
• Pencemaran nama baik melalui kecanggihan teknologi berupa perangkat lunak, atau lebih lebih dikenal
dengan pencemaran nama baik melalui media sosial..4 Perbuatan ini merupakan tindak pidana karena hal
tersebut dapat mengganggu ketertiban umum dan menimbulkan kerugian materiil maupun non materiil bagi
pihak yang dirugikan dari Tindakan tersebut.
Sasaran pencemaran nama baik dapat di golongkan menjadi :

• a. Terhadap pribadi perorangan


• b. Terhadap kelompok atau golongan
• c. Terhadap suatu agama
• d. Terhadap orang yang sudah meninggal
• e. Terhadap para pejabat negara
• Tindak pidana ini juga dapat dimasukan kedalam kejahatan dunia maya (cyber crime). Hal itu diatur dalam
pasal 27 ayat (3) UU No. 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik yang menyatakan bahwa
“setiap orang dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentranmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya
informasi elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.”
• Pertanggung jawaban tindak pidana pencemaran nama baik di dunia maya ini dapat diterapkan dengan saksi
pidana maupun penjara atapun denda sesuai ketentuan Undang-Undang yang berlaku.
• Informasi elektronik yang memiliki muatan penghinaan ataupun mencemari nama baik ini merupakan
sekumpulan data elektronik termasuk juga didalamnya tulisan, gambar, suara, rancangan foto, peta, telegram,
kode yang telah diolah sehingga didalamnya mengandung unsur pencemaran nama baik.
• Pertanggung jawaban tindak pidana pencemaran nama baik di dunia maya ini dapat diterapkan dengan saksi
pidana maupun penjara atapun denda sesuai ketentuan Undang-Undang yang berlaku.6 Informasi elektronik
yang memiliki muatan penghinaan ataupun mencemari nama baik ini merupakan sekumpulan data elektronik
termasuk juga didalamnya tulisan, gambar, suara, rancangan foto, peta, telegram, kode yang telah diolah
sehingga didalamnya mengandung unsur pencemaran nama baik.
• pencemaran nama baik diatur melalui Pasal 310-320 Buku kedua (Kejahatan) bab XVI tentang penghinaan.
Menurut Pasal tersebut khususnya di Pasal 310 ayat (1) dan (2) seorang dianggap bersalah karena melakukan
tindak pidana pencemaran nama baik apabila ia menuduhkan dengan sengaja kepada orang lain di depan
umum dengan tujuan untuk menyerang kehormatan atas nama baiknya, termasuk melalui tulisan atau gambar
yang disiarkan, dipertunjukan atau ditempelkan. Pasal ini menjelaskan bahwa menyerang nama baik dan
kehormatan seseorang yang dapat dikategorikan sebagai penghinaan adalah berupa menuduhkan suatu hal
dengan tujuan untuk diketahui oleh umum dimana unsur tuduhan inilah yang harus ada dalam menyerang
kehormatan dan nama baik sesorang.
• Penghinaan/pencemaran nama baik melalui internet diatur dala Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang No 11
tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Dimana pasal tersebut berbunyi: “setiap orang
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentrasnmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik”. Kontruksi pasal 27 tersebut menjelaskan perkembangan modus kejahatan dan/atau
pelanggaran dengan media komputer/internet (dalam bentuk informasi/dokumen elektronik). Hal tersebut
membantu para penegak hukum dalam memproses dan mengadili kasus-kasus yang menggunakan media
informasi elektonik untuk memutus kejahatan/pelanggaran yang telah dilakukan.
Kesimpulan
• Penggunaan istilah e-law di Indonesia di lingkungan dunia Pendidikan
Hukum Nasional masih minim. Terminologi ini berkaitan dengan beberapa
istilah lain seperti Cyber Law, E-Commerce, UU ITE, e-Court. Pada
prinsipnya terdiri sama dengan pembagian hukum pada umumnya, yaitu,
materiil dan formil.
• Peraturan Mahkamah Agung merupakan inovasi sekaligus komitmen bagi
Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam mewujudkan reformasi di
dunia peradilan Indonesia (Justice reform) yang mensinergikan peran
teknologi informasi (IT) dengan hukum acara (IT for Judiciary). Tidak dapat
dipungkiri, implementasi administrasi perkara di pengadilan secara
eletronik (e-court) berdampak langsung bagi para advokat di Indonesia.
Oleh karena itu, pemahaman yang baik terhadap “e-law” dan e-court bagi
mahasiswa hukum dan advokat sangat penting agar tidak tertinggal oleh
kemajuan zaman dan sebagai sebuah tuntutan profesi.
Saran
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai