DAFTAR ISI
DUNIA MAYA (CYBERSPACE) & INTERNET................................................................................................................................. 2
MEDIA SOSIAL......................................................................................................................................................................... 6
INFLUENCER............................................................................................................................................................................ 7
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEGIATAN IKLAN MENGENAI PERDAGANGAN OPSI BINER (TRADING BINARY OPTION) OLEH
INFLUENCER YANG DISEBARKAN MELALUI MEDIA SOSIAL...................................................................................................... 12
TEORI HUKUM....................................................................................................................................................................... 13
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.................................................................................................................................. 16
UNDANG-UNDANG ITE................................................................................................................................................................16
BAB VII PERBUATAN YANG DILARANG....................................................................................................................................18
UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN
BERJANGKA KOMODITI..................................................................................................................................................................... 19
UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.........................................................................................21
BAB IV – PERBUATAN YANG DILARANG BAGI PELAKU USAHA................................................................................................23
PERATURAN PEMERINTAH NO. 71 TAHUN 2019 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK........................................25
ISTILAH.................................................................................................................................................................................. 25
2
Dunia maya (cyberspace) adalah ranah virtual tempat komputer-komputer yang saling terhubung
beroperasi dan berinteraksi. Cyberspace diciptakan oleh berbagai situs web, platform media
sosial, game online, dan lingkungan digital lainnya.
Internet
Interconected network (internet) merupakan jaringan komputer yang terdiri dari berbagai jaringan
dengan ukuran berbeda yang saling berhubungan melalui suatu medium komunikasi elektronik
dan dapat saling mengakses layanan-layanan yang disediakan oleh jaringan lainnya. 1 Internet
adalah jaringan global komputer yang saling terhubung. Jaringan ini memungkinkan komputer
untuk berkomunikasi satu sama lain, mengirim dan menerima data, dan berbagi informasi. Internet
terdiri dari miliaran perangkat, termasuk komputer, telepon, tablet, dan perangkat lainnya.
o Kabel
o Jaringan nirkabel
o Satelit
Internet menyediakan dasar bagi cyberspace untuk ada. Internet merupakan jaringan global
komputer yang saling terhubung menggunakan Internet Protocol Suite (TCP/IP) untuk
menghubungkan miliaran perangkat di seluruh dunia. Internet merupakan infrastruktur fisik yang
memungkinkan komunikasi dan pertukaran data antar perangkat tersebut. Sederhananya internet
adalah infrastruktur yang memungkinkan dunia maya. Internet sebagai network of the networks di
seluruh belahan dunia, sebagai salah satu sarana komunikasi secara global yang berbasis
kebebasan informasi (freedom of information) dan kebebasan berkomunikasi (free flow of
communication).2
1
Daniel H Purwadi, Belajar Sendiri Mengenal Internet Jaringan Informasi Dunia, Elex Media Komputindo, Jakarta,
1995, hlm. 1.
2
Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 6.
3
Hal-hal tersebut menjadikan internet sebagai sesuatu yang unik sehingga perlu dicarikan
pengaturan atau hukum yang dapat diterapkan secara optimal dalam kegiatan teknologi
informasi.4
3
Danrivanto Budhijanto, “Pembentukan Hukum Yang Antisipatif Terhadap Perkembangan Zaman Dalam Dimensi
Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 14 No. 2, 2011, hlm. 226.
4
Danrivanto Budhijanto, “Pembentukan Hukum Yang Antisipatif Terhadap Perkembangan Zaman Dalam Dimensi
Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 14 No. 2, 2011, hlm. 227.
4
Singkatan Telematika agar pembaca memahami 3 variabel dalam cyber yang mencakup aspek
telekomunikasi, konten dalam multimedia dan komunikasi, dan community sebagai variabel yang
sangat penting.7 Telematika identik dengan konvergensi teknologi informasi, komunikasi dan
konten.8
Cyber law adalah aspek hukum yang berasal dari cyberspace law, yang ruang lingkupnya meliputi
setiap aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang
menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai “online” dan
memasuki dunia cyber atau maya.9
5
Tasya Safiranita Ramli (et. Al), “Prinsip Cyber Law Pada Media Over The Top E-Commerce Berdasarkan
Transformasi Digital Di Indonesia”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 16 No. 3, 2019, hlm. 392.
6
Ibid, hlm. 393.
7
Tasya Safiranita Ramli (et. Al), “Prinsip Cyber Law Pada Media Over The Top E-Commerce Berdasarkan
Transformasi Digital Di Indonesia”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 16 No. 3, 2019, hlm. 393..
8
Ibid.
9
Ibid. 395.
5
MEDIA SOSIAL
Menurut Philip Kotler dan Kevin Keller, definisi dari media sosial sebagai suatu wadah atau sarana
yang dipergunakan oleh konsumen dalam rangka berbagi informasi teks, gambar, video serta
audio dengan perusahaan dan/atau dengan satu sama lain. 10 Dari definisi tersebut media sosial
berfungsi sebagai alat komunikasi antari ndividu, individu atau kelompok, ataupun antar
kelompok.11
Melalui kemajuan informasi, komunikasi dan teknologi merupakan salah satu faktor utama yang
mendorong perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di dunia.12 Dalam ekosistem digital, di
mana jasa atau produk yang ditawarkan dikonsumsi oleh pelanggan melalui transaksi pembelian,
hanya bisa berjalan jika semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini merasa aman.13
Sebelum melakukan pembelian, calon konsumen mengetahui informasi mengenai produk atau
jasa dari sebuah informasi iklan. Begitu pentingnya informasi iklan bagi pelaku usaha karena
dapat mempengaruhi calon konsumen hingga keputusan pembelian.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membuat media sosial menjadi sebuah
saluran informasi yang banyak digunakan secara global. Oleh karena itu media sosial
dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengedarkan informasi iklan. Masyarakat yang
menggunakan media sosial dapat mengakses informasi iklan karena adanya pihak-pihak yang
menjadi “pengiklan” dengan menyebarkan konten-konten bermuatan informasi iklan. Pihak-pihak
tersebut adalah orang yang populer seperti influencer dan juga dari pengguna media sosial biasa
yang tidak populer.
Tugas pemerintah dalam negara hukum modern seperti sekarang ini semakin meluas, tidak
semata-mata menjalankan roda pemerintahan, tetapi juga berperan dalam kehidupan sosial,
ekonomi dan kultural.14 Pemikiran tersebut berarti negara tidak dipandang sebagai alat
10
Kotler dan Keller, Manajemen Pemasaran, Erlangga, Jakarta, 2012, hlm. 568.
11
Mirza Mar Ali dan Priliyani Nugroho Putri, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Melakukan Review
Suatu Produk Di Media Sosial Dari Delik Pencemaran Nama Baik”, Padjadjaran Law Review, Volume 9 No. 2, 2021,
hlm. 5.
12
Kofi. A. Anan, UNCTAD E-Commerce and Development Report, 2004, hlm. 4.
13
Tasya Safiranita Ramli (et. Al), “Prinsip Cyber Law Pada Media Over The Top E-Commerce Berdasarkan
Transformasi Digital Di Indonesia”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 16 No. 3, 2019, hlm. 393.
14
Ibrahim, Prospek BUMN dan Kepentingan Umum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 33-34.
7
kekuasaan, tetapi dipandang sebagai alat pelayanan dan agen pembangunan dalam ekosistem
digital saat ini.15
INFLUENCER
Jika dahulu pada media elektronik yakni TV dan Radio, pihak yang dapat membuat dan
menyebarkan informasi iklan/promosi adalah lembaga penyiaran yang terdiri atas lembaga
penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas dan lembaga
penyiaran berlangganan.16
Di media sosial, sektor bisnis saat ini kerap menggunakan influencer untuk melakukan iklan atas
produk atau jasanya. Influencer dapat menjangkau masyarakat luas dengan cepat dalam
mengenalkan merek.
Permasalahan akan muncul ketika influencer tidak memahami apa yang diiklankanya. Contohnya
adalah jika suatu produk dipasarkan hanya di suatu kalangan maka hal tersebut tidak menjadi
masalah, namun berbeda jika dipasarkan melalui media sosial maka produk tersebut harus
memiliki izin edar yang wajib diketahui oleh influencer sebelum menyebarkan informasi tersebut.
Bahwa yang menjadi hak konsumen adalah hak untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas
dan jujur.17
Influencer merupakan sebuatan untuk seorang pengguna media sosial yang mempunyai
pengaruh di dalam media sosial. Pengaruh yang dimaksud salah satunya berasal dari
kepopuleran yang dapat dilihat berdasarkan jumlah pengikut pada akun pribadi media sosial.
Adapun influencer dapat memiliki latar belakang:
o Artis
o Penyanyi
o Profesional
Terdapat beberapa jenis ataupun bentuk penyampaian informasi iklan di media sosial, yaitu:
15
Tasya Safiranita Ramli (et. Al), “Prinsip Cyber Law Pada Media Over The Top E-Commerce Berdasarkan
Transformasi Digital Di Indonesia”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 16 No. 3, 2019, hlm. 393.
16
Pasal 1 Angka 9 Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.
17
Pasal 4 Huruf c Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
8
Adapun kegiatan utama dari seorang influencer yakni mengiklankan atau mempromosikan, yang
menurut definisinya sebagai kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang
dan/atau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan dan
sedang diperdagangkan.18
Dengan adanya ketentuan dalam Undang-undang ITE pada Pasal 27, sebagai pengguna media
sosial dilarang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang termasuk perbuatan yang dilarang
dalam ketentuan ini. Influencer sebagai penyebar konten harus tunduk pada ketentuan tersebut.
Setelah itu regulasi yang harus diperhatikan influencer setelah itu adalah memperhatikan legalitas
dari produk ataupun jasa yang menjadi materi konten. Baik dalam hal influencer yang bekerja
sama dengan pelaku usaha atas perjanjian kerjasama maupun influencer sebagai pelaku usaha
dari produk atau jasa yang menjadi materi konten iklan. Berikut adalah aspek hukum terkait materi
konten iklan selanjutnya:
a. Mengelabui konsumen mengenai kulaitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang
dan /atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau jasa
b. Mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa
c. Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa
d. Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan/atau jasa
e. Mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang atau
persetujuan yang bersangkutan
f. Melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai periklanan
Adanya pelanggaran tersebut maka influencer dilarang melanjutkan peredaran iklan atau
melanjutkan promosinya.20 Pelaku usaha adalah pihak yang bertanggung jawab atas iklan yang
diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. 21 Hal tersebut merupakan
kewajiban pelaku usaha dan influencer untuk memenuhi salah satu hak konsumen yakni
18
Pasal 1 Angka 6 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
19
Pasal 17 Ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
20
Pasal 17 Ayat (2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
21
Pasal 20 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
9
mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa.
Pada peraturan perundangan lain yang terkait, yaitu Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2019
Tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik di Pasal 33 mengatur bahwa setiap pihak yang
membuat, menyediakan sarana, dan/atau menyebarluaskan iklan elektronik wajib memastikan
substansi atau materi iklan elektronik yang disampaikan tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan bertanggung jawab terhadap substansi/materi iklan
elektronik.
Influencer yang mempromosikan penipuan berkedok dapat dipidana karena melanggar ketentuan
Pasal 17 Ayat (1) huruf f yaitu pelaku usaha periklanan melanggar etika dan/atau ketentuan
perundang-undangan mengenai periklanan dengan ancaman pidana penjara paling lama 2 tahun
atau denda paling banyak Rp 500juta.22 Selain sanksi pidana bahwa konsumen juga dapat
mengadukan ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen atas pelanggaran Pasal 20 UU
Perlindungan Konsumen agar influencer dapat dikenai sanksi administratif berupa penetapan
ganti rugi maksimal Rp 200juta.23 Sanksi administratif dapat dikenakan terhadap influencer atas
pelanggaran Pasal 35 PP PMSE berupa peringatan tertulis, dimasukkan dalam daftar prioritas
pengawasan, dimasukkan dalam daftar hitam, pemblokiran sementara layanan PP PMSE
dalam/luar negeri dan/atau pencabutan izin usaha. Jika dalam ranah hukum keperdataan,
berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata tentang perbuatan melawan hukum.
22
Pasal 62 Ayat (2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
23
Pasal 60 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
10
TEORI HUKUM
Teori Instrumental
Cockfield & Priedmore dalam teori ini melihat bahwa teknologi adalah teknologi (technology is
technology) yaitu alat yang dikembangkan secara rasional untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
Prinsip pengembangan teknologi adalah rasionalitas dan efisiensi. Teknologi
menghadirkan/memberikan pilihan-pilihan yang rasional bagi masyarakat. Oleh karena itu
teknologi bersifat netral (tidak baik dan tidak buruk) yang terpisah dari proses ekonomi, politik,
sosial dan budaya. Teknologi dapat diterapkan secara objektif terlepas dari budaya sehingga
produktivitasnya dapat diukur. Ketika terjadi penyalahgunaan teknologi maka teori ini melihat
bahwa guns don’t kill people-people kill people. Orang yang menyalahgunakan teknologi adalah
pihak yang harus dipersalahkan dan bukan teknologi itu sendiri. Internet merupakan sarana atau
alat yang dapat digunakan untuk melayani tujuan penggunaan dari para pemakainya. Teknologi
tidak ada hubunganya dengan baik atau buruk dan dapat digunakan oleh siapapun.
Teori instrumental memberikan pendekatan yang konservatif, kaku dan melihat ke belakang
(backward-looking) dalam pembuatan regulasi. Pendekatan ini dikatakan sebagai pendekatan
teknologi adalah hukum. Pendekatan teori ini akan menekankan kebutuhan untuk mengikuti
hukum yang telah ada dengan menjaga konsistensi dan kepastian hukum dalam rangka
melindungi kepentingan masyarakat. Pembuat regulasi akan berusaha mengidentifikasi
kepentingan atau nilai baru yang timbul akibat perkembangan teknologi. Permasalahan yang
dapat timbul adalah ketika pembuat regulasi tidak berhasil mengidentifikasi yang akan
menimbulkan kekosongan hukum. Namun pendekatan ini akan mengakibatkan hukum selalu
tertinggal di belakang dan tidak dapat mensejajarkan posisi sesuai dengan perkembangan
teknologi.
14
TERHADAP PENGGUNA INTERNET”, JURNAL KOSMIK HUKUM, VOL. 18 NO. 1, 2018, HLM 68-69.
15
Banyak para ahli hukum meramalkan suatu konvergensi dalam hal implikasi dari globalisasi akan
memaksa tatanan hukum untuk berkonvergensi sehingga tercapainya efisiensi secara ekonomis
dikarenakan tatanan regulasi dari suatu tatanan hukum akan membuat satu sistem hukum saja
tidak akan mampu memberikan solusi yang optimal dari permasalahan-permasalahan yang
muncul.25 Argumentasi para ahli hukum tersebut didasarkan kepada ekivalensi fungsional, dimana
suatu sistem hukum dapat tampak berbeda karena mempunyai doktrin dan institusi berbeda
namun perbedaan dimaksud hanya pada permukaanya saja.26 Karena pada dasarnya institusi
dimaksud tetap mampu memenuhi fungsi yang sama dan serupa.27 Menyadari bahwa tatanan
hukum adalah secara substansial telah serupa maka akan membuat itu menjadi mudah untuk
menyatukan hukum juga secara formal.28
Bertambah pentingnya peranan teknologi di zaman modern ini dan pengaruhnya terhadap
kehidupan manusia serta lingkunganya telah menjadi faktor-faktor yang tidak dapat diabaikan. 29
Kesemuanya ini berarti bahwa proses pembentukan undag-undang harus dapat menampung
semua hal yang erat hubunganya dengan bidang atau masalah yang hendak diatur dengan
undang-undang itu, apabila perundang-undangan itu hendak merupakan suatu pengaturan hukum
yang efektif.30 Efektifnya produk perundang-undangan dalam penerapanya memerlukan perhatian
24
Nuno Garoupa dan Anthony Ogus, “A Strategic Interpertation of Legal Transplants”, Journal of Legal Studies, The
University of Chicago, 2006.
25
Danrivanto Budhijanto, “Pembentukan Hukum Yang Antisipatif Terhadap Perkembangan Zaman Dalam Dimensi
Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 14 No. 2, 2011, hlm. 229.
26
Ibid.
27
Ibid.
28
Ralf Michaels, “Two Paradigm of Jurisdiction”, Michigan Journal of International Law, Summer 2006. E.g., Konrad
Zweigert & Hein Kötz, Introduction to Comparative Law 24 (Tony Weir trans., 3d ed. 1998); Ugo Mattei, “A Transaction
Costs Approach to the European Civil Code”, 5 Eur. Rev. Priv. L. 537 (1997);
29
Danrivanto Budhijanto, “Pembentukan Hukum Yang Antisipatif Terhadap Perkembangan Zaman Dalam Dimensi
Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 14 No. 2, 2011, hlm. 229.
30
Ibid.
16
31
Ibid.
17
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
UNDANG-UNDANG ITE
Pasal 1 Angka 1 Informasi Elektronik Satu atau sekumpulan data
elektronik, termasuk tetapi
tidak terbatas pada:
“tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto, electronic
data interchange, surat
elektronik (electronic mail),
telegram, teleks, telecopy,
huruf, tanda, angka, kode
akses, simbol, perforasi”
Yang telah diolah yang
memiliki arti atau dapat
dipahami oleh orang yang
mampu memahaminya
Pasal 1 Angka 4 Dokumen Elektronik Setiap informasi elektronik
yang dibuat, diteruskan,
dikirimkan, diterima, disimpan
dalam bentuk:
“analog, digital,
elektromagnetik, optikal”
Atau sejenisnya, yang dapat
dilihat, ditampilkan, dan/atau
didengar melalui Komputer
atau Sistem Elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas
pada
“tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto, huruf, tanda,
angka, kode akses, simbol,
perforasi”
Yang memiliki makna atau arti
atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu
memahaminya
Pasal 1 Angka 3 Teknologi Informasi Adalah suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memproses,
mengumumkan, menganalisis
dan/atau menyebarkan
informasi
Pasal 1 Angka 5 Sistem Elektronik Adalah serangkaian perangkat
dan prosedur elektronik yang
berfungsi mempersiapkan,
18
mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, menyimpan,
menampilkan,
mengumumkan, mengirimkan,
dan/atau menyebarkan
informasi elektornik
Pasal 1 Angka 6 Penyelenggaraan Sistem Adalah pemanfaatan sistem
Elektronik elektronik oleh penyelenggara
negara, orang, badan usaha,
dan/atau masyarakat
Pasal 1 Angka 6a Penyelenggara Sistem Adalah setiap orang,
Elektronik penyelenggara negara, badan
usaha, dan masyarakat yang
menyediakan, mengelola,
dan/atau mengoperasikan
sistem elektronik, baik secara
sendiri-sendiri maupun
bersama-sama kepada
pengguna sistem elektronik
untuk keperluan dirinya
dan/atau keperluan pihak lain.
Pasal 1 Angka 18 Pengirim Adalah subjek hukum yang
mengirimkan informasi
elektronik dan/atau dokumen
elektronik
Pasal 1 Angka 19 Penerima Adalah subjek hukum yang
mengirimkan informasi
elektronik dan/atau dokumen
elektronik
Penjelasan o “Mendistribusikan”
adalah mengirimkan
dan/atau menyebarkan
informasi elektronik
dan/atau dokumen
elektronik kepada
banyak orang atau
19
Undang-Undang No. 11 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 32 Tahun 1997
Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi
Pasal 1 Angka 1 Perdagangan Berjangka Atau Perdagangan Berjangka
Komoditi adalah segala sesautu yang
berkaitan dengan jual beli
Komoditi dengan penarikan
Margin dan dengan
penyelesaian kemudian
berdasarkan Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif
Syariah, dan/atau Kontrak
Derivatif lainnya
Pasal 1 Angka 2 Komoditi Adalah semua “barang, jasa,
hak, kepentingan lainnya,
setiap derivatif dari Komodiit”
yang dapat diperdagangkan
dan menjadi subjek Kontrak
Berjangka, Kontrak derivatif
Syariah, dan/atau Kontrak
Derivatif lainnya
Pasal 1 Angka 4 Bursa Berjangka Adalah badan usaha yang
menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan/atau
sarana untuk kegiatan jual beli
komoditi berdasarkan kontrak
berjangka, kontrak derivatif
syariah, dan/atau kontrak
derivatif lainnya.
Pasal 1 Angka 5 Kontrak Berjangka Adalah suatu bentuk kontrak
standar untuk membeli atau
menjual Komoditi dengan
penyelesaian kemudian
sebagaimana ditetapkan di
dalam kontrak yang
diperdagangkan di Bursa
Berjangka
Pasal 1 Angka 6 Kontrak Derivatif Adalah kontrak yang nilai dan
harganya bergantung pada
21
subjek Komoditi
Pasal 1 Angka 7 Kontrak Derivatif Syariah Adalah kontrak derivatif yang
sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah
Pasal 1 Angka 8 Opsi Adalah kontrak yang
memberikan hak kepada
pembeli untuk membeli atau
menjual Kontrak Berjangka
atau Komoditi tertentu pada
tingkat harga, jumlah, dan
jangka waktu tertentu yang
telah ditetapkan terlebih
dahulu dengan membayar
sejumlah premi
Pasal 1 Angka 15 Anggota Bursa Berjangka Adalah Pihak yang
mempunyai hak untuk
menggunakan sistem
dan/atau sarana Bursa
Berjangka dan hak untuk
melakukan transaksi Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif
Syariah, dan/atau Kontrak
Derivatif lainnya sesuai
dengan peraturan dan tata
tertib Bursa Berjangka
Pasal 1 Angka 17 Pialang Perdagangan Yang selanjutnya disebut
Berjangka Komoditi Pialang Berjangka adalah
badan usaha yang melakukan
kegiatan jual beli Komoditi
berdasarkan Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif
Syariah, dan/atau Kontrak
Derivatif lainnya atas amanat
Nasabah dengan menarik
sejumlah uang dan/atau surat
berharga tertentu sebagai
Margin untuk menjamin
transaksi tersebut
f. Memberi kompensasi,
ganti rugi dan/atau
penggantian atas
kerugian akibat
penggunaan,
pemakaian dan
pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang
diperdagangkan
g. kompensasi, ganti rugi
dan/atau penggantian
atas kerugian akibat
penggunaan,
pemakaian dan
pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang
diperdagangkan
Pasal 7 huruf e Penjelasan Barang dan/atau jasa tertentu
adalah barang yang dapat
diuji atau dicoba tanpa
mengakibatkan kerusakan
atau kerugian
kemanjuran sebagaimana
dinyatakan dalam label,
etiket atau keterangan
barang an/atau jasa
tersebut
e. Tidak sesuai dengan
mutu, tingkatan,
komposisi, proses
pengolahan, gaya, mode,
atau penggunaan tertentu
sebagaimana dinyatakan
dalam label atau
keterangan barang
dan/atau jasa tersebut
f. Tidak sesuai dengan janji
yang dinyatakan dalam
label, etiket, keterangan,
iklan atau promosi
penjualan barang
dan/atau jasa tersebut
g. Tidak mencantumkan
tanggal kadaluwarsa atau
jangka waktu
penggunaan/pemanfaatan
yang paling baik atas
barang tertentu
h. Tidak mengikuti ketentuan
berproduksi secara halal,
sebagaimana pernyataan
"halal" yang dicantumkan
dalam label
i. Tidak memasang label
atau membuat penjelasan
barang yang memuat
nama barang, ukuran,
berat/isi bersih atau netto,
komposisi, aturan pakai,
tanggal pembuatan,
akibat sampingan, nama
dan alamat pelaku usaha
serta keterangan lain
untuk penggunaan yang
menurut ketentua harus
dipasang/dibuat
j. Tidak mencantumkan
inforamsi dan/atau
petunjuk penggunaan
barang dalam bahasa
indonesia sesuai dengan
ketentuan perundang-
undangan yang berlaku
Ayat (2) Pelaku usaha dilarang
memperdagangkan barang yang
25
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik
Pasal 1 Angka 11 Pengguna Sistem Elektronik Adalah setiap orang,
penyelenggara negara, badan
usaha, dan masyarakat yang
memanfaatkan barang, jasa,
fasilitas, atau informasi yang
disediakan oleh
penyelenggara sistem
elektronik
26
ISTILAH
32
Danrivanto Budhijanto, “Pembentukan Hukum Yang Antisipatif Terhadap Perkembangan Zaman Dalam Dimensi
Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 14 No. 2, 2011, hlm. 226.