Anda di halaman 1dari 32

Kebijakan Legislasi di Indonesia

dalam Rangka
Pembangunan Teknologi Informasi

Materi Kuliah-9

Prof. Dr. I Gede AB Wiranata, S.H., M.H.


Landasan pemikiran
• Internet sebagai jaringan publik yang
sangat besar (huge/widespread network),
layaknya yang dimiliki suatu jaringan
publik elektronik, yaitu murah, cepat dan
kemudahan akses.
• electronic data sebagai media
penyampaian pesan/data sehingga dapat
dilakukan pengiriman dan penerimaan
informasi secara mudah dan ringkas, baik
dalam bentuk data elektronik analog
maupun digital.
Di bidang perdagangan:
• Freedom of Commerce atau prinsip
kebebasan berniaga. Niaga ini diartikan
luas dari sekedar ebebasan berdagang
(Freedom of Trade). Niaga disini
mencakup segala kegiatan yang
berkaitan dengan perekonomian dan
perdagangan. Jadi setiap negara
memiliki kebebasan untuk berdagang
dengan pihak atau negara manapun di
dunia .
Di bidang perdagangan:

• Freedom of Communication (kebebasan


berkomunikasi, yaitu bahwa setiap
negara memiliki kebebasan untuk
memasuki wilayah negara lain, baik
melalui darat atau laut untuk melakukan
transaksi-transaksi perdagangan
internasional)
Catatan…..
• koneksi ke internet adalah merupakan
bentuk transaksi beresiko tinggi yang
dilakukan di media yang tidak aman.
• Kelemahan yang dimiliki oleh internet
sebagai jaringan publik yang tidak
aman tersebut memang telah dapat
diminimalisasi dengan adanya
penerapan teknologi penyandian
informasi (Crypthography).
Perlu perenungan……
• Teknologi digital yang digunakan
untuk mengimplementasikan dunia
cyber memiliki kelebihan dalam hal
duplikasi atau regenerasi. Data digital
dapat direproduksi dengan sempurna
seperti aslinya tanpa mengurangi
kualitas data asilnya.
( Arianto Mukti Wibowo, 1998).
• Electronic data transmission dalam transaksi
elektronik (e-commerce) disekuritisasi
dengan melakukan proses enkripsi (dengan
rumus algoritma) sehingga menjadi
cipher/locked data yang hanya bisa
dibaca/dibuka dengan melakukan proses
reversal yaitu proses dekripsi sebelumnya
telah banyak diterapkan dengan adanya
sistem sekuriti seperti SSL, Firewall.
• Perlu diperhatikan bahwa, kelemahan
hakiki dari open network yang telah
dikemukakan tersebut semestinya
dapat diantisipasi atau diminimalisasi
dengan adanya sistem pengamanan
jaringan yang juga menggunakan
kriptografi terhadap data dengan
menggunakan sistem pengamanan
dengan Digital Signature
Jadi, masalahnya……
• apakah dibutuhkan sebuah hukum baru yang
bergerak di ruang cyber, sebuah cyberlaw?
• Jika dibuat sebuah hukum baru, manakah
batas teritorinya? Riil atau virtual?
• Apakah hukum ini hanya berlaku untuk
cybercommunity – komunitas orang di dunia
cyber yang memiliki kultur, etika, dan aturan
sendiri – saja?
• Bagaimana jika efek atau dampak dari
(aktivitas di) dunia cyber ini dirasakan oleh
komunitas di luar dunia cyber itu sendiri?
Atau apakah kita dapat
dan cukup menggunakan
dan menyesuaikan
hukum yang sudah ada
saat ini?
• Pemerintah memiliki hak/legalitas atas
pengaturan transaksi elektronik,
sehingga dilahirkan berbagai bentuk
kebijakan legislasi.
prediksi ancaman keamanan dari perusahaan
keamanan sistem McAfee Avert Labs:

– Identity theft pencurian password via fake website:


misalnya eBay dan yahoo.
– Spamming
– Video sharing yg ditunggangi malware.
– Ponsel attack
– Adware potentially unwanted programme (PUPs)
– Pencurian data dan penghilangan data
– Botsnet
– Malware parasitik atau virus yg memodifikasi
file/media penyimpanan
– Jumlah rootkit di paltform 32 bit makin banyak
– Kelemahan sistem
Beberapa kebijakan pemerintah
• UNDANG-UNDANG NOMO 33 TAHUN
1989 TENTANG TELEKOMUNIKASI
• UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN
1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK
MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK
SEHAT
• UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN
1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI
• UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN
2002 TENTANG HAK CIPTA
Beberapa kebijakan pemerintah
• UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN
2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK
SIRKUIT TERPADU
• UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN
2001 TENTANG PATEN
• UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN
2001 TENTANG MEREK
• UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN
2003 TENTANG PENYIARAN
Beberapa kebijakan pemerintah
• KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997
TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN
PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 1979
PENGESAHAN PARIS CONVENTION FOR THE
PROTECTION OF INDUSTRIAL PROPERTY
DAN CONVENTION ESTABLISHING THE
WORLD INTELLECTUAL PROPERTY
ORGANIZATION
Beberapa kebijakan pemerintah
• KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997
TENTANG PENGESAHAN BERNE
CONVENTION FOR THE PROTECTION OF
LITERARY AND ARTISTIC WORKS
• KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1988
TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN
MENGENAI PERLINDUNGAN HAK CIPTA
ATAS REKAMAN SUARA ANTARA REPUBLIK
INDONESIA DAN MASYARAKAT EROPA
Beberapa kebijakan pemerintah
• KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1989
TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN
MENGENAI PERLINDUNGAN HAK CIPTA
ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN
AMERIKA SERIKAT
• KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1993
TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT
BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE
REPUBLIC OF INDONESIA AND THE
GOVERNMENT OF AUSTRALIA CONCERNING
THE PROTECTION AND ENFORCEMENT OF
COPYRIGHT
Beberapa kebijakan pemerintah
• KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 56 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN
AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE
REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT
OF THE UNITED KINGDOM OFGREAT BRITAIN AND
NOTHERN IRELAND ON COPYRIGHT PROTECTION
• KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 1979
PENGESAHAN PARIS CONVENTION FOR THE
PROTECTION OF INDUSTRIAL PROPERTY DAN
CONVENTION ESTABLISHING THE WORLD
INTELLECTUAL PROPERTY ORGANIZATION
Beberapa kebijakan pemerintah

• KEPPRES NOMOR 18 TAHUN 1996


TENTANG PENGESAHAN CONVENTION
AND CONSTITUTION INTERNATIONAL
TELECOMMUNICATION UNION.
• RANCANGAN KITAB UNDANG-
UNDANG HUKUM PIDANA
Perkembangan Cyberlaw di
Indonesia
• Inisiatif untuk membuat “cyberlaw” di
Indonesia sudah dimulai sebelum tahun 1999.
• Fokus utama waktu itu adalah pada “payung
hukum” yang generik dan sedikit mengenai
transaksi elektronik. Pendekatan “payung” ini
dilakukan agar ada sebuah basis yang dapat
digunakan oleh undang-undang dan peraturan
lainnya. Karena sifatnya yang generik,
diharapkan rancangan undang-undang
tersebut cepat diresmikan dan kita bisa maju
ke yang lebih spesifik. Namun pada
kenyataannya hal ini tidak terlaksana.
rancangan “cyberlaw” Indonesia.

• kejahatan di dunia maya (cybercrime),


• penyalahgunaan penggunaan komputer,
• hacking,
• membocorkan password,
• electronic banking,
• pemanfaatan internet untuk pemerintahan (e-
government) dan kesehatan,
• masalah HaKI,
• penyalahgunaan nama domain,
• masalah privasi.
• dll
• Pada 25 Maret 2008, DPR telah
mengesahkan rancangan Undang-
undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE) dan tinggal
menunggu penandatanganan oleh
Presiden.
• Pengesahan ini merupakan sesuatu
yang menggembirakan dan telah
ditunggu-tunggu oleh banyak pihak
untuk keluar dari pe-ngucilan dunia
internasional. Sayangnya, masyarakat
terlalu terfokus pada larangan atas
pornografi internet dalam UU ITE
sehingga melupakan esensi dari UU
ITE itu sendiri.
Catatan:
• UU ITE juga merupakan terobosan
hukum yang dianggap mampu
mendorong perkembangan informasi
dan teknologi (IT), dunia usaha dan
bahkan kepentingan publik sehingga
mampu mewujudkan fungsi hukum
sebagai alat rekayasa sosial (Roscoe
Pound).
Pengakuan Bukti elektronik bukan sesuatu yg baru….

• keputusan pengadilan atas kasus


pergantian tampilan (deface) situs
resmi KPU serta Partai Golkar termasuk
segelintir keputusan yang mengakui
informasi dan dokumen elektronik
sebagai alat bukti. Pengakuan ini
diberikan dengan cara penafsiran
diperluas terhadap salah satu alat bukti
yang sah dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) yaitu petunjuk.
• Manfaat terbesar dari UU ITE adalah yang
diberikannya kepada publik. Keberpihakan UU
ITE terhadap kepentingan publik terlihat dari
batang tubuh UU ITE yang di-mulai dengan
menyatakan bahwa UU ITE juga berlaku untuk
setiap orang yang melakukan perbuatan
hukum di luar wilayah hukum Indonesia yang
memiliki akibat hukum di wilayah hukum
Indonesia dan merugikan kepentingan
Indonesia.
• Sifat extra territorial dari UU ITE ini
memungkinkan pelanggar-
pelanggar hukum yang melakukan
aksi kriminal maya (cyber crime) di
negara lain untuk dihukum
berdasarkan hukum Indonesia.
• Kontrol sosial yang diberikan oleh UU
ITE juga terlihat dari pelarangan atas
distribusi informasi atau dokumen
elektronik yang memiliki muatan
penghinaan atau pencemaran nama
baik, atau yang dapat menimbulkan
rasa kebencian kepada kelompok
tertentu berdasarkan SARA.
Catatan penutup
• Salah satu kehebatan dari
teknologi informasi – termasuk di
dalamnya adalah teknologi
komputer dan telekomunikasi –
adalah adanya siklus inovasi yang
cepat.
Akibatnya produk yang
terkait dengan teknologi
informasi menjadi semakin
baik dan semakin murah.

Investasi dua tahun


yang lalu jika dilihat
Nampaknya harus
dari kacamata saat ini
ada lebih banyak
akan terlihat sebagai
edukasi mengenai
salah investasi, atau
teknologi terhadap
lebih parah lagi
penegak hukum.
dianggap sebagai
upaya korupsi.
•Terimakasih,-

32

Anda mungkin juga menyukai