Landasan pemikiran • Internet sebagai jaringan publik yang sangat besar (huge/widespread network), layaknya yang dimiliki suatu jaringan publik elektronik, yaitu murah, cepat dan kemudahan akses. • electronic data sebagai media penyampaian pesan/data sehingga dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan informasi secara mudah dan ringkas, baik dalam bentuk data elektronik analog maupun digital. Di bidang perdagangan: • Freedom of Commerce atau prinsip kebebasan berniaga. Niaga ini diartikan luas dari sekedar ebebasan berdagang (Freedom of Trade). Niaga disini mencakup segala kegiatan yang berkaitan dengan perekonomian dan perdagangan. Jadi setiap negara memiliki kebebasan untuk berdagang dengan pihak atau negara manapun di dunia . Di bidang perdagangan:
• Freedom of Communication (kebebasan
berkomunikasi, yaitu bahwa setiap negara memiliki kebebasan untuk memasuki wilayah negara lain, baik melalui darat atau laut untuk melakukan transaksi-transaksi perdagangan internasional) Catatan….. • koneksi ke internet adalah merupakan bentuk transaksi beresiko tinggi yang dilakukan di media yang tidak aman. • Kelemahan yang dimiliki oleh internet sebagai jaringan publik yang tidak aman tersebut memang telah dapat diminimalisasi dengan adanya penerapan teknologi penyandian informasi (Crypthography). Perlu perenungan…… • Teknologi digital yang digunakan untuk mengimplementasikan dunia cyber memiliki kelebihan dalam hal duplikasi atau regenerasi. Data digital dapat direproduksi dengan sempurna seperti aslinya tanpa mengurangi kualitas data asilnya. ( Arianto Mukti Wibowo, 1998). • Electronic data transmission dalam transaksi elektronik (e-commerce) disekuritisasi dengan melakukan proses enkripsi (dengan rumus algoritma) sehingga menjadi cipher/locked data yang hanya bisa dibaca/dibuka dengan melakukan proses reversal yaitu proses dekripsi sebelumnya telah banyak diterapkan dengan adanya sistem sekuriti seperti SSL, Firewall. • Perlu diperhatikan bahwa, kelemahan hakiki dari open network yang telah dikemukakan tersebut semestinya dapat diantisipasi atau diminimalisasi dengan adanya sistem pengamanan jaringan yang juga menggunakan kriptografi terhadap data dengan menggunakan sistem pengamanan dengan Digital Signature Jadi, masalahnya…… • apakah dibutuhkan sebuah hukum baru yang bergerak di ruang cyber, sebuah cyberlaw? • Jika dibuat sebuah hukum baru, manakah batas teritorinya? Riil atau virtual? • Apakah hukum ini hanya berlaku untuk cybercommunity – komunitas orang di dunia cyber yang memiliki kultur, etika, dan aturan sendiri – saja? • Bagaimana jika efek atau dampak dari (aktivitas di) dunia cyber ini dirasakan oleh komunitas di luar dunia cyber itu sendiri? Atau apakah kita dapat dan cukup menggunakan dan menyesuaikan hukum yang sudah ada saat ini? • Pemerintah memiliki hak/legalitas atas pengaturan transaksi elektronik, sehingga dilahirkan berbagai bentuk kebijakan legislasi. prediksi ancaman keamanan dari perusahaan keamanan sistem McAfee Avert Labs:
– Identity theft pencurian password via fake website:
misalnya eBay dan yahoo. – Spamming – Video sharing yg ditunggangi malware. – Ponsel attack – Adware potentially unwanted programme (PUPs) – Pencurian data dan penghilangan data – Botsnet – Malware parasitik atau virus yg memodifikasi file/media penyimpanan – Jumlah rootkit di paltform 32 bit makin banyak – Kelemahan sistem Beberapa kebijakan pemerintah • UNDANG-UNDANG NOMO 33 TAHUN 1989 TENTANG TELEKOMUNIKASI • UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT • UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI • UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA Beberapa kebijakan pemerintah • UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU • UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN • UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK • UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG PENYIARAN Beberapa kebijakan pemerintah • KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 1979 PENGESAHAN PARIS CONVENTION FOR THE PROTECTION OF INDUSTRIAL PROPERTY DAN CONVENTION ESTABLISHING THE WORLD INTELLECTUAL PROPERTY ORGANIZATION Beberapa kebijakan pemerintah • KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN BERNE CONVENTION FOR THE PROTECTION OF LITERARY AND ARTISTIC WORKS • KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS REKAMAN SUARA ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN MASYARAKAT EROPA Beberapa kebijakan pemerintah • KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1989 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HAK CIPTA ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT • KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1993 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF AUSTRALIA CONCERNING THE PROTECTION AND ENFORCEMENT OF COPYRIGHT Beberapa kebijakan pemerintah • KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE UNITED KINGDOM OFGREAT BRITAIN AND NOTHERN IRELAND ON COPYRIGHT PROTECTION • KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 1979 PENGESAHAN PARIS CONVENTION FOR THE PROTECTION OF INDUSTRIAL PROPERTY DAN CONVENTION ESTABLISHING THE WORLD INTELLECTUAL PROPERTY ORGANIZATION Beberapa kebijakan pemerintah
• KEPPRES NOMOR 18 TAHUN 1996
TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AND CONSTITUTION INTERNATIONAL TELECOMMUNICATION UNION. • RANCANGAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA Perkembangan Cyberlaw di Indonesia • Inisiatif untuk membuat “cyberlaw” di Indonesia sudah dimulai sebelum tahun 1999. • Fokus utama waktu itu adalah pada “payung hukum” yang generik dan sedikit mengenai transaksi elektronik. Pendekatan “payung” ini dilakukan agar ada sebuah basis yang dapat digunakan oleh undang-undang dan peraturan lainnya. Karena sifatnya yang generik, diharapkan rancangan undang-undang tersebut cepat diresmikan dan kita bisa maju ke yang lebih spesifik. Namun pada kenyataannya hal ini tidak terlaksana. rancangan “cyberlaw” Indonesia.
• kejahatan di dunia maya (cybercrime),
• penyalahgunaan penggunaan komputer, • hacking, • membocorkan password, • electronic banking, • pemanfaatan internet untuk pemerintahan (e- government) dan kesehatan, • masalah HaKI, • penyalahgunaan nama domain, • masalah privasi. • dll • Pada 25 Maret 2008, DPR telah mengesahkan rancangan Undang- undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan tinggal menunggu penandatanganan oleh Presiden. • Pengesahan ini merupakan sesuatu yang menggembirakan dan telah ditunggu-tunggu oleh banyak pihak untuk keluar dari pe-ngucilan dunia internasional. Sayangnya, masyarakat terlalu terfokus pada larangan atas pornografi internet dalam UU ITE sehingga melupakan esensi dari UU ITE itu sendiri. Catatan: • UU ITE juga merupakan terobosan hukum yang dianggap mampu mendorong perkembangan informasi dan teknologi (IT), dunia usaha dan bahkan kepentingan publik sehingga mampu mewujudkan fungsi hukum sebagai alat rekayasa sosial (Roscoe Pound). Pengakuan Bukti elektronik bukan sesuatu yg baru….
• keputusan pengadilan atas kasus
pergantian tampilan (deface) situs resmi KPU serta Partai Golkar termasuk segelintir keputusan yang mengakui informasi dan dokumen elektronik sebagai alat bukti. Pengakuan ini diberikan dengan cara penafsiran diperluas terhadap salah satu alat bukti yang sah dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu petunjuk. • Manfaat terbesar dari UU ITE adalah yang diberikannya kepada publik. Keberpihakan UU ITE terhadap kepentingan publik terlihat dari batang tubuh UU ITE yang di-mulai dengan menyatakan bahwa UU ITE juga berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum di luar wilayah hukum Indonesia yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia. • Sifat extra territorial dari UU ITE ini memungkinkan pelanggar- pelanggar hukum yang melakukan aksi kriminal maya (cyber crime) di negara lain untuk dihukum berdasarkan hukum Indonesia. • Kontrol sosial yang diberikan oleh UU ITE juga terlihat dari pelarangan atas distribusi informasi atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan atau pencemaran nama baik, atau yang dapat menimbulkan rasa kebencian kepada kelompok tertentu berdasarkan SARA. Catatan penutup • Salah satu kehebatan dari teknologi informasi – termasuk di dalamnya adalah teknologi komputer dan telekomunikasi – adalah adanya siklus inovasi yang cepat. Akibatnya produk yang terkait dengan teknologi informasi menjadi semakin baik dan semakin murah.
Investasi dua tahun
yang lalu jika dilihat Nampaknya harus dari kacamata saat ini ada lebih banyak akan terlihat sebagai edukasi mengenai salah investasi, atau teknologi terhadap lebih parah lagi penegak hukum. dianggap sebagai upaya korupsi. •Terimakasih,-