Anda di halaman 1dari 23

Pergeseran Norma Hukum Waris Pada Masyarakat Adat Patrilineal

Sonny D. Judiasih, Afifah Syakira, Natalia Karelina,


Noer A. Januariska,Purri Trirani, Zeira Nabilla
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
natalkarel@gmail.com

Submit: 26-09-2020; Review: 11-12-2020; Terbit: 21-06-2021

Abstract
In patrilineal system, the familial line is descended from the male side of the
family, whereas the female could not be regarded as the heir to the family. This
study aims to analyze the change of the norms in patrilineal inheritance system,
using legal normative research mainly from literature studies. The result of this
study shows that there is a change towards the recognition of the rights of widows
and female descendants in terms of inheritance. It is mainly caused by some
aspects, such as religions, lifestyles, which weaken the communal attachment, and
the increase of women’s roles within the family. The changes of the norms are
also acknowledged and applied in several yurisprudences, which indicates that
they have been legally accepted and therefore function as legal references.
However, the changes of the norms is not broadly applied for the whole
patrilineal indigenous people, but only within certain groups, in line with the
persuasive force of jurisprudence that is acknowledged in Indonesia.

Keywords: Adat Law, Inheritance Customary Law, Patrilineal Inheritance


Customary Law.

Abstrak
Sistem kekerabatan patrilineal murni menjadikan anak laki-laki sebagai
waris dari pihak bapak, sedangkan anak perempuan tidak dapat berkedudukan
sebagai ahli waris. Namun, seiring dengan perkembangan yang ada terdapat
perubahan kedudukan laki-laki dan perempuan dalam lingkup keluarga maupun
masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengkaji pergeseran corak/norma hukum
waris adat patrilineal akibat perubahan-perubahan yang terjadi. Metode penelitian
yang digunakan adalah yuridis normatif dengan mengutamakan penelusuran
literatur. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi pergeseran norma hukum
waris adat dalam masyarakat patrilineal yang mengakui kedudukan anak
perempuan sebagai ahli waris dan janda sebagai pihak yang berhak atas harta
warisan suaminya. Pergeseran tersebut didasarkan pada beberapa aspek seperti
pengaruh agama, perkembangan gaya hidup yang mengakibatkan menurunnya
ikatan komunal, dan peningkatan peran perempuan di dalam keluarga. Pengakuan
kedudukan anak perempuan dan janda ketika terjadi pewarisan diakui dalam
beberapa putusan, sehingga beberapa putusan tersebut merupakan yurisprudensi
dan dapat menjadi suatu acuan hukum yang menggambarkan terjadinya
pergeseran hukum waris adat patrilienal. Namun, pergeseran norma hukum waris
adat patrilineal tersebut hanya terjadi di beberapa kelompok/kalangan tertentu saja
tergantung pada perkembangan budaya serta kebutuhan dari kalangan yang

65
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 66

bersangkutan sesuai dengan prinsip persuasive force of precedent yang berlaku di


Indonesia.

Kata Kunci: Hukum Adat, Hukum Waris Adat, Hukum Waris Adat
Patrilineal.

Pendahuluan Bumiputera. Untuk masyarakat yang


Pada dasarnya pewarisan beragama Islam, maka hukum waris
adalah suatu perpindahan segala Islam juga dapat diberlakukan.
hak dan kewajiban seseorang Setelah Indonesia merdeka, maka
yang meninggal kepada para pada dasarnya ketentuan hukum
ahli warisnya. Adapun pengertian yang berlaku pada masa penjajahan
dari hukum waris adalah hukum tetap diberlakukan selama belum ada
yang mengatur tentang peralihan peraturan terbaru yang mengaturnya
harta kekayaan yang ditinggalkan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal
seseorang yang meninggal serta I Aturan Peralihan Undang-Undang
akibatnya bagi para ahli warisnya Dasar 1945 (UUD 1945). Dengan
(Effendi Perangin, 2018 : 3 ). demikian, hukum waris adat masih
Hukum waris di Indonesia dapat diberlakukan bagi masyarakat
bersifat pluralistik, yakni terdapat golongan Bumiputera di Indonesia.
hukum waris Eropa (menurut Kitab Pemberlakuan hukum adat di
Undang-Undang Hukum Perdata), Indonesia juga diakui sebagaimana
hukum waris Islam, dan hukum dalam Pasal 18B ayat (2) UUD 1945
waris adat. Adanya pluraristik sepanjang masih hidup dan sesuai
hukum tersebut tidak dapat dengan perkembangan dan prinsip
dilepaskan dari adanya pembagian Negara Kesatuan Indonesia.
hukum dan golongan pada masa Sistem kewarisan di indonesia
penjajahan (Pasal 131 dan Pasal 163 tidak dapat dipisahkan dari sistem
Indische Staatregeling) sehingga kekeluargaan yang ada di masing-
hukum waris Barat berlaku untuk masing masyarakat hukum adat
golongan Eropa dan Timur Asing (Sonny Dewi Judiasih, Hazar
Tionghoa sedangkan hukum waris Kusmayanti, dan Deviana
adat berlaku bagi golongan Yuanitasari, 2020 : 68). Hukum adat
67 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

di Indonesia memiliki 3 (tiga) sistem dalam rangka pembangunan hukum


kekeluargaan yaitu patrilineal, nasional yang menuju ke arah
matrilineal, dan parental. Dengan peraturan perundang-undangan.
demikian, hukum waris adat itu Unsur-unsur kejiwaan hukum adat
sendiri bersifat pluralistik yang berisikan kepribadian bangsa
dikarenakan terdapat sistem Indonesia perlu dimasukkan ke
kekerabatan yang berbeda. Sistem dalam peraturan hukum baru agar
kekeluargaan patrilineal menarik hukum yang baru itu sesuai dengan
sistem keturunan dari garis dasar keadilan dan perasaan hukum
keturunan ayah atau leluhur laki-laki. masyarakat Indonesia. Beragam
Pada sistem kekeluargaan matrilineal, permasalahan yang timbul dalam
ditarik garis keturunan dari ibu atau kehidupan masyarakat tersebut sudah
keturunan leluhur perempuan. pasti menghendaki pemecahan atau
Sedangkan sistem parental menarik solusi yang secepat dan segera
garis keturunan baik dari pihak ayah mungkin dalam rangka menjaga
maupun ibu, sehingga pada sistem kenyamanan dan ketenteraman itu
ini tidak ada perbedaan antara sendiri (Bravo Nangka, 2019 : 145).
kedudukan ayah maupun ibu. Hukum Hukum adat pada satu sisi akan
waris adat juga memperhatikan asas berhadapan, berkompetensi, saling
kesamaan hak, kerukunan dan mempengaruhi, atau bahkan
kekeluargaan, ke Tuhanan, bergerak mendekat pola-pola baru
musyawarah dan mufakat, dan (Sonny Dewi Judiasih, Hazar
keadilan serta parimirma. (Hilman Kusmayanti, dan Deviana
Hadikusuma, 2015 : 21). Yuanitasari, 2020 : 84). Dewasa ini
Perpindahan harta warisan harus terdapat perubahan nilai-nilai dan
mampu dilakukan dengan jalan pola pikir dalam masyarakat,
kekeluargaan, dengan menjadikan khususnya dalam masyarakat
musyawarah dan kebersamaan patrilineal terkait hak dan kedudukan
sebagai rujukannya. perempuan di dalamnya. Pada
Hukum adat merupakan salah mulanya pewarisan patrilineal
satu sumber hukum yang penting ditujukan kepada anak laki-laki
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 68

dikarenakan anak laki-laki memiliki putusan tersebut pada dasarnya


peran dan tanggung jawab yang mengakui hak anak perempuan
besar sebagai penerus garis sebagai ahli waris, mengakui hak
keturunan keluarga dan pengganti janda atas harta gono gini, atau
kedudukan bapak. Hal tersebut tidak mengakui hak janda sebagai ahli
demikian dengan isteri maupun anak waris dari suaminya. Hal itu
perempuan, sehingga terhadap menunjukkan bahwa pergeseran
mereka tidak diberi hak apapun. norma hukum waris adat patrilineal
Dengan berkembangnya gaya hidup memang terjadi dan diakui menurut
dan pola pikir masyarakat, maka hukum bahkan hingga saat ini.
beberapa masyarakat adat tidak lagi Penelitian dalam rangka pembuatan
menerapkan corak-corak perilaku artikel ini mengkaji lebih lanjut
dan hukum adat sepenuhnya seperti mengenai pergeseran norma-norma
masyarakat terdahulu. Peran dan hukum waris adat patrilineal pada
kedudukan isteri serta anak masyarakat adat tersebut, khususnya
perempuan secara sosial budaya yang berkaitan dengan masyarakat
mengalami perubahan, dimana isteri patrilineal Bali, Batak, dan Lampung,
dan anak perempuan turut memiliki terkait hak dan kedudukan anak
peran dalam mengurus kepentingan perempuan dan isteri/janda dalam hal
keluarga. Selain daripada itu, pewarisan. Dengan demikian,
terdapat pula beberapa putusan atau identifikasi masalah yang akan
yurisprudensi yang juga mengakui dibahas adalah: 1) Bagaimana
kedudukan anak perempuan dan pergeseran norma hukum waris pada
janda dalam hal pewarisan pada masyarakat adat patrilineal, terutama
perkembangannya, mulai dari dalam kaitannya dengan kedudukan
Putusan Mahkamah Agung Nomor serta hak anak perempuan maupun
No. 179/K/Sip/1961 di tahun 1961 janda dalam pewarisan? 2)
hingga putusan yang di tahun-tahun Bagaimana pengaruh yurisprudensi
terakhir ini dikeluarkan seperti terhadap pergeseran hukum waris
contohnya Putusan Nomor pada masyarakat adat patrilineal?
35/PDT/2016/PT.DPS. Putusan-
69 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

Metode Penelitian mana terjadi apabila seorang ayah


Untuk mengkaji permasalahan hanya memiliki keturunan
diatas, maka jenis penelitian yang perempuan. Anak sulung pria
digunakan dalam penulisan ini memiliki tanggung jawab sebagai
adalah penelitian yuridis normatif kepala rumah tangga, baik dalam
yang mengutamakan penelusuran kedudukan adat maupun terhadap
literatur, dengan pendekatan kekayaan keluarganya (Hilman
perundang-undangan, pendekatan Hadikusuma, 2015 : 73).
konsep, dan pendekatan historis. Anak sulung pria pada dasarnya
Bahan-bahan hukum yang diperoleh, memiliki kedudukan sebagai
dikumpulkan, dan disusun secara pengganti orang tua yang telah
sistematis selanjutnya dianalisis dan meninggal dalam mengurus keluarga
dikaji keterkaitannya satu sama lain. (Ni Luh Gede Praresti Dangin, 2015
: 8). Anak perempuan akan
Hasil dan Pembahasan meninggalkan keluarga dan masuk
Pergeseran Norma Hukum Waris ke dalam keluarga suaminya. Atas
Adat Patrilineal Terkait dasar itu dapat dipahami mengapa
Kedudukan Anak Maupun Janda pada dasarnya masyarakat adat Bali
tidak mewariskan hartanya kepada
a) Masyarakat Adat Bali anak perempuan.
Sesuai hukum adat yang berlaku, Kedudukan dan peran kaum
sistem kekerabatan di Bali adalah perempuan dalam keluarga
patrilineal (Wahyu Satria Wana masyarakat Bali semakin
Putra Wijaya, Agung Basuki berkembang di mana mereka turut
Prasetyo, dan Triyono, 2016 : 2). serta dalam mencari nafkah,
Anak laki-laki di Bali berkedudukan mengurus, serta mengambil
sebagai “purusa” atau “kapurusa”, keputusan bagi keluarga. Di sisi lain,
yang merupakan ahli waris garis hal itu menyebabkan peran dan
keturunan ayah. Anak perempuan tanggung jawab laki-laki tidak
dapat menjadi ahli waris apabila dia sebesar masyarakat adat Bali
berkedudukan sebagai sentana, hal terdahulu. Terlebih di masyarakat
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 70

modern saat ini, terdapat penurunan Perkembangan gaya hidup dan


tingkat kepatuhan terhadap peran perempuan perlu untuk turut
pelaksanaan kaidah-kaidah hukum disertai dengan perkembangan
adat yang menyebabkan ada kaidah hukum termasuk hukum adat,
beberapa tanggung jawab adat yang berdasarkan asas yang dianut dalam
tidak dilaksanakan seperti halnya hukum adat itu sendiri seperti asas
masyarakat terdahulu. Perkembangan kesamaan hak, asas
peran perempuan dalam hubungan kerukunan/kekeluargaan, dan asas
kekeluargaan masyarakat Bali keadilan. Bukti adanya pergeseran
nampak bahwa: perempuan memiliki norma hukum waris adat dalam
kontribusi sebesar 46,5% terhadap masyarakat Bali itu sendiri adalah
ekonomi keluarga, perempuan dengan dikeluarkannya keputusan
dengan ekonomi kelas menegah ke Majelis Ulama Desa Pakraman Bali
bawah memiliki kontribusi sebesar dengan Keputusan Pasamuhan
65 % untuk keluarga, dan perempuan Agung III MUDP Bali Nomor
dengan ekonomi kelas menengah ke 01/Kep/PSM-3/MDP.Bali/X/2010
atas memiliki kontribusi sebesar 49% tanggal 15 Oktober 2010. Beberapa
untuk keluarga (Putra Astiti dan tim poin-poin dari keputusan itu adalah:
dalam Ni Ketut Sri Utari, 2006 : 7- (Wahyu Satria Wana Putra Wijaya,
8). Agung Basuki Prasetyo, Triyono,
Selain hukum adat, gaya hidup 2016 : 4-5) :
dan kepercayaan masyarakat di Bali 1) suami dan isteri memperoleh hak
juga didasarkan pada ajaran agama yang sama terhadap harta
Hindu. Kedudukan perempuan, yakni gunakaryanya (harta bersama yang
ibu dan anak-anak perempuan, diakui diperoleh selama perkawinan); 2)
dan dihormati dalam ajaran agama Anak kandung (perempuan) serta
Hindu, sebagaimana tercantum anak angkat (perempuan) yang
dalam Bab III Sloka 58 dan 59 serta belum kawin pada dasarnya
Bab IX. 96 Kitab Suci Manawa mempunyai kedudukan yang sama
Dharmacastra. terhadap harta gunakarya orang
tuanya, setelah dikurangi sepertiga
71 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

sebagai duwe tengah (harta bersama) Pradhani, 2018: 450), sehingga tidak
untuk dikuasai oleh anak yang bersifat rigid terhadap perubahan di
melanjutkan swadharma dan masyarakat.
tanggung jawab orang tuanya.
Keputusan MUDP Bali tersebut Masyarakat Adat Lampung
juga diakui dan diterapkan di Masyarakat adat Lampung
beberapa desa yakni Desa Pakraman menganut sistem kekerabatan
Kesiman, Pakraman Sumerta, dan patrilineal dimana garis
Pakraman Panjer (Wahyu Satria kekerabatannya ditarik berdasarkan
Wana Putra Wijaya, Agung Basuki garis keturunan laki-laki, sehingga
Prasetyo, Triyono, 2016 : 5). Melalui anak perempuan tidak mewaris.
Keputusan Pasamuhan Agung III Menurut Wirjono, janda perempuan
MUDP Bali Nomor 01/Kep/PSM- di Lampung tetap merupakan bagian
3/MDP.Bali/X/2010 tersebut, maka dari keluarga suami, dan dengan
dapat dilihat bahwa terdapat demikuan pada umumnya janda
sekelompok masyarakat Bali yang perempuan itu tidak akan terlantar
sudah mengakui hak janda dan anak dan akan tetap menikmati barang-
perempuan sebagai bentuk barang yang ditinggalkan oleh
perkembangan living law dari hukum suaminya yang wafat (Hilman
waris adat Bali sesuai perkembangan Hadikusuma, 2015 : 84-85).
nilai sosial budaya dari masyarakat Sekarang ini banyak masyarakat
itu sendiri. Perkembangan itu, adat Lampung memberikan harta
meskipun dilakukan oleh warisan kepada anak laki-laki
sekelompok masyarakat, telah maupun anak perempuan, terlebih
menunjukkan pergeseran norma mengingat sifat hukum adat yang
hukum waris patrilineal di Bali yang bersifat dinamis. Keberadaan serta
semula hanya mengutamakan hak tumbuh dan berkembangnya hukum
waris adat bagi anak laki-laki. Hal itu adat seiring dengan masyarakat
sesuai dengan sifat hukum adat yang tersebut. (GT Muzainah, 2014: 15).
memang tidak tertulis dan dinamis Berdasarkan pengamatan salah satu
(Sulastriyono dan Sartika Intaning penulis, Afifah Syakira, sebagai
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 72

penduduk asli Lampung, kasus sehingga yang berhak mewaris


seperti ini sudah banyak terjadi di adalah anak laki-laki. Dalam hal-hal
daerah Lampung itu sendiri, seperti tertentu, pihak perempuan bisa saja
di daerah Kotabumi, Lampung Utara. mendapatkan harta dari keluarganya,
Di daerah Kotabumi, Lampung Utara, misalnya dari orang tua dan/atau
terdapat beberapa keluarga yang saudaranya, yang diperoleh atas
memberikan harta warisan kepada dasar pemberian tetapi tetap tidak
anak perempuannya. Begitu pula dalam kedudukannya sebagai ahli
dengan masyarakat adat Lampung waris.
yang sudah merantau ke luar kota, Dalam sistem Patrilineal, isteri
dimana ikatan komunal dan yang menjadi janda juga tidak
patrilineal tidak lagi sekuat seperti berkedudukan sebagai ahli waris.
masyarakat adat terdahulu Janda hanya memiliki hak untuk
dikarenakan perbedaan jarak/tempat menikmati, mengambil manfaat, dan
dan perkembangan kultur serta mendapatkan nafkah dari harta
kebutuhan masyarakat itu sendiri. peninggalan suami, bahkan janda
Namun demikian, belum ada tersebut dapat menikah dengan
pergeseran norma yang signifikan saudara dari suaminya. Hal itu
untuk kedudukan janda sebagai ahli dikarenakan akibat perkawinan jujur,
waris dalam masyarakat adat janda sudah menjadi bagian dari
Lampung. Selain itu, untuk beberapa keluarga suaminya sehingga ia akan
masyarakat Lampung, pembagian diurus oleh keluarga suaminya. Pada
harta warisan didasarkan pada umumnya, isteri dalam masyarakat
hukum waris Islam atau dapat patrilineal juga tidak diakui haknya
dipengaruhi oleh hukum waris Islam sebagai pemilik harta bersama atau
yang pada dasarnya tidak hanya harta pencaharian yang diperoleh
mengakui hak anak laki-laki saja. selama perkawinan (harta gono gini).
Hilman Hadikusuma menyatakan
Masyarakat Adat Batak bahwa di lingkungan masyarakat
Hukum waris adat masyarakat patrilineal seperti di Batak,
Batak menganut sistem patrilineal, Lampung, dan Bali, pada dasarnya
73 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

semua harta pencaharian di dalam mengarah pada pengakuan hak


perkawinan adalah dikuasai suami, perempuan.
termasuk harta asal dan harta-harta Dalam masyarakat Batak
pemberian yang didapat isteri khususnya yang non muslim, terjadi
(Hilman Hadikusuma, 2015 : 61). perubahan/pergeseran norma
Pada umumnya masyarakat pewarisan patrilineal dimana janda
Batak menganut agama Kristen maupun anak perempuan dapat
Protestan, Kristen Katolik, maupun diakui haknya ketika terjadi
Islam. Perilaku dan norma yang pewarisan. Perkembangan kaidah
berlaku di masyarakat sangat erat hukum waris adat Batak itu juga
dengan keyakinan menurut agama didasarkan karena perubahan dan
yang diyakini oleh masyarakat perkembangan gaya hidup,
setempat, sehingga hukum adat yang modernisasi, migrasi suku Batak, dan
berlaku seringkali dipengaruhi juga peningkatan peran perempuan
kepercayaan dan agama masyarakat dalam mengurus keluarga.
tersebut. Sifat hukum adat yang lain Urbanisasi, revolusi, pendidikan, dan
adalah kebersamaan, dimana kekacauan ekonomi menimbulkan
kepentingan bersama diutamakan dampak tersebut (Daniel S. Lev,
dibandingkan kepentingan 2018 : 1-2).
perorangan. Sifat kebersamaan Dengan adanya urbanisasi atau
tersebut juga ditemukan dalam migrasi misalnya, keluarga inti yang
masyarakat adat Batak. Prinsip berada dalam satu lingkungan yang
kebersamaan ini selaras dengan sama lebih diutamakan dan
prinsip dalihan natolu, ialah tungku sebaliknya keterikatan masyarakat
tempat memasak yang diletakkan di adat dengan keluarga besardi
atas dari tiga batu yang sama besar, kampung halamannya tidak lagi
sama jarak, dan sama tinggi (Jaja sekuat masyarakat adat Batak
Ahmad Jayus, 2019 : 238). Prinsip terdahulu. Ikatan masyarakat adat
kebersamaan tersebut juga seringkali yang semakin melemah tersebut juga
merupakan dasar dari pergeseran menimbulkan lemahnya ketaatan
norma hukum waris adat yang terhadap hukum adat. Migrasi,
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 74

modernisasi, dan urbanisasi juga perkembangannya, perempuan


mengakibatkan janda hidup terpisah memiliki peran dalam keluarga. Hal
dengan keluarga besar suaminya tersebut merupakan salah satu faktor
sehingga hal itu menghambat yang mendasari adanya pengakuan
pengurusan janda oleh keluarga hak perempuan dalam masyarakat
besar suami. Dengan adanya adat tersebut.
perkembangan dan perubahan Pada kenyataannya telah timbul
kebutuhan tersebut, maka hak janda beberapa persoalan dan keberatan
sebagai pemegang harta gono gini mengenai kedudukan janda maupun
maupun sebagai ahli waris semakin anak perempuan Batak yang
diakui. Pengakuan hak janda maupun berujung kepada sengketa di
anak perempuan dikarenakan adanya pengadilan. Dengan melihat pada
perubahan kebutuhan serta budaya perubahan nilai sosial budaya dan
masayrakat itu juga pada dasarnya perkembangan kebutuhan pada
sesuai dengan prinsip kebersamaan masing-masing kasus tersebut, maka
dalam hukum adat tersebut yang beberapa hakim menetapkan bahwa
mengutamakan kepentingan dan anak perempuan dapat berkedudukan
keadilan bagi seluruh pihak sesuai sebagai ahli waris dan janda dapat
kebutuhannya. berkedudukan sebagai pemegang
Pada masyarakat Batak Karo harta gono gini maupun sebagai ahli
misalnya, tidak dapat dipungkiri waris. Pembahasan putusan akan
bahwa saat ini suami dan isteri dijelaskan lebih lanjut pada sub
bekerja sama untuk memenuhi pembahasan berikutnya, namun
kebutuhan rumah tangga, dimana dapat dilihat bahwa dari berbagai
dalam beberapa daerah peran putusan tersebut telah terdapat
perempuan di dalamnya juga cukup pergeseran pandangan menyebabkan
besar dalam hal mencari nafkah perubahan keberlakuan hukum waris
(Sonny Dewi Judiasih, Hazar adat bagi beberapa pihak/masyarakat
Kusmayanti, dan Deviana Batak tertentu. Putusan-putusan
Yuanitasari, 2020 : 76). Dengan tersebut merupakan bukti bahwa
demikian, dalam kenyataan dan masyarakat Batak dalam
75 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

kenyataannya bergerak menuju agama justru tetap dipraktekkan dan


perubahan pola pikir yang lebih diyakini dimanapun berada. Namun
modern dan mengutamakan bagi masyarakat yang tetap
persamaan kedudukan antara laki- menggunakan hukum waris adat,
laki dan perempuan, dimana hal konsep pewarisan dalam hukum
tersebut dipengaruhi berbagai faktor Islam juga dapat turut mendasari
yang secara perlahan perubahan pola pikir dan
menggambarkan suatu melatarbelakangi pergeseran norma
perkembangan (Sonny Dewi Judiasih, hukum waris adat sehingga lebih
Hazar Kusmayanti, dan Deviana condong ke arah pengakuan
Yuanitasari, 2020 : 78). kedudukan perempuan dalam
Selain diakibatkan karena pewarisan. Dalam hukum Islam,
perkembangan sosial budaya serta anak perempuan dan janda tidak saja
kebutuhan masyarakat, norma diakui sebagai ahli waris, namun
hukum waris adat patrilineal juga lebih dari itu, ajaran agama juga
bergeser karena dipengaruhi oleh menetapkan porsi bagian untuk
norma serta nilai-nilai agama seperti mereka berdua. Ketentuan Al-Quran
dalam hukum Islam. Beberapa yang menempatkan anak perempuan
masyarakat adat Batak menganut dan janda sebagai ahli waris
hukum Islam. Dalam beberapa sesungguhnya juga merupakan
masyarakat adat yang beragama perubahan dalam masyarakat Arab
Islam, hukum waris Islam dapat yang pada dasarnya menganut
dipakai untuk mengatur masalah kekerabatan patrilineal (Khalil Abdul
pewarisan. Hukum waris Islam juga Karim, 2003 : 33-46). Beberapa
banyak digunakan khususnya oleh masyarakat menganggap bahwa
masyarakat adat yang telah sistem pewarisan yang demikian
mengalami urbanisasi, modernisasi, lebih sesuai dengan nilai-nilai
maupun migrasi. Hal itu dikarenakan budaya dan keadilan pada
keterikatan masyarakat adat terhadap masyarakat tersebut, karena apabila
ikatan serta kaidah-kaidah hukum menggunakan hukum adat sekalipun
adat semakin menurun, namun keluarga ayah seringkali tetap saja
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 76

memberi sejumlah harta hibah Persoalan kedudukan anak


kepada anak perempuannya. perempuan Batak Karo sebagai ahli
waris sempat diajukan ke Pengadilan
Pengaruh Yurisprudensi Dalam Negeri Kabanjahe, Pengadilan
Pergeseran Hukum Waris Adat Tinggi, sampai kasasi ke Mahkamah
Masyarakat Patrilineal Agung. Pada tanggal 23 Oktober
Pergeseran norma hukum waris 1961 keluarlah putusan Mahkamah
adat patrilineal yang mengarah Agung No. 179/K/Sip/1961 yang
kepada pengakuan hak dan menolak kasasi yang diajukan
kedudukan janda maupun anak penggugat (R. Subekti, 1991 : 15-
perempuan juga dinyatakan dan 16).
diakui dalam beberapa putusan atas Pada intinya, putusan
kasus-kasus tertentu, yang kemudian Mahkamah Agung tanggal 1
diakui menjadi yurisprudensi. Nopember 1961 Nomor
Putusan-putusan tersebut 179/K/Sip/1961 tersebut
menunjukkan bahwa pada menyebutkan bahwa berdasarkan
kenyataannya telah terdapat rasa perikemanusiaan dan keadilan
perubahan pandangan serta umum dan atas hakikat persamaan
kebutuhan dari beberapa pihak yang hak antara laki-laki dengan
pada akhirnya membuat hakim perempuan, sekaligus
memutuskan bahwa perlu adanya mempertimbangkan hukum yang
perubahan norma atau kaidah hukum hidup di seluruh Indonesia, bahwa
waris adat patrilineal terhadap pihak- anak perempuan, sebagaimana anak
pihak yang bersangkutan tersebut. laki-laki, harus diposisikan sebagai
Hal ini menunjukkan bahwa pada ahli waris dan memiliki kedudukan
prakteknya telah terjadi pergeseran yang sama. Keputusan tersebut
norma hukum waris adat patrilineal dibuat Mahkamah Agung khususnya
meskipun tidak menyeluruh dan untuk masyarakat Karo, namun
hanya menyangkut beberapa Mahkamah Agung menganggap
kalangan tertentu. kaidah hukum tersebut merupakan
kaidah hukum yang hidup di seluruh
77 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

Indonesia (Hilman Hadikusuma, 1) Putusan tanggal 14 Juni 1968


2015 : 136). Putusan tersebut Mahkamah Agung Nomor 100
merupakan suatu terobosan atas hak K/Sip/1967
waris anak perempuan Karo yang “...karena mengingat
semula sama sekali tidak diakui, dan pertumbuhan masyarakat dewasa
sering dijadikan rujukan atau ini yang menuju kearah
yurisprudensi oleh putusan lainnya. persamaan kedudukan antara
Putusan tersebut dilandasi oleh TAP pria dan wanita, dan penetapan
MPR Nomor II Tahun 1960, dan janda sebagai ahli waris telah
menurut Subekti merupakan tonggak merupakan yurisprudensi yang
bersejarah untuk pencapaian dianut oleh Mahkamah Agung”.
persamaan hak dan kedudukan antara 2) Putusan Mahkamah Agung
wanita dan pria (Sonny Dewi tanggal 2 Nopember 1976
Judiasih, Hazar Kusmayanti, dan Nomor 284K/Sip/1975
Deviana Yuanitasari, 2020: 77). Hal “Menurut Hukum Adat baru istri
itu terbukti bahwa setelah putusan dan anak-anak perempuan
tersebut dikeluarkan, beberapa pihak adalah ahli waris”.
mulai berani menyuarakan haknya Putusan tersebut dikutip sebagai
melalui jalur pengadilan untuk bahan pertimbangan Pengadilan
memperoleh persamaan kedudukan Tinggi Denpasar dalam Putusan
tersebut (Sonny Dewi Judiasih, Nomor 35/PDT/2016/PT DPS,
Hazar Kusmayanti, dan Deviana dimana kaidah yang tersebut
Yuanitasari, 2020 : 77). dianggap berlaku sebagai hukum
Beberapa putusan (dari yang adat yang ada bagi masyarakat Bali.
terdahulu hingga terbaru) yang 3) Putusan Mahkamah Agung RI
mengakui hak dan kedudukan anak Nomor 4766 K/Pdt/1998 tanggal
perempuan sebagai ahli waris dalam 16 Nopember 1999
masyarakat patrilineal, khususnya d ”Perempuan di Bali berhak atas
Bali adalah: harta peninggalan dari pewaris,
walaupun sistem pewarisan di
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 78

Bali sendiri mengenal sistem dimana janda dari masyarakat


pewaris mayorat laki-laki.” patrilineal pada dasarnya berhak atas
4) Putusan Pengadilan Tinggi bagiannya ketika terjadi pewarisan.
Denpasar tanggal 23 Pebruari Putusan Mahkamah Agung tanggal
2016 Nomor 35/PDT/2016/PT 17 Januari 1959 Nomor 320
DPS K/Sip/1958 menyatakan bahwa
“Mengingat perubahan- menurut hukum adat Tapanuli pada
perubahan atau perkembangan perjalanan zaman pada waktu
masyarakat Bali, yang mengakui sekarang seorang isteri dapat
persamaan kedudukan Pria dan mewarisi pencaharian dari suaminya
Wanita di banyak bidang, serta dan Putusan Mahkamah Agung
asas keadilan dan kemanfaatan, tanggal 9 April 1960 Nomor 120
Majelis Hakim Pengadilan K/Sip/1960 yang pada dasarnya
Tinggi Denpasar berpendapat menyatakan bahwa, “Harta
bahwa perempuan di Bali berhak pencaharian harus dibagi sama rata
mewaris dari orang tuanya…” antara suami-isteri.” Salah satu
Putusan ini merupakan salah satu putusan terbaru yang mengakui hak
putusan terbaru yang dikeluarkan di isteri sebagai pemilik dari harta
tahun 2016. Putusan ini pada bersama dalam masyarakat
dasarnya menunjukkan bahwa patrilineal adalah Putusan Pengadilan
pergeseran norma hukum waris Tinggi Denpasar Nomor
masyarakat Bali yang diakui dalam 35/PDT/2016/PT.DPS yang
yurisprudensi tahun 1961, 1967, menyatakan pada pokoknya bahwa
1975, maupun 1999 di atas masih majelis hakim dengan mengacu pada
dapat dipandang sebagai suatu norma Keputusan Pasamuhan Agung III
yang berlaku bagi kalangan tertentu MUDP Bali, menimbang bahwa istri
dewasa ini. mempunyai hak yang sama terhadap
Dalam hal kedudukan janda guna kaya, dan tersirat bahwa harta
sebagai pemegang harta gono gini guna kaya tersebut adalah milik
dan ahli waris, beberapa putusan bersama, dan sebagiannya adalah hak
juga menerapkan suatu norma dari istri. Putusan tersebut
79 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

merupakan salah satu bukti bahwa dengan meninggalkan seeorang


dewasa ini norma hukum waris adat janda, seorang anak laki-laki, dan
yang mengakui kedudukan janda atas seorang anak perempuan, janda
harta bersama masih relevan untuk berhak atas separoh dari harta
diberlakukan. bersama, sedang sisanya dibagi
Perkembangan kedudukan janda antara janda dan kedua anaknya
sebagai ahli waris pertama-tama masing-masing mendapat sepertiga
berawal dari Jawa, dan wilayah- bagian (di daerah Kabanjahe
wilayah lainnya menyusul setelah Sumatera Timur).”
hilangnya keraguan di pihak para
hakim Mahkamah Agung (Daniel S. Dari putusan-putusan tersebut di
Lev, 2018 : 15). Putusan Mahkamah atas, dapat dipahami bahwa pada
Agung No 110 K/Sip/1960 pada dasarnya memang telah terjadi
intinya menyatakan bahwa menurut pergeseran pandangan dan sosial
hukum adat, seorang janda adalah budaya terkait norma hukum waris
juga menjadi ahli waris almarhum adat patrilineal yang semula hanya
suaminya (H. Hilman Hadikusuma, mengakui anak laki-laki sebagai ahli
2015 : 140). Begitu pula halnya waris. Sederhananya, dengan adanya
dengan Putusan Mahkamah Agung permasalahan yang diajukan ke
No. 100 K/Sip/1967 tanggal 14 Juni pengadilan maka dapat diartikan
1968 yang bahwa: bahwa ada beberapa kalangan
“Mengingat pertumbuhan tertentu yang sudah memiliki
masyarakat dewasa ini menuju pergeseran pandangan mengenai
kearah persamaan kedudukan norma adat yang diakuinya.
antara pria dan wanita dan Kemudian, apabila terdapat hakim
pengakuan janda sebagai ahli yang mengakui pergeseran norma
waris, Mahkamah Agung tersebut, maka dapat diartikan bahwa
membenarkan pertimbangan dan menurut hukum telah terdapat
putusan Pengadilan Tinggi yang pergeseran norma hukum waris adat
menetapkan bahwa dalam hal patrilineal yang dapat diberlakukan
meninggalnya seorang suami setidak-tidaknya bagi kalangan
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 80

tertentu atau pihak yang berperkara. tersebut tidak semata-mata membuat


Hal itu dikarenakan pertimbangan norma hukum waris adat patrilineal
hakim itu sudah telah didahului berubah seutuhnya untuk seluruh
dengan penggalian nilai-nilai oleh kalangan. Terdapat beberapa alasan
hakim secara matang dengan atas hal tersebut. Pertama, persoalan
disesuaikan pada kebijaksanaan waris adat merupakan persoalan
hakim serta asas-asas hukum adat privat yang sifatnya sangat
yang mengutamakan keadilan, bergantung pada kondisi dan
kebersamaan, dan kerukunan. Pasal 5 keadaan secara kasus per kasus
UU Kekuasaan Kehakiman No. 49 (hukum yang sifatnya sensitif dan
Tahun 2009 mengatur bahwa hakim bergantung pada kesadaran dan
menggali, mengikuti, dan memahami budaya hukum subjek hukum itu
nilai-nilai hukum an rasa keadilan sendiri). Terlebih, hukum waris adat
yang berlaku. Dalam Seminar merupakan living law (Venika
Hukum Nasional Tahun 1963 dapat Aprilia Sembiring, Sri Wahyu
disimpulkan bahwa hakim Ananingsih, Triyono, 2016:2) yang
membimbing perkembangan hukum tidak tertulis, tidak rigid, dan
tidak tertulis melalui yurisprudensi dinamis. Putusan hakim terkait
ke arah keseragaman hukum yang persoalan waris adat lebih
seluas-luasnya dan ke arah sistem difokuskan kepada kondisi secara
parental, yang mana poin terakhir kasus per kasus (case by case) dari
tersebut juga ditegaskan dalam pihak yang berperkara, karena
Seminar Hukum Adat di Yogyakarta hukum adat bergantung pada kondisi
Tahun 1975 (Edo Hendrako, dan keadaan budaya dari tiap-tiap
2015:88). Oleh karena itu, putusan masyarakat atau kelompok yang
tersebut dapat menjadi suatu acuan bersangkutan. Dengan demikian,
hukum yang menyatakan adanya suatu putusan mengenai hukum
pergeseran nilai-nilai hukum waris waris adat seyogianya tidak
dalam masyarakat adat patrilineal. sepenuhnya dapat menggambarkan
Di sisi lain perlu dipahami atau mencakup seluruh kaidah
bahwa putusan-putusan hakim hukum yang berlaku bagi semua
81 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

jenis kalangan masyarakat patrilineal Kesatuan Republik Indonesia pada


dimana masing-masing wilayah dan kenyataannya sangat pluralistik
kalangan masyarakat itu sendiri dengan berbagai keragaman budaya
memiliki pandangan, gaya hidup, dan nilai adat yang berbeda-beda
budaya, serta nilai hukum yang yang mana sepatutnya perlu dihargai
berbeda. Sebagai contoh, apabila sebagai kekayaan bangsa ini. Pasal
suatu putusan menetapkan adanya 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar
kedudukan janda dan anak 1945 dengan tegas juga menyatakan
perempuan sebagai ahli waris bahwa hukum adat serta hak-hak
dikarenakan mereka merupakan tradisional tetap diakui selama masih
keluarga yang telah lama bermigrasi hidup dan sesuai dengan
atau karena wilayah mereka perkembangan serta prinsip Negara
bertempat tinggal telah mengalami Kesatuan Republik Indonesia. Dari
modernisasi yang kuat sehingga pasal tersebut jelas bahwa apabila
ketaatan terhadap ikatan komunal terdapat perkembangan hukum adat
dan hukum adat tidak lagi berlaku maka hal itu harus diakomodir,
sepenuhnya, maka putusan hakim namun apabila masih terdapat
tersebut seyogianya tidak dapat beberapa kalangan atau masyarakat
secara utuh diterapkan terhadap yang tetap mempraktekan adat itu
masyarakat patrilineal wilayah sendiri maka hal itu juga tetap harus
lainnya atau kalangan/kelompok dihormati. Dalam hal itu diperlukan
masyarakat lainnya yang memang peran hakim untuk benar-benar
masih mengakui dan mempraktekan menggali nilai yang berlaku pada
hukum adat secara lebih kuat. masyarakat atau kalangan yang
Meskipun putusan Mahkamah bersangkutan sesuai Pasal 5 UU
Agung tanggal 1 Nopember 1961 Kekuasaan Kehakiman No. 49 Tahun
Nomor 179/K/Sip/1961 menyatakan 2009. Beberapa permasalahan dari
bahwa perubahan norma hukum pihak-pihak tertentu yang muncul ke
waris adat patrilineal itu berlaku pengadilan tidak dapat
untuk seluruh Indonesia, kita tetap menggambarkan keberlakuan
perlu memahami bahwa Negara menyeluruh dari hukum adat itu
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 82

sendiri. Dengan demikian, putusan- yurisprudensi tersebut tidak serta


putusan tersebut tidak dapat serta merta berlaku secara mutlak sebagai
merta menjadi norma hukum yang kaidah hukum yang wajib diikuti
utuh menyeluruh terhadap seluruh oleh hakim lainnya dan/atau dalam
kalangan dan diberlakukan secara seluruh permasalahan waris adat
mutlak sebagai kaidah hukum yang patrilineal lainnya. Yurisprudensi
berlaku, namun di sisi lain tetap memiliki sifat dan keberlakuan yang
menggambarkan adanya pergeseran berbeda dari peraturan perundang-
norma hukum waris adat patrilineal. undangan. Selain itu, pada
Hukum waris adat di Indonesia saat kenyataannya terdapat beberapa
ini masih bersifat pluralistik, proses putusan yang tidak memiliki
unifikasi hukum adat seperti melalui pertimbangan dan pendapat yang
putusan atau yurisprudensi, tetap sama dengan putusan-putusan
sulit direalisasikan mengingat hukum tersebut di atas.
waris adat bersifat sensitif (Sonny Beberapa contoh di antaranya
Dewi Judiasih dan Efa Laela adalah Putusan Pengadilan Tinggi
Fakhriah, 2018 : 329). Denpasar tanggal 22 Juli 1972
Alasan kedua, yurisprudensi Nomor 105/PTD/107 (Ni Luh Gede
merupakan salah satu sumber hukum Praresti Dangin, 2015 : 11) dan
formiil di Indonesia namun Putusan Mahkamah Agung tanggal 1
keberlakuannya tidak bersifat Juni 1955, No. 53/K/Sip/1952 yang
mengikat dan mutlak. Tidak seperti menyatakan bahwa apabila seorang
halnya dengan yurisprudensi di wafat meninggalkan anak laki-laki
negara common law yang mengikat maka ia adalah satu-satunya ahli
untuk diikuti oleh hakim-hakim waris (H. Hilman Hadikusuma, 2015
berikutnya (the binding force of : 135). Contoh lainnya adalah
precedent), yurisprudensi di Putusan Mahkamah Agung tanggal
Indonesia tidak mutlak harus diikuti 25 Oktober 1958 No. 54/K/Sip/1958
oleh hakim-hakim (persuasive force yang menyatakan “menurut hukum
of precedent). Dengan demikian, adat Batak (yang bersifat
kaidah hukum yang tertulis dalam patriarchal) segala harta yang timbul
83 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

dalam perkawinan adalah milik putusan terdahulu tidak memiliki


suami (Hilman Hadikusuma, 2015 : kekuatan mengikat di Indonesia,
61). Salah satu putusan terbaru yang namun secara langsung maupun
tidak mengakui kedudukan janda tidak langsung kaidah hukum yang
sebagai ahli waris menurut adat diterapkan dalam suatu yurisprudensi
patrilineal adalah sebagaimana dalam akan mempengaruhi pandangan dan
putusan Pengadilan Negeri Singaraja kaidah hukum yang berlaku, terlebih
Nomor 367/Pdt.G/2016/PN.Sgr yang mengingat hukum adat bersifat tidak
menyatakan bahwa janda sebagai tertulis dan dinamis sehingga lebih
“Balu Luh” dalam adat Bali bukan mudah berubah-ubah dibandingkan
sebagai ahli waris, tetapi peraturan perundang-undangan.
dapat/berhak menikmati hasil dari Dalam hal hubungan antara hukum
harta warisan. Putusan-putusan waris adat dan putusan hakim, maka
tersebut membuktikan bahwa menurut Daniel S.Lev, diantaranya
pergeseran norma hukum waris adat terdapat hubungan dipengaruhi dan
patrilineal, baik dahulu maupun saat mempengaruhi (Daniel S. Lev,
ini, tidak semata-mata diakui oleh 2018 : 30). Sifat dipengaruhi timbul
seluruh hakim dan diberlakukan bagi karena, isi putusan hakim
semua kasus dan kalangan dipengaruhi dari pergeseran norma
masyarakat. hukum waris adat yang diakibatkan
Terlepas dari penjelasan di atas, perubahan nilai-nilai maupun
keberadaan yurisprudensi merupakan pandangan yang berlaku. Sifat
suatu tolak hukum pengakuan atas mempengaruhi timbul karena
pergeseran norma hukum waris adat putusan tersebut dapat berlaku
patrilineal yang dapat dijadikan sebagai yurisprudensi yang
sebagai acuan hukum bagi hakim kemudian dapat saja diakui oleh
lainnya maupun masyarakat hakim lainnya sebagai kaidah hukum
khususnya ketika menghadapi suatu yang berlaku. Yurisprudensi juga
persoalan dengan kondisi atau latar dapat mempengaruhi pemikiran
belakang pertimbangan yang serupa. hakim lainnya serta mempengaruhi
Meskipun suatu yurisprudensi atau perkembangan dan perubahan nilai-
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 84

nilai maupun pola pikir masyarakat dengan ciri dari hukum adat itu
adat patrilineal untuk memberi sendiri yakni bersumber dari
pengakuan terhadap kedudukan anak keyakinan dan kebiasaan
perempuan dan janda sehingga masyarakat, dinamis, dan tidak
menimbulkan perubahan norma tertulis, dengan mengutamakan
hukum waris adat patrilineal. asas-asas seperti kebersamaan,
kerukunan, serta keadilan.
Simpulan 2) Terdapat beberapa yurisprudensi
Berdasarkan pembahasan di atas, yang mengakui adanya
maka dapat ditarik kesimpulan pergeseran norma hukum waris
sebagai berikut: adat patrilineal terkait hak janda
1) Pergeseran norma hukum waris dan anak perempuan dalam
adat patrilineal terjadi dengan pewarisan dalam beberapa kasus
diakuinya hak dan kedudukan tertentu, sehingga hal itu
anak perempuan serta janda menjadi bukti adanya pergeseran
dalam beberapa wilayah atau pandangan dan norma bagi
kelompok tertentu, yang mana beberapa kalangan atau
seharusnya sistem pewarisan kelompok masyarakat tertentu.
patrilineal hanya mengakui anak Suatu putusan diputus secara
laki-laki sebagai ahli waris. kasus per kasus dan
Pergeseran tersebut timbul yurisprudensi di Indonesia tidak
karena adanya perubahan nilai bersifat mengikat (persuasive
dan pandangan sosial budaya, force of precedent). Indonesia
yang diakibatkan karena masih memiliki keragaman
pengaruh agama, modernisasi, budaya serta nilai adat yang
urbanisasi, migrasi, maupun berbeda antara satu daerah atau
meningkatnya peran perempuan satu kelompok dengan yang
dalam membangun lainnya, sehingga kaidah hukum
kesejahteraan keluarga. dalam yurisprudensi tersebut
Pergeseran norma hukum waris bukan merupakan kaidah hukum
adat patrilineal tersebut sesuai yang mutlak berlaku bagi
85 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

seluruh masyarakat patrilineal. golongan masyarakat tertentu


Terlepas dari hal tersebut dalam hal pewarisan sehingga
yurisprudensi merupakan suatu perlu dipahami oleh masyarakat
acuan hukum yang dapat dan para praktisi hukum dalam
dijadikan bahan pertimbangan menyelesaikan persoalan
oleh hakim dan masyarakat, hukum.
yang dapat mempengaruhi 2) Dalam memutus perkara hakim
putusan hukum dan pandangan perlu benar-benar menggali dan
masyarakat sehingga memahami nilai-nilai hukum
berpengaruh pada arah adat yang berlaku dengan
perkembangan kaidah hukum disesuaikan pada perkembangan
waris adat patrilineal. pandangan, sosial budaya, serta
kebutuhan dari subjek yang
Saran bersangkutan. Hal itu sesuai
1) Perlu adanya pengkajian dan dengan Pasal 5 UU Kekuasaan
penelitian lebih lanjut yang Kehakiman Nomor 49 Tahun
berkesinambungan terkait 2009. Dalam memutus suatu
perkembangan hukum waris adat perkara, hakim perlu berhati-hati
patrilineal di berbagai wilayah dalam menggali nilai-nilai
dan kalangan masyarakat untuk tersebut dan memilih acuan
mengetahui sejauh mana norma yurisprudensi yang ada, agar
hukum waris adat tersebut masih kaidah hukum yang
kental diberlakukan. Hal ini diberlakukan sesuai dengan apa
mengingat hukum waris adat yang dibutuhkan serta menjadi
berasal dari keyakinan dan living law dari pihak/kalangan
budaya masyarakat (living law), yang bersangkutan terlebih suatu
tidak tertulis, dan dinamis. putusan juga merupakan produk
Penelitian dan pedoman ini hukum yang harus dapat
diperlukan dikarenakan hukum dipertanggungjawabkan karena
waris adat juga merupakan suatu dapat dijadikan suatu acuan
hukum yang berlaku bagi kaidah yang berlaku.
RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021 86

Daftar Pustaka hak-mewaris-wanita-hindu-


dalam-sistem-hukum-adat-
Buku waris-di-bali pada tanggal
Hadikusuma, Hilman. 2015, Hukum 21 September 2020 pukul
Waris Adat. Cetakan ke-8. 14.10 WIB.
Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti. Hendrako, Edo. 2015, “Hak Waris
Anak Perempuan Terhadap
Judiasih, Sonny Dewi, Kusmayanti, Harta Peninggalan (Studi
Hazar dan Yuanitasari, Kasus Putusan MA RI
Deviana. 2020, Pergeseran Nomor 4766/Pdt/1998)”,
Norma Hukum Waris Adat Jurnal Lex Privatum Vol. III
di Indonesia. Jatinangor: No.1, Januari-Maret.
UNPAD Press.
Jayus, Jaja Ahmad. 2019, “Eksistensi
Karim, Khalil Abdul. 2003, Pewarisan Hukum Adat
Syari’ah: Sejarah Batak : Kajian Putusan
Perkelahian Pemaknaan, Nomor
diterjemahkan oleh Kamran 1/PDT.G/2015/PN.Blg dan
As’ad. Yogyakarta: LkiS. Nomor 439/PDT/2015/PT-
Mdn”, Jurnal Yudisial Vol.
Lev, Daniel.S. 2018, Hukum Dan 12.No. 2. Agustus
Politik Di Indonesia,
Jakarta: Penerbit LP3ES Judiasih, Sonny Dewi dan Fakhriah,
Efa Laela. 2018,
Perangin, Effendi. 2018, Hukum “Inheritance Law System:
Waris. Cetakan ke-15, Considering The Pluralism
Jakarta: Rajagrafindo of Customary Law in
Persada. Indonesia”, Padjajaran
Journal of Law Vol.5 No.2.
Subekti, R. 1991, Hukum Adat
Indonesia dalam Muzainah, GT. 2014, ”Prinsip
Yurispridensi Mahkamah Hukum Kedudukan
Agung, Bandung: Alumni. Perempuan Dalam Hukum
Waris Adat Masyarakat
Jurnal Banjar”, Jurnal Studi
Dangin, Ni Luh Gede Praresti Gender dan Anak Vol II
Dangin. 2015, “Kedudukan No.1. Januari-Juni.
Hak Mewaris Wanita Hindu
Dalam Sistem Hukum Adat Nangka, Bravo. 2019, “Penyelesaian
Waris di Bali”, Jurnal Sengketa Berdasarkan
Mahasiswa Fakultas Hukum Hukum Waris Adat
Universitas Brawijaya. Berdasarkan Sistem
diunduh dari Kekerabatan”, Jurnal Lex
https://www.neliti.com/publ Privatum Vol. VII No. 3
ications/35307/kedudukan- Maret.
87 RechtIdee, Vol. 16, No. 1, Juni 2021

Dalam Sistem Kekerabatan


Sembiring, Venika Aprilia, Patrilineal Di Denpasar Bali
Ananingsih, Sri Wahyu, dan (Pasca Keputusan Nomor
Triyono, “Perkembangan 01/KEP/PSM-3/MDP
Pewarisan Masayrakat Adat /X/2010 tentang Hasil-Hasil
Batak Karo di Kabupaten Pasamuhan Agung III
Karo, Sumatera Utara”, MUDP Bali)”, Diponogoro
Diponegoro Law Journal Law Review Vol.5 No. 2.
Vol. 5.No. 3, diunduh dari
https://media.neliti.com/med Peraturan Perundang-undangan
ia/publications/19210-ID- Undang-Undang Dasar 1945
perkembangan-pewarisan-
masyarakat-adat-batak-karo- Undang-undang No. 49 Tahun 2009
di-kabupaten-karo- tentang Kekuasaan
sumatera-uta.pdf pada Kehakiman
tanggal 22 September 2020
pukul 14.30 WIB.

Sulastriyono dan Pradhani, Sartika


Intaning. 2018, “Pemikiran
Hukum Adat Djojodigoeno
dan Relevansinya Kini”,
Jurnal Mimbar Hukum
Universitas Gadjah Mada
Vol 30.No. 3.

Utari, Ni Ketut Sri. 2006, “Mengikis


Ketidakadilan Gender dalam
Masyarakat Adat Bali”,
Disajikan (untuk urun
pendapat) dalam Temu
Ilmiah II Asosiasi Pengajar
dan Peminat Hukum
Berspektif Gender se
Indonesia (APPHGI)
tanggal 18-20 September
2006. Surabaya. diunduh
dari ojs.unud.ac.id tanggal
26 September 2020 pukul
12.39 WIB.

Wijaya, Wahyu Satria Wana Putra,


Prasetyo, Agung Basuki dan
Triyono. 2016,
“Perkembangan Kedudukan
Ahli Waris Perempuan

Anda mungkin juga menyukai