Anda di halaman 1dari 20

Syakhsia

Jurnal Hukum Keluarga Islam


P-ISSN: 2085-367X; E-ISSN: 2715-3606
website : http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/syakhsia
Vol. 22 No. 2 Edisi Juli - Desember 2021

Analisis Kedudukan dan Kekuatan Hukum Harta Warisan Anak Laki-Laki


menurut Hukum Adat Lampung Pepadun Marga Buay Tegamo’an
(Studi Penelitian: Tiyuh Panaragan Jaya, Kecamatan Tulang Bawang
Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat)

Novita Sari
Universitas Bandar Lampung
Novita.18211067@student.ubl.ac.id

Fanni Ricardo
Universitas Bandar Lampung
Fanniricardo25@gmail.com

Abstrak :
Hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang peralihan harta
kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta akibatnya bagi para
ahli warisnya. harta warisan merupakan pembagian yang sebelumnya dibuat oleh
pewaris kemudian dibagi kepada istri, anak atau keluarga dekat yang biasanya
berupa asset, harta bergerak maupun tidak bergerak. Kemudian harta warisan pun
harus sesuai dengan peraturan perundangan undangan maupun hukum adat waris.
Kedudukan anak terhadap orang tuanya yang menyebabkan adanya hak dan
kewajiban yang timbal balik antara anak dan orang tua dipengaruhi oleh susunan
kekerabatan, sistem pertalian darahnya, perkawinan dan bentuk perkawinan dari
ayah ibunya dan ada tidaknya pertalian adat di antara si anak dan orang tua.
Masyarakat adat lampung mengutamakan kedudukan anak laki-laki daripada anak
perempuan, anak laki-laki adalah penerus keturunan bapaknya yang ditarik dari
satu bapak asal, sedangkan anak perempuan disiapkan untuk menjadi anak orang
lain, yang akan memperkuat keturunan orang lain.

Kata Kunci: Kedudukan Harta Warisan, Anak Laki-Laki, Adat Lampung Pepadun

PENDAHULUAN
Hukum warisan adalah hukum yang mengarahkan pertukaran sumber daya
ditinggalkan oleh seseorang yang menendang ember dan konsekuensi untuk
penerima manfaat nya. Pada tingkat yang mendasar, hak-hak istimewa dan
komitmen-komitmen di bidang hukum properti dapat diperoleh secara adil. Ada

Syakhsia; Jurnal Hukum Perdata Islam 163


beberapa pengecualian, misalnya hak seorang ayah untuk mengingkari keabsahan
anaknya dan hak seorang anak untuk meminta agar ia dinyatakan sebagai
keturunan yang sebenarnya dari ayah atau ibunya (kedua hak tersebut adalah dalam
bidang keluarga). hukum), dinyatakan oleh hukum untuk diperoleh oleh penerima
manfaat utama mereka. Sesuai Pasal 830 KUHP. Common Law: "Warisan terjadi
begitu saja karena kematian". Jadi warisan itu mungkin dibuka ketika penerima
telah meninggal dan penerus utama harus hidup ketika warisan itu dibuka.
Hukum warisan adalah salah satu bagian dari hukum umum secara
keseluruhan dan merupakan bagian terkecil dari hukum keluarga, melengkapi
berbagai kerangka hukum warisan standar di Indonesia, dua perangkat hukum
umum lainnya yang juga melebihi kerangka hukum warisan, khususnya hukum
warisan barat dari Belanda. Masa Hindia Timur yang diperoleh di Burgerlijk
Wetboek (selanjutnya disebut BW).1
Hukum warisan yang berlaku di Indonesia masih bersifat pluralistik,
sehingga hukum warisan yang berlaku secara lokal umumnya masih sesuai secara
lokal, khususnya pemanfaatan kerangka hukum baku dalam penyampaian warisan
yang secara tegas diidentikkan dengan kerangka hereditas. Sesuai pengaturan
keseluruhan, warisan adalah semua properti yang ditinggalkan oleh seseorang yang
mewariskan (penerima manfaat), apakah properti tersebut telah dipisahkan pada
saat ini dipartisi atau tidak diisolasi. Dalam suasana kelompok masyarakat pribumi
yang standar warisannya adalah individu, dalam hal pewaris utama meninggal,
semua kerabat, laki-laki atau perempuan, muda atau tua, dewasa atau muda, pada
dasarnya setiap penerus utama memenuhi syarat untuk bagian dari warisannya.2
Dengan kata lain, hukum warisan adalah hukum yang mengatur tentang
warisan, menyadari bagian-bagian yang didapat dari warisan untuk masing-masing
penerima manfaat yang memenuhi syarat. Sebagaimana ditunjukkan oleh Hasby
Debris Shiddieqy, hukum waris adalah hukum yang mengarahkan siapa yang
memperoleh dan tidak memperoleh, pengakuan setiap penerus utama dan strategi
penyebarannya. Sebagaimana dikemukakan oleh Wirjono Prodjodikoro, warisan
mencakup apa dan bagaimana hak-hak istimewa dan komitmen yang berbeda
terhadap kelimpahan seseorang pada saat kematiannya akan dipindahkan kepada
orang lain yang masih hidup.3

1 Mariesa Mulan Tikha. 2020. Pembagian Waris Lebih Terhadap Anak Laki-Laki Tertua Desa
Panaragan Jaya Kabupsten Tulang Bawang Barat Menurut Sistem Kewarisan Hukum Adat Lampung Pepadun Dan
Hukum Islam, Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Padjadjaran Bandung, hlm. 1
2 Prof . H Hilman Hadikusuma, S. H. 2015. Hukum Waris Adat, PT Citra Aditya Bakti,

Bandung, hlm 35
3 Ahmad Rofiq. 2013. Hukum Perdata Islam di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,

hlm. 281

164 Vol. 22 No. 2 Juli-Desember 2021


Posisi menyiratkan status, terlepas dari apakah untuk individu, tempat, atau
benda. Seperti yang ditunjukkan oleh referensi kata bahasa Indonesia, posisi secara
teratur diakui signifikansi posisi (status) dan posisi sosial (kesejahteraan ekonomi).
Jabatan dicirikan sebagai tempat atau kedudukan individu dalam perkumpulan
orang-orang, sedangkan kedudukan sosial adalah tempat individu dalam iklim
sosialnya, seperti halnya hak-hak istimewa dan komitmen. Kedua istilah memiliki
kepentingan yang sama dan digambarkan oleh status seolah-olah. Sementara itu,
kekuatan legitimasi suatu pilihan dapat berupa kekuatan hukum formal dan
kekuatan hukum materiil. Kekuasaan yang sah dapat dikatakan dalam hal suatu
pilihan adalah sah atau dianggap substansial, maka pada saat itu pilihan tersebut
mempunyai kekuatan yang sah, yang mengandung arti bahwa pilihan tersebut dapat
mempengaruhi hubungan-hubungan yang sah.4
Indonesia memiliki budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda, namun
dalam era modern yang tak terhindarkan, terkadang kita tidak dapat mengingat
pengenalan hukum dalam aktivitas publik di Indonesia, di mana pedoman hukum
tidak tertulis dibuat dengan tradisi yang dianut oleh daerah setempat. Standar
hukum sebagai budaya provinsi merupakan aset tak tergantikan yang perlu
pertimbangan khusus, untuk dilibatkan dalam pembahasan pelestarian dan
pengenalannya kepada generasi muda. Mengenalkan masyarakat dengan usia yang
lebih muda, khususnya kaum muda, dilakukan dengan berbagai cara. Sejalan
dengan itu, budaya, khususnya komponen rasa yang menghasilkan aturan dan
kualitas, adalah struktur standarisasi yang merupakan "rencana hidup" yang
menyiratkan bahwa budaya juga merupakan "cetak biru perilaku" yang
memberikan aturan atau berpotensi pedoman bagi individu. mengadakan. Oleh
karena itu, tidak ada masyarakat umum tanpa budaya, sehingga setiap masyarakat
umum, bagaimanapun dasarnya, pasti memiliki nilai dan standar atau aturan. Salah
satu standar yang ada di mata publik ditunjukkan dalam perilaku daerah yang
diselesaikan lebih dari satu kali dalam contoh serupa, yang disebut standar baku
dan standar hukum.
Standar hukum adalah standar tingkah laku manusia dalam kegiatan
masyarakat, sejak manusia itu diturunkan oleh Tuhan ke bumi, ia memulai
kehidupannya sebagai sebuah keluarga, daerah setempat dan negara. Menurut
keberadaan manusia, peristiwa hukum ini dimulai dari individu manusia yang
diberi penjelasan dan tingkah laku. Yang dimaksud dengan hukum baku adalah
hukum yang mengatur tingkah laku masyarakat Indonesia dalam pergaulan

4 Muhamad Arief Setiawan. 2019. Kekuatan Hukum Alat Bukti Pengakuan Di Dalam Dan Di

Luar Persidangan Perkara Sengketa Tanah Pengadilan Negeri Kelas 1 A Palembang, Hukum, Fakultas Hukum,
Universitas Muhammadiyah Palembang, hlm. 6

Syakhsia; Jurnal Hukum Perdata Islam 165


bersama, baik yang merupakan keseluruhan tradisi, kecenderungan, dan kebaikan
yang pada kenyataannya hidup dalam kelompok masyarakat pribumi sejak dipeluk
dan dipelihara oleh individu-individu dari daerah itu, yang secara keseluruhan
merupakan asas-asas yang berkenaan dengan sanksi atas pelanggaran yang
ditentukan dalam pilihan-pilihan penguasa baku (orang-orang yang mempunyai
kekuasaan dan kemampuan untuk menetapkan pilihan-pilihan di dalam standar
daerah setempat, khususnya dalam pilihan lurus, penghulu, penjaga gerbang tanah,
kepala standar dan hakim.
Hukum baku sebagian besar tidak tertulis atau tidak tertulis, adat adalah
istilah yang umum digunakan dalam kehidupan individu, istilah baku yang juga
memiliki sentimen dan kontras dengan adat istiadat dimana hukum baku memuat
pedoman yang dibuat oleh individu dan untuk individu itu sendiri, dengan suatu
otorisasi. oleh administrator. Sumber adat pada tradisi masyarakat Indonesia adalah
pedoman sah tidak tertulis yang berkembang dan dibuat dan dipelihara dengan
perhatian yang sah kepada individu. Karena pedoman-pedoman ini tidak disusun
dan berkembang, maka pada titik itu, hukum baku dapat menyesuaikan. Selain itu,
diketahui juga bahwa jaringan hukum standar adalah kumpulan orang-orang yang
dihubungkan oleh permintaan yang sah dan beberapa penduduk dengan
persekongkolan yang sah karena perumpamaan rumah atau berdasarkan drop.
Pedoman hukum baku yang terus berkreasi membuat hukum baku terus
mengalami perubahan setiap pedoman hukum baku tercipta dan kemudian lenyap
dengan adanya pedoman baru, sedangkan pedoman baru ini juga menciptakan,
pemerataan yang hidup dalam suara hati individu yang menyebabkan perubahan
dalam pedoman. Dengan demikian, gagasan hukum baku tidak tetap dan berubah,
sehingga dalam pedoman hukum baku penting untuk menetapkan suatu spesifikasi
dengan tujuan agar suatu spesifikasi menjadi hukum positif. Ini jelas berencana
untuk mengikuti realitasnya sekaligus menjadikan pedoman itu sebagai pedoman
yang sah dan memiliki kekuatan hukum yang tahan lama.
Perbedaan hukum kekerabatan dan sistem perkawinan antar masyarakat
adat mengakibatkan perbedaan sistem turun temurun. Sistem turun temurun ini
sudah berlaku sejak lama sebelum masuknya ajaran Buddha dan Islam Hidhu.
Secara teoritis, sistem hereditas dapat dibagi menjadi tiga pola, yaitu:
a. Kerangka patrilineal, lebih tepatnya kerangka genetik yang ditarik oleh
garis ayah, dimana keadaan laki-laki lebih menonjol daripada keadaan
perempuan dalam warisan (Gayo, Sayang, Batak, Lampung, Buru,
Seram, Nusa Tenggara, Irian) .
b. Kerangka matrilineal, lebih tepatnya kerangka genetik yang ditarik oleh
garis ibu, di mana kedudukan perempuan lebih menonjol daripada

166 Vol. 22 No. 2 Juli-Desember 2021


kedudukan laki-laki sebagai penerima manfaat utama (Minang-Kabau,
Enggano, Timor).
c. Kerangka Parental atau Masing-masing, lebih spesifik kerangka genetik
yang ditarik oleh garis orang tua, atau seperti yang ditunjukkan oleh
garis dua sisi (ayah-ibu), di mana situasi orang tidak diakui secara
warisan (Aceh, Sumatera Timur , Riau, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan
lain-lain).5

Hukum standar warisan adalah hukum standar yang memuat pengaturan


tentang kerangka dan standar hukum warisan, tentang warisan, ahli waris dan
warisan, serta cara pemindahan warisan dari ahli waris utama dari penerus utama.
Standar hukum warisan sebenarnya adalah hukum pemberian harta dari satu umur
kepada kerabatnya. Seperti yang ditunjukkan oleh Ter Haar menyatakan: "Hukum
warisan standar adalah pedoman yang sah sehubungan dengan bagaimana dari satu
abad ke abad lain transmisi dan perpindahan sumber daya substansial dan teoritis
dari satu zaman ke zaman lainnya."6
Hukum standar warisan ini memiliki kualitas dan atribut tersendiri yang
khas bagi Indonesia, yang tidak sama dengan hukum Islam dan hukum barat.
Karena perbedaan itu terletak di balik layar jiwa negara Indonesia yang berteori
Pancasila dengan masyarakat umum yaitu Bhineka Tunggal Ika. Yayasan ini pada
dasarnya adalah kehidupan bersama yang membantu terciptanya keselarasan,
kerukunan, dan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari. Harta warisan
sebagaimana yang ditunjukkan oleh hukum warisan standar bukanlah suatu
kesatuan yang dapat dinilai nilainya. Namun, solidaritas tidak berbagi atau dapat
dipartisi menurut jenisnya dan kepentingan warisannya.
Suku Lampung merupakan salah satu suku bangsa asli Indonesia yang
bersifat plural dengan ragam bahasa daerah, adat istiadat, dan cara hidup yang
beragam. Kelompok masyarakat Lampung secara regional dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu daerah pepadun dan daerah seibatin. Individu pepadun Lampung adalah
individu yang mengintervensi wilayah di pedalaman Lampung, sedangkan individu
saibatin Lampung adalah individu yang memiliki wilayah depan pantai karena
menempati wilayah di sepanjang pantai timur, selatan, dan barat Lampung. Daerah
asli pepadun tetap berpegang pada kerangka hereditas patrilineal mengingat daerah
asli pepadun Lampung menetapkan anak sulung atau sulung sebagai penerus
utama.

5 Effendi Perangin. 2004. Hukum Waris, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 3
6 Ibid, hlm 4.

Syakhsia; Jurnal Hukum Perdata Islam 167


Mengingat tatanan Lampung Pepadun yang konvensional dalam
pelaksanaan perampasan warisan, lebih menitikberatkan pada garis keturunan
dengan kerangka patrilineal, yaitu laki-laki tertentu yang berpusat pada dianggap
memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan hak-hak istimewa mereka juga lebih
diperoleh sejak laki-laki berada. pengganti kepala keluarga. Penerus utama dari
keadaan ini anak tertua dalam hukum adat Lampung tidak diragukan lagi akan
mengambil bagian penting dalam kehidupan sehari-harinya karena ia dipandang
sebagai pengganti atas keluarga Singa dan berkewajiban untuk memikul tanggung
jawab penuh untuk menjaga mengasuh, melayani, dan mengamankan keluarganya
yang lebih jauh, baik dalam hal mengawasi warisan yang ditinggalkan, maupun
bertanggung jawab atas kerabat yang ditinggalkan oleh penerus utama, menjadi
keserasian garis keturunan, dan menjaga nama besar. Dari keluarga itu. Kelompok
Penduduk Asli Lampung Pepadun Marga Buay Tegamo'an di Tiyuh Panaragan
Jaya, Daerah Tulang Bawang Tengah, Tulang Barat Aturan sebenarnya
menerapkan kerangka warisan sebagian besar laki-laki, sehingga banyak orang
merasa bahwa situasi wanita muda di warisan adalah Pribumi Lampung Pepadun
dibawa oleh seorang anak.
Begitulah solidnya para pemuda dalam kerangka warisan sebagian besar
laki-laki dalam kelompok Orang Lampung Pepadun Marga Buay Tegamo'an di
Tiyuh Panaragan Jaya, Daerah Tulang Bawang Tengah, Pemerintahan Tulang
Bawang Barat. Dengan pengaturan seperti itu, anak sulung menjadi isu utama
dalam warisan adat daerah Pepadun Lampung yang memenuhi syarat untuk
mendapatkan dan bertanggung jawab atas warisan wali, sedangkan
pemanfaatannya untuk semua penerima manfaat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Kedudukan Yang Berhak Mendapatkan Harta Warisan Menurut Hukum
Adat Lampung Pepadun Marga Buay Tegamo’an
Hukum warisan, hukum standar, pada dasarnya adalah sekumpulan
keputusan yang mengatur cara pemberian atau pemberian yang paling umum
dimulai dengan satu usia lalu ke usia berikutnya. Selanjutnya. Vandijk
berpandangan bahwa hukum warisan menurut hukum standar adalah aturan
kompleks yang mengawasi metode yang terlibat dengan pemindahan materi dan
sumber daya yang tidak penting dimulai dengan satu zaman kemudian ke zaman
berikutnya. Istilah warisan dalam puncak istilah hukum warisan baku diambil dari
bahasa Arab yang menjadi bahasa Indonesia. Hukum warisan standar tidak hanya
menggambarkan warisan menurut penerima manfaat, tetapi lebih luas dari itu.
Hukum standar warisan adalah hukum standar yang memuat pengaturan tentang

168 Vol. 22 No. 2 Juli-Desember 2021


kerangka dan standar hukum warisan, tentang warisan, kontrol dan tanggung jawab
dipindahkan dari penerima manfaat utama. Standar hukum warisan sebenarnya
adalah hukum pemberian harta dari satu umur kepada kerabatnya.7
Hukum warisan standar adalah hukum terdekat dari wilayah atau klan
tertentu yang berlaku, diterima dan dilakukan oleh individu-individu dari ruang
tersebut. Standar hukum warisan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dampak
organisasi yang beragam dari hubungan keluarga daerah setempat. Peraturan
Perundang-undangan Baku masih dipatuhi dan dilengkapi oleh standar daerah
setempat, baik yang telah ditetapkan undang-undang baku maupun belum tertulis
dalam bentuk hard copy atau tidak tertulis. Dalam pandangan hukum warisan
standar, ada beberapa jenis kerangka warisan, untuk lebih spesifik
Penataan harta peninggalan para ahli waris berasal dari kerabat ayah atau
ibu atau keduanya.
a. kerangka kerja individu: setiap penerus mendapat bagiannya.
b. kerangka kerja agregat: penerima manfaat mendapatkan warisan namun
tidak dapat menyebarkan kontrol atau kepemilikan. Setiap penerus hanya
mendapat opsi untuk memanfaatkan atau mendapatkan efek samping dari
properti.
c. kerangka kerja Majorat: warisan diturunkan ke anak tertua sebagai
pengganti ayah dan ibunya.8
Hukum waris adat tidak mengenal adanya hak bagi waris untuk sewaktu-
waktu menuntut agar harta warisan dibagikan kepada para waris sebagaimana
disebut dalam alinea kedua dari pasal 1066 KUHPerdata atau juga menurut hukum
waris Islam. Akan tetapi jika si waris mempunyai kebutuhan atau kepentingan,
sedangkan ia berhak mendapat waris, maka ia dapat saja mengajukan
permintaannya untuk dapat menggunakan harta warisan dengan cara
bermusyawarah dan bermufakat dengan para waris lainnya. Pada intinya
pembagian warisan berdasarkan Hukum Waris Adat sangat beragam tergantung
ketentuan suatu Adat tersebut dengan tetap memperhatikan prinsip keadilan antara
para ahli waris.9
Bagian dari hukum standar berdampak pada hukum warisan hukum standar
serta sebaliknya, hukum warisan tetap pada titik fokus hukum hukum baku lainnya,
karena hukum warisan mencakup hukum tidak sama dengan siklus yang konsisten

7Poespasari, E. D., & SH, M. 2016. Perkembangan Hukum Waris Adat di Indonesia. hlm.5
8Prodjojo Hamidjojo. 2000. Hukum Waris Indonesia. Stensil, Jakarta, hlm.20
9 Dewi, D. A. H. 2020. Kedudukan Ahli Waris yang Berpindah Agama terhadap Harta Waris Menurut

Hukum Waris Adat Bali. Jurnal Preferensi Hukum, Vol.1, No.2, hlm.78

Syakhsia; Jurnal Hukum Perdata Islam 169


dari satu abad ke abad lainnya, adalah pindah dan pindah kekayaan, baik materi
maupun tidak penting dari generasi ke generasi.10
Di bidang hukum warisan, cenderung dengan mudah ditunjukkan adanya
solidaritas dan keragaman dalam hukum baku Indonesia, namun tidak
terbayangkan dapat diharapkan untuk merencanakan suatu standar yang semua
kondisi yang sah memiliki karakter lahir yang sama. Standar hukum warisan tidak
hanya dipengaruhi oleh perubahan yang bersahabat dan semakin eratnya ikatan
kekeluargaan, yang menyebabkan semakin longgarnya ikatan golongan dan
kebangsaan, namun juga mengalami dampak dari suatu tatanan hukum yang belum
familiar secara keseluruhan yang kekuasaannya bergantung pada agama mengingat
fakta bahwa ada hubungan kelahiran yang pasti dengan agama itu.
Kelompok masyarakat asli Lampung dikenang karena berkumpulnya
kelompok masyarakat asli yang bersifat Patrilineal. Kelompok penduduk asli
patrilineal memiliki gagasan mendasar tentang hubungan keluarga yang tergantung
pada keturunan laki-laki atau bergaul dengan ayah mereka. Dalam kelompok
penduduk asli Patrilineal, kerabat ayah (laki-laki) dianggap memiliki kedudukan
yang lebih tinggi dan kebebasannya juga akan lebih banyak. Hal ini akan dengan
cepat mempengaruhi kerangka kerja warisan standar sebagai warisan warisan
kepada anak-anak, khususnya anak tertua. Penerus utama dari keadaan ini anak
tertua dalam hukum adat Lampung akan mengambil bagian penting dalam
kehidupan sehari-harinya karena ia dipandang sebagai pengganti atas keluarga
sehingga ia berkewajiban untuk memikul tanggung jawab penuh dalam menjaga,
melayani, dan memastikan keluarganya lebih jauh, baik sejauh milik para
eksekutif. penerima manfaat utama yang ditinggalkan, dan juga bertanggung jawab
atas kerabat yang ditinggalkan oleh penerima manfaat, menjaga keutuhan garis
penyesuaian, dan menjaga nama baik keluarga.11
Istilah warisan dalam puncak istilah hukum warisan baku diambil dari
bahasa Arab yang menjadi bahasa Indonesia. Hukum warisan standar tidak hanya
menggambarkan warisan menurut penerima manfaat, tetapi lebih luas dari itu.
Hukum standar warisan adalah hukum standar yang memuat pengaturan mengenai
kerangka dan standar hukum warisan, tentang warisan, penguasaan dan tanggung
jawab beralih dari penerus utama kepada penerima manfaat utama. Standar hukum
warisan sebenarnya adalah hukum pemberian harta dari satu umur kepada
kerabatnya.12

10 Bushar Muhammad. 2009. Pokok-Pokok Hukum Adat. PT. Pradnya Paramitha, Jakarta, hlm. 39
11 Zainudin Hasan, Hukum Adat Lampung, hlm.1
12 Ismail, H., Asy'ari, H., & Setiawan, A. 2019. Hak Waris Anak Laki-Laki Tertua Dalam Hukum Adat

Lampung Pepadun Perspektif Gender (Studi Di Tegineneng Kabupaten Pesawaran. Al Hurriyah: Jurnal Hukum
Islam, Vo.4, No.1, hlm. 56

170 Vol. 22 No. 2 Juli-Desember 2021


Di bawah pencipta akan menggambarkan tiga kerangka warisan sesuai
hukum standar Indonesia, khususnya:
a) Kerangka Warisan Individu Ciri-ciri Kerangka Warisan Singular adalah
bahwa tanggung jawab untuk warisan dibagi antara penerima manfaat,
sebagaimana berlaku sesuai Kode Umum (Common Code of Law), dan
Hukum Islam, seperti halnya berlaku untuk kelompok penduduk asli
sebagai pada keluarga Jawa yang bersifat parental, atau tambahan pada
keluarga Lampung yang bersifat patrilineal. Pada umumnya, kerangka
ini secara umum akan berlaku dalam jaringan keluarga bebas, yang
tidak dibatasi secara tegas oleh hubungan koneksi. Pada akhir-akhir ini,
di antara kelompok-kelompok penduduk asli saat ini, di mana kekuatan
penguasa konvensional sekarang lemah, dan mungkin sampai sekarang
tidak ada properti biasa, kerangka ini umumnya relevan. Manfaat dari
kerangka tunggal ini adalah bahwa dengan dispersi, penerima manfaat
utama memiliki hak kepemilikan gratis untuk bagian yang mereka
dapatkan. Penerima manfaat utama diizinkan untuk memutuskan
kehendak mereka atas warisan yang menjadi bagian mereka, ia
diizinkan untuk menjalankan hak warisannya kepada orang lain.
Kekurangannya bukan hanya sekedar warisan pusaka, namun juga
terputusnya hubungan silaturahmi antara satu keluarga penerima
manfaat dengan keluarga penerima manfaat lainnya. Yang mengandung
makna, adanya kekuasaan yang mengatur hidup masing-masing dan
saling tolong menolong antara satu keluarga dengan keluarga yang
berbeda yang merupakan kerabat.
b) Kerangka Legacy Agregat
Atribut kerangka warisan agregat adalah bahwa warisan
diperoleh/dibatasi oleh berkumpulnya penerima manfaat dalam satu
kesatuan negara, seolah-olah merupakan unsur legitimasi keluarga
(standard lawful element). Peninggalan itu disebut hartou menyayanak
di Lampung, sebagai petak-petak persemaian atau persawahan, atau
rumah bersama-sama (di Minangkabau-Gedung).
c) Majorate Legacy Framework
Atribut kerangka warisan sebagian besar adalah bahwa warisan wali
atau harta warisan anggota keluarga tetap utuh, tidak terbagi di antara
ahli waris, namun dibatasi oleh anak laki-laki tertua (sebagian besar
laki-laki) dalam masyarakat patrilineal Lampung dan Bali, atau masih
dibatasi oleh gadis tertua (sebagian besar wanita) di daerah semento
matrilineal di Sumatera Selatan dan Lampung.

Syakhsia; Jurnal Hukum Perdata Islam 171


Untuk daerah asli Lampung Pesisir, masyarakat menggunakan kerangka
warisan sebagian besar laki-laki. Kerangka warisan bagian yang lebih besar praktis
setua kerangka warisan agregat, hanya pertukaran dan pemindahan kebebasan
penguasa ke properti terpadu. diangkat menjadi anak sulung yang mengisi sebagai
puncak keluarga atau puncak keluarga menggantikan posisi ayah atau ibu sebagai
puncak keluarga.
Pemberian hak memerintah atas segala harta benda bagi anak tertua, bagi
kelompok masyarakat adat Lampung Pesisir, tujuannya sebagai pengganti
kewajiban wali yang telah meninggal dunia, untuk mempertanggung jawabkan
harta peninggalan dan keberadaan anaknya yang lebih tua. kerabat muda yang
masih kecil, dengan tujuan agar mereka bisa tetap menyendiri. Di ruang Lampung,
yang memimpin, menagih, dan mengurus penguasaan harta peninggalan adalah
anak punyimbang, anak tertua dari pasangan tertua.
Kekurangan dan kesopanan dari sebagian besar kerangka warisan terletak
pada pengelolaan anak tertua dalam situasinya sebagai pengganti walinya yang
telah meninggal, dalam mengawasi kelimpahan dan menggunakannya untuk
menghidupi semua kerabat yang ditinggalkan. Ini karena, karena anak tertua
bukanlah pemilik warisan secara terpisah, namun sebagai pemegang perintah orang
tua yang dibatasi oleh wawancara keluarga, dibatasi oleh komitmen untuk
berurusan dengan wali yang dibatasi oleh nasihat keluarga lainnya, dan dalam
terang bantuan bersama oleh bersama untuk bersama.13
Ditinjau dari pengertian hukum warisan baku, hukum warisan baku adalah
hukum tidak tertulis yang mengacu pada kecenderungan-kecenderungan yang
lazim dilakukan oleh penduduk asli sekitar dari satu zaman ke zaman lainnya yang
sampai saat ini digunakan dan menjadi kaidah dalam melakukan pewarisan adat
Lampung. . Hukum warisan standar Lampung harus diarahkan oleh hukum,
khususnya hukum warisan Indonesia.
Menurut Wirjono, pentingnya warisan adalah bahwa warisan melibatkan
apakah dan bagaimana hak-hak istimewa dan komitmen yang berbeda sehubungan
dengan kelimpahan seseorang pada saat kematiannya akan dipindahkan ke orang
lain yang masih hidup. Sejalan dengan itu, sebagaimana dikemukakan oleh
Wirjono, warisan merupakan suatu cara penyelesaian hubungan legitimasi di mata
masyarakat yang cukup banyak melahirkan penderitaan karena kematian seseorang,
di mana manusia yang menendang ember meninggalkan kelimpahan. Istilah
warisan dicirikan sebagai strategi penyelesaian, bukan pasal. Kemudian, pada saat
itu, cara mengatasinya karena seseorang meninggal.14

13 I.G.N. Sugangga. 1995. Hukum Waris Adat, UNDIP, Semarang, hlm. 11


14 Prodjojo Hamidjojo. 2000. Hukum Waris Indonesia. Stensil, Jakarta, hlm. 37

172 Vol. 22 No. 2 Juli-Desember 2021


Hal penting dalam masalah warisan ini adalah bahwa gagasan tentang
warisan menunjukkan bahwa ada tiga komponen yang masing-masing merupakan
komponen mendasar (lurus), yaitu:
a. seorang penerus yang pada saat kematiannya meninggalkan
kelimpahannya.
b. satu atau beberapa penerima manfaat yang memenuhi syarat untuk
mendapatkan kelimpahan yang ditinggalkan.
c. memperoleh properti atau warisan, khususnya kelimpahan dalam bentuk
beton yang tersisa dan pernah dipindahkan ke penerima manfaat.
Yang dimaksud dengan warisan adalah harta benda atau barang dagangan
yang dibawa oleh pasangan atau istri ke dalam perkawinan yang dimulai dari
warisan wali untuk dikuasai dan diklaim secara terpisah, untuk memenuhi
kehidupan rumah tangga. Sumber daya warisan dapat bersifat material dan tidak
relevan yang terdiri dari sebuah Warisan yang mencakup:
a. harta pusaka yang meliputi:
(1) Warisan terpadu adalah warisan yang memiliki nilai mistis yang
ketat.
(2) Warisan yang dapat dibedakan, menjadi warisan khusus yang tidak
memiliki nilai yang ketat: sawah, ladang, rumah.
b. Sumber daya bawaan, menjadi sumber daya khusus yang dibawa oleh
pasangan dan suami pasangan yang terlibat dalam pernikahan (produk
gawan, barang dagangan awal, jiwa, cadangan, persiapan). Berkenaan
dengan properti ada dua penilaian:
(1) Tetap menjadi hak setiap pasangan.
(2) Setelah jangka waktu (lebih dari 5 tahun) menjadi properti normal.
c. Harta benda perkawinan, khususnya harta benda yang diperoleh dalam
perkawinan.
d. Kebebasan yang didapat dari daerah, misalnya meminta di masjid, di
kapel, di tempat-tempat suci, memanfaatkan kuburan, saluran air,
mengumpulkan barang-barang hutan.15
Sedangkan menurut undang-undang baku, yang dimaksud dengan harta
bersama adalah segala harta benda yang dimiliki oleh pasangan suami istri
sepanjang dibatasi oleh ikatan perkawinan, baik harta milik anggota keluarga yang
dikuasai, maupun harta benda perseorangan mulai dari warisan, sumber
penghargaan, sumber gaji sendiri, sumber daya panggilan yang muncul karena
pernikahan. dengan pasangan, dan hal hadiah. Berkenaan dengan kedudukan harta
bersama dipengaruhi oleh standar hubungan ketetanggaan dan jenis perkawinan

15 Ibid, hlm.22

Syakhsia; Jurnal Hukum Perdata Islam 173


yang berlaku bagi pasangan tersebut. Sesuai dengan harta benda dalam perkawinan
yang termuat dalam Pasal 35 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 memutuskan
sebagai simpanan:
a. Harta yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.
b. Harta bawaan masing-masing pasangan dan harta yang diperoleh masing-
masing sebagai hadiah atau warisan sangat dipengaruhi oleh masing-masing
selama akad tersebut tidak menunjukkan dalam hal apapun. Sumber daya
bawaan dapat diakui sebagai milik intrinsik pasangan dan milik alami istri,
yang masing-masing dapat diakui dalam hal apa pun lainnya :
1) Harta warisan adalah harta benda atau barang dagangan yang dibawa
oleh seorang suami atau istri dalam perkawinan yang dimulai dari
warisan para wali, yang dilanjutkan dengan penguasaan dan pedoman
pemanfaatannya untuk mendukung ahli waris bersama, mengingat harta
warisan tidak dibagi antara setiap penerima manfaat utama. Di ruang
tepi laut Lampung, dalam perkawinan anak sulung akan tetap menyatu
dengan warisan orang tuanya, untuk mengurus dan membiayai
kehidupan kerabatnya yang lebih muda. Warisan para wali adalah
sebagai harta, khususnya sumber daya yang diturunkan dari satu zaman
ke zaman lainnya dan dibatasi oleh anak-anak tertua sesuai tingkatannya
masing-masing. Dalam wilayah adat Lampung, warisan dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Harta yang tidak berwujud, maksudnya harta pusaka yang tidak
dapat dibagi-bagi, mempuyai nilai-nilai magis
religious, hak-hak atas gelar adat (kedudukan jabatan adat)
dan hak mengatur dan mengadili anggota-anggotanya.
b. Harta yang berwujud, berupa pakaian, perlengkapan adat,
tanah pekarangan dan bangunan rumah, tanah kerabat
(tanah perladangan) dan hak-hak atas pemanfaatan atas
tanah kampung (tanah sesan/balai adat) tanah adat, semak belukar
atau hutan-hutan kecil yang bebas dari kekuasaan tertentu.
2) Harta yang diperoleh adalah harta benda atau barang dagangan yang
dibawa oleh pasangan atau istri ke dalam perkawinan mulai dari warisan
untuk dikuasai dan diklaim semata-mata untuk kelangsungan hidup
keluarga. Bagasi pasangan yang berasal dari warisan orang tuanya,
misalnya binatok di Lampung. Sebagai perkawinan yang sah, setelah
perkawinan dibatasi oleh pasangan untuk dimanfaatkan membantu
kehidupan keluarga. Tetapi yang mengganggu hukum yang tegas,
misalnya penyelesaian yang merupakan milik pribadi pasangan. Di

174 Vol. 22 No. 2 Juli-Desember 2021


daerah Lampung dan Batak yang melarang terjadinya perceraian dalam
perkawinan yang adil, pasangan suami istri tidak memenuhi syarat
untuk dinikahkan pengembalian barang dagangan yang diberikan oleh
wali dan anggota keluarga yang telah menikah.

Anugerah/ujian adalah harta benda atau barang yang dibawa oleh pasangan
atau istri ke dalam perkawinan yang berawal dari anugerah/wasiat dari pihak
kerabat, misalnya penghargaan/wasiat dari saudara kandung ayah yang sanak
saudaranya telah berpisah. Harta dari wasiat ini dibatasi oleh pasangan atau isteri
yang memperolehnya untuk dipergunakan bagi kelangsungan hidup keluarga,
keluarga dan orang lain sesuai dengan “kepercayaan” yang menyertai harta
tersebut. Penghargaan / wasiat ini kemudian dapat diteruskan seperti yang
ditunjukkan oleh hukum standar lingkungan.
Kado/hadiah adalah harta benda atau benda yang dibawa oleh pasangan
atau istri ke dalam perkawinan yang dimulai dari pemberian/pemberian dari
anggota keluarga dan mungkin orang lain karena hubungan baik. Ada individu
yang membayangkan itu antara produk yang dikuasai atau dimiliki oleh pasangan
mulai dari penghargaan, hingga merchandise yang bisa diberikan kepada anak-
anaknya. Maka apabila pasangan suami istri berpisah dari perkawinan, karena salah
satu dari mereka meninggal dunia atau karena cerai tanpa meninggalkan anak,
maka pada saat itu harta yang diperoleh dari warisan harus dikembalikan kepada
kelompok asal, sedangkan harta yang diperoleh properti dari penghargaan akan
dibatasi oleh penerima manfaat utama dari yang binasa.16
Berdasarkan penjelasan mengenai harta warisan di atas, maka harta warisan
adalah pembagian yang baru saja dilakukan oleh dermawan yang telah meninggal
dunia dan kemudian dibagi antara kedua belah pihak, anak-anak atau keluarga
dekatnya yang sebagian besar sebagai sumber daya, harta benda yang dapat
dibawa-bawa atau tidak dapat diganggu gugat. Kemudian, pada saat itu, warisan
harus sesuai dengan undang-undang dan pedoman dan hukum standar warisan.
Hukum warisan standar adalah hukum lingkungan dari wilayah atau klan
tertentu yang berlaku, diterima dan diselesaikan oleh individu-individu dari ruang
tersebut. Standar hukum warisan di Indonesia tidak terlepas dari dampak sintesis
khas hubungan kekeluargaan daerah. Peraturan Perundang-undangan Baku masih
dipatuhi dan dilengkapi oleh standar daerah setempat, baik yang telah ditetapkan
undang-undang baku maupun belum tertulis dalam bentuk hard copy atau tidak
tertulis. Dalam pandangan hukum warisan standar, ada beberapa jenis kerangka
warisan, khususnya:

16 Ibid, hlm.33

Syakhsia; Jurnal Hukum Perdata Islam 175


Kerangka bawaan: penerus utama berasal dari ayah atau ibu atau keduanya.
a. Kerangka kerja individu: setiap penerima manfaat mendapat porsinya.
b. Kerangka kerja agregat: penerima manfaat mendapatkan warisan namun
tidak dapat mengambil alih kendali atau kepemilikan. Setiap penerima
manfaat hanya mendapatkan pilihan untuk memanfaatkan atau
mendapatkan konsekuensi dari properti tersebut.
c. Kerangka Majorat: warisan diturunkan ke anak tertua sebagai pengganti
ayah dan ibunya.17
Hukum warisan standar tidak memandang hak penerima manfaat atas
kepentingan bahwa warisan itu disebarluaskan di antara para penerima manfaat
seperti yang dinyatakan dalam bagian kedua pasal 1066 Kitab Undang-undang
Hukum Umum atau sesuai hukum warisan Islam. Namun, dengan asumsi penerus
utama memiliki kebutuhan atau kepentingan, sementara ia memenuhi syarat untuk
warisan, maka, pada saat itu, ia dapat dengan mudah mengajukan permintaannya
untuk memiliki opsi untuk menggunakan warisan melalui konsultasi dan
kesepakatan dengan penerima yang berbeda. Pada dasarnya, penyampaian warisan
yang bergantung pada Standar Legacy Law sangat beragam dengan mengandalkan
pengaturan adat dengan tetap fokus pada pedoman kesetaraan antara penerima
manfaat utama.18
Warisan menyinggung kelimpahan kadaluwarsa, yang kemudian disebut
ahli waris, baik harta itu telah dibagi-bagi atau masih dalam keadaan tidak
dipisahkan. Hukum warisan berisi pedoman yang mengatur cara paling umum
untuk mewariskan dan meneruskan barang dagangan properti dan produk teoretis,
artikel yang tidak relevan dari zaman manusia kepada kerabatnya. Interaksi telah
dimulai ketika para wali masih hidup. Siklus tidak berubah menjadi "intens" karena
orang tua menendang ember. Memang, meninggalnya seorang ayah atau ibu adalah
momen penting untuk interaksi, namun sebenarnya tidak secara drastis
mempengaruhi cara paling umum untuk mengirim dan memindahkan properti juga
properti non-objek.19

B. Kedudukan dan kekuatan hukum hak waris anak laki-laki dalam


masyarakat adat Lampung Pepadun marga buat Tegamo'an.
Posisi adalah status, baik untuk individu, tempat, atau benda. Sesuai dengan
referensi kata bahasa Indonesia, kedudukan secara teratur diakui pikiran (status)
dan kesejahteraan ekonomi (kedudukan masyarakat). Kedudukan dicirikan sebagai
tempat atau kedudukan individu dalam suatu perkumpulan orang, sedangkan

17 I.G.N. Sugangga. 1995. Hukum Waris Adat. UNDIP, Semarang, hlm. 11


18 Hilman Hadikusuma. 2003. Hukum Waris Adat. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 7
19 Hilman Hadikusumah. 1980. Hukum Waris Adat. Alumni, Bandung, hlm. 23

176 Vol. 22 No. 2 Juli-Desember 2021


kedudukan sosial adalah tempat individu dalam iklim sosialnya, seperti halnya
kebebasan dan komitmen. Kedua istilah memiliki kepentingan yang sama dan
digambarkan oleh status seolah-olah. Sedangkan kekuatan legitimasi suatu pilihan
dapat berupa kekuatan hukum formal dan kekuatan hukum materiil. Kekuasaan
yang sah dapat dikatakan dalam hal suatu pilihan adalah sah atau dianggap
substansial, maka pada saat itu pilihan tersebut mempunyai kekuatan yang sah,
yang mengandung arti bahwa pilihan tersebut dapat mempengaruhi hubungan-
hubungan yang sah.
Kelompok penduduk asli patrilineal memiliki gagasan mendasar tentang
hubungan keluarga yang tergantung pada keturunan laki-laki atau interaksi dengan
ayah. Dalam kelompok penduduk asli patrilineal, kerabat dari ayah (laki-laki)
dianggap memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan hak-hak istimewa mereka juga
akan lebih banyak. Di kalangan penduduk asli Lampung, anak sulung adalah
penerima manfaat utama yang menguasai seluruh harta peninggalan orang tuanya.
Dengan komitmen untuk menggantikan keadaan ayahnya yang sudah tua atau
sudah meninggal sebagai kepala keluarga, yang bertanggung jawab untuk
menangani dan benar-benar memusatkan perhatian pada kerabatnya yang lebih
muda yang belum dewasa sampai kerabat yang lebih muda dapat hidup. secara
mandiri.
Anak-anak dari orang tua mereka dapat disebut anak kandung, anak tiri,
anak asuh, anak angkat, anak asuh dan anak asuh, yang semuanya memiliki situasi
yang berbeda seperti yang disebutkan oleh undang-undang koneksi lokal, terutama
terkait dengan masalah warisan.
a. Anak Kandung
Semua anak yang dibawa ke dunia dari pernikahan ayah dan ibu adalah
anak-anak organik. Jika perkawinan ayah dan ibu itu sah, maka anak
tersebut adalah anak kandung yang sah, jika perkawinan ayah dan ibu tidak
substansial, maka pada saat itu, kid adalah anak organik yang
disalahpahami. Menurut hukum adat Lampung, perkawinan yang sah
adalah perkawinan yang dilakukan menurut syariat Islam dan dipersepsikan
menurut hukum baku. Anak yang dibawa ke dunia dari pernikahan adalah
anak yang benar-benar muda sesuai dengan hukum standar dan akibatnya
memiliki hak sebagai penerus utama ayahnya baik dalam warisan dan posisi
standar.
b. Anak tiri
Anak tiri yang dimaksud di sini adalah anak organik yang dibawa oleh
pasangan atau istri ke dalam perkawinan dengan tujuan agar salah satunya
menganggap anak tersebut sebagai anak tiri. Jadi anak tiri adalah anak yang

Syakhsia; Jurnal Hukum Perdata Islam 177


tidak dapat dicabut dalam pernikahan. Situasi anak tiri sebagai perkawinan
atau perkawinan yang adil tidak dapat dipisahkan dari dampak hubungan
keluarga ayah atau hubungan ibu. Ini beragam seperti perkawinan mentas,
yang berlaku untuk wilayah lokal kebapakan konvensional, di mana harta
bersama para wali dapat dipisahkan dengan jelas, antara sumber daya yang
diperoleh, sumber daya gaji, sumber daya kerja, dan hadiah pernikahan.
Untuk situasi ini anak tiri pada dasarnya hanya memperoleh dari wali yang
melahirkan mereka.
c. Anak angkat
Anak asuh adalah anak orang lain yang secara resmi diangkat oleh orang
tua baru sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di lingkungan tempat tinggal, karena motivasi di balik keserasian
terjun serta pemeliharaan sumber daya keluarga, misalnya di daerah asal
seperti di wilayah Minangkabau, Semendo Sumatera Selatan, dimana
keluarga yang hanya memiliki anak dan tidak memiliki gadis kecil dapat
mengambil anak perempuan orang lain untuk menjadi pengganti dan
penerima manfaat utama dari orang tua baru mereka.20
Sejauh mana situasi anak terhadap orang tuanya, yang menimbulkan hak
dan komitmen proporsional antara anak dan orang tuanya, dipengaruhi oleh
struktur hubungan keluarga, pengaturan hubungan langsung, perkawinan dan jenis
perkawinan ayahnya. dan ibu dan ada atau tidak adanya ikatan standar antara anak
dan orang tuanya. Dalam kerangka hubungan patrilineal, kerangka hubungan
keluarga darah difokuskan pada hubungan keluarga sentris laki-laki (perkawinan)
dan dalam sehari-hari adat perkawinan berlaku dengan angsuran tunai yang sah, di
mana setelah menikah pasangan memasuki hubungan suami. Pada umumnya,
penerima manfaat adalah anak-anak dan gadis kecil, mengingat anak-anak untuk
perut ibu setiap kali dikandung hidup-hidup, namun tidak semua anak adalah
penerima manfaat, mengingat ada anak yang bukan penerima manfaat.
Kelompok masyarakat asli Lampung menitikberatkan pada situasi anak-
anak di atas gadis-gadis kecil, anak-anak adalah pengganti kerabat ayah mereka
yang diambil dari satu ayah yang unik, sedangkan anak perempuan siap menjadi
anak orang lain, yang akan memperkuat kerabat orang lain. Pada dasarnya, baik
seperti yang ditunjukkan oleh hukum dan hukum standar, untuk memutuskan
apakah anak itu sah ditemukan benar-benar realitas yuridis bukan organik. Arti
penting dari kebenaran yuridis non-alamiah adalah bahwa dengan asumsi anak
dilahirkan ke dunia dengan ayah dan ibu dalam perkawinan yang sah, maka, pada

20 Muhammad Ali Ash-Shabuni. 1995. Pembagian Waris Menurut Islam, Terj. Basalamah. Gema
Insani Press, Jakarta, hlm. 33

178 Vol. 22 No. 2 Juli-Desember 2021


saat itu, anak itu asli. Di wilayah lokal asli patrilineal yang menganut agama Islam,
anak-anak muda yang disalahpahami tidak memenuhi syarat untuk menjadi ahli
waris ayah mereka.
Situasi seorang anak, meskipun disukai dari perspektif keseluruhan,
memiliki kontras antara anak tertua, anak berikutnya, dll dan situasi anak dari
pasangan tertua akan menjadi prioritas yang lebih tinggi daripada situasi anak
berikutnya. istri tergantung pada status. hukum standar. Keadaan anak sulung tidak
hanya sebagai pengganti kerabat orang tuanya, tetapi juga memiliki keadaan
sebagai berikut:
a. Pengganti kekacauan orang tuanya.
b. Sebagai pelopor langsung kebebasan untuk kekayaan, warisan dan harta
dari anggota keluarga orang tuanya.
c. Sebagai perintis yang benar dan bertanggung jawab atas anggota
keluarganya, kerabat, kerabatnya, baik tindak lanjut demi kepentingan
keseimbangan (kedudukan atau kepala) adat dan hubungan.
Keadaan anak muda tentang pusaka standar umumnya keadaan anak laki-
laki dalam peruntukan pusaka standar Lampung akan lebih banyak daripada wanita
muda. Hal ini dengan alasan bahwa dalam hukum adat Lampung, pemuda dapat
dipercaya sebagai pengganti dan dapat mempertanggungjawabkan warisan
penerusnya. Keadaan anak-anak muda, baik laki-laki, alamiah, sedikit demi sedikit,
maupun lahiriah, telah diatur dalam KUHPerdata, sebagaimana dalam hukum waris
standar. Selanjutnya, setiap pilihan dalam penyebarluasan warisan ternyata
langsung jika perampasan warisan dilakukan oleh dermawan yang telah meninggal.

KESIMPULAN
Setelah percakapan selesai, pencipta menyelesaikan sebagai berikut:
1. Kekuatan hukum pewarisan anak sebagaimana yang ditunjukkan oleh
hukum baku LAMPUNG PEPADUN MARGA BUAY TGAMO'AN
Kedudukan Anak Sebagai warisan baku pada umumnya, maka keadaan
anak dalam sosialisasi warisan konvensional di Lampung akan lebih dari
itu. dari wanita muda. Hal ini dengan alasan bahwa dalam hukum standar
Lampung, pemuda dapat dipercaya sebagai pengganti dan dapat
bertanggung jawab atas warisan penerima manfaat utama. Keadaan anak-
anak muda, baik laki-laki, alamiah, sedikit demi sedikit, atau berpelukan,
telah diatur dalam KUHPerdata, sebagaimana dalam hukum waris standar.
Dengan demikian, setiap pilihan dalam penyebaran warisan ternyata
langsung dengan asumsi sirkulasi warisan diselesaikan oleh dermawan yang
telah meninggal.

Syakhsia; Jurnal Hukum Perdata Islam 179


2. Keadaan anak menurut hukum baku Lampung Pepadun Marga Buay
Tegamo'an Kelompok masyarakat asli Lampung menitikberatkan pada
keadaan anak di atas anak perempuan, anak adalah pengganti dari kerabat
ayahnya yang diambil dari satu ayah yang unik, sedangkan anak perempuan
siap untuk menjadi anak orang lain, yang akan membentengi anak cucu
orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku
Ahmad Rofiq. 2013. Hukum Perdata Islam di Indonesia, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Bushar Muhammad. 2009. Pokok-Pokok Hukum Adat. PT. Pradnya Paramitha,
Jakarta
Effendi Perangin. 2004. Hukum Waris, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Mariesa
Mulan Tikha. 2020. Pembagian Waris Lebih Terhadap Anak Laki-Laki
Tertua Desa Panaragan Jaya Kabupsten Tulang Bawang Barat Menurut
Sistem Kewarisan Hukum Adat Lampung Pepadun Dan Hukum Islam,
Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Padjadjaran Bandung
Hilman Hadikusuma. 2003. Hukum Waris Adat. Citra Aditya Bakti, Bandung
Hilman Hadikusumah. 1980. Hukum Waris Adat. Alumni, Bandung
I.G.N. Sugangga. 1995. Hukum Waris Adat. UNDIP, Semarang

Muhamad Arief Setiawan. 2019. Kekuatan Hukum Alat Bukti Pengakuan Di


Dalam Dan Di Luar Persidangan Perkara Sengketa Tanah Pengadilan
Negeri Kelas 1 A Palembang, Hukum, Fakultas Hukum, Universitas
Muhammadiyah Palembang
Muhammad Ali Ash-Shabuni. 1995. Pembagian Waris Menurut Islam, Terj.
Basalamah. Gema Insani Press, Jakarta
Hilman Hadikusuma, 2015. Hukum Waris Adat, PT Citra Aditya Bakti, Bandung

Prodjojo Hamidjojo. 2000. Hukum Waris Indonesia. Stensil, Jakarta

180 Vol. 22 No. 2 Juli-Desember 2021


b. Undang-Undang Dan Peraturan Lainnya

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)


Kitab Undang – Undang Hukum Acara Perdata (KUHAPerdata)

c. Sumber Lainnya

Poespasari, E. D., & SH, M. 2016. Perkembangan Hukum Waris Adat di Indonesia
Zainudin Hasan, Hukum Adat Lampung
Ismail, H., Asy'ari, H., & Setiawan, A. 2019. Hak Waris Anak Laki-Laki Tertua
Dalam Hukum Adat Lampung Pepadun Perspektif Gender (Studi di
Tegineneng Kabupaten Pesawaran. Al Hurriyah: Jurnal Hukum Islam,
Vo.4, No.1

Syakhsia; Jurnal Hukum Perdata Islam 181


182 Vol. 22 No. 2 Juli-Desember 2021

Anda mungkin juga menyukai