Anda di halaman 1dari 4

Ulangan Tengah Semester II

HUKUM ADAT

Dosen Pengampu

Prof. Dr. Wayan P. Windia, S.H.,M.Si

I Gede Pasek Pramana, S.H.,M.H.

Oleh:
I KADEK ADY DARMA YUDA
(2004551108)
WA : 087864272288
B/Reguler Pagi

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
TUGAS/UTS
1. Apakah adat dapat disamakan dengan hukum adat? Jelaskan.
JAWAB : Adat dapat disamakan dengan hukum adat. Karena adat dan hukum adat sama
sama mengatur norma tingkah laku manusia dan sama sama mempunyai sanksi.
SUMBER :
http://erepository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4617/1/Pengantar%20Hukum%20Adat.pdf
(Buku Sigit Sapto Nugroho, S.H. , M.Hum./ judul Pengantar Hukum Adat Indonesia/
halaman 24.

2. Bagaimanakah relasi antara hukum adat dan agama? Jelaskan.


JAWAB : Hubungan atau relasi antara hukum adat dan agama yaitu hukum yang hidup
dan berlaku bagi rakyat Indonesia terlepas dari agama yang dianutnya adalah hukum adat.
Sedangkan hukum agama dituruti sepanjang hukum agama telah diresepsi oleh hukum adat
setempat. Dengan demikian, berdasarkan teori resepsi ini, yang berlaku bagi masyarakat
Indonesia adalah hukum adat sedangkan agama hanya memberi pengaruh terhadap hukum
adat. Sebagaimana dikutip oleh Soleman B. Taneko, Snouck Hurgronye berpendapat
bahwa agama memberi pengaruh hanya pada bagian-bagian kehidupan manusia yang
bersifat mesra dan yang erat hubungannya dengan kepercayaan dan kehidupan batin.
Bagian-bagian itu adalah hukum keluarga, hukum perkawinan, dan hukum waris.
SUMBER :
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/15322/1/46c397ce3a3b8e31dfdbbd6dc082bb02.pdf /
Judul Hukum Adat Sebagai Perwujudan Kearifan Lokal Dan Pekerjaan Rumah Dalam
Pengembangan Ilmu Hukum Adat/ halaman 6-7.

3. Sebutkan dan jelaskan mengenai ragam bentuk dari hukum adat.


JAWAB : Dalam dunia modern ini hukum selalu berbentuk tertulis. Apakah di Eropa, di
Amerika, atau negara-negara modern lainnya seperti Singapura, Australia, China, dan
negara-negara lainnya di Asia. Pengertian tertulis harus diartikan sebagai tertulis dalam
bentuk undang-undang. Sebagai undang-undang, menurut teori hukum ia dibentuk oleh
suatu lembaga yang memiliki wewenang dan otoritas yaitu negara yang diwakili oleh
lembaga Legislative. Bentuk hukum adat ada dua yaitu yang tertulis dan yang ter catat.
Hukum adat mempunyai bentuk yang berbeda dengan bentuk hukum dari negara-negara
modern tersebut di atas. Oleh karena itu, kata tertulis diganti dengan tercatat karena
memang ada beberapa bagian dari hukum adat di Indonesia ini dicatat dalam daun lontar,
atau kitab raja-raja, dan sebagainya. Seperti awig-awig di Bali ditulis dalam daun lontar
atau dalam laporan-laporan oleh para pengkaji hukum. Menurut Kusumadi Pudjosewojo
bahwa aturan-aturan yang mengatur tingkah laku manusia itu adalah adapt, tetapi dari
aturan aturan tingkah laku itu ada pula yang hukum. Menurut beliau bahwa dalam
kehidupan nyata sehari-hari, dalam kehidupan bersama anggota masyarakat nyata-nyata
melaksanakan aturan-aturan tingkah laku itu. Dari kenyataan itu belum nampak, manakah
yang adat dan manakah yang hukum. Tetapi, juga kelihatan bahwa di dalam masyarakat itu
ada susunan badan-badan atau orang-orang tertentu yang justru mempunyai tugas untuk
menentukan, melak sanakan, mempertahankan, dan memperlakukan aturan-aturan tingkah
laku tertentu, dengan cara tertentu, disertai akibat-akibat tertentu pula. Badan-badan/orang-
orang tertentu yang mempunyai tugas sedemikian itu lazim disebut yang berwajib' atau
'penguasa. Mereka itu tugasnya ialah menetapkan apa yang hukum' di dalam batas
lingkungan wewenangnya masing-masing. Misalnya pembentuk undang-undang, hakim,
alat-alat perlengkapan Tata usaha Negara dan lain-lain. Jadi, menurut Kusumadi
Pudjosewojo ialah bahwa bentuk hukum adat itu dapat dilhat dari: aturan-aturan: aturan ini
bersifat normative dan oleh karena itu bersifat idealis, tetapi bukan utopis karena dapat
diterapkan; ditentukan, dilaksanakan, dipertahankan, dan dilestarikan oleh badan-badan
atau orang-orang tertentu dalam lingkungan kewenangannya, yaitu para fungsionaris
hukum, penegak hukum, petugas yang berwenang, yang berwajib, dan dukungan anggota
masyarakat Menurut Surojo Wignjodipuro' ada tiga bentuk atau wujud hukum adat, yaitu:

a. tidak tertulis atau ius non scriptum bentuk ini merupakan bentuk

yang terbesar,

b. tertulis atau ius scriptum, hanya sebagian kecil saja misalnya titiswara-titiswara/
peswara-peswara yang dimuat dalam Awig-awig di Bali, Ammana Gappa yaitu hukum
pelayaran pada masyarakat Bugis dan Goa di Sulawesi Selatan, Pepakem Cirebon di Kesul
tanan Cirebon, dan Simbor Cahaya di Lampung, atau sarakata sarakata yang dimuat di
dalam pepatah adat, atau seperti di dalam Gurindam 12 oleh Raja Ali Haji di Aceh, atau
pranata-pranata di Jawa,

c. uraian-uraian hukum secara tertulis, lazimnya uraian-uraian ini adalah merupakan


merupakan hasil kajian para peneliti para sarjana hukum yang telah dipublikasikan.
SUMBER : Rato, Dominikus. 2014. HUKUM ADAT DI INDONESIA. Laksbang Justisia
Surabaya: Surabaya

4. Bagaimanakah pengakuan negara (Indonesia) terhadap eksistensi hukum adat? Jelaskan.


JAWAB : Pengakuan negara Indonesia atas eksistensi dalam definsi tentang masyarakat
hukum adat antara satu unsure yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Hal ini
berpengaruh dalam seberapa besar kewenangan yang dimiliki sedangkan dalam pengakuan.
Namun terlepas dari semangat baik tersebut UU ini menunjukkan bukti sekali lagi bahwa
ia merupakan produk politik. implikasi yuridis pengakuan desa adat oleh Undang-Undang
Desa adalah adanya pembatasan dan penyeragaman. Pembatasan terjadi sebab pengakuan
tersebut dilakukan jika Masyarakat Hukum Adat memenuhi segala persyaratan yang sangat
berat untuk dilakukan. Sekalipun masyarakat sudah memenuhi segala persyaratan. Diakui
tidaknya tetap menjadi hak pemerintah kabupaten/ kota. Tidak ada peraturan yang
mewajibkan kabupaten/kota untuk memberikan pengakuan. Implikasi yang lain pengakuan
masyarakat hukum adat yang diformalkan menjadi desa adat adalah penyeragaman
kelembagaan dan urusan. Hal ini terjadi karena lembaga pemerintahan desa dengan desa
adat umumnya sama. Desa adat hanya memiliki kelebihan untuk mendirikan lembaga adat.
Selain itu Pengakuan dari UU tersebut menganut model pengakuan bersyarat pasca
amandemen. Untuk memperoleh pengakuan masyarakat hukum adat harus memenuhi
beberapa kroteria tertentu yang disyaratkan
SUMBER : https://media.neliti.com/media/publications/122554-ID-pengakuan-atas-
kedudukan-dan-keberadaan.pdf JURNAL PENELITIAN HUKUM Volume 2, Nomor 2,
Juli 2015, Halaman 63-76
5. Sebutkan dan jelaskan dengan contoh mengenai sifat/ciri/corak hukum adat. (Minimal
menjelaskan 4 sifat/ciri/corak hukum adat
 Bercorak Relegiues- Magis : percaya adanya kekuatan gaib, percaya adnya roh-roh
halus, hatu-hantu yang menempati alam semesta seperti terjadi gejala-gejala alam,
tumbuh-tumbuhan, binatang, batu dan lain sebagainya. Adanya pemujaan-pemujaan
khususnya terhadap arwah-arwah darp pada nenek moyang sebagai pelindung adat-
istiadat yang diperlukan bagi kebahagiaan masyarakat. Contohnya percaya adanya
kekuatan gaib, pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang, setiap kegiatan selalu
diadakan upacara-upacara relegius, percaya adnya roh-roh halus, hantu-hantu yang
menempati alam semesta seperti terjadi gejala-gejala alam, tumbuh-tumbuhan,
binatang, batu dan lain sebagainya
 Bercorak Komunal atau Kemasyarakatan : manusia terikat pada kemasyarakatan tidak
bebas dari segala perbuatannya dan Setiap warga mempunyai hak dan kewajiban sesuai
dengan kedudukannya contohnya individu satu dengan yang lainnya tidak dapat hidup
sendiri, kepentingan bersama lebih diutamakan daripada kepentingan perseorangan
 Bercorak Demokrasi : Bahwa segala sesuatu selalu diselesaikan dengan rasa
kebersamaan, kepentingan bersama lebih diutamakan dari pada kepentingan-
kepentingan pribadi sesuai dengan asas permusyawaratan dan perwakilan sebagai
system pemerintahan contohnya Adanya musyawarah di Balai Desa, setiap tindakan
pamong desa berdasarkan hasil musyawarah
 Bercorak Kontan : Pemindahan atau peralihan hak dan kewajiban harus dilakukan pada
saat yang bersamaan yaitu peristiwa penyerahan dan penerimaan harus dilakukan
secara serentak, ini dimaksudkan agar menjaga keseimbangan didalam pergaulan
bermasyarakat. Contohnya, perbuatan hukum dalam (ukum Adat tentang suatu
perbuatan yang kontan adalah jual-beli lepas, perkawinan jujur, melepaskan hak atas
tanah, adopsi
 Bercorak Konkrit : adanya tanda yang kelihatan yaitu tiap-tiap perbuatan atau keinginan
dalam setiap hubungan-hubungan hukum tertentu harus dinyatakan dengan benda-
benda yang berwujud. Contohnya, dalam perjanjian jual beli, si pembeli menyerahkan
uang atau uang panjar, itu suatu Adat dan bentuk konkrit diberi tanda yang kelihatan,
terhadap obyek yang dikehendaki akan dibeli
 SUMBER :
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/pengantar_dan_asas_asas_huk
um_adat_istiadat.pdf / Judul Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat Indonesia /
halaman 10-13.

Anda mungkin juga menyukai