Anda di halaman 1dari 109

TUGAS

Mata Kuliah : Pengantar Hukum Indonesia

Dosen Pengampu : Dr.Siti Kotijah, SH.,MH

Disusunoleh :

Ahmad Robby Nur Kusuma Wijaya

1908016179

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2019

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 1


1. APA ITU MASYARAKAT,ORANG,KELOMPOK,INDUVIDU,DAN
MASYARAKAT ADAT ?

Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup secara bersama-sama


di suatu wilayah dan membentuk sebuah sistem, baik semi terbuka maupun semi
tertutup, dimana interaksi yang terjadi di dalamnya adalah antara individu-
individu yang ada di kelompok tersebut.

Secara etimologis kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab,


yaitu “musyarak” yang artinya hubungan (interaksi).Sehingga definisi masyarakat
adalah suatu kelompok manusia yang hidup bersama-sama di suatu tempat dan
saling berinteraksi dalam komunitas yang teratur.

Suatu masyarakat terbentuk karena setiap manusia menggunakan perasaan,


pikiran, dan hasratnya untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang secara kodrati saling
membutuhkan satu sama lainnya

Pengertian Masyarakat Menurut Para Ahli

Agar lebih memahami apa definisi masyarakat, maka kita dapat merujuk pada
pendapat beberapa ahli berikut ini:

1. Paul B. Harton

Menurut Paul B. Harton, pengertian masyarakat adalah sekumpulan manusia


yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu relatif cukup lama,
mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan
melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok manusia tersebut.

2. Ralp Linton

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 2


Menurut Ralp Linton, pengertian masyarakat adalah sekelompok manusia yang
hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sebaga suatu kesatuan sosial dengan
batas-batas yang dirumuskan secara jelas.

3. John J. Macionis

Menurut John J. Macionis, definisi masyarakat adalah orang-orang yang


berinteraksi dalam suatu wilayah tertentu dan memiliki budaya bersama.

4. Soerjono Soekanto

Menurut Soerjono Soekanto, pengertian masyarakat adalah proses terjadinya


interaksi sosial, suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak
memenuhi dua syarat yaitu interaksi sosial dan komunikasi.

5. Selo Sumardjan

Menurut Selo Sumardjan, pengertian masyarakat adalah orang-orang yang hidup


bersama dan menghasilkan suatu kebudayaan

Hubungan antara hukum dan masyarakat sangat erat dan tak mungkin
dapat diceraipisahkan antara satu sama lain, menginga bahwa dasar hubungan
tersebut terletak dalam kenyataan-kenyataan berikut ini.;

a. Hukum adalah pengatur kehidupan masyarakat.

Kehidupan masyarakat tidak mungkin bisa teratur kalau tidak ada hukum.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 3


b. Masyarakat merupakan wadah atau tempat bagi berlakunya suatu hukum.
Tidak mungkin ada atau berlakunya suatu hukum kalau masyarakatnya tidak
ada.

Jadi, dari kedua pernyataan di atas ini sudah dapat dibuktikan, dimana ada
hukum di situ pasti ada masyarakat dan demikian pula sebaliknya, dimana dad
masyarakat disitu tentu ada hukumnya.

c. Disamping itu, tak dapat disangkal adanya kenyataan bahwa hukum juga
merupakan salah satu sarana utama bagi manusia melalui masyarakat di mana ia
menjadi warga atau anggotanya, untuk memenuhi segala keperluan pokok
hidupnya dalam keadaan yang sebaik dan sewajar mungkin, mengingat hukum
itu pada hakikatnya:

1). Memberikan perlindungan (proteksi) atas hak-hak setiap orang secara wajar,
disamping juga menetapkan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhinya
sehubungan dengan haknya tersebut.

2). Memberikan juga pembatasan (restriksi) atas hak-hak seseorang pada batas
yang maksimal agar tidak mengganggu atau merugikan hak orang lain,
disamping juga menetapkan batas-batas minimal kewajiban yang harus
dipenuhinya demi wajarnya hak orang lain

orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan


istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang
tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan
menggunakan konsep jiwa yang bervariasi yang, dalam agama, dimengerti
dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup;
dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 4


Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan
penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta
perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk
membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta
pertolongan.

Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis


kelaminnya.Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir
entah laki-laki atau perempuan.Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan
laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan
perempuan dewasa sebagai wanita

Dalam hukum, perkataan orang ( person)

berarti pembawa hak dan kewajiban(subyek) di dalam hukum. Dimaksud dengan


orang atau subyek hukum, dapat diartikansebagai manusia (naturlijkpersoon)
atau badan hukum (rechtspersoon).Selain pengertian itu , orang juga
mempunyai arti sebagai keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur
tentang subjek hukum dan wewenangnya, kecakapannya,domisili, dan catatan
sipil.

Pengertian kelompok adalah sekumpulan manusia yang merupakan kesatuan


dan memiliki identitas, dimana identitas tersebut dapat berupa adat istiadat dan
sistem norma yang mengatur pola interaksi masyarakat manusia yang hidup di
dalam masyarakat sendiri, kelompok terbagi menjadi beberapa golongan
misalnya kelompok profesi, kelompok aliran, kelompok bermain dan sebagainya

Individu berasal dari kata undivided atau dengan kata lain tidak bisa dibagi,
hanya satu. Pada saat seorang manusia berperan sebagai individu atau
perseorangan, maka bisa dikatakan bahwa ia hidup atau tinggal bersama individu
lain dan melakukan interaksi dengan individu di sekitarnya.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 5


"masyarakat adat atau tradisional adalah suku-suku dan bangsa yang, karena
mempunyai kelanjutan historis dengan masyarakat sebelum masuknya penjajah
di wilayahnya, menganggap dirinya berbeda dari kelompok masyarakat lain yang
hidup di wilayah mereka".

Masyarakat hukum adat menurut UU No.32/2009 tentang perlindungan dan


pengelolaan lingkungan hidup BAB I Pasal 1 butir 31 adalah:
Masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang secara turuntemurun
bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal usul
leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, serta adanya
sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial,

dan hukum.

Adapun Masyarakat Adat Indonesia yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat


Adat Nusantara memberikan definisi:

Masyarakat adat sebagai komunitas yang memiliki asal-usul leluhur secara turun
temurun yang hidup di wilayah geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai,
ideologi ekonomi, politik, budaya dan sosial yang khas”.Masyarakat ini masih
memegang nilai-nilai tradisi dalam sistem kehidupannya.

Pandangan dasar dari kongres I Masyarakat Adat Nusantara tahun 1999


menyatakan bahwa “masyarakat adat adalah komunitas-komunitas yang hidup
berdasarkan asal-usul secara turun temurun di atas suatu wilayah adat, yang
memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, serta kehidupan sosial
budaya yang diatur oleh hukum adat dan lembaga adat yang mengelola
keberlangsungan kehidupan masyarakat”. Secara sederhana dikatakan bahwa
masyarakat adat terikat oleh hukum adat, keturunan dan tempat tinggalnya

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 6


2 APA ITU HUKUM ?

Pengertian hukum adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat norma-


norma dan aturan-aturan yang mengatur tingkah laku manusia.Ada pula yang
menyebutkan hukum merupakan aturan yang tertulis maupun tidak tertulis yang
dapat mengatur masyarakat dan dikenai sanksi jika melanggarnya.

Dengan adanya hukum, tingkat kejahatan akan berkurang. Pemegang kekuasaan


tidak dapat berlaku sewenang-wenang karena telah dibatasi oleh hukum.Selain
itu hukum membantu untuk melindungi hak dan kewajiban setiap warga
negara.Maka dari itu negara harus memiliki sistem hukum yang tepat.

Hukum Menurut Para Ahli

Selain dijelaskan secara umum, beberapa ahli juga mengemukakan pendapatnya


mengenai pengertian hukum.Hingga saat ini belum ada para ahli yang sepaham
dalam pengertian hukum.Tetapi pada intinya, hukum ditegakkan agar dapat
mengatur dan melindungi masyarakat.Berikut ini terdapat beberapa pendapat
ahli mengenai pengertian hukum.

Pengertian Perubahan Sosial

1. Plato

Menurut Plato, hukum merupakan sebuah peraturan yang teratur dan tersusun
dengan baik. Serta dapat mengikat terhadap masyarakat ataupun pemerintah.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 7


2. Utrecht

Utrecht berpendapat bahwa hukum adalah himpunan petunjuk hidup berupa


perintah dan larangan yang mengatur tata tertib masyarakat.Tata tertib tersebut
harus dipatuhi masyarakat. Jika melanggar maka akan menimbulkan tindakan
dari pemerintah.

3. Prof. Dr. Van Kan

Menurutnya hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang sifatnya memaksa


untuk melindungi kepentingan masyarakat.

4. Achmad Ali

Hukum merupakan norma yang mengatur yang benar dan mana yang salah.
Pembuatannya dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk tertulis dan tidak
tertulis. Memiliki ancaman hukuman jika melanggar norma tersebut.

5. E. M. Meyers

Pengertian hukum menurut E. M Meyers adalah aturan-aturan yang mengandung


pertimbangan kesusilaan yang ditunjukkan untuk bertingkah laku manusia.Selain
itu juga dapat menjadi acuan pedoman bagi pemegang kekuasaan negara.

6. S. M. Amin

Hukum yaitu sekumpulan aturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi yang
memiliki tujuan untuk menertibkan pergaulan dalam suatu masyarakat. Sehingga
keamanan dan ketertiban masyarakat dapat terjaga.

7. Aristoteles

Menurut Aristoteles, hukum yaitu tidak hanya kumpulan aturan yang dapat
mengikat masyarakat saja tetapi juga kepada pemegang hukum.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 8


8. Imanuel Kant

Menurutnya, hukum adalah keseluruhan peraturan yang dibatasi oleh hak orang
lain. Maka dari itu, setiap orang harus menghargai hak maupun kewajiban orang
lain selama tidak merugikan pihak-pihak terkait.

Sumber Hukum

Pada dasarnya, sumber hukum merupakan asal terjadinya hukum.Jadi sebelum


adanya hukum, perlu adanya sumber hukum terlebih dahulu. Sumber hukum
dapat dibedakan menjadi dua:

1. Sumber Hukum Formil

Sumber hukum formil ada beberapa bagian seperti:

 Undang-Undang. Undang –undang merupakan sumber hukum secara


tertulis yang dibuat oleh Lembaga Eksekutif dan Lembaga Legislatif
 Adat-istiadat. Adat istiadat Berlaku dikalangan masyarakat tertentu dan
di dalam wilayah tertentu.
 Traktat. Traktat merupakan perjanjian yang disepakati oleh suatu
negara dengan negara lain. Kelompok traktat dibedakan menjadi 2 yaitu
traktat bilateral, yang dilakukan oleh dua negara mengenai sesuatu.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 9


Kemudian ada traktat multilateral yang dilakukan oleh tiga negara atau
lebih dalam mencapai kesepakatan bersama.
 Yurisprudensi. Yurisprudensi merupakan suatu putusan hakim yang
belum ada penyelesaian hukumnya. Kemudian ini menjadi pedoman
perkara lainnya yang serupa dengan kasus yurisprudensi ini.
 Doktrin. Doktrin adalah pendapat para ahli hukum sebagai asas-asas
atau dasar yang penting dalam dunia hukum.

Pengertian Norma

2. Sumber Hukum Materil

Sumber hukum materil merupakan akibat dari berbagai macam gejala politik,
ekonomi, ideologi, sosial, budaya dari kehidupan masyarakat.Sehingga
memerlukan sumber hukum yang sesuai dengan kondisi tersebut. Artinya dari
kondisi tersebut akan timbul dasar hukum yang baru.

Karakteristik Hukum

Terdapat beberapa karakteristik hukum. Diantaranya adalah sebagai berikut:

 Bersifat memaksa. Setiap orang wajib hukumnya untuk mematuhi


setiap aturan yang ada tanpa terkecuali. Hukum tidak melihat golongan,
suku maupun ras.
 Terdapat sanksi. Ketika orang melanggar peraturan yang telah
ditetapkan, mereka harus mematuhinya. Jika melanggar akan

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 10


mendapatkan sanksi atau hukuman kepada pelaku yang dapat membuat
mereka jera.
 Perintah dan larangan. Merupakan hal yang harus dipatuhi dan hal
yang tidak dapat dilakukan di masyarakat.

Tujuan Hukum

Ketika hukum ditegakkan, maka perkara akan diselesaikan. Dalam


penyelesaiannya perlu melalui proses pengadilan yang sesuai dengan aturan
yang berlaku. Hakikatnya, tujuan hukum yaitu universal dengan terwujudnya
ketentraman, ketertiban dan kesejahteraan masyarakat.

Hukum juga memiliki beberapa tujuan. Dengan adanya hukum, kemakmuran


masyarakat akan terjamin. Pergaulan masyarakat akan lebih tertata dan menjadi
petunjuk atau pedoman dalam menghadapi keputusan negara. Hukum juga
digunakan sebagai sarana mewujudkan keadilan sosial dan sebagai penegak
pembangunan.

Unsur-Unsur Hukum

Semua hukum yang berlaku di negara manapun pasti memiliki unsur


tersendiri.Dengan begitu, hukum yang berlaku dapat diakui oleh warga negara
tersebut. Unsur-unsur yang harus ada pada hukum antara lain sebagai berikut.

1. Hukum dapat mengatur kehidupan bermasyarakat

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 11


dalam kehidupan bermasyarakat harus terdapat hukum yang mengatur. hukum
yang mengatur masyarakat akan membantu memecahkan masalah yang
ada. setiap interaksi dari masyarakat, diatur oleh hukum

2. Dibuat Oleh Lembaga Berwenang

Tidak semua orang dapat membuat hukum.Hukum dibuat oleh badan atau
lembaga yang telah diakui resmi oleh negara. Kemudian sifat hukum akan
mengikat seluruh masyarakat.

Pengertian Wirausahawan

3. Aturan Yang Sifatnya Memaksa

Jika individu melakukan pelanggaran hukum maka pastinya akan dikenakan oleh
sanksi ataupun hukuman. Sanksi tegasnya telah diatur oleh hukum.

4. Sanksi Atau Pelanggaran

Pelanggar hukum pasti akan dikenakan sanksi. Sanksi diberikan akan disesuaikan
lagi dengan pelanggaran yang diperbuat.

Pengelompokan Hukum

Berbagai jenis dan golongan hukum yang ada di dunia ini. Setiap golongan akan
memiliki manfaat dan dampak yang berbeda satu sama lain. Ada beberapa
pengelompokan hukum yang dapat diketahui.hukum berdasarkan sumbernya ada
hukum adat, hukum undang-undang, traktat, yurisprudensi dan doktrin.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 12


menurut bentuknya, hukum terdiri dari 2 macam yaitu hukum tertulis dan tidak
tertulis. Hukum berdasarkan tempat berlakunya terbagi menjadi 2 yaitu hukum
nasional dan internasional.selain itu ada hukum yang dikelompokkan berdasarkan
isinya adalah hukum privat dan hukum publik.

Jenis-Jenis Hukum Di Indonesia

setiap negara pasti memiliki jenis hukum yang berbeda-beda. begitu juga dengan
Indonesia. Ada 2 jenis hukum yang dikenal Indonesia yaitu hukum privat dan
hukum publik:

 Hukum Privat. Hukum privat mengatur antara hubungan sesama


manusia, dengan menitikberatkan pada kepentingan yang disepakati.
Contohnya hukum perdata, hukum sipil dan hukum dagang.
 Hukum Publik. Hukum publik mengatur tentang hubungan antar
sesama warga negara yang menyangkut kepentingan umum. Contoh
hukum publik adalah hukum pidana, hukum administrasi negara dan
hukum tata negara.

Demikian penjelasan dari pengertian hukum dan unsur-unsurnya.Hendaknya


sebagai warga negara yang berasaskan hukum patuhilah peraturan hukum yang
tertera. Dengan begitu, kehidupan masyarakat menjadi sejahtera

DAFTAR PUSTAKA :

1.https://www.maxmanroe.com/vid/sosia

2.https://www.romadecade.org

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 13


Tugas 2
1. Contoh Kasus Norma Kesopanan

Berdasarkan pantauan dan hasil analisisnya, KPI menemukan pelanggaran


pada pada program Brownis Sahur yang ditayangkan Trans TV pada 4 Juni 2018
mulai pukul 02.43 WIB.Acara yang dipandu oleh Ruben Onsu dan Ivan Gunawan
itu menampilkan adegan seorang pria yang mengoleskan krim dan telur ke wajah
temannya.Tayangan tersebut dikategorikan sebagai pelanggaran atas ketentuan
tentang norma kesopanan dan kesusilaan serta penggolongan program
siaran.Tayangan di acara Brownis Sahur dinilai melanggar Pedoman Perilaku
Penyiaran KPI Tahun 2012 Pasal 9 dan Pasal 21 Ayat (1) serta Standar Program
Siaran KPI Tahun 2012 Pasal 9 Ayat (1) dan Pasal 37 Ayat (4) huruf a.

Sumber : https://jambi.tribunnews.com/2018/06/09/dua-acara-televisi-ini-dapat-
teguran-dari-kpi-pelanggaran-norma-kesopanan-dan-kesusilaan.

2. Contoh Kasus Norma Kesusilaan

Menteri Yohana mengecam karya seni 'Makan Mayit' karena dianggap


melanggar norma kesusilaan. Yohana juga meminta polisi untuk mengusut karya
tersebut.

"Kami juga mendesak kepolisian untuk menindaklanjuti kasus ini karena karya
seni ini telah melanggar norma kesusilaan, kepatutan, agama dan bila terbukti
melanggar UU akan dikenakan Pasal 27 ayat 1 Undang- Undang ITE dan pasal
282 ayat 3 KUHP kesusilaan," ujar Yohana dalam keterangannya, Selasa
(28/2/2017).

Yohana mengatakan, munculnya fenomena ini memungkinkan munculnya


modus penjualan organ tubuh yang termasuk ke dalam bentuk perdagangan
orang di Indonesia.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 14


"Hal ini mengingat sudah banyak kasus serupa terjadi di luar negeri," kata
Yohana.

Berdasarkan keterangan pers dari Kementerian PPPA, karya seni yang


didalangi oleh Natasha Gabriella Tontey ini, menampilkan makanan berbentuk
tubuh bayi. Karya disuguhkan dalam suatu gelaran pameran di Footurama
Jakarta pada bulan Januari 2017 kemarin.

Karya itu ramai diperbincangkan dengan tagar #makanmayit di


Instagram. Beberapa foto yang diunggah memperlihatkan bentuk seperti bayi
meringkuk qdan otak. Ada pula wadah makanan berbentuk bayi.

Sumber : https://news.detik.com

3. Contoh Kasus Norma Agama

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jember KH Abdullah


Syamsul Arifin mengatakan pernikahan sejenis tidak diperkenankan menurut
pandangan Islam. Pernyataan Abdullah itu berkaitan dengan terungkapnya kasus
perkawinan sesama laki-laki di Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember dua hari
lalu.

"Kalau menurut pandangan Islam, pernikahan sejenis itu tidak diperkenankan,


baik laki-laki dengan laki-laki, maupun perempuan dengan perempuan," ujar
Abdullah Syamsul Arifin yang akrab disapa Gus Aab, Rabu, 25 Oktober 2017.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 15


Menurutnya secara fitrah manusia, pernikahan punya dua tujuan
berdasarkan syariatnya. Pertama, untuk reproduksi dan kedua, untuk rekreasi.
"Disamping aspek bersenang-senang juga aspek melanjutkan keturunan, supaya
kehidupan kemanusiaan di muka bumi ini terus berlangsung," ujarnya.

Dalam perkara perkawinan sejenis, kata Abdullah, yang dikedepankan


hanya aspek kesenangannya saja sehingga tidak sesuai dengan tujuan pernikaha
itu sendiri. Perkawinan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan, dilaksanakan sesuai ajaran agamanya masing-masing.
"Harus sesuai dengan keyakinannya ," katanya.Kalau pernikahan itu benar dalam
cara agamanya masing-masing kemudian dijalankan, artinya sudah sah. Namun,
kata dia, pernikahan sejenis tidak diajarkan dalam agama manapun. "Sehingga
tidak memenuhi unsur dalam UU Nomor 1 Tahun 1974. Perkawinan sejenis,
secara aspek hukum, norma dan aturan di masyarakat tidak diperkenankan,"
kata dia.

Sebelumnya mudin di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ajung,


Kabupaten Jember kecolongan telah mengawinkan pasangan sesama jenis.
Kasus pernikahan sesama laki-laki itu tengah diusut Polres Jember. Pelaku
adalah MF, 21 tahun, warga Kecamatan Panti dan AP, 23 tahun, warga
Kecamatan Ajung. Mereka ditahan di Polres Jember dengan dugaan pemalsuan
surat. Kedua tersangka dijerat pasal 263 dan 266 KUHP. Kapolres Jember Ajun
Komisaris Besar Kusworo Wibowo mengatakan pelaku ditahan karena ada unsur
pidananya dalam kasus itu, yakni memalsukan dokumen pernikahan.
"Perlakuannya (di tahanan) sama," kata Kusworo.

Sumber : https://nasional.tempo.com

4. Contoh Kasus Norma Hukum

Mantra desa, Misran, dipidana penjara 3 bulan oleh PN Tenggarong


tahun 2009. Dia dihukum karena menolong orang tetapi dianggap

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 16


salah karena bukan dokter. Putusan ini lalu dikuatkan oleh PT
Samarinda, beberapa waktu setelah itu.

Akibat putusan pengadilan ini, 8 mantri memohon keadilan ke MK


karena merasa dikriminalisasikan oleh UU Kesehatan. Lantas, MK
mengabulkan permohonan Misran pada 27 Juni 2011. Akibat
dikabulkannya permohonan ini, maka mantri desa di seluruh Indonesia
boleh melayani masyarakat layaknya dokter atau apoteker dalam
kondisi darurat.

MK menilai pasal 108 ayat (1) UU No 36\/2009 bertentamgan


dengan UUD 1945. Pasal yang tidak mempunyai kekuatan hukum yaitu
sepanjang frase ” … harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai peraturan
perundangan,”.

Sumber : https://news.detik.com

5. Contoh Kasus Hukum Berlaku Surut

Usai sudah perjalanan panjang Umar Patek yang buron selama sekitar 10
tahun. Terdakwa kasus terorisme, Umar Patek alias Hisyam bin Alizein alias Abu
Syekh alias Mike (45), divonis 20 tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Barat. Patek, yang kepalanya pernah dihargai 1 juta dollar AS,
dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar enam dakwaan
berlapis yang dikenakan jaksa penuntut umum (kompas, 20 Juni 2012)

Keenam dakwaan tersebut adalah Pasal 15 juncto Pasal 9 Undang-Undang


Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
mengenai pemufakatan jahat memasukkan senjata dan amunisi ke Indonesia
untuk melakukan tindakan terorisme, Pasal 13 Huruf (c) Perppu Nomor 1 Tahun
2002 UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yaitu menyembunyikan

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 17


informasi tentang tindak pidana terorisme, Pasal 340 juncto Pasal 55 Ayat (1) Ke-
1 KUHP tentang Pembunuhan Berencana, Pasal 266 Ayat (1) dan (2)
KUHP juncto Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP tentang Pemalsuan Dokumen, dan
Pasal 1 Ayat (1) UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 juncto Pasal 55 Ayat (1) Ke-1
KUHP tentang Kepemilikan Bahan Peledak Tanpa Izin..

Selain Patek, Indonesia juga telah memvonis terpidana bom Bali, Ali Imron,
dengan hukuman seumur hidup. Pengadilan Negeri Bali menyatakan, Imron,
pembuat bom, terbukti secara sah dan meyakinkan terlibat dalam aksi terorisme
tersebut. Indonesia juga telah mengeksekusi tiga terpidana mati peledakan bom
di Bali, yakni Amrozi, Imam Samudra, dan Ali, di Lembah Nirbaya,
Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, pada November 2008. Satu-satunya
tersangka terorisme yang belum diproses adalah Riduan Isamuddin alias
Hambali. Hambali ditahan di penjara pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di
Teluk Guantanamo, Kuba, sejak tahun 2006. Pemimpin Jemaah Islamiyah itu
ditangkap di Thailand pada Agustus 2003. Persidangan Umar Patek menimbulkan
persoalan dari ilmu hukum pidana. Terbuktinya Pasal 15 juncto Pasal 9 Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Terorisme mengenai pemufakatan jahat memasukkan senjata dan


amunisi ke Indonesia untuk melakukan tindakan terorisme dan Pasal 13 Huruf (c)
Perppu Nomor 1 Tahun 2002 UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yaitu
menyembunyikan informasi tentang tindak pidana terorisme. Atau dengan kata
lain, perbuatan Umar Patek telah terbukti melakukan ”tindak pidana terorisme”.

Berdasarkan kepada runut dan perjalanan dari Umar Patek, maka Umar Patek
terbukti dengan sengaja dan terencana merampas nyawa orang lain melalui
keterlibatannya dalam peristiwa Bom Bali I yang menewaskan 192 orang. Bom
tersebut meledak di tiga lokasi, di antaranya sebelah selatan Kantor Konsulat
Amerika Serikat, Denpasar; di dalam Paddy''s Pub, dan di depan Sari Club,
Denpasar, pada tanggal 12 Oktober 2002. Dalam rencana peledakan itu, ia
berperan sebagai peracik bom. Ia juga menyembunyikan informasi rencana

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 18


pemboman itu meski awalnya ia menolak membantu rencana Amrozi dan kawan-
kawannya. Masih dalam aksi pemboman, Patek juga terlibat dalam peledakan
enam gereja di Jakarta pada 24 Desember 2000. Gereja yang diledakkan adalah
Gereja Katedral Jakarta, Gereja Kanisius, Gereja Oikumene, Gereja Santo Yosep,
Gereja Koinonia, dan Gereja Anglikan. (kompas, 21 Mei 2012).

Penerapan UU Terorisme terhadap Umar Patek menimbulkan persoalan


serius dalam penerapan hukum kepada pelaku. Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dibuat setelah
bom bali. UU Nomor 15 tahun2003 merupakan penetapan dari Perpu Nomor 1
Tahun 2002. Sedangkan UU No. 16 Tahun 2003 merupakan penetapan dari
Perpu No. 2 Tahun 2002. Kedua UU mengadopsi tuntutan publik akibat “trauma”
ledakan di bom bali 1. Bandingkan dengna peristiwa bom bali I tanggal 12
Oktober 2002 dan bom natal tanggal 24 Desember 2000 dengan tanggal 4 April
2003, tanggal pengesahan UU No. 15 tahun 2003 dan UU No. 16 Tahun 2003.
Menjadi persoalan, apakah terhadap pelaku bom bali dapat diterapkan UU
Terorisme (retroaktif atau biasa dikenal dengan istilah berlaku surut). Persoalan
ini memberikan porsi yang cukup serius dalam persoalan konstitusional. Dalam
putusan MK No 013/PUU-I/2003, salah satu putusan MK yang menyita perhatian,
karena selain pertimbangannya cukup mewarnai pemikiran hakim didalam
melihat persoalan ini, dilihat berbagai sudut, dan dissenting opinion cukup
memberikan pelajaran berharga, bahwa persoalan ini masih menjadi perdebatan
klasik di tengah pusaran ilmu hukum.

Sumber : https://www.kompasiana.com

6. Contoh Kasus UU Yang Bisa Digugat

Beberapa waktu lalu, asosiasi peternak menggugat Undang-Undang (UU)


nomor 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan ke
Mahkamah Konstitusi (MK). Beleid ini digugat karena dinilai membolehkan
impor sapi bakalan maupun daging berdasarkan zone based. Sistem zone

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 19


based mengizinkan impor sapi atau kerbau dari dari negara yang belum
bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), namun dengan sejumlah persyaratan.
Berbeda dengan aturan sebelumnya, yakni country based yang hanya
membuka impor dari negara-negara yang sudah terbebas dari PMK seperti
Australia dan Selandia Baru. Namun, gugatan tersebut tersangkut kasus
dugaan suap yang membelit Hakim MK, Patrialis Akbar. Kasus ini sedang
ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Konteks kita gugat untuk melindungi peternak kita dari potensi penyakit
mulut dan kuku. Kita ingin negara tidak mengimpor ruminansia dari negara
zone based," ujar Ketua Umum Dewan Peternakan Nasional yang juga
koordinator penggugat, Teguh Boediyana Teguh kepada detikFinance,
Jumat (27/1/2017). Teguh menjelaskan, impor daging atau sapi dari negara
zone based dikhawatirkan bisa memicu wabah penyakit pada hewan ternak
lokal. Dia mencontohkan, Inggris sendiri pernah mengalami wabah penyakit
ternak sehingga terpaksa memusnahkan 600 ribu ekor sapi dan 4 juta
domba.

"Melindungi peternak lokal, itu tujuan kami menggugat. Kami ingin


pemerintah memberikan perlindungan maksimum pada peternak lokal," tegas
Teguh.

Wabah PMK sendiri selama ini jadi salah satu penyakit yang paling
dikhawatirkan peternak. Sejak tahun 1986, Indonesia dinyatakan sudah
terbebas dari PMK. Pembukaan impor dari negara zona based dikhawatirkan
membuat wabah PMK kembali merebak di Indonesia. Meski tak berbahaya
bagi manusia, PMK membuat pertumbuhan hewan berkaki empat terganggu.

Berikut ini pasal-pasal dalam UU 41 tahun 2014 yang digugat ke


MK:
Pasal 36 C ayat 1
Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan ke dalam wilayah Negara Kesatuan

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 20


Republik Indonesia dapat berasal dari suatu negara atau zona dalam suatu
negara yang telah memenuhi persyaratan dan tata cara pemasukannya.
Pasal 36 C ayat 3
Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan yang berasal dari zona sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), selain harus memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) juga harus terlebih dahulu:
a. dinyatakan bebas Penyakit Hewan Menular di negara asal oleh otoritas
veteriner negara asal sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan badan
kesehatan hewan dunia dan diakui oleh Otoritas Veteriner Indonesia;
b. dilakukan penguatan sistem dan pelaksanaan surveilan di dalam negeri;
dan

c. ditetapkan tempat pemasukan tertentu.

Pasal 36 D ayat 1
Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan yang berasal dari zona sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36C harus ditempatkan di pulau karantina sebagai
instalasi karantina hewan pengamanan maksimal untuk jangka waktu
tertentu.

Pasal 36 E ayat 1
Dalam hal tertentu, dengan tetap memerhatikan kepentingan nasional, dapat
dilakukan pemasukan Ternak dan/atau Produk Hewan dari suatu negara atau
zona dalam suatu negara yang telah memenuhi persyaratan dan tata cara
pemasukan Ternak dan/atau Produk Hewan.

Sumber : https://finance.detik.com

6. Contoh Kasus Lex Superior Deragat Legi Inferior

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 21


Seperti Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba (Sulawesi Selatan) No.
04/2003 tentang Berpakaian Muslim dan Muslimah. Perda tersebut mewajibkan
satu jenis busana tertentu dan dengan demikian membatasi kebebasan warga
untuk menentukan jati dirinya sendiri.

Para PNS diwajibkan menggunakan busana muslim, dengan


resiko mengalami diskriminasi dalam hal kepegawaian selain itu ada juga Surat
Edaran Bupati Indramayu Tentang Wajib Busana Muslimah dan Pandai Baca Al
Quran, Surat Edaran Bupati Pamekasan (Madura) No. 450/2002 tentang
Pemberlakuan Syariat Islam, Peraturan Daerah Bulukumba (Sulawesi Selatan)
No. 6/2005 tentang Pandai Baca-Tulis Al Quran Bagi Siswa dan Calon Pengantin.

Sumber : https://akuelsa.wordpress.com

7. Contoh Kasus Lex Posterior Deragat Legi Priori

Pemilukada di tanjungpinang masih menggunakan UU yang lama,


padahal pada Oktober 2011 yang lalu UU no 15 tahun 2011 tentang
penyelenggara pemilihan umum sudah disahkan dan menggantikan UU no 22
tahun 2007.

Mantan Ketua Bidang Hukum KPU Tanjungpinang ini, menjelaskan


sebuah UU tidak bisa jalan jika tidak didukung aturan lain sebagai petunjuk
pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis). Jika aturan dasarnya
berubah, otomatis mengakibatkan berubahnya aturan-aturan lain di
bawahnya dan itu perlu waktu lama untuk menyelesaikannya. Padahal jika
mengacu pada asas lex posterior derogate legi priori, maka aturan yang lama
sudah tidak digunakan lagi. Juga tertulis pada pasal 136 UU no 15 tahun
2011 yang berbunyi Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 22


UndangUndang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4721) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Sumber : https://akuelsa.wordpress.com

8. Contoh Kasus Lex Spesialis Deragat Generalis

Lebih jelas lagi dikatakan oleh Todung Mulya Lubis saat menjadi penasehat
hokum dari Erwin Ardana, pemimpin majalah playboy Indonesia. Todung
mengajukan PK atas putusan dua tahun penjara terhadap kliennya. Dalam
memori PK setebal 30 halaman, Todung menolak pertimbangan hukum MA atau
Judex Juris yang menyebut UU Pers tidak mengatur penyebaran tulisan, gambar,
benda yang melanggar kesusilaan.

Padahal dalam pasal 5 ayat (1) UU Pers mewajibkan pers menghormati


norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat. “Sanksi hukuman terhadap
pelanggar telah ditetapkan dalam UU Pers yaitu pasal 18 ayat 2 dengan denda
paling banyak Rp 500 juta,” jelas dia. Jika mengingat asas lex specialis derogate
lex generalis, seharusnya hukumannya bukan 2 tahun penjara sesuai dengan
KUHP, namun harus disesuaikan dengan dalam UU pers yang menyebutkan
maksimal 500 juta rupiah.

Sumber : : https://akuelsa.wordpress.com

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 23


Tugas 3

1. Putusan

Putusan adalah pernyataan hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan
diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum sebagai hasil dari
pemeriksaan perkara gugatan (kontentius).

a. Pengertian putusan memurut kamus hukum

Hasil atau kesimpulan akhir dari suatu pemeriksaan perkara yang


didasarkan pada pertimbangan yang menetapkan apa yang sesuaidengan
hukum.

b. Penngertian putusan menurut KBBI

Putusan pada akhir pemeriksaan perkara dalam sidang pengadilan yang


berisi pertimbangan menurut kenyataan, pertimbangan hukum, dan putusan
pokok perkara

2. Ketetapan

Ketetapan adalah suatu penetapan tertulis yang di keluarkan oleh badan atau
pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit,
individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang dan badan
hukum perdata

a. Pengertian ketetapan menurut kamus hukum

Perbuatan hukum yang bersegi satu yang di dalam pemerintahan,


dilakukan oleh alat pemerintahan berdasarkan kekuasaan istimewa alat
pemerintahan tersebut

b. Pengertian ketetapan menurut KBBI

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 24


Hal (keadaan) tetap; ketentuan; kepastian

3. Keputusan

Keputusan merupakan hasil dari sebuah pemecahan masalah yang


dihadapinya dengan tegas

a. Pengertian keputusan menurut para ahli

Ralph C. Davis

Menurut Ralph C. Davis, Keputusan adalah hasil pemecahan masalah


yang dihadapi dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti
terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus bisa menjawab pertanyaan tentang
apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan bisa
juga berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari
rencana semula.

Mary Follet

Menurut Mary Follet, Keputusan adalah suatu atau sebagai hukum situasi.
Jika semua fakta dari situasi tersebut bisa didapatkannya dan semua yang
terlibat, baik pengawas maupun pelaksana mau mentaati hukum ataupun
ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal
dilaksanakan namun itu merupakan wewenang hukum situasi.

b. Pengertian keputusan menurut KBBI

Perihal yang berkaitan dengan putusan; segala putusan yang telah ditetapkan
(sesudah dipertimbangkan, dipikirkan, dan sebagiannya)

4. Penetapan

Pengertian penetapan menurut KBBI adalah proses, cara, perbuatan


menetapkan; penentuan; pengangkatan (jabatan dsb)

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 25


Tugas 4

1. Pemerintahan

Pengertian Pemerintahan

Secara umum, pengertian pemerintahan adalah proses atau cara


pemerintah dalam menjalankan wewenangnya di berbagai bidang
(ekonomi, politik, administrasi, dan lain-lain) dalam rangka mengelola
berbagai urusan negara untuk kesejahteraan masyarakat.

Pengertian pemerintahan dalam arti sempit adalah semua kegiatan,


fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga eksekutif
untuk mencapai tujuan negara. Sedangkan pengertian pemerintahan n

dalam arti luas adalah semua kegiatan yang bersumber pada kedaulatan
dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara, rakyat atau
penduduk dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara.

Kamus KBBI

Pemerintahan pegawai, pejabat, atau badan (instansi, lembaga,


departemen, dan sebagainya) yang menjalankan roda pemerintahan,
seperti lurah, camat, bupati, gubernur, menteri.

Menurut Para Ahli

1. Suradinata
Menurut Suradinata, pengertian pemerintah adalah organisasi yang
memiliki kekuatan besar di negeri ini, termasuk urusan publik, teritorial,
dan urusan kekuasaan dalam rangka mencapai tujuan negara.
2. Affan
Menurut Affan, pengertian pemerintah adalah kegiatan terorganisir orang
/warga di wilayah negara berdasarkan atas dasar kedaulatan negara dan
bersumber untuk mencapai tujuan dari orang/warga di daerah itu sendiri.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 26


3. Wilson
Menurut Wilson (1903:572), arti pemerintah adalah kekuatan
pengorganisasian, tidak selalu dikaitkan dengan organisasi angkatan
bersenjata, tapi dua atau sekelompok orang dari berbagai kelompok
masyarakat yang diselenggarakan oleh sebuah organisasi untuk
mewujudkan tujuan dan sasaran mereka, dengan memberikan perhatian
pada urusan publik.

Menurut undang-undang

Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan


kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD
1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.
Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia
adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik.

Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik,


Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala
negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal
4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Dengan
demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial.

Dasar Hukum

Dasar hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia tertera pada UUD 1945


pasal 18, yang berbunyi :

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah


provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 27


mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-
undang.
2. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan.
3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih
melalui pemilihan umum.
4. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai
kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara
demokratis.
5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai
urusan Pemerintah Pusat.
6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan- peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan.
7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur
dalam undang-undang.

Contoh Kasus

Kepegawaian pada instansi pemerintah :DPRD Garut temukan


kecurangan seleksi CPNS K2Sindonews.com - Anggota Komisi A DPRD
Garut menemukan kecurangan dalamseleksi penerimaan Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) dari tenaga honorer kategori dua(K2). “Dari beberapa
penelusuran yang dilakukan, ternyata ada tenaga honor tahun 2007 yang
lulus menjadi PNS. Padahal, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.48
tahun 2005,tenaga honor yang berhak jadi PNS adalah mereka yang telah
mengabdi di bawah tahun 2004,” ujar anggota Komisi A DPRD
Garut Wawan Kurnia, Senin (24/2/2014).

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 28


Berdasarkan laporan yang dia terima, banyak tenaga honor yang telah
bekerja sejak2002, namun tidak lolos seleksi CPNS K2. Sebagai contoh,
anggota forum tenaga kerjakontrak yang telah bekerja sejak lama,
berjumlah 1.700 anggota, hanya diterima 200 orang
saja. “Mereka telah mengabdi sejak lama di pemerintahan, namun tidak
lulus,” tegasnya. Atas ketidakadilan itu, anggota DPRD Garut meminta
Badan Kepegawaian danPendidikan Pelatihan Daerah (BKD) Garut untuk
melakukan verifikasi selama pemberkasanCPNS. Dia juga meminta agar
BKD menganulir CPNS yang tidak memenuhi syarat."Pelaksana Tugas
(Plt) Kepala BKD Kabupaten Garut Asep Sulaeman akan membentuk tim
investigasi untuk menelusuri kasus ini. Kami akan telusuri kasus
ini,”terangnya.Asep menilai, indikasi kecurangan di proses seleksi CPNS
bisa saja terjadi. Alasannyakarena keterangan masa kerja dibuat oleh
kepala kantor intansi masing-masing, bukan olehBKD Garut. “Ada indikasi
saling membantu, karena itu bila terbukti ada pejabat yang membuat
surat keterangan palsu bagi pegawai honorer yang lulus CPNS akan kena
sanksi,” ungkapnya. Seperti diketahui, tenaga honorer K2 di Garut yang
tidak lulus akan melakukan aksike Istana Presiden, di Jakarta, pada Rabu
26 Februari 2014 mendatang. Menurut informasiyang dihimpun, aksi
tersebut akan dilakukan secara serempak. “Forum Aliansi Guru dan
Karyawan (FAGAR) Garut positif akan ke Jakarta. Kamiakan bergerak
bersama forum tenaga honor lain di Indonesia,” kata Ketua DPP FAGAR
Garut Saepulloh.Diungkapkan Saepulloh, janji yang ditawarkan oleh
Bupati Garut Rudy Gunawanuntuk bersama-sama datang ke Kemenpan
dan BKN hingga kini belum ada kabar. Dariinformasi yang diterimanya,
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) sedang melakukan validasidata peserta
tes CPNS yang lolos.

2. Empiris
Pengertian

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 29


Pengertian empiris adalah suatu cara atau metode yang dilakukan yang
bisa diamati oleh indera manusia, sehingga cara atau metode yang
digunakan tersebut bisa diketahui dan diamati juga oleh orang lain.
Definisi empiris adalah suatu gagasan yang bersifat rasional yang
dibentuk oleh individu melalui pengalamannya.
Berdasarkan KBBI
Empiris berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh dari
penemuan, percobaan, pengamatan yang telah dilakukan).
Menurut Para Ahli
Sugiyono (2013)
Pengertian empiris adalah suatu cara atau metode yang dilakukan yang
bisa diamati oleh indera manusia, sehingga cara atau metode yang
digunakan tersebut bisa diketahui dan diamati juga oleh orang lain.
Izzatur Rusuli (2015)
Arti empiris adalah suatu gagasan yang bersifat rasional yang dibentuk
oleh individu melalui pengalamannya.
Amiruddin & Zainal Asikin (2004)
Definisi penelitian empiris adalah penelitian yang berfokus meneliti suatu
fenomena atau keadaan dari objek penelitian secara detail dengan
menghimpun kenyataan yang terjadi serta mengembangkan konsep yang
ada.
Contoh Kasus
Kalau studi kasus lebih ke penyelidikan akan karakter seseorang atau
lembaga dengan tujuannya untuk menentukan dan pemecahan masalah,
untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesuksesan
atau kegagalan, lebih ke bidang sosial psikologis.

3. Organisasi
Pengertian Organisasi
organisasi adalah sebuah wadah atau tempat berkumpulnya
sekelompok orang untuk bekerjasama secara rasional dan sistematis,

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 30


terkendali, dan terpimpin untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
Menurut KBBI
1. kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian
(orang dan sebagainya) dalam perkumpulan dan sebagainya untuk
tujuan tertentu.
2. kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk
mencapai tujuan bersama.
Menurut Para Ahli
1. Stoner
Menurut Stoner pengertian organisasi adalah sebuah pola hubungan-
hubungan melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan
untuk mencapai tujuan bersama.
2. Stephen P. Robbins
Menurut Stephen P. Robbins pengertian organisasi adalah kesatuan
(entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah
batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang
relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan.
3. James D. Mooney
Menurut James D. Mooney pengertian organisasi adalah bentuk setiap
perserikatan manusia untuk mewujudkan tujuan bersama.
Menurut Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Masyarakat Dengan Rahmat
Tuhan Yang maha Esa Presiden Republik Indonesia Menimbang :
a. Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat merupakan bagian dari hak asasi manusia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 31


b. Bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasan berserikat, berkumpul,
dan mengeluarkan pendapat, setiap orang wajib menghormati hak
asasi dan kebebasan orang lain dalam rangka tertib hukum serta
menciptakan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara;
c. Bahwa sebagai wadah dalam menjalankan kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat, organisasi kemasyarakatan
berpartisipasi dalam pembangunan untuk mewujudkan tujuan
nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila;
d. Bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi
Kemasyarakatan sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan
dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
sehingga perlu diganti;
e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-
Undang tentang Organisasi Kemasyarakatan;
Mengingat:
Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28, Pasal 28C ayat (2), Pasal 28E ayat (3), dan
Pasal 28J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK
INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.
Sejarah Organisasi
Organisasi mungkin telah ada sejak ratusan tahun yang lalu, karena
ruang lingkup organisasi yang sangat luas, secara tidak sadar semua
manusia sejak lahir sudah ikut dalam organisasi, suatu organisasi dapat
menjadi fokus sentral kehidupan seseorang atau ia mungkin hanya
merupakan pelayannya untuk sementara waktu. Sebuah organisasi
mungkin dapat besifat kaku, “dingin”, tanpa kepribadian, atau kadang-

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 32


kadang dapat menghasilkan hubungan-hubungan luwes dan bermakna
bagi para anggotannya.
Untuk sejarah sendiri belum di ketahui secara pasti kapan terbentuknya
organisasi, sutau organisasi biasanya dianggap baru dimulai sebagai
disiplin akademik bersamaan dengan munculnya manajemen ilmiah pada
tahun 1890-an, dengan Taylorisme yang mewakili puncak dari gerakan
ini. Para tokoh manajemen ilmiah berpendapat bahwa rasionalisasi
terhadap organisasi dengan rangkaian instruksi dan studi tentang gerak-
waktu akan menyebabkan peningkatan produktivitas. Studi tentang
berbagai sistem kompensasi pun dilakukan.
Setelah Perang Dunia I, fokus dari studi organisasi bergeser kepada
analisis tentang bagaimana faktor-faktor manusia dan psikologi
mempengaruhi organisasi. Ini adalah transformasi yang didorong oleh
penemuan tentang Dampak Hawthorne. Gerakan hubungan antar
manusia ini lebih terpusat pada tim motivasi, dan aktualisasi tujuan-
tujuan individu di dalam organisasi.
Perang Dunia II menghasilkan pergeseran lebih lanjut dari bidang ini,
ketika penemuan logistik besar-besaran dan penelitian operasi
menyebabkan munculnya minat yang baru terhadap sistem dan
pendekatan rasionalistik terhadap studi organisasi.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an, bidang ini sangat dipengaruhi oleh
psikologi sosial dan tekanan dalam studi akademiknya dipusatkan pada
penelitian kuantitatif.
Sejak tahun 1980-an, penjelasan-penjelasan budaya tentang organisasi
dan perubahan menjadi bagian yang penting dari studi ini. Metode-
metode kualitatif dalam studi ini menjadi makin diterima, dengan
memanfaatkan pendekatan-pendekatan dari antropolodi, psikologi< dan
sosiologi.
Dasar Hukum
Untuk perkumpulan yang merupakan Organisasi Massa (Ormas) bisa
berbentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 33


menangani masalah anak jalanan, partai politik, atau perkumpulan biasa
pada umumnya seperti: perkumpulan pencinta moge (motor gede),
perkumpulan pencinta perangko, perkumpulan pencinta keris dll.
Dasar hukum pendiriannya:
a. Pasal 1663-1664 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPerdata);
b. UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (“UU
Ormas”).
Contoh Kasus
Pembabatan hutan adat di Kalimantan Tengah terus berlangsung seperti
terjadi di kawasan hutan Tamanggung Dahiang di Desa Tumbang Dahui,
Kecamatan Katingan Hulu, Kabupaten Katingan pada bulan awal
Nopember 2002. Kejadian ini sebenarnya telah diketahui oleh seorang
tokoh desa bernama Salin R. Ahad yang kemudian permasalahan ini
dilaporkan ke Polda, Kejaksaan Tinggi, dan DPRD Propinsi Kalteng yang
dianggap menginjak-injak harga diri masyarakat adat dan hukum-hukum
adat setempat. Kemudian tokoh desa itu juga mengungkapkan
keterlibatan oknum-oknum BPD (Badan Perwakilan Desa) yang ikut
membekingi dan melakukan pembabatan hutan adat tersebut.Kejadian
yang hampir sama terjadi pada pertengahan bulan Juni 2002. 189 warga
desa di wilayah Kecamatan Gunung Purei, Kabupaten Barito Utara
menuntut HPH PT. Indexim dan PT. Sindo Lumber telah melakukan
pembabatan hutan di kawasan Gunung Lumut. Kawasan hutan lindung
Gunung Lumut di desa Muara Mea itu oleh masyarakat setempat
dijadikan kawasan ritual sekaligus sebagai hutan adat bagi masyarakat
dayak setempat yang mayoritas pemeluk Kaharingan. Sebelum kejadian
ini telah diadakan pertemuan antara masyarakat adat dan HPH-HPH
tersebutNamun setelah sekian lama ternyata isi kesepakatan tersebut
telah diubah oleh HPH-HPH itu dan ini terbukti bahwa perwakilan-
perwakilan masyarakat adat dengan tegas menolak dan tidak mengakui
isi dari kesepakatan itu.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 34


4. Norma
Pengertian Norma
Pengertian Norma adalah kaidah, pedoman, acuan, dan ketentuan
berperilaku dan berinteraksi antar manusia di dalam suatu kelompok
masyarakat dalam menjalani kehidupan bersama-sama.
Secara etimologi, kata norma berasal dari bahasa Belanda, yaitu “Norm”
yang artinya patokan, pokok kaidah, atau pedoman. Namun beberapa
orang mengatakan bahwa istilah norma berasal dari bahasa latin, “Mos”
yang artinya kebiasaan, tata kelakuan,atau adat istiadat.
Biasanya norma berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu,
misalnya etnis atau negara tertentu. Namun, ada juga norma yang
sifatnya universal dan berlaku bagi semua manusia.
Norma merupakan aturan berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Bagi individu atau kelompok masyarakat yang melanggar norma-norma
yang berlaku di masyarakat tersebut, maka akan dikenakan sanksi yang
berlaku. Dengan kata lain, norma memiliki kekuatan dan sifatnya
memaksa.
Berdasarkan KBBI
1. Norma aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam
masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali
tingkah laku yang sesuai dan berterima: setiap warga masyarakat
harus menaati -- yang berlaku
2. Norma aturan, ukuran, atau kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur
untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu;
Menurut Para Ahli
1. J Macionis
Pengertian norma adalah suatu aturan dan kumpulan harapan
masyarakat agar dapat memandu tindakan atau perilaku para
anggotannya.
2. Nurdiaman

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 35


Norma adalah sebuah bentuk tatanan atau susunan hidup yang berisi
tentang aturan-aturan dalam bergaul di tengah masyarakat.
3. Hans Kelsen
Norma merupakan perintah yang secara tidak personal.
Dasar Hukum Norma
Norma ialah peraturan yang harus ditaati
1.Norma agama
2. Norma keasusilaan
3. Norma kesopanan
4. Norma Hukum
Adapun sifat norma hukum di negara Indonesia dalam penerapannya
yakni:

1. ketika peraturan telah dibuat maka seluruh subyek hukum yaitu


warga negara di wilayah hukum tersebut terikat dengan peraturan
tersebut sesuai yang sudah diputuskan.

2. Disebut memaksa karena ketika suatu peraturan hukum keluar,


maka peraturan tersebut memaksa seluruh subyek hukum untuk
patuh dan akan dikenai sanksi hukuman jika melanggarnya.

3. Sanksinya tegas. Sanksi dari peraturan hukum bersifat tegas dan


mutlak tanpa pandang bulu karena berorientasi keadilan.

4. Wajib ditaati. Seluruh asas pembentukan peraturan perundang-


undangan wajib ditaati tanpa pengecualian oleh siapapun yang
memenuhi syarat menjadi warga negara Indonesia.

Contoh Kasus Norma


Salah satu siswa Kelas 2 SD Cemani 2 Grogol diduga menjadi korban
kekerasan yang dilakukan oleh gurunya pada hari ini. Kepala bocah
tersebut mengeluarkan darah setelah dilempar tempat pensil oleh
gurunya.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 36


5. Kewajiban
Pengertian
kewajiban adalah suatu tindakan yang harus dilakukan seseorang
sebagai bentuk tanggung jawab atas permasalahan tertentu, baik secara
moral maupun hukum.
Pendapat lain mengatakan arti kewajiban adalah sesuatu yang wajib
untuk dilakukan seseorang dengan penuh tanggung jawab agar
mendapatkan haknya. Atau sebaliknya, seseorang harus melakukan
kewajiban karena sudah mendapatkan haknya.
Dalam kehidupan manusia, hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang
harus berjalan bersamaan dan seimbang. Dalam hal ini, kewajiban adalah
peran yang sifatnya imperatif atau harus dilaksanakan. Bila kewajiban
tidak dilakukan maka seseorang dapat dikenakan sanksi, baik secara
hukum maupun sanksi sosial.
Bedasarkan KBBI
1. Kewajiban harus dilakukan; tidak boleh tidak dilaksanakan
(ditinggalkan): seorang muslim -- salat lima kali dalam sehari
semalam
2. kewajiban sudah semestinya; harus: kalau kita ingin berhasil dalam
usaha, kita -- berikhtiar;
Menurut Para Ahli
Menurut Prof. R. M. T. Sukamto Notonagoro (2010:31), pengertian
kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh pihak tertentu
dengan rasa tanggung jawab yang pada prinsipnya dapat dituntut secara
paksa oleh yang berkepentingan.
Menurut Undang-Undang
Setiap warga negara berhak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan, ini terdapat dalam UUD pasal 27 ayat 2.
Dasar Hukum

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 37


Pasal 27 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemeritahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Pasal ini menyatakan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban,
yaitu :1. Hak untuk diperlakukan yang sama di dalam hukum dan
pemerintahan.2. Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan.
Contoh Kasus
1. Tidak atau menghindari membayar pajak.
2. Melanggar hak asasi manusia.
3. Pelanggaran terhadap Kewajiban Pendidikan Dasar.
4. Tidak Ikut Serta dalam Pembelaan Negara.
5. Tidak Menaati Peraturan Lalu Lintas
6. Monarchi
Pengertian
Monarki adalah salah satu bentuk sistem pemerintahan yang masih
digunakan hingga saat ini, berbeda dengan sistem pemerintahan
demokrasi yang pemimpinnya dipilih secara langsung oleh rakyat,
pemerintahan monarki ini biasanya pemimpinnya turun temurun dari
generasi ke generasi.

Berdasarkan KBBI
Monarkibentuk pemerintahan yang dikepalai oleh raja: negara itu berubah
dari -- menjadi republik
Menurut Para Ahli
1. Menurut Garner, sistem pemerintahan monarki menyatakan bahwa
setiap pemerintahan yang didalamnya menerapkan kekuasaan yang
akhir atau tertinggi pada seseorang tanpa melihat pada sumber sifat-
sifat dasar pemilihan dan batas waktu jabatannya.
2. Menurut Jallinek, sistem pemerintahan monarki adalah pemerintahan
kehendak satu fisik dan menekankan bahwa karakteristik sifat-sifat

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 38


dasar monarki adalah kompetensi untuk memperlihatkan kekuasaan
tertinggi negara.
Menurut Undang-undang
Sistem pemerintahanDIY diatur UU Nomor 32 Tahun 2004. Namun, Pasal
226 Ayat (2) UU No 32/ 2004 merujuk penjelasan Pasal 122 UU No
22/1999 bahwa ”... isi keistimewaannya adalah pengangkatan Gubernur
dengan mempertimbangkan calon dari keturunan Sultan Yogyakarta dan
Wakil Gubernur dengan mempertimbangkan calon dari keturunan Paku
Alam yang memenuhi syarat sesuai dengan undang-undang ini”. Sisa
keistimewaan itu dikenai label ”monarki Yogya” dalam Republik
Indonesia. SBY membenturkannya dengan konstitusi dan nilai demokrasi.
Dirujuknya Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945 yang mengharuskan gubernur,
bupati, dan wali kota dipilih secara demokratis serta Pasal 1 tentang
bentuk negara republik dan kesatuan.

7. Dasar Negara
Pengertian
Dasar negara adalah sebuah sikap hidup, pandangan hidup, atau sesuatu
yang tidak bisa dibuktikan bukti kebenaran dan kesalahannya.
Sebenarnya, sebuah dasar negara ini adalah falsafah negara yang
memiliki kedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum atau
aturan tata dan tertib dalam sebuah negara. Supaya kamu lebih paham
mengenai pengertian dari falsafah negara, kita harus tahu terlebih dahulu
arti atau pengertian dari falsafah.
Berdasarkan KBBI
Dasar Negara adalah latar organisasi dalam suatu wilayah yang
mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat,
kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang
diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif,
mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 39


tujuan nasionalnya: kepentingan -- lebih penting daripada kepentingan
perseorangan;
Menurut Para Ahli
1. George Jellinek, mengatakan bahwa Dasar Negara merupakan
organisasi dengan kekuasaan suatu kelompok orang yang bertempat
di suatu wilayah tertentu.
2. Karl Marx, beliau berpendapat bahwa pengertian dari dasar negara
adalah suatu peringkat yang memiliki kekuasaan dalam menjalankan
penindasan atau eksploitasi kepada kelas yang lain.
3. C. Wheare, beliau mengatakan bahwa dasar negara termasuk semua
sistem tata negara yang memiliki beberapa aturan dalam
melaksanakan pemerintahan suatu negara.

8. Peraturan
Pengertian
Peraturan adalah perangkat yang berisi sejumlah aturan yang dibuat
untuk menegakkan ketertiban dalam masyarakat. Peraturan diciptakan
untuk mengatur perilaku dan hubungan antara anggota kelompok.
Peraturan berupa tertulis dan tidak tertulis.
Peraturan merupakan sebuah kebutuhan untuk menciptakan keteraturan
hidup bersama. Keteraturan itu haruslah terciptanya keadilan, kedamaian,
dan kebaikan bersama. Peraturan pada hakikatnya adalah tatanan,
petunjuk atau kaidah yang dibuat untuk mengatur perilaku manusia agar
tercipta kebaikan bersama.
Berdasarkan KBBI
1. Perataan (petunjuk, kaidah, ketentuan) yang dibuat untuk
mengatur: gaji pegawai, pemerintah.
2. Hubungan keluarga (kepada): bunda raja Ahmad itu ~ saudara dua
pupu kepada ayahanda; delisting n peraturan pencoretan saham
dari bursa; hukum prinsip yang menyatakan bahwa keunggulan
hukum membatasi pejabat negara dalam menyelenggarakan

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 40


kekuasaannya; pemerintah bentuk perundang-undangan yang
dibuat atau ditetapkan oleh presiden untuk melaksanakan undang-
undang; presiden peraturan yang dikeluarkan oleh presiden untuk
melaksanakan ketetapan presiden.
Menurut Para Ahli
1. JOKO UNTORO & TIM GURU INDONESIA
Peraturan merupakan salah satu bentuk keputusan yang harus ditaati
dan dilaksanakan. Jadi, kita harus mentaati peraturan agar semua
menjadi teratur dan orang akan merasa nyaman.
2. I WAWANG SETYAWAN
Peraturan adalah suatu hal yang sangat mutlak dan bersifat
membatasi ruang gerak atau "kemerdekaan" setiap individu.
3. M. HASAN
Peraturan adalah ketentuan yang digunakan untuk mengatur
hubungan antarmanusia dalam sebuah masyarakat.

9. Pertentangan
Pengertian
Pertentangan adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok
berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak
lawan yang disertai dengan ancaman dan/ atau kekerasan. Pertentangan
dapat pula sebut sebagai pertikaian.
Berdasarkan KBBI
1. perihal bertentangan; perlawanan: di antara partai politik tidak lagi
sehebat dulu.
2. perselisihan; pertikaian: kedua negara itu memang mempunyai ~
politik, logika pengingkaran dari kebenaran logika
Contoh Kasus
Anda sebagai pelajar yang selalu ingin berprestasi. Anda mencari
kepuasan dalam belajar. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik,
tidak jarang Anda harus berhadapan dengan perbedaan pendapat, baik

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 41


dengan guru di dalam kelas maupun dengan sesama teman di dalam
sebuah diskusi. Sebagai bukti bahwa Anda tidak puas, Anda akan
bertanya atau menyanggah pendapat yang dikemukakan oleh guru atau
teman Anda dengan argumen-argumen yang Anda miliki. Untuk mencari
kemufakatan dalam diskusi kelas tersebut, Anda ataupun teman Anda
tidak perlu mengakhiri diskusi tersebut dengan perkelahian atau
perusakan fasilitas sekolah. Guru akan menengahi perbedaan pendapat di
antara Anda dan teman Anda sehingga kemufakatan terjadi dan dapat
mengakhiri konflik tanpa ada kekerasan.

10. Konvergen
Pengertian
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, konvergen (kata sifat) artinya
bersifat menuju satu titik pertemuan; bersifat memusat.
Menurut Bahasa adalah keadaan satu titik pertemuan atau memusat,
keadaan garis disamudra yang terlihat nyata memisahkan pertemuan
beberapa massa air yang berbeda suhu dan kadar garam atau
salinitasnya, aliran udara di suatu daerah pada ketinggian tertentu
dengan aliran udara masuk yang lebih besar dari pada aliran keluar
sehingga terjadi semacam penimbunan udara.
Menurut Para Ahli
1. Jamaludin Darwis
Secara bahasa yaitu berasal dari bahasa inggris dari kata verge yang
artinnya menyatu, mendapat awalan con yang artinya menyertai, dan
mendapat akhiran ance sebagai pembentuk kata benda.
2. Sumardi Surya Brata
Bahwa dalam perkembangan individu itu baik dasar atau pembawaan
maupun lingkungan memainkan peranan penting, bakat kemungkiinan
telah ada pada masing-masing individu, akan tetapi bakat yang sudah
tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai agar dapat
berkembang.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 42


3. William Lois Stem
Konvergen adala salah satu pelopor dari psikologi modern dan
perannya terletak dalam kemampuannya untuk menyatukan teori-
teori yang saling bertentangan untuk menerangkan tingkah laku, yaitu
antara aliran nativisme dan aliran empirisme.
Contoh Kasus
Seorang mahasiswa yang belajar di negara asing, inggris umpamanya, ia
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan alamiah di sana berpakaian
panas dan tebal, membiasakan makan dan minum di san, melakukan tata
cara dan adat istiadat yang berlaku di sana dan sebagainya.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 43


Tugas 5
1. CONTOH KASUS HUKUM TATA NEGARA

Contoh kasus : perselisihan terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum


yang dilakukan secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum berdasarkan
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009
tanggal 9 Mei 2009

Analisis : Kewenangan Mahkamah Konstitusi berdasarkan Pasal 24C ayat


(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman salah satu
kewenangan Mahkamah adalah memutus tentang Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum.

sebelum memasuki pokok permohonan, Mahkamah Konstitusi


(selanjutnya disebut

Mahkamah) terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. kewenangan Mahkamah memeriksa, mengadili, dan memutus


permohonan a quo

2. kedudukan hukum (legal standing) Pemohon untuk mengajukan


permohonan a quo

3. tenggang waktu pengajuan permohonan.

2. CONOH KASUS HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Contoh kasus : pemerintah kota Jakarta barat membongkar 80 rumah


yang dibangun di bantaran sungai di 8 kecamatan yang ada di Jakarta

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 44


barat. Dalam kasus ini pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan
persyaratan izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang yakni
terdapat pelanggaran mengenai garis sepandam sungai .

Analisis : sanksi administrasi yang diberikan yang pertama adalah surat


peringatan secara berjenjang namun apabila tidak di tanggapi maka
dilakukan pembongkaran bangunan keberadaan bangunan tersebut juga
dinilai sebagai salah satu factor penyebab banjir. Pelanggaran tersebut
dikenakan sanksi administratif sesuai dengan pasal 62 UU 26 Tahun 2007
yakni setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana di maksud
dalam pasal 61, dikenai sanksi administratif. Sanksi administrasi
mempunyai fungsi instrumental, yaitu pengendalian perbuatan yang
dilarang.

3. PUTUSAN
Putusan adalah pernyataan hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis
dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum sebagai
hasil dari pemeriksaan perkara gugatan (kontentius).
Menurut Para ahli
Menurut Ralp C. Davis menyatakan bahwa Keputusan ialah suatu hasil
pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan
adalah suatu jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan.

4. KEPUTUSAN
Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang
dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan –
kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya.Setiap
keputusan akan membuat pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau
opini. Itu semua bermula ketika kita perlu untuk melakukan sesuatu
tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan dapat
dirasakan rasional atau irrasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 45


atau asumsi lemah. keputusan adalah suatu ketetapan yang diambil oleh
organ yang berwenang berdasarkan kewenangan yang ada padanya.
5. PENETAPAN
Dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha Negara yang berisi
tindakan hukum tata usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-
undnagan yang berlaku yang bersifat kongkrit. Penetapan tidak di
tunjukan pada bentuk formalnya, tetapi ditunjukan pada isi sustansi dari
keputusan tersebut.
6. KETETAPAN
Suatu pernyataan kehendak yang disebabkan oleh surat permohonan
yang diajukan setidak-tidaknya keinginan atau keperluan yang
dinyatakan. Suatu tindakan hukum publik sepihak dari orga pemerintah
yang ditujukan pada peristiwa konkret
7. ASAS – ASAS HUKUM TATA NEGARA
- Asas pancasila
- Asas hukum, kedaulatan rayat dan demokasi
- Asas Negara hukum
 Ciri – ciri
1. Adanya pengakuan dan perlindungan terhadap HAM
2. Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak
3. Adanya legalitas dalam arti hukum
4. Adanya konstitusi yang mengatur hubungan penguasa
dengan rakyat
- Asas demokrasi
- Asas kesatuan
- Asas pembagian kekuasaan dan checks and balances
- Asas legalitas
8. ASAS – ASAS HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
- Asas kepastian hukum Van Der Pot
- Asas keseimbangan
- Asas kesamaan dalam mengambil keputusan

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 46


- Asas bertindak cermat
- Asas motivasi
- Asas larangan untuk mencampur adukan kwarganegaraan
- Asas permainan yang layak/ asas perlakuan yang jujur
- Asas keadilan dan kewajaran
- Asas menanggapi penghargaan yang wajar
- Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal
- Asas perlindungan atas pandangan hidup / cara hidup
- Asas kebijaksanaan
- Asas penyelenggaraan kepentingan umum
9. ASAS – ASAS HUKUM UMUM
a. Contoh asas hukum secara umum
Pengertian asas hukum secara umum ialah prinsip-prinsip yang
dianggap dasar atau fundamental dalam hukum. Asas-asas itu juga
disebut titik tolak dalam pembentukan UU dan interpretasi UU
tersebut.
 Macam – macam asas hukum
Dalah tatanan hukum di Indonesia asa dua macam asas yaitu,
asas hukum umum dan asas hukum khusus. Asas hukum
umum merupakan suatu asas hukum yang berhubungan
dengan keseluruhan bidang hukum, misalnya :
 Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori
Peraturan yang baru akan menghapus peraturan yang
lama. Contohnya : UU No. 32 tahun 2004 menghapus
berlakunya UU No. 22 tahun 1999 tentang Peraturan
Daerah
 Asas Lex Specialise Derogat Legi Generali
Peraturan yang lebih khusus akan menghapuskan
peraturan yang bersifat lebih umum. Contohnya :
KUHDagang dapat mengesampingkan KUHPerdata
dalam hal perdagangan

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 47


 Asas Lex Superior Derogat Legi Inferiori
Peraturan yang lebih tinggi akan mengesampingkan
peraturan yang lebih rendah. Contohnya : pasal 7 UU
No. 10 tahun 2004
 Sedangkan asas khusus ialah asas yang berlaku dalam hukum
tertentu, misalnya :
 Dalam hukum perdata berlaku asas pacta sunt
servenda ( setiap janji itu mengikat )
 Dalam hukum pidana berlaku presumptionif innocence
( asas perduga tidak bersalah )

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 48


10. SUMBER HUKUM UMUM
Ahli sejarah

Para filsafat
MATERIL
Sosiologi dan
artopologi budaya

Sumber hukum Ahli ekonomi


umum

Udang-undang
(statue)

FORMIL Kebiasaan
(costome)

Keputusan hakim
(jurisprudentie)

Traktat (treaty)

Pendapat sarjana
hukum (doktrin)

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 49


11. SUMBER HUKUM TATA NEGARA

Undang – Undang 1945

Ketetapan MPR

Undang-undang/peraturan
pengganti undang-undang

SUMBER HUKUM Peraturan pemerintah


TATA NEGARA

Keputusan Presiden

Peraturan pelaksana lainnya

Convention (konvensi
ketatanegaraan)

Kekuasaan yudikatif

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 50


12. SUMBER HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

undang-undang dalam arti


formil (pemerintah
bersama DPR)

undang - undang (statue)


sumber idiil undang - undang
dalam arti material
sumber hukum (peraturan
administrasi negara kebiasaan (costume) perundang-undang)
sumber - sumber
faktual HAN

yurisprudensi

pendapat para ahli gukum

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 51


Tugas 6
1. Contoh Perjanjian Indentivikasi

a. Pasal 1320 KUHPerdata, berbunyi:


Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 52


3. Suatu hal tertantu;
4. Suatu sebab yang halal.
Analisis :
1. Berdasarkan surat perjanjian diatas bisa dilihat untuk syarat pertama
yakni “sepakat mereka yang mengikatkan dirinya” itu maksudnya
adalah person atau orang yang membuat kesepakatan, orang
tersebut ialah Tri Jumiantoro (pihak pertama) dan Taufik Kusnanto
(pihak kedua).
2. Berdasarkan syarat kedua yakni kecakapan atau dewasa. Harus bisa
dipastikan bahwa yang membuat perjanjian atau perikatan itu telah
dewasa atau sudah menjadi subjek hukum. Ditandai dengan adanya
KTP, serta perjanjian kerjasama hanya bisa dilakukan ketika orang
tersebut sudah menjadi subjek hukum. Yang dimana pihak kedua
bersepakat untuk memberikan keuntungan sebesar 2 % dari hasil
penjualan kepada pihak pertama. Pihak kedua akan mengembalikan
modal kepada pihak pertama paling lambat 2(dua) tahun setelah
penandatangan surat perjanjian.
3. Berdasarkan syarat ketiga dan keempat. Perjanjian tersebut jelas
untuk menyepakati kerjasama untuk menawarkan dan
mempromosikan hasil barang dari usaha pihak kedua, yang dimana
menimbulkan suatu sebab yang halal dalam arti kata tidak merugikan
salah satu pihak mana pun, jika terjadi kerugian maka tanggung
jawab kedua belah pihak karena perjanjian itu telah disepakati
bersama.

2. Identivikasi Buku 1-4 KUHPer

BUKU KESATU TENTANG ORANG

 BAB KESATU : Tentang Menikmati dan Kehilangan Hak-Hak Kewargaan


- Pasal 1-3
 BAB KEDUA : Tentang Akta-Akta Catatan Sipil

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 53


o Bagian Kesatu : Tentang Register-Register Catatan Sipil Umumnya
- Pasal 4-5
o Bagian Kedua : Tentang Nama-Nama, Perubahan Nama-Nama,
dan Perubahan Nama-Nama Depan
- Pasal 5a-12
o Bagian Ketiga : Tentang pembetulan akta-akta catatan sipil dan
tentang penambahan di dalamnya.
- Pasal 13-16
 BAB KETIGA : Tentang tempat tinggal atau domisil
- Pasal 17-25
 BAB KEEMPAT : Tentang perkawinan
Ketentuan-ketentuan umum : pasal 26
o Bagian Kesatu : Tentang Syarat-syarat dan segala sesuatu yang
harus dipenuhi supaya dapat berkawin
- Pasal 27-49
o Bagian Kedua : Tentang acara yang harus mendahului perkawinan
- Pasal 50-58
o Bagian Ketiga : Tentang mencegah perkawinan
- Pasal 59-70
o Bagian Keempat : Tentang melangsungkan perkawinan
- Pasal 71-82
o Bagian Kelima : Tentang perkawinan yang dilangsungkan di luar
Indonesia
- Pasal 83-84
o Bagian Keenam : Tentang kebatalan perkawinan
- Pasal 85-99a
o Bagian Ketujuh : Tentang bukti adanya perkawinan
- Pasal 100-102
 BAB KELIMA : Tentang hak da kewajiban suami dan istri
- Pasal 103-118

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 54


 BAB KEENAM : Tentang persatuan harta kekayaan menurut undang-
undang dan pengurusannya
o Bagian Kesatu : Tentang persatuan harta kekayaan menurut
undang-undang
- Pasal 119-123
o Bagian Kedua : Tentang pengurusan harta kekayaan persatuan.
- Pasal 124-125
o Bagian Ketiga : Tentang pebubaran persatuan dan tentang hak
melepaskan diri dari itu.
- Pasal 126-138
 BAB KETUJUH : Tentang perjanjian perkawinan
o Bagian Kesatu : Tentang perjanjian perkawinan umumnya.
- Pasal 139-154
o Bagian Kedua : Tentang persatuan untung dan rugi dan persatuan
hasil dan pendapatan.
- Pasal 155-167
o Bagian Ketiga : Tentang hibah antara kedua calon suami istri.
- Pasal 168-175
o Bagian Keempat : Tentang hibah yang dilakukan kepada kedua
calon suami istri atau kepada anak-anak pada perkawinan mereka
- Pasal 176-179
 BAB KEDELAPAN : Tentang persatuan atau perjanjian perkawinan dalam
perkawinan untuk kedua kali atau selanjutnya.
- Pasal 180-185
 BAB KESEMBILAN : Tentang perpisahan harta kekayaan.
- Pasal 186-198
 BAB KESEPULUH : Tentang pembubaran perkawinan
o Bagian Kesatu : Tentang pembubaran perkawinan umumnya
- Pasal 199
o Bagian Kedua : Tentang pembubaran perkawinan setelah
perpisahan meja dan ranjang

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 55


- Pasal 200-206b
o Bagian Ketiga : Tentang perceraian perkawinan
- Pasal 207-232a
 BAB KESEBELAS : Tentang perpisahan meja dan ranjang
- Pasal 233-249
 BAB KEDUABELAS : Tentang kebapakan dan keturunan anak-anak
o Bagian Kesatu : Tentang anak-anak sah
- Pasal 250-271a
o Bagian Kedua : Tentang pengesahan anak-anak luar kawin
- Pasal 272-279
o Bagian Ketiga : Tentang pengakuan terhadap anak-anak luar
kawin
- Pasal 280-289
 BAB KETIGABELAS : Tentang kekeluargaan sedarah dan semenda
- Pasal 290-297
 BAB KEEMPATBELAS : Tentang kekuasaan orang tua
o Bagian Kesatu : Tentang akibat-akibat kekuasaan orang tua
terhadap pribadi si anak
- Pasal 298-306
o Bagian Kedua : Tentang akibat-akibat kekuasaan orang tua
terhadap harta kekayaan anak
- Pasal 307-319
o Bagian Kedua A : Tentang pembebasan dan pemecatan dari
kekuasaan orang tua
- Pasal 319a-319m
o Bagian Ketiga : Tentang kewajiban-kewajiban bertimbal balik
antara kedua orang tua atau para keluarga sedarah dalam garis
keatas dan anak-anak beserta keturunan mereka selanjutnya
- Pasal 320-329
 BAB KEEMPATBELAS A : Tentang menentukan, mengubah, dan mencabut
tunjangan-tunjangan nafkah

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 56


- Pasal 329a-329b
 BAB KELIMABELAS : Tentang kebelumdewasaan dan perwalian
o Bagian Kesatu : Tentang kebelumdewasaan
- Pasal 330
o Bagian Kedua : Tentang perwalian umumnya
- Pasal 331-344
o Bagian Ketiga : Tentang perwalian oleh bapak atau ibu
- Pasal 345-354a
o Bagian Keempat : Tentang perwalian yang diperintahkan oleh
bapak atau ibu
- Pasal 355-358
o Bagian Kelima : Tentang perwalian yang diperintahkan oleh
pengadilan negeri
- Pasal 359-364
o Bagian Keenam : Tentang perwalian oleh perhimpunan-
perhimpunan, yayasan-yayasan dan lembaga-lembaga amal
- Pasal 365-365a
o Bagian Ketujuh : Tentang perwalian pengawas
- Pasal 366-375
o Bagian Kedelapan : Tentang alasan-alasan yang mempermaafkan
diri dari perwakilan
- Pasal 376-378
o Bagian Kesembilan : Tentang pengecualian, pembebasan, dan
pemecatan dari perwalian
- Pasal 379-382g
o Bagian Kesepuluh : Tentang pengawasan wali atas pribadi anak
belum dewasa
- Pasal 383-384a
o Bagian Kesebelas : Tentang tugas mengurus wali
- Pasal 385-408

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 57


o Bagian Keduabelas : Tentang perhitungan tanggung jawab
perwalian
- Pasal 409-414
o Bagian Ketigabelas : Tentang balai harta peninggalan dan dewan-
dewan perwalian
- Pasal 415-418a
 BAB KEENAM BELAS : Tentang beberapa perlunakan
- Pasal 419-432
 BAB KETUJUH BELAS : Tentang pengampuan
- Pasal 433-461
Ketentuan penutup : Pasal 462

 BAB KEDELAPAN BELAS : Tentang keadaan tak hadir


o Bagian Kesatu
- Pasal 463-466
o Bagian Kedua : Tentang pernyataan barangkali meninggal dunia
- Pasal 467-471
o Bagian Ketiga : Tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban para
barangkali ahli waris dan mereka lain yang berkepentingan,
setelah adanya pernyataan tentang barangkali meninggal
- Pasal 472-488
o Bagian Keempat : Tentang hak-hak yang jatuh pada seorang tak
hadir yang hidup atau tidak adanya disanksikan
- Pasal 489-492
o Bagian Kelima : Tentang akibat-akibat keadaan tak hadir
berhubung dengan perkawinan
- Pasal 493-498

BUKU KEDUA TENTANG KEBENDAAN

 BAB KESATU : Tentang kebendaan dan cara membeda-bedakannya


o Bagian Kesatu : Tentang kebendaan umumnya

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 58


- Pasal 499-502
o Bagian Kedua : Tentang pembagian barang
- Pasal 503-505
o Bagian Ketiga : Tentang barang tak bergerak
- Pasal 506-508
o Bagian Keempat : Tentang kebendaan bergerak
- Pasal 509-518
o Bagian Kelima : Tentang kebendaan dalam hubungan dengan
mereka yang menguasainya
- Pasal 519-528
 BAB KEDUA : Tentang kedudukan berkuasa (bezit) dan hak-hak yang
timbul karenanya
o Bagian Kesatu : Tentang sifat kedudukan berkuasa dan barang
apa yang dapat dikuasai dengan itu
- Pasal 529-537
o Bagian Kedua : Tentang cara bagaimana kedudukan berkuasa
diperoleh, dipertahankan dan berakhir
- Pasal 538-547
o Bagian Ketiga : Tentang hak-hak yang timbul karena kedudukan
berkuasa
- Pasal 548-569
 BAB KETIGA : Tentang hak milik (eigendom)
o Bagian Kesatu : Ketentuan-ketentuan umum
- Pasal 570-583
o Bagian Kedua : Tentang cara memperoleh hak milik
- Pasal 584-624
 BAB KEEMPAT : Tentang hak dan kewajiban antara pemilik-pemilik
pekarangan yang satu sama lain bertetangga
- Pasal 625-672
 BAB KELIMA : Tentang kerja rodi
- Pasal 673

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 59


 BAB KEENAM : Tentang pengabdian pekarangan
o Bagian Kesatu : Tentang sifat dan jenis pengabdian pekarangan
- Pasal 674-694
o Bagian Kedua : Bagaimana pengabdian pekarangan dilahirkan
- Pasal 695-702
o Bagian Ketiga : Bagaimana pengabdian pekarangan berakhir
- Pasal 703-710
 BAB KETUJUH : Tentang hak numpang karang (recht v. Opstal)
- Pasal 711-719
 BAB KEDELAPAN : Tentang hak usaha (erfpacht)
- Pasal 720-736
 BAB KESEMBILAN : Tentang bunga tanah dan hasil sepersepuluh
- Pasal 737-755
 BAB KESEPULUH : Tentang hak pakai hasil
o Bagian Kesatu : Tentang sifat dan cara memperoleh hak pakai
hasil
- Pasal 756-760
o Bagian Kedua : Tentang hak-hak si pemakai hasil
- Pasal 761-781
o Bagian Ketiga : Tentang kewajiban-kewajiban si pemakai hasil
- Pasal 782-806
o Bagian Keempat : Bagaimana hak pakai hasil akhir
- Pasal 807-817
 BAB KESEBELAS : Tentang hak pakai dan hak mendiami
- Pasal 818-829
 BAB KEDUABELAS : Tentang perwarisan karena kematian
o Bagian Kesatu : Ketentuan umum
- Pasal 830-851
o Bagian Kedua : Tentang perwarisan para keluarga sedarah yang
sah, dan si suami atau si istri yang hidup terlama
- Pasal 852-861

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 60


o Bagian Ketiga : Tentang pewarisan dalam hal adanya anak-anak
luar kawin
- Pasal 862-873
 BAB KETIGABELAS : Tentang surat wasiat
o Bagian Kesatu : Ketentuan umum
- Pasal 874-894
o Bagian Kedua : Tentang kecakapan seseorang untuk membuat
surat wasiat atau untuk menikmati keuntungan dari surat yang
demikian
- Pasal 895-912
o Bagian Ketiga : Tentang bagian mutlak atau legitime portie dan
tentang pengurangan dari tiap-tiap pembiaran yang kiranya akan
mengurangkan bagian mutlak itu
- Pasal 913-929
o Bagian Keempat : Tentang bentuk sesuatu wasiat
- Pasal 930-953
o Bagian Kelima : Tentang warisan pengangkatan waris
- Pasal 954-956
o Bagian Keenam : Tentang hibah wasiat
- Pasal 957-972
o Bagian Ketujuh : Tentang pengangkatan waris wasiat dengan
lompat tangan yang diizinkan, untuk mengaruniai cucu-cucu dan
keturunan saudara-saudara laki dan perempuan
- Pasal 973-988
o Bagian Kedelapan : Tentang pengangkatan waris wasiat dengan
lompat tangan, dengan hal apa yang oleh si waris atau si
penerima hibah wasiat akan ditinggalkan, karena tak dijual atau
tak dihabiskannya
- Pasal 989-991
o Bagian Kesembilan : Tentang pencabutan dan gugurnya wasiat
- Pasal 992-1004

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 61


 BAB KEEMPAT BELAS : Tentang pelaksanaan wasiat dan pengurusan
harta peninggalan
- Pasal 1005-1022
 BAB KELIMA BELAS : Tentang hak memikir dan hak istimewa untuk
mengadakn pendaftaran harta peninggalan
- Pasal 1023-1043
 BAB KEENAM BELAS : Tentang hal menerima dan menolak suatu warisan
o Bagian Kesatu : Tentang hal menerima suatu warisan
- Pasal 1044-1056
o Bagian Kedua : Tentang hal menolak suatu warisan
- Pasal 1057-1065
 BAB KETUJUH BELAS : Tentang pemisahan harta peninggalan
o Bagian Kesatu : Tentang pemisahan harta peninggalan dan
akibat-akibatnya
- Pasal 1066-1085
o Bagian Kedua : Tentang pemasukan
- Pasal 1086-1099
o Bagian Ketiga : Tentang hal pembayaran utang-utang
- Pasal 1100-1111
o Bagian Keempat : Tentang pembatalan suatu pemisahan harta
peninggalan yang telah disetujui
- Pasal 1112-1120
o Bagian Kelima : Tentang pembagian warisan, oleh keluarga
sedarah dalam garis ke atas, di antara keturunannya atau di
antara mereka ini dan suami atau istri mereka yang hidup terlama
- Pasal 1121 1125
 BAB KEDELAPAN BELAS : Tentang harta peninggalan yang tak teurus
- Pasal 1126-1130
 BAB KESEMBILAN BELAS : Tentang piutang-piutang yang diistimewakan
o Bagian Kesatu : Tentang piutang-piutang yang diistimewakan
pada umumnya

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 62


- Pasal 1131-1138
o Bagian Kedua : Tentang hak-hak istimewa yang mengenai benda-
benda tertentu
- Pasal 1139-1148
o Bagian Ketiga : Tentang hak-hak istimewa atas semua benda
bergerak dan tak bergerak pada umunya
- Pasal 1149
 BAB KEDUA PULUH : Tentang gadai
- Pasal 1150-1161
 BAB KEDUA PULUH SATU : Tentang hipotik
o Bagian Kesatu : Ketentuan-ketentuan umum
- Pasal 1162-1178
o Bagian Kedua : Tentang pembukuan-pembukuan hipotik serta
bentuk caranya pembukuan
- Pasal 1179-1194
o Bagian Ketiga : Tentang pencoretan pembukuan
- Pasal 1195-1197
o Bagian Keempat : Tentang akibat-akibat hipotik terhadap orang-
orang ketiga yang menguasai benda yang dibebani
- Pasal 1198-1208
o Bagian Kelima : Tentang hapusnya hipotik
- Pasal 1209-1220
o Bagian Keenam : Tentang pegawai-pegawai yang ditugaskan
menyimpan hipotik, tanggung jawab mereka, dan tentang
diketahuinya register-register oleh umum
- Pasal 1221-1232

BUKU KETIGA TENTANG PERIKATAN

 BAB KESATU : Tentang perikatan-perikatan umumnya

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 63


o Bagian Kesatu : Ketentuan- ketentuan umum
- Pasal 1233-1234
o Bagian Kedua : Tentang perikatan-perikatan untuk memberikan
sesuatu
- Pasal 1235-1238
o Bagian Ketiga : Tentang perikatan-perikatan untuk berbuat
sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu
- Pasal 1239-1242
o Bagian Keempat : Tentang penggantian biaya, rugi dan bunga
karena tidak dipenuhinya suatu perikatan
- Pasal 1243-1252
o Bagian Kelima : Tentang perikatan-perikatan bersyarat
- Pasal 1253-1267
o Bagian Keenam : Tentang perikatan-perikatan dengan ketetapan
waktu
- Pasal 1268-1271
o Bagian Ketujuh : Tentang perikatan-perikatan mana suka atau
perikatan yang boleh dipilih oleh salah satu pihak
- Pasal 1272-1277
o Bagian Kedelapan : Tentang perikatan-perikatan tanggung
renteng atau perikatan-perikatan tanggung-menanggung
- Pasal 1278-1295
o Bagian Kesembilan : Tentang perikatan-perikatan yang dapat
dibagi-bagi dan perikatan-perikatan yang tak dapat dibagi-bagi
- Pasal 1296-1303
o Bagian Kesepuluh : Tentang perikatan-perikatan dengan ancaman
hukuman
- Pasal 1304-1312
 BAB KEDUA : Tentang Perikatan-perikatan yang Dilahirkan dari Kontrak
atau Perjanjian
o Bagian Kesatu : Ketentuan-ketentuan umum

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 64


- Pasal 1313-1319
o Bagian Kedua : Tentang Syarat-syarat yang diperlukan untuk
sahnya suatu perjanjian
- Pasal 1320-1337
o Bagian Ketiga : Tentang akibat suatu perjanjian
- Pasal 1338-1341
o Bagian Keempat : Tentang penafsiran suatu perjanjian
- Pasal 1342-1351
 BAB KETIGA : Tentang Perikatan-perikatan yang Dilahirkan demi Undang-
undang
- Pasal 1352-1380
 BAB KEEMPAT : Tentang Hapusnya Perikatan-perikatan
- Pasal 1381
o Bagian Kesatu : Tentang Pembayaran
- Pasal 1382-1403
o Bagian Kedua : Tentang penawaran tunai, diikuti oleh
penyimpangan atau penitipan
- Pasal 1404-1412
o Bagian Ketiga : Tentang pembaharuan utang
- Pasal 1413-1424
o Bagian Keempat : Tentang kompensasi atau perjumpaan utang
- Pasal 1425-1435
o Bagian Kelima : Tentang percampuran utang
- Pasal 1436-1437
o Bagian Keenam : Tentang Pembebasan Utang
- Pasal 1438-1443
o Bagian Ketujuh : Tentang musnahnya barang yang terutang
- Pasal 1444-1445
o Bagian Kedelapan : Tentang kebatalan dan pembatalan perikatan-
perikatan
- Pasal 1446-1456

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 65


 BAB KELIMA : Tentang Jual-Beli
o Bagian Kesatu : Ketentuan-ketentuan umum
- Pasal 1457-1472
o Bagian Kedua : Tentang kewajiban-kewajiban si penjual
- Pasal 1473-1512
o Bagian Ketiga : Tentang kewajiban si pembeli
- Pasal 1513-1518
o Bagian Keempat : Tentang hak membeli kembali
- Pasal 1519-1532
o Bagian Kelima : Ketentuan-ketentuan khusus mengenai jual-beli
piutang dan lain-lain hak tak bertubuh
 BAB KEENAM : Tentang Tukar-menukar
- Pasal 1541-1546
 BAB KETUJUH : Tentang Sewa-menyewa
o Bagian Kesatu : Ketentuan umum
- Pasal 1547-1549
o Bagian Kedua : Tentang aturan-aturan yang sama-sama berlaku
terhadap penyewaan rumah dan penyewaan tanah
- Pasal 1550-1580
o Bagian Ketiga : Tentang aturan-aturan yang khusus berlaku bagi
sewa rumah dan perabotan rumah
- Pasal 1581-1587
o Bagian Keempat : Tentang aturan-aturan yang khusus berlaku
bagi sewa tanah
- Pasal 1588-1600
 BAB KETUJUH A : Tentang perjanjian-perjanjian untuk melakukan
pekerjaan
o Bagian Kesatu : Ketentuan-ketentuan umum
- Pasal 1601-1601c
o Bagian Kedua : Tentang perjanjian perburuhan umumnya

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 66


- Pasal 1601d-1601y
o Bagian Ketiga : Tentang kewajiban majikan
- Pasal 1602-1602z
o Bagian Keempat : Tentang kewajiban buruh
- Pasal 1603-1603d
o Bagian Kelima : Tentang bermacam-macam cara berakhirnya
hubungan kerja, yang diterbitkan dari perjanjian
- Pasal 1603e-1603z
o Bagian Keenam : Tentang pemborongan pekerjaan
- Pasal 1604-1617
 BAB KEDELAPAN : Tentang Persekutuan
o Bagian Kesatu : Ketentuan-ketentuan umum
- Pasal 1618-1623
o Bagian Kedua : Tentang perikatan-perikatan antara para sekutu
- Pasal 1624-1641
o Bagian Ketiga : Tentang perikatan-perikatan para sekutu terhadap
orang-orang ketiga
- Pasal 1642-1645
o Bagian Keempat : Tentang bermacam-macam berakhirnya
persekutuan
- Pasal 1646-1652
 BAB KESEMBILAN : Tentang Perkumpulan
- Pasal 1653-1665
 BAB KESEPULUH : Tentang Hibah
o Bagian Kesatu : Ketentuan- ketentuan umum
- Pasal 1666-1675
o Bagian Kedua : Tentang kecakapan untuk memberikan sesuatu
sebagai hibah, dan untuk menikmati keuntungan dari suatu hibah
- Pasal 1676-1686
o Bagian Ketiga : Tentang cara menghibahkan sesuatu
- Pasal 1682-1687

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 67


o Bagian Keempat : Tentang penarikan kembali dan penghapusan
hibah
- Pasal 1689-1693
 BAB KESEBELAS : Tentang Penitipan Barang
o Bagian Kesatu : Tentang penitipan barang pada umumnya, dan
tentang berbagai macam penitipan
- Pasal 1694-1695
o Bagian Kedua : Tentang penitipan barang yang sejati
- Pasal 1696-1729
o Bagian Ketiga : Tentang sekestrasi dan berbagai macam-
macamnya
- Pasal 1730-1739
 BAB KEDUABELAS : Tentang Pinjam Pakai
o Bagian Kesatu : Ketentuan-ketentuan
- Pasal 1740-1743
o Bagian Kedua : Tentang kewajiban-kewajiban seorang yang
menerima pinjaman sesuatu
- Pasal 1744-1749
o Bagian Ketiga : Tentang kewajiban-kewajiban orang yang
meminjamkan
- Pasal 1750-1753
 BAB KETIGABELAS : Tentang Pinjam-meminjam
o Bagian Kesatu : Ketentuan-ketentuan umum
- Pasal 1754-1758
o Bagian Kedua : Tentang kewajiban-kewajiban orang yang
meminjamkan
- Pasal 1759-1762
o Bagian Ketiga : Tentang kewajiban-kewajiban si peminjam
- Pasal 1763-1764
o Bagian Keempat : Tentang meminjamkan dengan bunga
- Pasal 1765-1769

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 68


 BAB KEEMPATBELAS : Tentang bunga tetap atau bunga abadi
- Pasal 1770-1773
 BAB KELIMABELAS : Tentang perjanjian-perjanjian untung-untungan
o Bagian Kesatu : Ketentuan umum
- Pasal 1774
o Bagian Kedua : Tentang perjanjian bunga cagak hidup dan akibat-
akibatnya
- Pasal 1775-1787
o Bagian Ketiga : Tentang perjudian dan pertaruhan
- Pasal 1788-1791
 BAB KEENAMBELAS : Tentang pemberian kuasa
o Bagian Kesatu : Tentang sifat pemberian kuasa
- Pasal 1792-1799
o bagian Kedua : Tentang kewajiban-kewajiban si kuasa
- pasal 1800-1806
o Bagian Ketiga : Tentang kewajiban-kewajiban si pemberi kuasa
- Pasal 1807-1812
o Bagian Keempat : Tentang bermacam-macam cara berakhirnya
1864
- Pasal 1813-1819
 BAB KETUJUHBELAS : Tentang penanggungan utang
o Bagian Kesatu : Tentang sifat penanggungan
- Pasal 1820-1830
o Bagian Kedua : Tentang akibat-akibat penanggungan antara si
berutang dan si penanggung
- Pasal 1831-1838
o Bagian Ketiga : Tentang akibat-akibat penanggungan antara si
berutang dan si penanggung dan antara para penanggung sendiri
- Pasal 1839-1844
o Bagian Keempat : Tentang hapusnya penanggungan utang
- Pasal 1845-1850

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 69


 BAB KEDELAPANBELAS : Tentang Perdamaian
- Pasal 1851-1864

BUKU KEEMPAT TENTANG PEMBUKTIAN DAN DALUWARSA

• BAB KESATU : Tentang pembuktian pada umumnya


- Pasal 1865 – 1866
• BAB KEDUA : Tentang pembuktian dengan tulisan
- Pasal 1867 – 1894
• BAB KETIGA : Tentang pembuktian dengan saksi-saksi
- Pasal 1895 – 1912
• BAB KEEMPAT : Tentang persangkaan-persangkaan
- Pasal 1915 - 1922
• BAB KELIMA : Tentang pengakuan
- Pasal 1923 – 1928
• BAB KEENAM : Tentang sumpah dimuka hakim
- Pasal 1929 – 1945
• BAB KETUJUH : Tentang daluwarsa
o Bagian Kesatu : Tentang daluwarsa umumnya
- Pasal 1946 – 1962
o Bagian Kedua : Tentang daluwarsa, dipandang sebagai suatu alat
untuk memperoleh sesuatu
- Pasal 1963 – 1966
o Bagian Ketiga : Tentang daluwarsa dipandang sebagai suatu alasan
untuk dibebaskan dari suatu kewajiban
- Pasal 1967 – 1977
o Bagian Keempat : Tentang sebab-sebab yang mencegah daluwarsa
- Pasal 1978 – 1993
o Bagian Kelima : Tentang sebab-sebab yang menangguhkan
berjalannya daluwarsa

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 70


- Pasal 1992 – 1992
o Ketentuan penutup
- Pasal 1993

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 71


Tugas 7
3. Putusan lain cari contoh putusan yang ada di hal 146
1. Putusan Gugur

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

PENETAPAN

Nomor 083/Pdt.G/2015/PA.Ktl

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Kuala Tungkal untuk memeriksa dan mengadili perkara


tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan dalam perkara Cerai
Gugat yang diajukan oleh:

FULANAH binti FULAN, umur 35 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SLTP,
pekerjaan SWASTA, tempat tinggal di Jalan Kesejahteraan, RT.019, Kelurahan
Tungkal III, Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
selanjutnya disebut sebagai Penggugat ;

Melawan

FULAN bin FULAN, umur 38 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SLTP,
pekerjaan Swasta, tempat tinggal di Jalan Kesejahteraan, RT.019, Kelurahan
Tungkal III, Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
selanjutnya disebut sebagai Tergugat;

Pengadilan Agama tersebut ;

Telah membaca dan mempelajari berkas perkara ;

DUDUK PERKARA

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 72


Bahwa Penggugat dengan surat gugatannya bertanggal 23 Februari 2015 yang
telah didaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Kuala Tungkal Nomor
083/Pdt.G/2015/PA.Ktl mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa Penggugat adalah istri sah Tergugat yang akad nikahnya


berlangsung di Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
pada hari kamis tanggal 11 Desember 1997, berdasarkan Kutipan Akta
Nikah yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama
Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor
426/37/XII/1997 tertanggal 15 Desember 1997.

2. Bahwa Penggugat dan Tergugat setelah menikah tinggal di rumah orang


tua tergugat di Jalan Kesejahtraan selama kurang lebih 3 tahun, kemudian
pindah ke rumah kontrakan sekitar 13 tahun, kemudian pindah ke rumah
sendiri kurang lebih sekitar 2 tahun.

3. Bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah bergaul baik sebagaimana


layaknya suami istri dan telah dikaruniai 2 orang anak bernama: ANISA
NUR ZANAH Binti FULAN umur 16 Tahun dan SOPIA HANUM SALSABILA
Binti FULAN umur 11 tahun.

4. Bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat berjalan rukun dan


harmonis selama kurang lebih 12 tahun, kemudian tidak harmonis, sering
terjadi perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat yang
di karenakan Tergugat menikah lagi tanpa seizin Penggugat.

5. Bahwa puncak ketidak harmonisan rumah tangga Penggugat dan


Tergugat terjadi pada bulan November 2012, terjadi perselisihan dan
pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat yang disebabkan Tergugat
masalah yang sama.

6. Bahwa dari pihak Penggugat dan Tergugat sudah pernah di lakukan


upaya-upaya damai dengan melakukan perundingan antara kedua belah
pihak, akan tetapi tetap tidak berhasil.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 73


7. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat beranggapan
bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat sudah tidak dapat diperbaiki
kembali sehingga tujuan membina rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, warahmah sebagiamana diamanatkan oleh syaria’t Islam dan
Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, tidak dapat dicapai. Oleh
karena itu Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan Agama Kuala
Tungkal melalui Majelis Hakim untuk memeriksa dan mengadili perkara ini,
dengan menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

a. Mengabulkan gugatan Penggugat;

b. Menjatuhkan talak satu bain sugra dari Tergugat (FULAN bin FULAN)
terhadap diri Penggugat (FULANAH binti FULAN).

c. Menetapkan biaya perkara sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau


Jika Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya;

Bahwa, pada hari sidang pertama tanggal 12 Maret 2015 Penggugat dan
Tergugat tidak datang menghadap ke persidangan tanpa alasan yang sah,
meskipun keduanya telah dipanggil secara resmi dan patut;

Bahwa, pada hari sidang kedua tanggal 26 Maret 2015 Penggugat dan Tergugat
juga tidak datang menghadap ke persidangan tanpa alasan yang sah, meskipun
keduanya telah dipanggil secara resmi dan patut;

Bahwa, oleh karena Penggugat dan Tergugat telah 2 kali tidak hadir menghadap
ke persidangan, maka Majelis Hakim berkesimpulan Penggugat tidak
bersungguh-sungguh menyelesaikan perkaranya dan diduga mereka telah rukun
kembali;

Bahwa, untuk mempersingkat putusan ini, maka ditunjuk kepada semua yang
termuat dalam Berita Acara Sidang dalam perkara ini sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari putusan ini ;

PERTIMBANGAN HUKUM

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 74


Menimbang, bahwa maksud dan tujuan Permohonan Penggugat sebagaimana
tersebut diatas ;

Menimbang, bahwa ternyata Penggugat dan Tergugat meskipun telah dipanggil


dengan patut tidak menghadap dipersidangan, tidak pula ternyata bahwa tidak
datangnya disebabkan suatu halangan yang sah, maka Majelis Hakim
menganggap bahwa Penggugat tidak bersungguh-sungguh dalam beperkara,
oleh karenanya Permohonan Penggugat ini harus digugurkan ;

Menimbang, bahwa Penggugat dan Tergugat pada dua kali persidangan terakhir
setelah mediasi tidak pernah hadir dan tidak pula mewakilkan kepada orang lain
meskipun telah dipanggil dengan patut dan resmi tidak menghadap
dipersidangan, tidak pula ternyata bahwa tidak datangnya disebabkan suatu
halangan yang sah, maka Majelis Hakim menganggap bahwa Penggugat tidak
bersungguh-sungguh dalam mengajukan perkaranya dan dinyatakan gugur
dengan pertimbangan sebagai berikut :

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 124 HIR /
Pasal 148 R.Bg Putusan gugur ialah putusan yang menyatakan bahwa
permohonan gugur, karena Penggugat tidak pernah hadir, meskipun telah
dipanggil secara resmi dan patut sedang Tergugat hadir dan mohon putusan
dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Putusan gugur dijatuhkan pada sidang pertama atau sesudahnya sebelum


tahap pembacaan permohonan;
2. Putusan gugur dapat dijatuhkan apabila telah dipenuhi syarat-syaratnya
yaitu :
a. Penggugat telah dipanggil dengan resmi dan patut untuk hadir dalam
sidang hari itu;
b. Penggugat ternyata tidak hadir dalam sidang tersebut dan tidak pula
mewakilkan orang lain untuk hadir serta ketidakhadirannya itu bukan
karena sesuatu halangan yang sah;
c. Tergugat hadir dalam sidang dan mohon putusan;

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 75


4. Putusan gugur belum menilai permohonan ataupun pokok perkasa.
5. Dalam putusan gugur, Penggugat dihukum membayar biaya perkara.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas dan dikaitka


dengan de jure dan de facto terhadap perkara ini dimana Tergugat juga tidak
hadir, maka majelis hakim bermusyawarah dengan kesimpulan menyatakan
perkara ini gugur beserta akibat hukumnya;

Menimbang, bahwa akibat hukum putusan gugur sebagaimana diatur dalam


Pasal 77 Rv adalah sebagai berikut:

1. Pihak Tergugat, dibebaskan dari perkara dimaksud. Putusan


Pengguguran gugatan atau permohonan yang didasarkan atas keingkaran
Penggugat menghadiri sidang pertama, merupakan putusan akhir (eind
vonnis) yang bersifat menyudahi proses pemeriksaan secara formil.
Artinya, putusan itu mengakhiri pemeriksaan meskipun pokok perkara
belum diperiksa. Itu sebabnya undang-undang menyatakan dibebaskan
dari perkara itu.
2. Terhadap putusan pengguguran gugatan atau permohonan tidak dapat
diajukan upaya hukum banding dan kasasi serta perlawanan atau verzet
karena putusan gugur bersifat Langsung mengakhiri perkara, karena itu
langsung pula mengikat kepada para pihak atau final and binding;
3. Penggugat dapat mengajukan gugatan atau permohonan baru. Satu-
satunya jalan yang dapat ditempuh Penggugat adalah mengajukan
gugatan atau permohonan baru dengan materi pokok perkara yang sama,
karena dalam putusan gugur tidak melekat ne bis in idem sehingga dapat
diajukan sebagai perkara baru, dan untuk itu Penggugat dibebani
membayar biaya perkara baru.
Menimbang, bahwa oleh karena perkara ini termasuk dalam bidang
perkawinan, maka sesuai pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7
Tahun 1989 jo Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006, biaya perkara
dibebankan kepada Penggugat;

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 76


Mengingat, segala ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dan
dalil syar'i yang bersangkutan dengan perkara ini;

MENGADILI

1. Menyatakan gugatan Penggugat tersebut gugur;


2. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp.391.000,- (tiga ratus sembilan puluh satu ribu rupiah).
Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim pada
hari Kamis tanggal 26 Maret 2015 M. bertepatan dengan tanggal 5
Jumadilakhir 1436 H., oleh kami Muhammad Aliyuddin, S.Ag., M.H.
sebagai Ketua Majelis dan Achmad Kadarisman, S.H.I. serta Muhammad
Hidayatullah, S.H.I. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan
tersebut diucapkan oleh Ketua Majelis pada hari itu juga dalam sidang
terbuka untuk umum dengan didampingi oleh Hakim-Hakim Anggota
tersebut, dibantu oleh Nazaruddin sebagai Panitera Pengganti dan dihadiri
oleh Penggugat diluar hadirnya Tergugat.

Ketua Majelis

Muhammad Aliyuddin, S.Ag., M.H.

Hakim Anggota, Hakim Anggota,

Achmad Kadarisman, S.H.I. Muhammad Hidayatullah, S.H.I.

Panitera Pengganti,

Nazaruddin

Perincian Biaya Perkara :

1. Pendaftaran : Rp 30.000,00

2. Biaya Proses : Rp 39.000,00

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 77


3. Panggilan Penggugat : Rp 150.000,00

4. Panggilan Tergugat : Rp 150.000,00

5. Materai : Rp 6.000,00

4. Redaksi : Rp 5.000,00

Jumlah Rp 391.000,00

2. Putusan Sela

tembusan kepada ;

Yth. Semua ketua pengadilan tinggi

di Seluruh Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

PUTUSAN SELA

N0 : 10/Pdt . G/ 2009/ PN. BMS

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Negeri Banyumas yang memeriksa dan mengadili perkara - perkara


perdata pada peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan putusan Sela sebagai
berikut ini dalam perkara antara :

SOIMAH, umur 55 Tahun, peker jaan pedagang, ber tempat tinggal di Ds.
Klahang Rt.002/003 , Kecamatan Sokaraja , Kabupaten Banyumas. Selanjutnya
disebut sebagai ………………………………………………………………………………………..….
PENGGUGAT ;

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 78


MELAWAN

MAD FADIL Alias DAKHIRIN, Pekerjaan Pensiunan PNS, bertempat tinggal di Ds.
Lemberang Rt.001 / 004 Kecamatan Sokaraja , Kabupaten Banyumas.

Dalam hal ini dikuasakan kepada WASLAM MAKHSID, S.H. dan Rekan Advokat
/Pengacara yang beralamat di Jl . Banyumas – Banjar Negara KM 10 Piasa Kulon
RT 02 RW 02 Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas Jawa Tengah
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 6 November 2009 yang telah
terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Banyumas tanggal 9 November 2009
No. 15/SK/2009 ;Selanjutnya disebut sebagai
……………………………….…………………………... TERGUGAT ;

PENGADILAN NEGERI TERSEBUT ;

Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Banyumas tertanggal 22


Oktober 2009 Nomor : 10/Pdt .G /2009/PN.Bms, tentang penunjukan Majelis
Hakim untuk memeriksa dan mengadili perkara ini ;

Telah membaca penetapan Hakim Ketua Majelis tertanggal 29 Oktober 2009


Nomor : 10/Pdt .G /2009/PN.Bms, tentang Penetapan hari sidang perkara ini;
Telah membaca berkas perkara ini ; Telah mendengar kedua belah pihak yang
berperkara ;

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Menimbang, bahwa Penggugat dalam surat gugatannya tertanggal 21 Oktober


2009 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Banyumas tanggal 22
Oktober 2009 dengan register perkara Nomor : 10/ Pdt.G/2009/PN. Bms telah
mengemukakan hal - hal sebagai berikut :

Bahwa penggugat dan tergugat dahulu adalah suami isteri yang sah menikah
secara resmi dihadapan pegawai pencatat Nikah Kantor Urusan Agama
Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas pada tanggal 26 agustus 1970;

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 79


Bahwa dari hasil perkawinan antara Penggugat dan tergugat telah dikarunia 6
(enam) orang anak yang mana dari keenam anak penggugat tersebut masih
membutuhkan perhatian dan kasih saying orang tua ;

Bahwa antara penggugat dan tergugat telah bercerai dan tidak lagi sebagai
suami isteri yang mana masing- masing hidup sendiri - sendiri hal ini dikuatkan
dengan Putusan cerai dari Pengadilan Agama Kabupaten Banyumas No.0178/Pdt
.G /2009 /PA.Bms tertangga l7 Oktober 2009, dan terhadap anak- anak yang
mendidik dan membesarkan semuanya oleh penggugat ;

Bahwa tergugat sebelumnya adalah bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan
sekaligus sebagai guru yang pada akhirnya telah memasuki masa pensiun hingga
saat ini;

Bahwa yang menjadi permasalahan saat ii adalah tergugat selaku pegawai negeri
sipil meskipun telah bercerai dengan penggugat tentunya tidak bisa melepas
tanggung jawabnya selaku orang tua dari anak-anak hasil perkawinannya
dengan penggugat sehingga dalam hal ini penggugat selaku bekas/mantan isteri
dari tergugat masih berhak menuntut hak dari penghasilan (pensiunan) tergugat
yang diterima saat ini demi untuk kelangsungan hidup bersama anak-anak
penggugat yang tidak lain juga anak-anak tergugat;

bahwa pernah suatu saat anak tergugat pergi mendatangi tergugat dengan
maksud untuk meminta uang sebagai biaya sekolah tetapi namun oleh tergugat
di tolak dan tidak diberi bahkan oleh tergugat diusirnya, betapa teganya
terhadap anak kandung yang masih darah dagingnya sendiri diperlakukan
sekejam itu ;

Bahwa tergugat dalam hal ini benar- benar telah lupa akan tanggung jawabnya
sebagai orang tua dan sekaligus sebagai bapak dari anak- anak yang masih
membutuhkan biaya untuk hidup, tentunya dalam hal ini penggugat selaku ibu
dari anak- anak dan juga bekas isteri / mantan dari tergugat menuntut keadilan
serta hak- hak untuk anak, dimana tergugat seorang Pegawai Negeri Sipil

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 80


sangatlah jelas dalam ketentuan hak dari pada anak tetap akan menjadi
tanggung jawab tergugat ;

Bahwa tergugat telah melalaikan tanggung jawabnya terhadap kepentingan


anak- anak yang mestinya selaku pensiunan pegawai negeri sipil tahu akan
ketentuan yang berlaku . untuk itu dalam kesempatan ini perkenankanlah
penggugat atas nama kepentingan anak- anak dan penggugat menuntut kepada
tergugat untuk memenuhi kewajibannya dengan memberikan sebagian
penghasilan yang diterima perbulan agar supaya diberikan kepada penggugat
dan anak- anaknya ;

Bahwa jelas dalam hal ini tergugat telah melakukan kesalahan terhadap
kepentingan anak- anak khususnya sehingga perbuatan tergugat bertentangan
dengan norma hukum yang berlaku sehingga perbuatan atau sikap yang di
tunjukkan oleh tergugat jelas - jelas melawan hukum yang berlaku ;

Bahwa disamping tergugat telah lalai tanggungjawabnya terhadap anak- anak,


semenjak penggugat masih resmi sebagai isteri tergugat sebelum bercerai,
bahwa sikap tergugat tidak pernah ada perhatian terhadap anak- anak serta
tidak adanya kasih sayang yang diberikan terhadap anak- anaknya, sehingga
tergugat benar- benar telah melepaskan tanggung jawabnya dan hanya menuruti
kesenangannya sendiri ;

Bahwa atas permasalahan yang penggugat kemukan tersebut penggugat sudah


sewajarnya memohon kepada Pengadilan untuk memeriksa dan memutuskan
perkara ini dengan seadil - adil nya sesuai dengan keinginan penggugat yang
telah di telantarkan oleh tergugat selama bertahun- tahun sehingga penggugat
harus membesarkan dan mendidik anak- anak penggugat seorang diri ;

Bahwa penggugat mengajukan gugatan tersebut mengingat tergugat berdomisili


di wilayah hukum Pengadilan Banyumas sehingga tidak ada alasan lagi sebagai
kewenanganya dalam mengadili perkara ini ;

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 81


Berdasarkan alasan-alasan yang penggugat kemukakan kami mohon
kepada majelis hakim pengadilan banyumas yang memeriksa dan mengadili
perkara ini untuk selanjutnya manjatuhkan putusan sebagai berikut:

Mangabulkan gugatan penggugat seluruhnya;

Menetapkan hukum bahwa tergugat adalah ayah dari anak-anak yang saat ini
diasuh dan dibesarkan oleh penggugat;

Menetapkan hukum bahwa tergugat berkewajiban memberikan sebagian gaji


atau penghasilan yang di terima sesuai ketentuan yang berlaku kepada
penggugat dan anak- anaknya yang masih membutuh pendidikan sampai anak
tersebut dewasa dan mandiri ;

Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara yang di timbulkan dalam


perkara ini ;

ATAU :

Apabi la Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banyumas berpendapat lain mohon


putusan yang seadil - adilnya

Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan , Penggugat


datang menghadap sendiri dimuka persidangan, Tergugat datang menghadap
dipersi dangan dengan kuasanya yang bernama Waslam Makhsid , S.H. dan
Rekan berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 6 November 2009 ;

Menimbang, bahwa dalam upaya damai telah dilakukan melalui proses Mediasi ,
dimana para pihak menyerahkan kepada Hakim Ketua Majelis untuk menunjuk
mediator dari kalangan Hakim Pengadilan Negeri Banyumas dan selanjutnya
Hakim Ketua Majelis menunjuk R. Ari Muladi , S.H.;

Menimbang, bahwa dalam proses Mediasi ternyata gagal sebagaimana surat


pemberitahuan hasil mediasi tertangga l7 Desember 2009, maka persidangan di
lanjutkan dengan membacakan surat gugatan penggugat;

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 82


Menimbang, bahwa atas surat gugatan tersebut , Penggugat menyatakan tetap
pada gugatannya ;

Menimbang, bahwa terhadap surat gugatan Penggugat tersebut Tergugat melalui


kuasanya telah mengajukan eksepsi Kompetensi Absolut secara tertulis
tertanggal 10 Desember 2009 yang pada pokoknya sebagai berikut :

Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah orang – orang yang beragama Isl am
yang pernah terikat dalam perkawinan secara Islam serta antara Penggugat dan
Tergugat telah sah bercerai dengan mendasarkan Putusan Pengadilan Agama
Banyumas nomor 178/PDT.G/2009/PA.BMS ter t angga l 29 Jul i 2009 yang telah
berkekuatan hukum tetap ;

Bahwa dalam amar Putusan Pengadilan Agama Banyumas nomor


178/PDT.G/2009/PA.Bms berbunyi sebagai berikut :

DALAM KONVENSI

Mengabulkan Permohonan Pemohon ; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


-------------------------------

Memberi ijin kepada Pemohon MAD FADZIL alias DAKHIRIN bin SANMUKRIM
untuk menjatuhkan talak satu terhadap Termohon SOIMAH binti ABDUL HADI di
hadapan sidang Pengadilan Agama Banyumas ; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-------------

DALAM REKOVENSI

DALAM EKSEPSI :

Menolak Ekspasi Tergugat Rekovensi ; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -- - - - -


- - - - - - - - - -- - -

DALAM POKOK PERKARA :

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 83


Mangabulkan gugatan penggugat Rekonvensi sebagian : - - - - - - - - - - - - - - - -
-

Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar nafkah madhiyah kepada


Penggugat Rekonvensi sebulan Rp. 300.000, - ( tiga ratus ribu rupiah ) selama 1
(satu ) tahun atau sebesar Rp. 3.600.000 , - ( tiga juta enam ratus ribu rupiah ) ;
- - - - - - - - -\

Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar nafkah iddah sebesar Rp.


3.000.000, - ( tiga juta rupiah ) kepada Penggugat Rekonvens i ; - - - - - - - - - -
------------------

Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk memberikan mut’ah kepada Penggugat


Rekonvensi , berupa emas 24 karat sebera t 10 gram ; - - - - - - - - - - - - - - - - -
----------------------

Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi selain dan selebihnya ; - - - - - - - - - - -


-------------

DALAM KONVENSI DAN REKOVENSI

Membebankan kepada Pemohon Konvensi / Tergugat Rekonvensi untuk


membayar biaya perkara yang hingga kini diperhitungkan sebesar Rp. 206.000, -
(dua ratus enam r ibu rup iah ) ; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-----------------------------------------------------
--------------

Bahwa Tergugat te lah melaksanakan secara suka rela atas Putusan Perkara
tersebut di depan sidang Pengadilan Agama banyumas pada tangga l7 Oktober
2009 sekaligus mengucapkan Ikrar Talak melalui Kuasa Hukumnya ;

Bahwa mendasarkan ketentuan pasal 49 Undang – Undang nomor 3 tahun 2006


tentang Perubahan atas Undang – Undang nomor 7 tahun 1989 jo . Pasal 66
ayat 5 Undang-undang nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, diatur
bahwa sengketa antara orang- orang yang beragama Islam di bidang Perkawinan

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 84


yang meliputi perceraian , penguasaan anak, nafkah anak, dan nafkah isteri
dst…………… adalah merupakan kewenangan absolut dari Pengadilan Agama
untuk memeriksa dan mengadilinya ; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-----------------------------------------------------
-------------

Bahwa mendasarkan hal tersebut maka Gugatan Penggugat dalam Perkara


Perdata Nomor : 10/Pdt .G/2009 /PN.Bms. merupakan Kewenangan dari
Pengadilan Agama Banyumas untuk memeriksa dan mengadilinya . Oleh karena
itu Tergugat mohon kepada Majelis Hakim untuk menyatakan menolak untuk
memeriksa atau menyatakan tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili
Gugatan Penggugat dalam Perkara Perdata Nomor : 10/PDt .G/2009/PN.Bms.
tersebut ; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Berdasarkan hal - hal tersebut diatas kami mohon kepada Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara ini untuk menjatuhkan putusan sela sebagai
berikut : - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Menerima dan mengabulkan Eksepsi tergugat untuk seluruhnya : - - - - - - - - - -


-------------------------------------

Menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Banyumas tidak berwenang untuk


memeriksa dan mengadili gugatan Penggugat dalam Perkara Perdata Nomor :
10/Pdt .G /2009/PN.Bms. ; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Menghukum Penggugat untuk membayar semua biaya yang timbul dalam


perkara in i ; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

ATAU

Apabi la Majelis Hakim berpendapat lain , mohon putusan yang seadil - adilnya .
-------------------

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 85


Menimbang bahwa atas jawaban dari tergugat tersebut, penggugat telah
manyampaikan tanggapan dalam repliknya tertanggal 21 Desember 2009,
sebagaimana terlampir pada berita acara persidangan perkara ini :

Menimbang, bahwa atas replik Penggugat tersebut , Tergugat melalui kuasanya


telah menanggapi pula dengan dupliknya tertanggal 28 Desember 2009,
sebagaimana terlampir dalam Berita Acara persidangan perkara ini ;

Menimbang, bahwa untuk menyingkat uraian Putusan Sela ini , maka segala
sesuatu yang tercantum dalam Berita Acara Pemeriksaan dianggap telah
termasuk dalam Putusan ini ;

Menimbang, bahwa oleh karena eksepsi kuasa Tergugat menyangkut


kewenangan Pengadilan Negeri Banyumas untuk memeriksa dan mengadili
perkara ini, maka Majelis Hakim perlu mengambil putusan apakah eksepsi
tersebut dapat dibenarkan ;

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebagaimana


tersebut di atas

Menimbang, bahwa Penggugat pada pokoknya mendalilk an bahwa antara


Penggugat dan Tergugat telah bercerai sebagaimana tertuang dalam putusan
cerai Pengadilan Agama Kabupaten Banyumas No 0178/Pdt .G /2009/PA.Bms
tertangga l 7 Oktober 2009 dan surat Akta Cerai Nomor : 837/AC/2009/PA.Bms
tertangga l7 Oktober 2009 ;

Bahwa meskipun telah bercerai dengan Penggugat, Tergugat yang merupakan


Pensiunan Pegawai Negeri Sipil Guru tetap harus ber tanggung jawab sebagai
orang tua dari anak- anak hasil perkawinan dengan Penggugat karena masih
membutuhkan biaya untuk hidup ;

Bahwa oleh karena Tergugat telah melalaikan kewajiban tanggung jawab


tersebut, maka Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum, sehingga

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 86


Penggugat dengan mengatasnamakan kepentingan anak-anak dan kepentingan
Penggugat sendiri menuntut kepada Tergugat untuk memenuhi kewajibannya
dengan memberikan sebagian penghasilan yang diterima tiap bulan kepada
Penggugat dan anak- anaknya ;

Manimbang bahwa atas gugatan pernggugat tersebut, tergugat menyampaikan


eksepsi tentang kompetensi absolut/kewenangan mangadili secara absolut
denagn dasar- dasar alasan:

Bahwa oleh karena Penggugat dan Tergugat adalah pemeluk agama Islam yang
pernah terikat dalam perkawinan secara Islam serta antara Penggugat dan
Tergugat telah bercerai maka Pengadilan Negeri Banyumas tidak berwenang
untuk memeriksa dan mengadili karena merupakan kewenangan dari Pengadilan
Agama Banyumas untuk memeriksa dan mengadilinya sebagaimana diatur dalam
Pasal 49 dan Pasal 66 ayat (5) Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang
Perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang peradilan agama.

Menimbang, bahwa oleh karena dalam jawaban Tergugat memuat Eksepsi


Kompetensi Absolut , Majelis Hakim mendasarkan Pasal 136 HIR, maka terhadap
dalil Eksepsi Kompetensi Absolut haruslah di jatuhkan terlebih dahulu dengan
putusan sela ;

DALAM EKSEPSI

Menimbang, bahwa Tergugat mendalilkan adanya Eksepsi Kompetensi Absolut


seperti tersurat dalam Jawaban Tergugat ;

Menimbang, bahwa perlu dikemukakan pengertian Eksepsi Kompetensi Absolut


adalah penyangkalan atas tidak adanya kewenangan suatu Pengadilan untuk
memeriksa dan mengadili suatu perkara yang bersifat mutlak ;

Menimbang bahwa tergugat dalam eksepsinya mendalilkan penggugat dan


Tergugat adalah orang- orang yang beragama Islam yang pernah terikat dalam
perkawinan secara Islam serta antara Penggugat dan Tergugat telah sah bercerai

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 87


berdasarkan putusan Pengadilan Agama Banyumas Nomor
178/PDT.G/2009/PA.Bms tertanggal 29 Juli 2009 yang telah berkekuatan hukum
tetap . Kemudian Tergugat telah melaksanakan secara suka rela atas putusan
tersebut didepan sidang Pengadilan Agama Banyumas pada tangga l7 Oktober
2009 sekaligus mengucapkan Ikrar Talak melalui kuasanya. Bahwa gugatan
Penggugat kepada Tergugat untuk memberikan sebagian penghasilan pensiun
yang diterima perbulan untuk kepentingan anak- anak dan kepentingan diri
Penggugat , merupakan kewenangan dari Pengadilan Agama Banyumas untuk
memeriksa dan mengadilinya dengan mendasarkan Pasal 49 dan Pasal 66 ayat
(5) Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama ;

menimbang, bahwa dalam perkara ini Penggugat mendalilkan ten tang


Perbuatan Melawan Hukum oleh Tergugat karena Tergugat selaku Pensiunan
Pegawai Negeri Sipil telah melalaikan tanggung jawabnya untuk memberikan
sebagian penghasilan pensiunan yang di terimanya perbu lan untuk diberik an
kepada Penggugat selaku mantan istri dan anak- anak hasil dari perkawinan
antara Tergugat dengan Penggugat:

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat kepada Tergugat untuk


memberikan sebagian penghasilan pensiunan yang diterima perbulan untuk
diberikan kepada Penggugat dan anak-anaknya, Majelis Hakim berpendapat
bahwa hal tersebut adalah gaji yang merupakan nafkah yang diberikan kepada
Penggugat selaku mantan istri dan anak- anak hasil dari perkawinan penggugat
dengan tergugat;

Menimbang, bahwa Tergugat adalah seorang Pensiunan Pegawai Negeri Sipil ,


meskipun sudah bercerai , namun kewajiban untuk memberikan nafkah kepada
Penggugat selaku mantan istri dan anak- anak hasil dari perkawinan Penggugat
dengan Tergugat tetap melekat padanya ;

Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan pasal 49 UndangUndang Nomor 3


Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 88


Pasal 66 ayat (5) Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan
Agama disebutkan bahwa Pengadilan agama bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara ditingkat pertama antara
orang- orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah,
wakaf , zakat , infaq , shadaqah dan ekonomi syari’ah dan didalam Pasal 66 ayat
(5) disebutkan bahwa permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah
istri , dan harta bersama suami istri dapat diajukan bersama-sama dengan
permohonan ceraita lak ataupun sesudah ikrar talak diucapkan ;

Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat mendalilkan tentang adanya Perbuatan


Melawan Hukum oleh Tergugat telah merugikan Penggugat dan anak- anaknya
karena tidak memberikan sebagian penghasilan pensiunan, maka Majelis Hakim
mengklasifikasikan bahwa sebagian penghasilan pensiunan tersebut dalam
kategori sebagai gaji untuk menafkahi Penggugat dan anak- anak hasil
perkawinan Penggugat dan Tergugat . Oleh karena sebagian penghasilan
pensiunan tersebut adalah gaji , maka konsekuensi logisnya bila dihubungkan
dengan ketentuan Pasal 49 dan pasal 66 ayat (5) Undang- Undang Nomor 3
Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989
Tentang Peradilan Agama maka Pengadilan Agamalah yang berwenang untuk
memeriksa dan memutus perkara ini karena gugatan Penggugat menyangkut
tentang nafkah anak, nafkah istri yang dapat dimohonkan oleh Penggugat
sesudah ikrar talak diucapkan ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan yuridis tersebut maka Pengadilan


Negeri Banyumas tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili gugatan
Penggugat dalam Perkara Perdata Nomor : 10/Pdt .G /2009/PN.Bms, dan oleh
karenanya dalil Kompetensi Absolut dari Tergugat dinilai beralasan menurut
hukum, sehingga menurut Majelis Hakim Eksepsi Kompetensi Absolut Tergugat
harus lah di terima ;

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 89


Menimbang, bahwa karena dalil eksepsi Komptensi Absolut Tergugat di terima ,
maka pemeriksaan terhadap perkara ini tidak perlu di lanjutkan karena bukan
merupakan kewenangan dari Pengadilan Negeri Banyumas ;

Menimbang, bahwa oleh karena pemeriksaan terhadap perkara ini tidak perlu di
lanjutkan dan Penggugat berada pada pihak yang kalah, oleh karenanya
terhadap Penggugat dibebankan untuk membayar biaya perkara ini yang
besarnya akan di ten tukan dalam amar putusan ;

Mengingat , Pasal 136 HIR, Pasal 49 dan Pasal 66 ayat (5) ayat dar i Undang-
Undang No 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 7
Tahun 1989 Tentang Peradi l an Agama ser ta pasal - pasal la i n dar i peratu ran
perundang- undangan yang ber laku.

MENGADILI

DALAM EKSEPSI

Mener ima dan mengabulkan Eksepsi Tergugat untuk selu ruhnya ; - - - - - - - - -


-------------------------------

Menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Banyumas tidak berwenang untuk


memeriksa dan mengadili gugatan Penggugat dalam Perkara Perdata Nomor :
10/Pdt .G /2009/PN.Bms ; - - - - - - - - - - -

Menghukum Penggugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini
sebesar Rp 344.000, - ( tiga ratus empat puluh empat ribu rupiah ) ; - - - - - - - -
-------------------------------

Demik ian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan


Negeri Banyumas pada hari Selasa , tanggal 29 Desember 2009 oleh kami SITI
SURYATI, S.H. , M.H. selaku Ketua Majelis , SUTIYONO S.H. ,M.H dan VILIA
SARI, S.H. ,M.Kn masing-masing sebagai Hakim Anggota , Putusan ini diucapkan
dalam sidang yang terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal 5 Januari
2010 oleh Majelis Hakim tersebut dengan SITI SURYATI, S.H. , M.H. sebagai

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 90


Ketua Majelis Hakim tersebu t dengan dihadiri oleh SUTIYONO, S.H. , M.H. dan
VILIA SARI, S.H. ,M.Kn dan dibantu oleh SUPARMAN Panitera Pengganti pada
Pengadilan Negeri Banyumas dengan dihadiri oleh Penggugat dan dihadiri oleh
Kuasa Tergugat:

HAKIM KETUA

SITI SURYATI, S.H. , M.H.

HAKIM ANGGOTA

SUTIYONO, S.H. , M.H.

VILIA SARI, S.H. , M.Kn

PANITERA PENGGANTI

SUPARMAN

Biaya- biayanya :

- Biaya pendaf ta ran Rp 30.000

- Biaya panggi l an Rp 300.000,

- Matera i putusan sela Rp 6.000,

- Redaksi putusan sela Rp 5.000,

- Leges putusan sela Rp 3.000,

Jumlah Rp 344.000, -

3. Putusan Verstek
MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
Jakarta, 13 April 1964

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 91


Nomor : 387/P/1605/M/1964
Kepada Yth.
Lampiran : - -
Semua Kepala Pengadilan Negeri
Perihal : Putusan verstek
di Seluruh Indonesia
SURAT EDARAN
Nomor : 9 Tahun 1964
Oleh karena ada bebrapa tafsir mengenai putusan verstek,
maka dengan ini Mahkamah Agung memberi pendapatnya mengenai hal itu.

Menurut pasal 125 H.I.R. apabila tergugat, meskipun telah


dipanggil secara sah, akan tetapi tidak hadir, maka Hakim dapat ;
A. Menjatuhkan putusan verstek atau :
B. Menunda pemeriksaan –(berdasarkan pasal 126 H.I.R.) – dengan perintah
memanggil trgugat sekali lagi;
C. Kemudian apabila dala hal sub B tergugat tidak lagi, maka Hakim dapat
menjatuhkan putusan verstek.
D. Pendapat yang dimaksudkan dalam sub C ditentang dengan alasan bahwa
dalam pasal 1125 H.I.R. dimuat perkataanperkataan : “ten dage dienende”, yang
diartikan “hari sidang pertama”. Akan tetapi alsan itu tidaklah kuat, dari sebab
perkataan-perkataan : “ten dage dienende”dapat berarti juga : “ten dage dat
zaak dient”, dan dalam hal ini “hari ini”dapat berarti tidak saja hari sidang ke-1,
akan tetapi juga hari sidang ke-2 dan sebaginya. Selain dari pada itu, apabila
perkara itu ditunda sebagaimana yang dimaksud dalam sub B, dan tergugat tidak
hadir lagi, mka timbul pertanyaan : apakah putusan Hakim pada sidang ke-2 itu
adalah suatu putusan conradictoir ? pertanyaan tersebut harus dijawab dengan
“tidak”, oleh karena putusan itu tidak menjumpai conradictie alias tegenspraak.
Jadi kesimpulan dari pada yang diuraikan di atas ialah sebagai berikut, yakni
bahwa putusan verstek dapat diberikan pada sidang ke-2 dan seterusnya ;

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 92


E. Pelawan (opposant) terhadap suatu putusan verstek berkedudukan ssebagai
tergugat semula, dan hal ini dapat disimpulakn dari pasal 129 H.I.R. yang
menentukan : bahwa apabila “opposant voor de tweed maal bij verstek laat
vonnisen dat”, dan ini berarti, bahwa perlawanan adalah tetap menjadi tergugat,
yang untuk kedia kalinya dihukum dengan verstek. Apabila pelawan berkedudkan
sebagai penggugat, maka bunyi pasal 129 ayat (5) H.I.R. tidak serupa
demikian,melainkan misalya ssebagai berikut : “zal zijn verzet vervallen worden
verklaard”.
F. Kini timbul pertanyaan apakah terhadap putusan verstek yang dimaksudkan
dalam sub E dapat diajukan banding ? pertanyaan-pertanyaan tersebut di jawab
dengan “ya”, berdasarkan Pasal 8 ayat 92) Undang0undang No. 20 tahun 1947;
G. Selanjutnya terdapat anggapan, bahwa dalam suatu perkara perlawanan
karena verstek, pelawan harus memulai dengan memberi alat-alat pembuktian,
seolah-olah pelawan adalah penggugat. Anggapan atau pendapat serupa itu
adalah keliru. Pelawan –sebagaimana telah diterangkan di atas –berkedudukan
sebagai tergugat dan pada terlawanlah sebagai penggugat asal diletakkan beban
untuk lebih dahulu memberi alat pembuktian.
MAHKAMAH AGUNG,
Ketua,
ttd.
(Mr. R. WIRJONO PRODJODIKORO)
Atas Perintah Majelis :
Panitera,
ttd.
(J. Tamara)

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 93


Tugas 8
Perjanjian dalam hukum

Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


(KUHPerdata) menyatakan bahwa:

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

Berdasarkan rumusan tersebut dapat diketahui bahwa suatu perjanjian adalah:

 Suatu perbuatan.
 Antara sekurangnya dua orang.
 Perbuatan tersebut melahirkan perikatan di antara pihak-pihak yang berjanji
tersebut.

Perbuatan yang disebutkan dalam rumusan awal ketentuan Pasal 1313


KUHPerdata menjelaskan kepada kita semua bahwa perjanjian hanya mungkin
terjadi jika ada suatu perbuatan nyata, baik dalam bentuk ucapan, maupun
tindakan secara fisik, dan tidak hanya dalam bentuk pikiran semata-mata.

Menurut Abdulkadir Muhammad, ketentuan Pasal 1313 sebenarnya kurang tepat


karena ada beberapa kelemahan yang perlu dikoreksi, yaitu sebagai berikut:

 Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini dapat diketahui dari rumusan kata
kerja “mengikatkan diri”, sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari
kedua belah pihak. Seharusnya rumusan itu ialah “saling mengikatkan diri”, jadi
ada konsensus antara dua pihak.

 Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus. Dalam pengertian


“perbuatan” termasuk juga tindakan penyelenggaraan kepentingan

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 94


(zaakwaarneming), tindakan melawan hukum (onrechtmatigedaad) yang tidak
mengandung suatu konsensus. Seharusnya dipakai istilah “persetujuan”.
 Pengertian perjanjian terlalu luas. Perngertian perjanjian mencakup juga
perjanjian kawin yang diatur dalam bidang hukum keluarga. Padahal yang
dimaksud adalah hubungan antara debitur dan kreditur mengenai harta
kekayaan. Perjanjian yang diatur dalam buku III KUHPerdata sebenarnya hanya
meliputi perjanjian yang bersifat kebendaan, bukan
bersifat kepribadian (personal).
 Tanpa menyebut tujuan. Dalam rumusan Pasal itu tidak disebutkan tujuan
mengadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak mengikatkan diri itu tidak jelas
untuk apa.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa perjanjian


adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan
diri untuk melaksanakan suatu hal yang bersifat kebendaan yang terletak di
dalam lapangan harta kekayaan. Dari definisi tersebut jelas terdapat konsensus
antara pihak-pihak, untuk melaksanakan sesuatu hal, mengenai harta kekayaan,
yang dapat dinilai dengan uang.

Secara sederhana, pengertian perjanjian adalah apabila dua pihak saling berjanji
untuk melakukan atau memberikan sesuatu yang mereka perjanjikan mengenai
harta kekayaan yang dapat dinilai dengan uang.

- Menurut kamus besar bahasa indonesia

perjanjian/per·jan·ji·an/ n 1 persetujuan (tertulis atau dengan lisan)


yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat
akan menaati apa yang

tersebut dalam persetujuan itu: ~ dagang antara Indonesia dan


Jerman Barat telah ditandatangani; 2 syarat: surat keputusan itu

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 95


diterima dengan ~ jika ada kekeliruan akan diperbaiki
kelak; 3 tenggang waktu; tempo: dengan ~ dua
bulan; 4 Pol persetujuan resmi antara dua negara atau lebih dalam
bidang keamanan, perdagangan, dan sebagainya; 5 Man persetujuan
antara dua orang atau lebih, dalam bentuk tertulis yang dibubuhi
materai, yang meliputi hak dan kewajiban timbal balik, masing-masing
pihak menerima tembusan perjanjian itu sebagai tanda bukti
keikutsertaannya dalam perjanjian itu;~ Baru Injil; ~
bilateral perjanjian internasional yang dibuat dan hanya
mengakibatkan adanya hak-hak dan kewajiban antara dua pihak yang
mengadakan perjanjian itu; ~ Lama Taurat; ~ multilateral perjanjian
yang diadakan antara banyak Negara

- Menurut para ahli

1. Menurut Sudikno, perjanjian adalah merupakan hubungan hukum


antara dua pihak atau lebih berdasar kata sepakat untuk
menimbulkan suatu akibat hukum.

2. Menurut R. Subekti perjanjian adalah suatu peristiwa di mana


seseorang berjanji kepada orang lain, atau di mana dua orang saling
berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.
3. Menurut Prof. R. Wirjono prodjodikoro, SH Perjanjian adalah
Hubungan hukum dimana seorang tertentu, berdasarkan atas suatu
janji, wajib untuk melakukan suatu hal dan orang lain tertentu berhak
menuntu kewajiban itu.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 96


4. Menurut R. Setiawan Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum
di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih
5. Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan adalah perjanjian
merupakan perbuatan hukum dimana seseorang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap seorang lain atau lebih.

 Sejarah perjanjian

Perjanjian Bogaya pada tahun 1666

Berisikan tentang “Raja Hasanuddin dari Makassar menyerah kepada VOC”.

Perjanjian Jepara pada tahun 1676

Berisikan tentang “Raja Mataram Sultan Amangkurat II harus menyerahkan


pesisir Utara tanah Jawa apabila VOC berhasil menindas pemberontakan
Trunojoyo”.

Perjanjian Gianti pada tahun 1755

Berisikan tentang “Pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu wilayah


Yogyakarta dan wilayah Surakarta”.

Perjanjian Salatiga pada tahun 1757

Berisikan tentang “Pembagian wilayah Surakarta menjadi dua, yaitu wilayah


Mangkunegaran dan wilayah Kasunanan”.

Perjanjian kaliajati pada tahun 8 Maret 1942

Berisikan tentang “Belanda tanpa syarat kepada Jepang”

Perjanjian linggarjati pada tahun 25 Maret 1947

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 97


Berisikan tentang “a) belanda mengakui kedaulatan Negara republic indonesia
atas Sumatrera , Jawa dan Madura b) republic indonesia dan belanda akan
bekerja sama membentuk Negara republik indonesia serikat atau RIS

Perjanjian Renville pada tahun 17 Januari 1948

Berisikan tentang ” Republik Indonesia mengakui daerah-daerah yang diduduki


Belanda pada agresi militer I menjadi milik Belanda”.

Perjanjian Roem-Royen pada tahun 7 Mei 1949

Berisikan tentang “a) Pusat Pemerintah Indonesia akan dikembalikan ke


Yogyakarta. b) Indonesia dengan Belanda akan mengadakan perundingan lagi
dalam Konferensi Meja Bundar atau disingkat KMB”.

Perjanjian Konferensi Meja Bundar pada tahun 23 Agustus 1949

Berisikan tentang “a) Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat.


b) Kedudukan Irian Jaya (sekarang Papua) akan diselesaikan setahun setelah
pengakuan kedaulatan”.

Perjanjian New York pada tahun 15 Agustus 1962

Berisikan tentang ” Belanda menyerahkan Irian Barat (Papua) kepada Indonesia


melalui suatu badan pemerintahan PBB. b) akan diadakan penentuan pendapat
rakyat Irian Barat”.

Perjanjian Bangkok pada tahun 11 Agustus 1966

Berisikan tentang: ” Republik Indonesia menghentikan konfrontasi dengan


Malaysia”.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 98


1. Hakim
Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh
undangundang untuk mengadili (Pasal 1 butir 8 KUHAP). Sedangkan
istilah hakim artinya orang yang mengadili perkara dalam pengadilan atau
Mahkamah; Hakim juga berarti pengadilan, jika orang berkata
“perkaranya telah diserahkan kepada Hakim”. Kekuasaan kehakiman
adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila,
demi terselengaranya negara hukum Republik Indonesia (Pasal 24 UUD
1945 dan Pasal 1 UUD No.48/2009). Berhakim berarti minta diadili
perkaranya; menghakimi artinya berlaku sebagai hakim terhadap
seseorang; kehakiman artinya urusan hukum dan pengadilan, adakalanya
istilah hakim dipakai terhadap seseorang budiman, ahli, dan orang yang
bijaksana

 Menurut kamus besar bahasa indonesia


 hakim1/ha·kim/ n 1 orang yang mengadili perkara (dalam pengadilan atau
mahkamah): keputusan -- tidak dapat diganggu
gugat; 2 pengadilan: perkaranya sudah diserahkan kepada --; 3 juri;
penilai (dalam perlombaan dan sebagainya);main -- sendiri
(menjadi -- sendiri), ki berbuat sewenang-wenang terhadap orang yang
dianggap bersalah;

2. Undang-Undang
Undang-undang dasar adalah suatu naskah yang tertulis yang merupakan
hukum tertulis yang tertinggi dan berlaku di suatu negara,serta berisikan
aturan-aturan yang bersifat fundamental/mendasar.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 99


undang-undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama
Presiden (Pasal 1 angka 3 UU 12/2011).
peraturan perundang-undangan diatur dalam Pasal 1 angka 2 UU No.
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan (“UU 12/2011”) adalah peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa undang-
undang (“UU”) adalah termasuk salah satu jenis peraturan perundang-
undangan. Selain UU, menurut ketentuan UU 12/2011, Undang-Undang
Dasar 1945, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu), Peraturan Presiden
(Perpres), Peraturan Daerah Provinsi (Perda Provinsi), dan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota juga termasuk kategori peraturan perundang-
undangan.

 Menurut kamus besar bahasa indonesia

[un·dang-un·dang]

1) ketentuan dan peraturan negara yang dibuat oleh pemerintah (menteri,


badan eksekutif, dan sebagainya ), disahkan oleh parlemen (Dewan Perwakilan
Rakyat, badan legislatif, dan sebagainya ), ditandatangani oleh kepala negara (pr

2) aturan yang dibuat oleh orang atau badan yang berkuasa


contoh: 'taat pada undang-undang partai

3) hukum (dalam arti patokan yang bersifat alamiah atau sesuai dengan sifat-
sifat alam)

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 100


contoh: 'undang-undang untuk membangun kalimat dari tiap-tiap bahasa
memang berlainan'

- Menurut para ahli

1. Menurut Prof.Kusumadi Pudjosewojo,UUD adalah merupakan induk


dari segala peraturan perundang-undangan bagi negara yang
bersangkutan. UUD merupakan aturan pokok yang menentukan Jenis
peraturan perundang-undangan mana yang seharusnya
ada,instansi/lembaga mana yang seharusnya membuat maupun
merubahnya merupakan landasan hukum bagi pembuat peraturan
maupun yang menjalankan peraturan tersebut.
2. Menurut E.C.S Wade,dalam bukunya berjudul Constitutional law, UUD
adalah suatu naskah yang memaparkan rangka dan menentukan dasar
serta cara kerja badan/lembaga negara.
3. Menurut Herman Finner, dalam bukunya yang berjudul Theory
practice of the modern goverment, UUD adalah Riwayat hubungan
kekuasaan. Menurutnya negara merupakan organisasi kekuasaan
sehingga UUD tersebut dianggap sebagai kumpulan asas yang
menetapkan bagaimana kekuasaan itu dibagi diantara lembaga negara
tersebut.
4. Menurut K.Wantjik saleh, dalam bukunya yang
berjudul Perkembangan perundang-undangan di Indonesia,
menyatakan bahwa UUD adalah Peraturan perundang-undangan yang
tertinggi dalam suatu negara yang menjadi dasar dari segala
peraturan perundang-undangan.
5. Menurut Dasril Radjab,dalam bukunya yang berjudul Selayang
pandang tentang sumber hukum tata negara, menyatakan bahwa UUD
adalah suatu dokumen yang mengandung aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan pokok mengenai ketatanegaraan suatu negara
yang biasanya diberi sifat yang luhur dan kekal,dan apabila akan

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 101


mengadakan perubahan,hanya boleh dilakukan dengan prosedur yang
berat bila dibandingkan dengan cara pembuatannya atau perubahan
bentuk-bentuk peraturan dan ketetapan lainnya.

Alasan timbulnya Undang-undang dasar

Menurut Lord Brayce,alasan timbulnya Undang-undang dasar adalah karena:

1. Adanya keinginan dari rakyat untuk menjamin hak-haknya jika


terancam serta untuk membatasi tindakan penguasa. Motif tersebut
terjadi dimana pemimpinnya memerintah secara sewenang-wenang.
2. Adanya keinginan dari,baik yang memerintah maupun yang diperintah
yang hendak menyenangkan rakyatnya dengan jalan menentukan
suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang semula tidak jelas,menjadi
suatu bentuk tertentu sesuai dengan aturan-aturan positif sehingga
dikemudian hari tidak terjadi tindakan yang sewenang-wenang dari
penguasa. Motif ini timbul karena didasarkan atas adanya saling
pengertian antara rakyat dan pemerintah tanpa melalui revolusi.
3. Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin
adanya cara penyelenggaraan ketatanegaraan yang pasti dan dapat
membahagiakan rakyatnya. Motif ini timbul karena adanya keinginan
untuk menetapkan sistem pemerintahan yang akan menjamin
kebahagiaan rakyatnya.
4. Adanya keinginan untuk menjamin adanya kerjasama yang efektif
diantara negara-negara yang pada mulanya berdiri sendiri-
sendiri,disamping adanya kehendak untuk tetap memiliki hak-hak dan
kepentingan-kepentingan tertentu yang tetap akan diurusnya sendiri.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 102


 Sejarah undang – undang
 Sehari pasca kemerdekaan, yakni pada tanggal 18 Austustus 1945, UUD
1945 berhasil disahkan sebagai konstitusi melalui Sidang Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI, Dokuritsu Junbi Inkai).
 Sebagai negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat, etat de droit),
tentu saja eksistensi UUD 1945 sebagai konstitusi di Indonesia mengalami
sejarah yang panjang hingga akhirnya dapat diterima (acceptable)
sebagai landasan hukum (juridische gelding) bagi implementasi
ketatanegaraan di Indonesia.

 Dalam sejarahnya, UUD 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16


Juni 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa jepang dikenal dengan Dokuritsu
Zyunbi Tyoosakai yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno
dan Drs. Moh, Hatta sebagai wakil ketua dengan 19 orang anggota yang
terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatra dan masing-
masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil. Badan tersebut
(BPUPKI) ditetapkan berdasarkan maklumat gunseikan nomor 23
bersamaan dengan ulang tahun Tenno Heika pada 29 April 1945.
 Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun
konstitusi bagi Indonesia merdeka, yang kemudian dikenal dengan nama
UUD’1945. Para tokoh perumus itu adalah antara lain Dr. Radjiman
Widiodiningrat, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran
Purboyo, Pangeran Soerjohamidjojo, Soetarjo Kartohamidjojo, Prop. Dr.
Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir
(Sumatra), Mr. Abdul Abbas (Sumatra), Dr. Ratulangi, Andi Pangerang
(keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (Bali), AH. Hamidan
(Kalimantan), R.P. Soeroso, Abdul Wachid hasyim dan Mr. Mohammad
Hasan (Sumatra).

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 103


 Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD’45) bermula dari janji
Jepang untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di
kemudian hari.

Janji tersebut antara lain berisi “sejak dari dahulu, sebelum pecahnya
peperangan asia timur raya, Dai Nippon sudah mulai berusaha
membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerintah hindia
belanda. Tentara Dai Nippon serentak menggerakkan angkatan
perangnya, baik di darat, laut, maupun udara, untuk mengakhiri
kekuasaan penjajahan Belanda”.
 Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia
sebagai saudara muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat
dan tulus ikhlas di semua bidang, sehingga diharapkan kelak bangsa
Indonesia siap untuk berdiri sendiri sebagai bangsa Asia Timur Raya.
Namun janji hanyalah janji, penjajah tetaplah penjajah yang selalu ingin
lebih lama menindas dan menguras kekayaan bangsa Indonesia. Setelah
Jepang dipukul mundur oleh sekutu, Jepang tak lagi ingat akan janjinya.
Setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu, rakyat Indonesia lebih
bebas dan leluasa untuk berbuat dan tidak bergantung pada Jepang
sampai saat kemerdekaan tiba.

 Pasca kemerdekaan Republik Indonesia diraih, kebutuhan akan sebuah


konstitusi tampak tak bisa lagi ditawar-tawar dan harus segera
diformulasikan, sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah negara
yang berdaulat, tatkala UUD 1945 berhasil diresmikan menjadi konstitusi
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI, Dokuritsu Junbi
Inkai).

3. Konstitusi

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 104


Konstitusi adalah keseluruhan peraturan-peraturan, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis, yang mengatur secara mengikat tentang cara
penyelenggaraan pemerintahan dalam suatu negara.

Pendapat lain mengatakan bahwa arti konstitusi adalah adalah dokumen


yang di dalamnya terdapat aturan-aturan untuk menjalankan suatu

organisasi pemerintahan. Dalam hal ini, konstitusi tidak selalu berupa


dokumen tertulis, tapi dapat juga berupa kesepakatan politik, negara,
kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distribusi maupun
alokasi.
Dalam ketatanegaraan Republik Indonesia, konstitusi dapat diartikan
sebagai Undang-Undang Dasar (UUD). Dalam hal ini, UUD dianggap
sebagai peraturan dasar dimana di dalamnya terdapat ketentuan-
ketentuan pokok yang menjadi sumber perundang-undangan di
Indonesia.
Konstitusi merupakan pencerminan kehidupan politik dalam suatu
masyarakat. Pengertian tersebut masih merupakan pengertian secara
politis dan sosiologis (belum secara yuridis).
Konstitusi yang hidup dalam masyarakat tersebut dijadikan sebagai suatu
kesatuan kaedah hukum, maka konstitusi tersebut
dinamakan Rechverfassung.
Kemudian orang mulai menuliskan kedalam suatu naskah sebagai
Undang-undang yang tertinggi yang berlaku dalam suatu negara.

 Menurut kamus besar bahasa indonesia


konstitusi/kon·sti·tu·si/ n 1 segala ketentuan dan aturan tentang
ketatanegaraan (undang-undang dasar dan sebagainya); 2 undang-
undang dasar suatu negara

 Menurut para ahli

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 105


1. K. C. Wheare
Menurut K. C. Wheare, pengertian konstitusi adalah keseluruhan
sistem ketatanegaraaan suatu negara yang berupa kumpulan
peraturan yang membentuk, mengatur/ memerintah dalam
pemerintahan suatu negara.
2. Richard S. Kay
Menurut Richard S. Kay, pengertian konstitusi adalah pelaksanaan
dari aturan-aturan hukum atau rule of law dalam hubungan masa
masyarakat dengan pemerintahan. Konstitualisme menciptakan situasi
yang dapat

memupuk rasa aman sebab adanya batasan pada wewenang


pemerintah yang sudah diharuskan lebih awal.
3. Herman Heller
Menurut Herman Heller, arti konstitusi lebih luas daripada Undang-
Undang Dasar (UUD). Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis tetapi
juga sosiologis dan politis.
4. E. C. Wade
Menurut E.C. Wade, pengertian konstitusi adalah suatu naskah yang
memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan pemerintahan suatu
negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut.
5. Miriam Budiarjo
Menurut Miriam Budiarjo, pengertian konstitusi adalah keseluruhan
peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintah
diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
6. Chairul Anwar
Menurut Choirul Anwar, arti konstitusi adalah fundamental law
tentang pemerintahan suatu negara dan nilai-nilai fundamentalnya.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 106


DAFTAR PUSTAKA

http://www.pa-garut.go.id/tentang-pengadian/sistem-pengelolaan-
pengadilan/yurisprudensi

https://kbbi.web.id/yurisprudensi

http://hitamandbiru.blogspot.com/2011/01/yurisprudensi-traktat-dan-
doktrin.html

http://putu-dharmayasa.blogspot.com/2013/12/pengertian-traktat-treaty_4.html

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt548d38322cdf2/perbedaan-
peradilan-dengan-pengadilan/

https://id.wikipedia.org/wiki/Kontrak

https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2013/01/20/kesepakatan-dalam-
perjanjian/

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-perjanjian-dalam-
pandangan-hukum/13411/2

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 107


https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/05/11-perjanjian-perjanjian-di-
indonesia-terlengkap.html

https://digilib.unila.ac.id/597/7/BAB%20II.pdf

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5094bd4fc0c40/perbedaan-
undang-undang-dengan-peraturan-perundang-undangan/

https://butew.com/2018/05/23/pengertian-uud-1945-menurut-para-ahli/

https://vivajusticia.law.ugm.ac.id/2018/02/26/sejarah-undang-undang-dasar-
negara-republik-indonesia-tahun-1945-sebagai-konstitusi-di-indonesia/

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-konstitusi.html

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 108


Tugas 9
Argumentasi (UTS)

A (Pr) 16 tahun, dan B (Lk) 22 ASN, pacaran dan A hamil, akhirnya


menikah. Setahun berlalu A dipukuli oleh B dan buta matanya.

Argumentasi :

Adapun perspektif Hukum Positif, menikahkan wanita hamil karena zinah telah
dimuat dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
Peraturan pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan
Undangundang. Hanya saja dalam Kompilasi hukum Islam muatanya lebih
terperinci, larangan lebih dipertegas, dan menambah beberapa poin sebagai
aplikasi dari peraturan perundang-undangan yang telah ada. Adapun hal-hal
yang menjadi perhatian Kompilasi Hukum Islam dan mempertegas hal-hal
kembali yang telah disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan dan Peraturan pemerintah Nomor 9 tahun 1975 antara lain
adalah tentang perkawinan wanita hamil. Dalam Undang-Undang Perkawinan
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan secara eksplisit tidak ada mengatur
tentang perkawinan wanita hamil tetapi secara implisit ada yaitu dalam Pasal 2
ayat (1) bawha :“ perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”. Dengan demikian
Perkawinan wanita hamil karena zina sah sesuai dengan pasal 2 ayat 1 Undang-
Undang Perakwinan Nomor 1 Tahun 1974 dan juga harus memenuhi syarat-
syarat sahnya suatu perkawinan.

FAKULTAS ILMU HUKUM Page 109

Anda mungkin juga menyukai