Anda di halaman 1dari 69

MATERI KULIAH : PENGANTAR ILMU HUKUM

DOSEN : RUSLI MUHAMMAD

BAB I
PENDAHULUAN

Pengertian Ilmu Hukum dan PIH:

Pengertian Ilmu Hukum:


Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu Hukum adalah pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu
hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum
obyeknya hukum itu sendiri. Demikan luasnya masalah yang dicakup ilmu ini, sehingga sempat
memancing pendapat orang untuk mengatakan bahwa “batas-batasnya tidak bisa ditentukan”.

Pengertian PIH:
Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerapkali oleh dunia studi hukum dinamakan “Encyclopaedia Hukum
“, yaitu Mata Kuliah dasar yang merupakan pengantar (introduction atau inleiding) dalam
mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan bahwa : PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih
lanjut dalam studi hukum, yang mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang
sendi-sendi utama ilmu hukum .

1
Tujuan dan Kegunaan PIH :
Tujuan PIH adalah menjelaskan tentang keadaan, inti, dan maksud tujuan dari bagian-bagian penting
dari hukum, serta pertalian antara berbagai bagian tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum. Adapun
kegunaannya adalah untuk dapat memahami bagian-bagian atau jenis-jenis ilmu hukum lainnya.

Kedudukan dan Fungsi PIH :


Kedudukan PIH merupakan dasar bagi pelajaran lanjutan tentang ilmu pengetahuan dari berbagai
bidang hukum. Sedangkan kedudukan dalam kurikulum fakultas hukum adalah sebagai mata kuliah
keahlian dan keilmuan. Oleh karena itu PIH berfungsi memberikan pengertian-pengertian dasar baik
secara garis besar maupun secara mendalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum.
Selain itu juga PIH berfungsi pedagogis yakni menumbuhkan sikap dan membangkitkan minat untuk
dengan penuh kesungguhan mempelajari hukum.

Ilmu Bantu PIH:

 Sejarah Hukum, yaitu suatu disiplin hukum yang mempelajari asal usul terbentuknya dan
perkembangan suatu sistim hukum dalam suatu masyarakat tertentu, dan memperbandingkan
antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan waktu.
 Sosiologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari secara empiris dan
analitis mempelajari hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial, dengan gejala
sosial lain.

2
 Antropologi hukum, yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pola-pola sengketa
dan penyelesaiannya pada masyarakat-masyarakat sederhana, maupun masyarakat yang sedang
mengalami proses perkembangan dan pembangunan.
 Perbandingan hukum, suatu metode studi hukum yang mempelajari perbedaan sistem hukum
antara Negara yang satu dengan yang lain. Atau membanding-bandingkan sistem hukum positif
dari bangsa yang satu dengan bangsa yang lain.
 Psikologi hukum, yakni suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu
perwujudan perkembangan jiwa manusia.

Metode Pendekatan :

1. Metode Idealis; bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai
tertentu dalam masyarakat.
2. Metode Normatif Analitis; metode yang melihat hukum sebagai aturan yang abstrak. Metode ini
melihayt hukum sebagai lembaga otonom dan dapat dibicarakan sebagai subyek tersendiiri
terlepas dari hal-hal lain yang berkaitan dengan peraturan-peraturan. Bersifat abstrak artinya
kata-kata yang digunakan didalam setiap kalimat tidak mudah dipahami dan untuk dapat
mengetahuinya perlu peraturan-peraturan hukum itu diwujudjkan. Perwujudan ini dapat berupa
perbuatan-perbuatan atau tulisa. Apabila ditulis, maka sangat penting adalah pilihan dan susunan
kata-kata.

3
3. Metode Sosiologis; metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai alat untuk
mengatur masyarakat
4. Metode Historis; metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah hukumnya.
5. Metode Sistemtis; metode yang melihat hukum sebagai suatu sistem
6. Metode Komparatif; yaitu metode yang mempelajari hukum dengan membandingkan tata
hukum dalam berbagai system hukum dan perbandingan hukum di berbagai negara

4
BAB II
MANUSIA, MASYARAKAT DAN KAEDAH SOSIAL

Hubungan antara manusia, masyarakat dan kaedah sosial.

KAEDAH SOSIAL

USAHA
PEMENUHAN
MANUSIA KEBUTUHAN & MASYARAKAT
KEPENTINGAN
USAHA
PERLINDUNGAN

KAEDAH SOSIAL

5
Manusia sebagai Mahluk Monodualistik:

Artinya adalah manusia selain sebagai mahluk individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa
yang menyendiri, namun manusia juga sebagai mahluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
Manusia lahir, hidup berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat.

Menurut Aristoteles, bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON artinya bahwa manusia itu
sebagai mahluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya,
jadi mahluk yang suka beermasyarakat . Dan oleh karena sifatnya suka berkumpul satu salam lain,
maka manusia disebut mahluk sosial.

Terjadi hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan, dimana kepentingan tersebur satu
sama lain saling berhadapan atau berlawanan dan ini tidak menutup kemungkinan timbul kericuhan.
Kepentingan adalah satu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi.
Disinilah peran hukum mengatur kepentingan-kepentingan tersbut agar kepentingan masing-masing
terlindung, sehingg masing-masing mengetahui hak dan kewajiban. Pada akhirnya dengan adanya
hukum masyarakat akan hidup aman, tentram, damai adil dan makmur.

Kesimpulan : dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ubi societes ibi ius). Hukum ada sejak
masyarakat ada. Dapat dipahami disini bahwa hukum itu sesungguhnya adalah produk otentik dari
masyarakat itu sendiri yang merupakan kristalisasi dari naluri, perasaan, kesadaran, sikap , perilaku,

6
kebiasaan, adat, nilai atau budaya, yang hidup di masyarakat. Namun harus dipahami hukum yang
dimaksud disini adalah hukum produk manusia bukan hukum berdasarkan wahyu Ilahi.

Mengapa masyarakat mentaati hukum karena bermacam-macam sebab (menurut Utrech) :

Karena orang merasakan bahwa peraturan-peraturan itu dirasakan sebagai hukum, .mereka benar-
benar berkepentingaan akan berlakunya hukum tersebut; Karena ia harus menerima supaya ada rasa
ketentraman . Ia mengangap peraturan hukum secara rasional. Penerimaaan rasional ini disebabkan
akibat adanya sanksi hukum;. Agar tidak mendapatkan kesukaran-kesukaran, orang memilih untuk
taat saja pada peraturan hukum karena melanggar hukum mendapat sanksi hukum.

Defenisi Masyarakat :

Menurut Ralph Linton, Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja
bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
Menurut Selo Soemardjan, Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan
kebudayaan.
Menurut C.S.T Kansil Masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama. Jadi
masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup bersama, sehingga dalam pergaulan
hidup timbul berbagai hubungan yang mengakibatkan seorang dan orang lain saling kenal mengenal
dan pengaruh mempengaruhi.

Unsur-Unsur Masyareakat Manusia yang hidup bersma

7
Berkumpul dan bekerja sama untuk waktu lama
Merupakan satu kesatuan
Merupakan suatu system hidup bersama.

Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan dan aliran. Namun walaupun golongan itu beraneka
ragam dan masing-masing mempunyai kepentingan sendiri-sendiri akan tetap kepentingan bersama
mengharuskan adanya ketertiban dalam kehidupan masyarakat itu. adapun yang memimpin kehidupan
bersama, yang mengatur tingkah laku manusia dalam nasyarakat ilaha peraturan hidup.
Agar supaya dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan aman dan tentram dan damai tanpa
ganguan ,maka setiap manusia perlu adanya suatu tata (orde – ordnung). Tata itu berwujud aturan
yang menjaadi pedoman bagi segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup, sehingga
kepentingan masing-masing dapat terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat mengetahui
hak dan kewajibannya. Tata tersebut disebut kaidah atau norma.

Kaidah / Norma Sosial :

Adalah patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku atau perikelakuan yang
diharapkan.
Kaidah berasal dari bahasa Arab. Atau norma berasal dari bahasa latin. Yang berisi :
Perintah, yang merupakan keharusan bagi sesorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat-
akibatnya dipandang baik.
Kegunaan kaidah/norma tersebut adalah untuk memberi petunjuk kepada manusia bagaimana
seseorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan yang mana yang harus
dijalankan dan perbuatan-perbuatan mana pula yang harus dihindari.

8
Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena
akibatnya dipandang tidak baik.

Kaidah/Norma Sosial dibedakan menjadi :


1. kaedah yang mengatur kehidupan pribadi manusia yang dibagi lebih lanjut menjadi :
a. kaedah kepercayaan, yang bertujuan untuk mencapai suatu kehidupan yang ber-Iman
(Purnadi Purbacaraka 1974:4). Kaedah ini ditujukan terhadap kewajiban manusia
kepada Tuhan. Sumbernya adalah ajaran-ajaran kepercayaan yang oleh pengikut-
pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan. Misalnya :
 Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan
yang keji dan suatu jalan yang buruk.( Surat Al Isra’ ayat 32)
 Hormatilah orang tuamu, agar supaya engkau selamat (Kitab Injil Perjanjian lama
: Hukum yang ke-V).
b. kaedah kesusilaan, yang bertujuan agar manusia hidup berakhlak atau mempunyai hati
nurani. Kaedah ini merupakan peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati nurani
manusia (insane-kamil)Sumber kaedah ini adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat
oronom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap batin
manusi juga. Misalnya:
 Hendaklah engkau berlaku jujur
 Hendaklah engkau berbuat baik terhadap sesama manusia.
 Hormatilah orang tuamu agar engkau selamat
2. kaedah yang mengatur kehidupan antar manusia atau antar pribadi yang dibagi lebih lanjut
menjadi:

9
a. kaedah kesopanan, bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan
menyenangkan. Kaedah ini merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan
segolongan manusia. Misalnya:
 Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua.
 Janganlah meludah di lantai atau disembarang tempat.
 Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bis dan lain-lain
(terutama wanita yang tua, hamil atau membawa bayi).
b. kaedah hukum, bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan antar manusia.
Kaedah ini adalah peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat oleh
penguasa Negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat
dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat Negara. Misalnya :
 Dilarang mengambil milik orang lain tanpa seizin yang punya. dst….
Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah sosial lainnya:
1. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah kepercayaan dan Kesusilaan dapat ditinjau dari
berbagai segi sbb:
- Ditinjau dari tujuannya. Kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib masyarakat dan 3.
melindungi manusia dan kepentingannya . sedangkan kaidah kepercayaan dan kesusilaan bertujuan
untuk memperbaiki pribadi agar menjadi manusia ideal.
- Ditinjau dari segi sasarannya: kaidah hukum mengatur tingkah laku manusia dan diberi sanksi bagi
setiap pelanggarnya. Sedangkan kaidah kepercayaan dan kesusilaan mengatur setiap batin manusia
sebagai pribadi. Kaidah hukum menghendaki tingkah laku manusia sesuai dengan aturan,
sedangkan kepercayaan dan kesusilaan menghendaki sikap batin setiap pribadi itu baik.

10
- Ditinjau dari segi sumber sanksinya,kaidah hukum dan kaidah kepercayaan sumber sanksinya dari
luar dan dipaksakan oleh kekuasan dariluar manusia (hetronom) sedangkan kaidah kesusuilaan
sanksinya berasal dan dipaksakan oleh suara hati masing-masing pelanggarnya (otonom).
- Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum dipaksakan secara nyata oleh
kekuatan dari luar, sedsangkan kaidah kepercayaan dan kesusilaan pada asasnya tergantung pada
yang bersangkutan .
- Ditinjau dari segi isinya, kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban (atribut dan normatif)
sedang kaidah kepercayaan dan kesusilaan hanya memberikan kewajiban saja.

2. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan.

- Kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban.h kesopanan hanya memberikan kewajiban sja.
- Sanksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi (negara) sanksi kaidah kesopanan
dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.
3. Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah kepercasyaan dan kesusilaan.
- Asal kaidah kesopanan dari luar diri manusia, kaidah kepercayaan dan kesusilaan berasal dari
pribadi manunusia
- Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap laihir manusia, kaidah kepercayaan
dan kesusilaan berisi aturan yang ditujukankepada sikap batin manusia.
- Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban, kaidah kepercayaan dan
kesusilaan bertujuan memnyempurnakan manusia agar tidak menjadi manusia jahat.

Ciri-Ciri Kaedah Hukum Yang Membedakan dengan kaedah lainnya :


 Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangn antara kepentingan;

11
 Hukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah;
 Hukum didjalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat;
 Hukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat;
 Hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian (ketertiban dan ketentraman).

Mengapa kaidah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan masyarakat sudah ada kaidah
yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan hidupnya ? Hal ini karena :
- Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam pergaulan hidup yang
memerlukan perlindungan karena belum mendapat perlindungan yang sepenuhnya dari kaidah
kepercayaan, kesusilaan dan kaidah kesopanan, kebiasaan maupun adat.
- Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari kaidah-kaidah terdebut
diatas , dirasa belum cukup terlindungi karena apabila terjadi pelanggaran terhadap kaidah tersebut
akibat atau ancamannya dipandang belum cukup kuat

12
BAB III

PENGERTIAN, UNSUR DAN SIFAT-SIFAT HUKUM .

Aneka Arti dan Definisi Hukum:

A. Aneka Arti Hukum.

1. Hukum dalam arti ketentuan penguasa.


Di sini hukum adalah perangkat-perangkat peraturan tertulis yang dibuat oleh pemerintah, melalui
badan-badan yang berwenang.
2. Hukum dalam arti para petugas.
Di sini hukum adalah dibayangkan dalam wujud petugas yang berseragam, dan bisa bertindak
terhadap orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan warga masyarakat.
Seperti petugas polisipatroli, jaksa dan hakim dengan toganya. Disini hukum dilihat dalam arti
wujud fisik yang ditampilkan dengan gambaran orang-orang yang bertugas menegakkan hukum.
3. Hukum dalam arti sikap tindak
Yaitu hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur. Hukum ini tidak nampak
seperti dalam arti petugas yang patroli, yang memeriksa orang yang mencuri atau hakim yang

13
mengadili, melainkan menghidup bersama dengan perilaku individu terhadap yang lain secara
terbiasa, dan senantiasa terasa wajar serta rasional. Dalam hal ini sering disebut hukum sebagai
suatu kebiasaan (hukum kebiasaan). Contoh seorang mahasiswa “A” numpang sewa kamar
kepada keluarga “Z”, ia tiap bulan bayar uang yang menjadi kewajibannya kepada “Z” sedangkan
“Z” menerima haknya., disamping melakukan kewajibannya menyediakan segala sesuatu yang
diperlukan “A”. Tiap pagi “A” ke kampus naik becak, tawar menawar, ia naik sampai ke tempat
tujuan tanpa pikir ia membayarnya. Lama kelamaan “A” mengenal tukang becak dengan baik,
maka untuk kuliah begitu melihat tukang becak segera naik tanpa pikir-pikir ia bayar, malahaan
kadang-kadaang ia hanya berkata bayarnya nanti saja sekalian seminggu. Ini dilihat dari “A” dan
masyarakat sekelilingnya Apabila pengalaman2 semaccam ini digabungkan maka hubungan
menjadi luas dan rumit, namun tetap terwujud keteraturan karena bekerjanya hukum yang
mewarnai sikap tindak atau prilaku masing2 individu dalam masyarakat secara biasa. Disini
hukum bekerja mengatur sikap tindak masyarakat sedemikian rupa sehingga hukum terlihat
sebagai sikap tindak yang tanpak di dalam pergaulan se-hari2, ia merupakan suatu kebiasaan
(hukum kebiasanan).

4. Hukum dalam arti sistem kaedah.


Adalah :
a. Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah-kaidah hukum seara hirarkhis.
b. Susunan kaedah-kaedah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat bawah ke atas
meliputi :
1). Kaedah-kaedah individual dari badan-badan pelaksana hukum terutama pengadilan
2). Kaedah-kaedah umum didalam undang-undang hukum atau hukum kebiasaan .

14
3). Kaedah-kaedah konstitusi.
c. Sahnya kaedah-kaedah hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah tergantung atau
ditentukan oleh kaedah-kaedah yang termasuk golongan tingkat yang lebih tinggi.

5. Hukum dalam arti jalinan nilai.


Hukum dalam artian ini bertujuan mewujudkan keserasian dan kesinambungan antara factor nilai
obyektif dan subyektif dari hukum demi terwujudnya nilai-nilai keadilan dalam hubungan antara
individu di tengah pergaulan hidupnya. Nilai obyek tersebut misalnya tentang baik buruk, patut
dan tidak patut (umum), sedangkan nilai subyektif memberikan keputusan bagi keadilan sesuai
keadaan pada suatu tempat, waktu dan budaya masyarakat (khusus). Inilah yang diserasikan
antara kepentingan publik dan dengan kepertingan individu.
6. Hukum dalam arti tata hukum
Hukum di sini adalah tata hukum atau kerapkali disebut sebagai hukum positif yaitu hukum yang
berlaku di suatu tempat, pada saat tertentu (sekarang, misalnya di Indonesia).Hukum positif
terswebut misalnya hukum publik (HTN, HAN, Pidana, Internasional publik), hukum privat
(perdata, dagang dll).
7. Hukum dalam artian ilmu hukum
Di sini hukum berarti ilmu tentang kaedah, atau normwissenschaft atau sallenwissenschft, yaitu
ilmu yang menelaah hukum sebagai kaedah, atau sistem kaedah-kaedah, dengan dogmatik hukum
dan sistimatik hukum. Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu pengetahuan atau science

15
yang merupakan karya manusia yang berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu yang memiliki
ciri-ciri, sistimatis, logis, empiris, metodis, umum dan akumulatif.

8. Hukum dalam arti disiplin hukum.


Dalam hal ini hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada di tengah masyarakat. Secara umum
disiplin hukum menyangkut ilmu hukum, politik hukum dan filsafat hukum (ketiganya akan
dibicarakan di muka).

B. Berbagai Definisi Hukum.

Begitu banyak difenisi hukum dikemukakan oleh ilmuwan hukum yang tentu saja sangat berguna
dalam hal berikut :

1. Berguna sebagai pegangan awal bagi orang uyang ingin mempelajari hukum, khususnya bagi
kalangan pemula;
2. Berguna bagi kalangan yang ingi lebihjauh memperdalam teori hukum, ilmu hukum, filsafathukum
dan sevagainya.

16
Hingga sekarang tidak ada kesepakatan tentang defenisi hukum karena sangat sulit untuk membuat
satu defenisi yang dapat dirumuskan secara lengkap dan disepakati berama. itulah maka kita dapat
menemukan berbagai macam defenisi hukum dan diantaranya adalah :
1. Drs. E Utraech, SH,
Hukum adalah himpunan peaturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang
mengurus tata-tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
2. S.M. Amin, SH.
Hukum adalah kumpulan-kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi.
3. J.C.T. Simorangkir, SH dan Woerjono Sastropranoto, SH.
Hukum peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia
dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh Badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran
mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu hukuman tertentu.
4. M.H. Tirtaatmidjaja, SH.
Hukum ialah semua aturan (norma yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan
dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian – jika melanggar aturan-aturan
itu – akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan
kemerdekaannya, di denda dan sebagainya.
5. Karl cvon savigny,
Hukum adalah aturan yang terbentuk melalui kebiasaan dan perasaan kerakyatan, yaitu melalui
pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum beerakar pada secara manusia, keyakinan dan
kebaisaan warga masyarakat.

17
6. John Austin
Hukum adalah sebagai perintah, baik langsung maupun tidak langsung dari pihak yang berkuasa
kepada warga rakyatnya yang merupakan masyarakat politik yang independen, dimana otoritasnya
(pihak yang berkuasa) mewrupakan otoritas tertinggi.

7. Hans Kelsen
Hukum adalah suatu perintah terhadap tingkah laku manusia. Hukum adalah kaidah piemer yang
menetapkan sanksi . hukum adalah suatu petunjuk tentang apa yang layak dilakukan dan apa yang
tidak layak dilakukan yang bersifat perintah.

C. ISI, UNSUR, DAN SIFAT KAEDAH HUKUM.

Isi kaedah hukum:

Ditinjau dari segi isinya kaedah hukum dapat dibagi menajdi tiga :

1. berisi tentang perintah, artinya kaedah hukum tersebut mau tidak mau harus dijalankan
atau ditaati, misalnya ketentuan tentang syarat sahnya suatu perkawinan, ketentuan
tentang wajib pajak dan sebagainya.

18
2. berisi larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh
dilakukan. Misalnya dilarang mengambil barang milik orang lain, dilarang bersetubuh
dengan wanita yang belum dinikahi secara sah dan sebagainya.
3. berisi perkenan, yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah dan larangan melainkan
suatu pilihan boleh digunakan atau tidak, namun bila digunakan akan mengikat bagi yang
menggunakannya. Misalnya mengenai perjanjian perkawinan: pada waktu atau sebelum
perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat
mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan.
Ketentuan ini boleh dilakukan boleh juga tidak dilaksanakan.

Unsur-unsur kaedah hukum:

Dari beberapa perumusan tentang hukum yang diberikan para Sarjana Hukum Indonesia di
atas, dapatlah disimpulkan,bahwa Kaedah Hukum itu meliputi beberapa unsur yaitu :
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c. Peraturan itu bersifat memaksa
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.

Sifat-sifat kaedah hukum :

Berdasarkan bentuk-bentuk nyata dari peraturan hukum, maka dapat diketahui sifat-sifat
dari hukum itu yaitu :
a. Bersifat umum, yaitu :

19
1. tidak ditujukan kepda seseorang tertentu, tetapi untuk tiap orang yang terkena.
2. tidak hilang kekuasaan berlakunya bila peraturan hukum tersebut telah berlaku
terhadap Sesutu peristiwa tertentu, tetapi senantiasa masih berlaku bagi peristiwa-
peristiwa yang diaturnya.
b. Bersifat abstrak.
Artinya kata-kata yang digunakan di dalam setiap kalimat tidak mudah dipahami dan
untuk dapat mengetahuinya perlu peraturan-peraturan hukum itu diwujudkan.
Perwujudan ini dapat berupa perbuatan-perbuatan atau tulisan. Apabila ditulis, maka
sangat penting adalah pilihan dan susunan kata-katanya.
c. Bersifat imperatif dan fakultatif.
Berssifat imperatif artinya kaedah hukum itu bersifat a priori harus ditaati, bersifat
mengikat atau memaksa. Sementara bersifat fakulltatif artinya kaedah hukum
tersebut tidak secara a priori mengikat, hanya sifatnya melengkapi, subsidiair atau
dispositif.

BAB IV
TUJUAN, FUNGSI DAN SUMBER-SUMBER HUKUM
Tujuan hukum menurut befberapa teori.

1. Teori Etis.
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. Menurut
teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesdaran etis kita mengenai apa yang adil dan
apa yang tidak adil. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Aristroteles filusuf Yunani yang

20
menyatakan “hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang yang berhak
menerimanya”. Selanjutnya Aristoteles membagi keadilan dalam 2 jenis yaitu :
1. Keadilan distributif, yaiutu keadilan yang memberikan setiap orang jatah menurut jasanya,
keadilan ini tidak menuntut supaya setiap orang mendapat bagian yang sama banyaknya atau
bukan persamaannya, melainkan kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa seseorang.
2. Keadilan komutastif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah yang sama bukan
berarti penyamarataan atau tiap-tiap oran gbanyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing. Atinya
hukum menuntut adanya suatu persamaan dalam memperoleh prestai atau sesuatu hal tanmpa
memperhitungkan jasa masing-masing.
Keadilan menurut Aristoteles bukan berarti penyamarataan atau tiap-tiap oran memperoleh hak yang
sama.

2.Teori Utilitas (utiliteis theorie)


Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kebahagiaan sebanayk-banyaknya pada
orang sebanyak-banyaknya. Kepastian melalui hukum bagi perseorangan merupakan tujuan utama
daripada hukum. Pencetus teori ini adalah Jeremy Bethham. Dalam bukunya yang berjudul
“Introduction to the morals and legislation”berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan
semata-mata apa yang berfaedah bagi orang.
Apa yang dirumuskan oleh Betham tersesbut diatas hanya smemperhatikan hal-hal yang berfaedah
dan tidak mempertimbangkan tentang hal-hal yang kongkkrit. Sulit bagi kita untuk menerima
anggapa Betham diatas, bahwa apa yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan ayau
dengan kata lain apabila yang berfaedah ditonjolkan, maka dia akan menggeser nilai keadilan
kesamping, dan jika kepastian oleh karena hukum meerupakan tujuan utama dari hukum itu, hal ini
akan menggesseer nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan.

21
3. Teori Campuran
Teori ini dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja, bahwa tujuan pokok dan pertama dari hukum
adalah ketertiban. Di samping itu tujuan lain dari hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-
beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.

4. Teori normatif-dogmatif, tujuan hukum adalah semata-mata adalah untuk menciptakan kepastian
hukum (john Austin dan van Kan), arti kepastian hukum disini adalah adanya melegalkan
kepastian hak dan kewajiban.
Van Kan berpendapat tujuan hujum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak diganggu
dan terjamin kepastiannya.

5. Teosri Peace (damai sejahtera).


Menurut teori ini dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat kelimpahan, yang kuat tidak
menindas yang lemah, yang berhak benar-benar mendapatkan haknya dan adanya perlindungan bagi
rakyat. Hsukum harus dapat menciptakan damai dan sejahtera bukan sekesar ketertiban.

Tujuan Hukum menurut Para Ahli

1. Purnadi dan Soerjono Soekanto


Tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi
dan ketenangan intern pribadi.

2. Van Apeldoorn:

22
Tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusai secara damai. Hukum menghendaki
perdamaian. Perdamaian di antara manusia dipertahankan oelh hukum dengan melindungi
kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda
terhadap pihak yang merugikannya.

3. Soebekti
Bahwa hukum itu mengabdi kepada tujuan Negara, yaitu mendatangkan kemakmuran dan
kebahagiaan para rakyatnya. Hukum melayani tujuan Negara tersebut dengan menyelenggrakan
“keadilan” dan “ketertiban”.

4. Aristoteles.
Hukum mempunyai tugas yang sussci yaitu memberi kepada setiap oreang yang ia berhak
menerimanya. Anggapan ini berdasarkan etika dan berpendapat bahwa hukum bertugas hanya
membuat adanya keadilan saja.

5. SM Amin.
Tujuan hukum adalah mengadkan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanaan dan
ketertiban terpelihara.

6. Soejono Dirdjosisworo.
Hukum bertujuan melindungi individu dalam hubungannya dengan masyarakast, sehingga dengan
demikian dapat diharapkan terwujudnya keadaan aman, tertib, dan adil.

7. Rescoe Pound,

23
Hukum bertujuan untuk merekayasa masyarakat artinya hukum sebagai alat peerubahan sosial (as
a tool social engeneering). Intinya adalah hukum disini sebagai sarana atau alat untuk mengubah
masyarakat ke arah yang lebih baik, baik seara pribaadi maupun dalam hidup masyarakat.

Kesimpulan Tujuan Hukum :


1. Tujuan hukum itu sebenarnya menghendaki adanya keseimbangan kepentingan, ketertiban,
tentraman, kebahagiaan, damai ssejahtera setiap manusia.
2. Dengan demikian jelas bahwa yang dikehendaki oleh hukum adalah agaar kepentingan setiap
orang baik secara individu maupun kelompok tidak diganggu oleh orang atau kelompok lain yang
selalu menonjolkan kepentingan pribadinya atau kepentingan kelompoknya.
3. Inti tujuan hukum adalah agar tercipta kebenaran dan keadilan.

FUNGSI HUKUM.
1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan ketentraman masyarakat. Hukum sebagai petunjuk
bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadaari adanya perintah dan larangan dalam hukum
sehingga fungsi hukum sebagai alat ketertiban masyarakat dapat direalisir.
2. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin, hukum yang bersisfat
mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alast negara yang berwenang membuat orang takut untuk
membuat pelangaran karena adanya ancaman hukumannya (penjara dll) dan dapast diterapkan
kepada siapa saja. Dengan demikian keadilan akan tercapai.
3. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai daya mengikat dan
memaksa dapat dimanfaatkan sebagai alat otoritas untuk mengarahkan masyarakatnke arah yang
maju.

24
4. Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukumtidak hanya mengawasi
masyarakat semata-mata tsetapi berperan juga untuk mengawasi pejabat pemerintah, para penegak
hukum , maupun aparast pengawasan sendiri. Dengan demikian semuanya harus bertingkah laku
menurut ketentuan yansg berlaku dan masyarakat pun akan merawsakan keadilan.
5. Hukum berfungsi sebagai saarana untuk menyelesaikan pertentangan.contoh kasus stanah, dll.

SUMBER-SUMBER HUKUM :

A. Pengertian Sumber hukum


Sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi
yang tegas dan nyata.

B. Macam-macam Sumber hukum

1. Pengertian sumber hukum.


Sumber hukum adalah segala apa saja (sesuatu) yang menimbulkan aturan-asturan yang
mempunyai kekuatan mengikat dan bersissfat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan sanksiyang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
Yang dimaksud dengan segala apa saja (sesuatu) yakni sfaktor-faktor yang berpengaruh
terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum
secara formal, dimana hukum itu dapast ditesmukan dsb.

25
Kansil SH menyatakan sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-asturan
yang mempunyai kekuatan yang bersisfat memaksa yakni asturan-asturan yang kalau dilanggar
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Meskipun pengertian sumber hukum dipahami secara beragam , sejalan dengan pendekatan yang
digunakan dan sesuai dan latar belakang dan pendidikannya, secara umum dapat disebutkan
bahwa sumber hukum dipakai orang dalam dua arti. Arti yang pertama untuk menajwab
pertanyaan “mengapa hukum itu mengikat ?” Pertanyaan ini bisa juga dirumuskan “apa sumber
(kekuatan) hukum hingga mengikast atau dipatuhi manusia”. Pengertian sumber dalam arti ini
dinamakan sumber hukum dalam artian materiil. Kata sumber juga dipakai dalam artian lain ,
yait menjawab pertanyaan “dimanakah kita dapatkanatau temukan aturan-aaturan hukum yang
mengatur kehidupankita itu ?”. Sumber dalam arti kata ini dinamakan sumber hukum formil”.
Secara sederhana sumbeer hukum adalah segala sesuatu yang dapat mnimbulkan assturan
hukum serta tempat ditemukannya atsuran-asturan hukum.

2. Macam-macam sumber hukum.


Sebagaimana disebutkan diatas ada 2 sumber hukum yaitu sumber hukum dalam artian materiil
dan formil.
a. Sumber hukum masteriil
Sumbeer hukum masteriil adalah fakstor yang turut serta menentukan isi hukum. Dapat
ditinjau dari berbagai sudut misalnya sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, agama dll.
Dalam kata lain sumber hukum materiil adalah faktor-faktor masyarakat yang mempengaruhi
pembentukan hukum (pengaruh terhadap pembuat UU, pengaruh terhadap keputusan hukum
dsb). Atau faktor yang ikut mempengaruhi materi (isi) dari atuaan-aturan hukum, atau
tsempat dimana materi hukum itu diambil. Sumber hukum masteriil ini merupakan faktor

26
yang membanstu pembentukan hukum. Faktors tsserebut adalah faktor idiil dan faktor
kemasyarakatan.
Faktor idiil adalah patokan-pastokan yang dtetap mengenai keadilan yang harus ditaati oleh
para pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan
tugasnya.
Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan tunduk
pada aturan-asturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup masyarakat yansg nbersangkutan.
Contohnya stsruktur ekonomi, kebiasaan, adat istiadat dll

b. Sumber hukum formil


Adalah sumber hukum dengna bentuk tertentu dyang merupakan dasar berlakunya hukum
secara formal. Adapun macam-macam
sumber hukum formal adalah :

1. Undang-Undang :
Yaitu suatu peraturan Negara yang mempunyai kekuatan hukum yan mengikat diadakan dan
dipelihara (dijaga, dikawal) oleh penguasa Negara. Menurut Buys undansg-undang itu
mempunyai 2 aarti :
Dalam arti formil
Yaitu setiap keputusan Pemerintah yang merupakan undang-undang karena cara
pembuatannya (misalnya : dibuat oleh Pemerintah bersama-sama dengan Parlemen ).
Dalam arti materil.
Yaitu setiap keputusan Pemerintah yang menurut isinya mengikat setiap penduduk.

27
Syarat berlakunya UU ialah diundangkannya dalam Lembaran Negara (LN) oleh
Menteri/Sekretaris Negara .

Berakhirnya /tidak berlaku lagi jika:


1. Jangka waktu berlakunya telah ditentukan oleh undang-undang itu sudah
lampau,
2. keadaan atau hal untuk mana undang-undang itu diadakan sudah tidak ada lagi
3. undang-undang yaitu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau
instansi yang lebih tinggi
4. telah diadakan undang-undang yang baru yang isinya bertentangan dengan
undang-undang yang dulu berlaku.

Kekuatan berlakunya UU
-UU mwengikat sejak diundangkan berarti sejak saat itu orang wajib mengikuti eksistensinya UU.
Agar UU mempunyai kekuatan berlaku harus memenuhui pensyaratan yaitu :
- kekuatan berlaku yuridis – kekuatan berlaku sosiologis dan kekuatan berlaku filosofis.

2. Kebiasaan (Costum) :
Adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang –ulang dalam hal yang sama.
Tidak semua perbuatan atau tingkah laku yang sudah menjadi kebiasaan otomatis menjadi sumber
hukum. Beberapa kreteria yang menjadi ukuran kebiwaan itu menjadi sumber hukum yakni :
a. Kebiasaan adalah berupa tingkah laku atau perbuatan yang telah berulang kali dilakukan.
b. Kebiasaan itu telah menjadi darah daging yang sulit dipisahkan dari kehidupan manusia.

28
c. Kebiasaan tersebut apabila ditinggalkan terasa ada sesuatu yang kurang sehingga menimbulkan
ketidak seimbang dalam hidup.
d. Kebiasaan itu jika diabaikan menimbulkan cemooh dari warga sekitar

3. Jurisprudensi (Keputusan-keputusan Hakim):


Adalah keputusan hakim yang terdahulu yang dijadikan dasar pada keputusan
hakim lain sehingga kemudian keputusan ini menjelma menjadi keputusan hakim
yang tetap terhadap persoalan/peristiwa hukum tertentu.

4. Traktak (treaty) :
Adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih yang mengikat tidak
saja kepada masing-masing negara itu melainkan mengikat pula warganegara-
warganegara dari negara-negara yang bersangkutan.

1. Taraktak Bilateral, yakni traktak yang diadakan hanya oleh dua negara,
msialnya perjanjian internasional yang diadakan antara Pemerintah Indonesia
dan Pemerintah Rakyat Cina tentang “Dwi-Kewarganegaraan”
2. Traktak Multilateral, yaitu perjanjian internasional yang diikuti oleh bebrapa
Negara, misalnya perjanjian tentang pertahanan bersama Negara-negara Eropa
(NATO) yang diikuti oleh beberapa negara Eropah.

5. Pendapat Sarjana Hukum (doktrin):

29
Adalah pendapat sesorang atau beberapa orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu
pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat menajdi dasar pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan putusannya .

Sumber hukum materiil


Yaitu tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber hukum
SUMBER materiil ini merupakan factor yang membantu pembentukan hukum,
HUKUM misalnya hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial
MENURUT ekonomi, kebudayaan, agama keadan geografis dsb.
ALGRA
Sumber hukum formil
Yaitu tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh
kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang
menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku. Misalnya undang-
undang, perjanjian antar Negara, yurisprudensi dan kebiasaan.

Sumber hukum normal :


a. sumber hukum normal yang langsung atas pengakuan undang-
SUMBER HUKUM undang, yaitu : undang-undang, perjanjian antar Negara dan
MENURUT kebiasaan.
AHMAD SANUSI b. Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan undang-
undang, yaitu : perjanjian doktrin dan yurisprudensi.

Sumber hukum abnormal,

30
Yaitu : a, proklamasi, b. revolusi dan c. coup detat

SUMBER HUKUM
MENURUT van APELDOORN

1. Sumber hukum dalam arti histores, yaitu tempat kita dapat menemukan hukumnya dalam sejarah
atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi menjadi :
a. sumber hukum yang merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara historis:
dokumen-dokumen kuno, lontar dan sebagainya.
b. Sumber hukum yang merupakan tempat pembentuk undang-undang mengambil hukumnya

2. Sumber hukum dalam arti sosiologis,yaitu merupakan factor-faktor yang menentukan isi hukum
positif, seperti misalnya kedaan agama, pandangan agama, kebudayaan dan sebagainya .

3. Sumber hukum dalam arti filosofis, sumber hukum in dibagi lebih lanjut menjadi dua :
a. sumber isi hukum; di sini dinyatakan isi hukum asalnya dari mana. Ada tiga pandangan yang
mencoba menjawab pertanyaan ini, yaitu :
 pandangan theocratis; menurut panadangan ini hukum berasal dari Tuhan.
 Pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia
 Pandangan mazhab histories; menurut pandagan ini isi hukum berasal dari kesadaran
hukum.
b. sumber kekuatan mengikat dari hukum : yaitu mengapa hukum mempunyai kekuatan
mengikat, mengpa kita tunduk pada hukum .

31
4. Sumber hukum dalam arti formli, yaitu sumber dilihat dari cara terjadinya hukum positif
merupakan fakta yang menimbulkan hukum yang berlaku yang mengikat hakim dan penduduk.

BAB V
PENGERTIAN DASAR/KONSEP DALAM HUKUM

A. SUBYEK HUKUM DAN OBYEK HUKUM.

SUBYEK HUKUM.

Pengertian Subyek Hukum:


- Segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban menurut hukum
- Sesuatu pendukung hak/kewajiban, jadi memiliki wewenang hukum .

Pembagian Subyek Hukum:


1. Manusia (natuurlijke persoon)
2. Badan Hukum (rechtspersoon).

32
Ad. 1. Manusia sebagai subyek hukum berarti manusia adalah pembawa hak dan kewajiban
sehingga dapat melakukan sesuatu tindakan hukum; ia dapat mengadakan persetujuan-
persetujuan, menikah, membuat wasiat dan sebagainya.
Berlakunya manusai sebagai pembawa hak, mulai dari saat ia dilahirkan dan berakhir pada
saat ia meniggal dunia; malah seorang anak yang masih dalam kandungan ibunya dapat
dianggap sebagai pembawa hak (dianggap telah lahir) jika kepentingannya memerlukannya
(untuk menjadi ahli waris).

Cakap dan tidak cakap melakukan perbuatan hukum.

Cakap melakukan perbuatan hukum artinya subyek hukum itu dapat melakukan atau
bertindak baik sendiri maupun bersama orang lain di dalam menjalankan hak dan
kewajibannya. Pada perinsipnya setiap orang tidak kecuali dapat memiliki dan melaksanakan
hak-hak akan tetapi tidak semua orang dinyatakan cakap di dalam melaksanakan hak-haknya
itu, namun untuk dapat dikatakan cakap itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. orang tersebut telah mencapai usia 21 tahun atau telah menikah
b. orang tersebut mempunyai kewenangan (outority) untuk melaksanakan hak dan
kewajiban
c. orang tersebut harus memiliki jiwa dan akal yang sehat.

Tidak cakap melakukan perbuatan hukum, artinya subyek hukum sekalipun pendukung
hak dan kewajiban, namun dinyatakan subyek tersebut dinyatakan tidak dapat bertindak

33
sendiri di dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dalam berbagai perbuatan-perbuatan
hukum. (handelingsonbekwaam). Adapun orang tersebut adalah:
a. orang yang masih di bawah umur (belum mencapai usia 21 tahun = belum kewasa)
b. orang yang tidak sehat pikirannya (gila), pemabuk dan pemboros, mereka ditaruh di
bawah curatele (pengampuan)
c. orang yang dilarang oleh undang-undang untuk melakukan perbuatan hukum
tertentu, misalnya orang yang dinyatakan pailit. (pasal 1330 BW jo UU
Kepailitian).

Ad 2. Badan hukum adalah bukan orang tapi merupakan badan-badan (kumpulan manusia)
yang oleh hukum diberi status “persoon yang mempunyai hak dan kewajiban seperti
manusia.
Badan hukum sebagai pembawa hak yang tak berjiwa dapat melakukan sebagai
pembawa hak manusia, misalnya: dapat melakukan persetujuan-persetujuan, memiliki
kekayaan yang sama sekali terlepas dari kekayaan anggota-anggotanya.
Badan Hukum dapat dibagi menjadi :
a. Badan Hukum Publik.yaitu badan hukum yang didirikan oleh Pemerintah/Negara
yang lapangan pekerjaannya adalah untuk kepentingan umum, misalnya Negara RI,
Daerah Tingkat I, II/Kotamadya, Bank-Bank Negara dan sebagainya.
b. Badan HukumPrivat, yaitu badan hukum yang bentuk dan susunannya diatur oleh
hukum privat dan menurut tujuannya yang dikejar dapat dibeda-bedakan dalam:
- perikatan dengan tujuan tidak materil (perkumpulan mesjid, gereja)
- perikatan dengan tujuan memperoleh laba (perseroan terbatas)
- perikatan dengan tujuan memenuhi kebutuhan materil para anggotanya (koperasi).

34
Di samping penggolongan tersebut dapat pula dibagi-bagi Badan hukum itu menjadi 2
jenis yaitu :
a. Korporasi ialah suatu gabungan orang yang dalam pergaulan hukum bertindak
bersama-sama sebagai satu subyek hukum tersendiri(personifikasi), misalnya : PT,
Dati-dati, Koperasi dan sebagainya.
b. Yayasan ialah tiap kekayaan yang tidak merupakan kekayaan orang atau kekayaan
badan dan yang diberi tujuan tertentu. Misalnya Yayasan Badan Wakaf UII dan
sebagainya

OBYEK HUKUM.

Pengertian obyek hukum:


Yaitu segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum (manusia atau badan hukum) dan
yang dapat menjadi pokok (obyek) suatu hubungan hukum, karena hal itu dapat dikuasai
oleh subyek hukum. Biasanya obyek hukum disebut benda.
Benda, menurut pasal 499 KUHPerdata ialah semua barang, semua hak yang dapat dimiliki
oleh subyek hukum.

Macam-macam Benda :

Menurut pasal 503 KUHPerdata benda dibedakan antara :


a. benda berwujud, yaitu yang dapat diraba oleh panca indera (buku, rumah, meja dan lain
sebagainya).
b. Benda tidak berwujud, yaitu segala hak .

35
Menurut pasal 504 KUHPerdata membeda-bedakan benda :
a. benda bergerak yang dibedakan sebagai berikut :
1). Menurut sifatnya dapat bergerak sendiri (hewan dan lain sebagainya)
2). Yang dapat dipindahkan (buku, meja dan lain sebagainya)
3). Karena penetapan Undang-undang (hak-hak atas benda 1 dan 2 di atas.
b. Benda tidak bergerak , dibeda-bedakan sebagai berikut :
1). Karena sifatnya (tanah dan semua yang didirikan di atasnya seperti rumah dan lain
sebagainya) dan yang ada didalam tanah (kekayaan alam yang terpendam).
2). Karena maksud/tujuan (yaitu benda-benda yang oleh si pemilik dihubungkan dengan
benda tersebut a). Misalnya: gambar-gambar atau kaca-kaca yang dipasang dalam
gedung percetakan.
3). Karena penetapan Undang-undang (hak-hak atas benda tersebut 1 dan 2 di atas).

B. HAK DAN KEWAJIBAN

Pengertian Hak.
Hak adalah izin dan wewenang yang diberikan oleh hukum terhadap setiap subyek hukum.

Pembagian Hak.
Hak itu dapat dibedakan antara :
1. Hak Mutlak (Hak Absolut) dan Hak Nisbi (Hak Relatif).

36
Ad.1. Hak Mutlak, ialah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang untuk melakukan
sesuatu perbuatan, hak mana dapat dipertahankan terhadap siapapun juga,
sebaliknya setiap orang juga harus menghormati hak tersebut.
dapat pula dibagi dalam tiga golongan :
a. Hak Asasi Manusia, misalnya Hak seseorang untuk dengan bebas bergerak dan
tinggal dalam suatu Negara.
b. Hak Publik Mutlak, misalnya hak Negara untuk memungut pajak dari rakyatnya
c. Hak keperdataan, misalnya :
- Hak Marital, yaitu hak seorang suami untuk menguasai istrinya dan harta
benda istrinya,
- Hak /kekuasaan orang tua (Ouderlijke macht)
- Hak Perwalian (Voogdij)
- Hak Pengampuan (Curatele).

Ad.2.Hak Nisbi ( hak relative), ialah hak yang memberikan wewenang kepada seorang tertentu
atau beberapa orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa
orang lain tertentu memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu.
Hak relative sebagian besar terdapt dalam Hukum Perikatan yang timbul berdasarkan
persetujuan-persetujuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Contoh dari persetujuan
jual-beli terdapat hak relative seperti :
a. hak penjual untuk menerima pembayaran dan kewajibannya untuk menyerahkan
barang kepada pembeli;

37
b. hak pembeli untuk menerima barang dan kewajibannya untuk melakukan
pembayaran kepada penjual.

Pengertian Kewajiban.
Kewajiban, ialah suatu beban yang ditanggung oleh seseorang yang bersifat kontraktual. Hak dan
kewajiban itu timbul apabila terjadi hubungan hukum antara dua pihak yang
berdasarkan pada suatu kontrak atau perjanjian. Jadi selama hubungan hukum yang
lahir dari perjanjian itu belum berakhir, maka pada salah satu pihak ada beban
kontraktual, ada keharusan atau kewajiban untuk memenuhinya.
Kewajiban Tidak selalu muncul sebagai akibat adanya kontrak, melainkan dapat pula
muncul dari peraturan hukum yang ditentukan oleh lembaga yang berwenang.
Kewjiban di sini merupakan keharusan untuk mentaati hukum yang disebut wajib
hukum( rechtsplicht).misalnya : mempunyai sepeda wajib hukum membayar pajak
sepeda.

C. PERISTIWA , HUBUNGAN DAN AKIBAT HUKUM.

PERISTIWA HUKUM:

Yaitu peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang timbul dari hubungan-hubungan anggota-


anggota masyarakat yang oleh hukum diberikan akibat-akibat hukum.

dibedakan menjadi :
1. Perbuatan subyek hukum (manusia dan badan hukum).

38
2. Peristiwa lain yang bukan perbuatan subyek hukum.

Ad.1. Perbuatan subyek hukum dapat pula dibedakan antara :


1) Perbuatan Hukum, yaitu segala perbuatan manusia yang secara sengaja dilakukan oleh
seseorang untuk menimbulkan hak kewajiban-kewajiban. Perbuatan hukum itu terdiri
dari :
a. Perbuatan Hukum sepihak, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak
saja dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula misalnya:
pembuatan suarat wasiat, pemberian hadiah sesuatu benda (hibah) dan sebagainya.
b. Perbuatan Hukum dua pihak, ialah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak
dan menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua pihak (timbal
balik) misalnya: membuat persetujuan jual beli, sewa menyewa dan lain-lain.

2). Perbuatan lain yang bukan perbuatan hukum dibedakan :


a. Zaakwaarneming yaitu Perbuatan memperhatikan (mengurus) kepentingan orang
lain dengan tidak diminta oleh orang itu untuk memperhatikan kepentingannya.
Perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, walaupun bagi hukum tidak perlu
akibat tersebut dikehendaki oleh pihak yang melakukan perbuatan itu. Jadi akibat
yang tidak didkehendaki oleh yang melakukan perbuatan itu diatur oleh hukum,
tetapi perbuatan tersebut bukanlah perbuatan hukum.
b. Onrechtmatige daad (perbuatan yang bertentangan dengan hukum). Akibat suatu
perbuatan yang bertentangan dengan hukum diatur juga oleh hukum, meskipun
akibat itu memang tidak dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan tersebut.

39
Dalam hal ini, siapa yang melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan
hukum harus mengganti kerugian yang diderita oleh yang dirugikan karena
perbautan itu. Jadi, karena suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum
timbulah suatu perikatan untuk mengganti kerugian yang diderita oleh yang
dirugikan. Asas ini terdapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata.

Ad. 2. Perbuatan lain yang bukan subyek hukum berkaitan dengan kelahiran, kematian , lewat waktu .

HUBUNGAN HUKUM.
Yaitu hubungan antara dua subyek hukum atau lebih di mana hak dan kewajiban di satu pihak
berhadapan dengan hak dan kewajiban di pihak yang lain.

Memiliki 3 unsur :
1. 2 orang-orang yang berhak/kewajibannya saling berhadapan, contohnya :
A menjual rumahnya kepada B
A – 1) wajib menyerahkan rumahnya kepada B
2) berhak meminta pembayaran kepada B
B - 1) wajib membayar kepada A
2)berhak meminta rumah A setelah dibayar.

40
2. obyek terhadap nama hak/kewajiban di atas tadi berlaku (dalam contoh tersebut : terhadap
rumah).
3. hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau hubungan terhadap obyek yang
bersangkutan. Contoh: A dan B sewa-menyewa rumah.
Tiap hubungan hukum mempunyai dua segi, yakni : kekuasaan/hak (bevoegheid) dan
kewajiban (plicht).

adanya harus memenuhi syarat-syarat :


1. adanya dasar hukumnya, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan itu, sehingga,
2. timbul peristiwa hukum.
Contoh: - A dan B mengadakan peristiwa jual/beli rumah.
- Diatur oleh pasal 1474 dan pasal 1513 KUHPerdata (dasar hukumnya)
- Terjadi peristiwa hukum (disebut perjanjian jual-beli).

AKIBAT HUKUM

Yaitu akibat sesuatu tindakan hukum. Tindakan hukum adalah tindakan yang dilakukan guna
memperoleh sesuatu akibat yang dikehendak dan yang diatur oleh hukum .

Dapat berupa :
a. lahirnya – ubahnya atau lenyapnya sesuatu keadaan hukum .
contoh: 1) menjadi unsur 21jadi cakap untuk melakukan tindakan hukum,
2) dalam pengampuan jadi kehilangan kecakapan melakukan tindakan hukum di
atas.

41
b. lahirnya – ubahnya atau lenyapnya sesuatu hubungan hukum (hubungan antara dua subyek
hukum atau lebih dimana hak dan kewajiban di satu pihak berhadapan dengan hak
dan kewajiban di pihak yang lain.
Contoh: A mengadakan perjanjian jual-beli dengan B lahir hubungan hukum A/B
Sesudah dibayar lunas lenyap hubungan hukum itu.
c. sanksi – apabila melakukan tindakan melawan hukum.
Contoh: A menabrak seseorang hingga berakibat luka berat, A harus mendapat sanksi
berupa pidana penjara atau pidana denda

D. ASAS HUKUM

Beberapa Pendapat tentang Asas Hukum :


1. BELLEFROID, menyebutkan bahwa asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari
hukum positif dan yang ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aaturan yang lebih
umum. Asas hukum itu merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masayrakat.
2. van EIKAMA HOMMES, menyebutkan asas hukum itu tidak boleh dianggap sebagai
norma-norma hukum yang konkrit, akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar atau
petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku.Dengan kata lain asas hukum adalah dasar-dasar
atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.
3. P. SCHOLTEN , mengatakan bahwa asas hukum adalah kecenderungan-kecenderungan
yang disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum, merupakan sifat-sifat umum
dengan segala keterbatasannya sebagai pembawaan yng umum itu, tetapi yang tidak boleh
tidak harus ada.

42
4. Sudikno Mertokusumo, menyimpulkan bahwa asas hukum atau prinsip hukum bukanlah
peraturan hukum konkrit , melainkan merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya atau
merupakan latar belakang dari peraturan yang konkrit yang terdapat dalam dan di belakang
setiap system hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim
yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum
dalam peraturan konkrit tersebut.

Rusli Muhammad: Asas hukum adalah prinsip dasar yang mendasari terbentuknya norma
hukum positif sekaligus menjadi simbulisasi terbentuknya mapun pelaksanaan hukum
posituif bahkan dapat menjadi pengendapan dari hukum positif.

`Pembagian Asas hukum:


1. asas hukum umum, ialah asas yang berhubungan dengan bidang hukum dan berlaku untuk
semua bidang hukum itu, seperti asas equality before the law (persamaan di depan hokum),
asas lex posteriori derogate legi priori,asas bahwa apa yang lahir nya tampak benar, untuk
sementara harus dianggap demikian sampai diputus (lain) oleh pengadilan.
Menurut P. SCHOLTEN, ada lima asas hukum umum, yaitu asas kepribadian, asas
persekutuan, asas kesamaan, asas kewibawaan, dan asas pemisahaan antara baik dan
buruk. Dalam asas kepribadian, manusia menginginkan adanya kebebasan individu. Dalam
asas ini menunjuk pada pengakuan kepribadian manusia, bahwa manusia adalah obyek
hukum, penyandang hak dan kewajiban. Dalam asas persekutuan yang dikehendaki adalah
persatuan, kesatuan dan cinta kasih, keutuhan masyarakat. Asas kesamaan menghendaki

43
adanya keadilan dalam arti setiap orang adalah sama di dalam hukum (equality before the
law), setiap orang diperlakukan sama. Sedangkan asas kewibawaan memperlihatkan adanya
ketidak samaan.
2. asas hukum khusus, ialah asas yang berfungsi dalam bidang yang lebih sempit seperti dalam
bidang hukum,perdata, hukum pidana dan sebagainya.

Fungsi asas hukum :

1. fungsi dalam hukum, mendasarkan eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang-
undang dan hakim (ini merupakan fungsi yang bersifat mengesahkan) serta mempunyai
pengaruh yang normative dan mengikat para pihak.
2. fungsi dalam ilmu hukum, hanya bersifat mengatur dan eksplikatif (menjelaskan). Tujuan
adalah memberi ihtiar, tidak normative sifatnya dan tidak termasuk hukum positif.

BAB VI
SISTEM, KLASIFIKASI DAN PENAFSIRAN HUKUM

A. SISTEM HUKUM.

Pengertian Sistem:

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang mempunyai pengertian sebagai
berikut :

44
1. Suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian (“whole compounded of
several parts”—Shrode dan Voich, 1974 : 115)
2. Hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur ( “an
organized, functioning relationship among units or components” – Award, 1979 : 4)

Jadi, dapat pula dikatakan bahwa istilah “sistem” itu adalah himpunan benda-benda yang
bekerja secara terpadu untuk mencapai suatu tujuan tertentu .

Sistem dibedakan dalam :

1. Sistem konkrit dan sistem abstrak


Sistem konkrit atau pisik adalah sistem yang dapat dilihat atau diraba seperti molekul
atau organisme yang terdiri dari bagian-bagian yang lebih kecil.
Sistem abstrak atau konseptual adalah sistem yang terdiri dari unsur-usnur yang tidak
konkrit, yang tidak menunjukkan kesatuan yang dapat dilihat.

2. Sistem terbuka dan sistem tertutup


Sistem terbuka adalah sistem yang mempunyai hubungan timbal-balik dengan
lingkungannya. Unsur-unsur yang tidak merupakan bagian sistem mempunyai pengaruh
terhadap unsur-unsur di dalam sistem.
Sistem tertutup adalah sistem yang tidak dapat menerima pengaruh-pengaruh dari luar
lingkungannya.

3. Sistem Deterministik dan Sistem Probabilistik

45
Sistem deterministik adalah sistem yang komponennya sudah pasti , sudah ditentukan
sebelumnya, proses yang dijalaninya juga sudah pasti termasuk output yang
dihasilkan .Sementara Sistem Probabilistik adalah sistem yang berubah–ubah, penuh
dengan kemungkinan –kemungkinan yang sulit untuk diprediksi , bahkan terkadang
outputnya itu sesuai atau berbeda dengan apayang telah direncanakn sebelumnya .

Pengertian Sistem hukum:

Menurut Sudikno Mertokusumo: Sistem hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-
unsur yang mempunyai interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
kesatuan tersebut. Kesatuan tersebut ditetapan terhadap kompleks unsur-unsur yuridis
seperti peraturan hukum, asas hukum dan pengertian hukum.
Di dalam kesatuan itu tidak dikehendaki adanya konflik, pertentangan atau kontradiksi
antara bagian-bagian.Kalau sampai terjadi konflik maka akan segera diselesaikan oleh
dan di dalam system itu sendiri dan tidak dibenarkan berlarut-larut.
Dari dalam sistem hukum terdapat bagian-bagian yang masing-masing terdiri dari unsur-
unsur yang mempunyai hubungan khusus atau tatanan. Pembagaian sistem hukum
menjadi bagian-bagian merupakan cirri sistem hukum. Pembagian hukum yang lazim
diadakan ialah : hukum materiil-hukum formil, hukum publik-hukum perdata.
Menurut Belleford: Sistem Hukum adalah suatu rangkaian kesatuan peraturan-peraturan hukum
yang disusun secara tertib menurut asas-asasnya.
Serangkaian peraturan-peraturan hukum inilah merupakan unsur-unsur daripada sistem
hukum.

46
Seluruh peraturan-peraturan hukum dalam suatu Negara dapat dipandang sebagai suatu
sistem hukum, tetapi di dalam ilmu hukum lazimnya bidang-bidang dalam lapangan
hukum masing-masing diperlakukan sebagai suatu sistem hukum tersendiri. Misalnya,
hukum perdata, hukum pidana, hukum tata Negara dan sebagainya masing-masing
merupakan suatu sistem hukum sendiri-sendiri.

Menurut Lawrence M. Friedman menyebutkan bahwa, sistem hukum terdiri dari 3 (tiga)
komponen, yakni Structure, Substance and legal Culture. Komponen struktur yang
dimaksud adalah bentuk yang permanent, badan institusi yang bekerja mengikuti proses-
proses dalam batasan-batasannya. Substansi adalah norma-norma atau aturan-aturan
aktual yang digunakan oleh institusi yang menentukan cara-cara menggambarkan suatu
perilaku dan menentukan kemungkinan ke arah mana bertindak. Sementara budaya
hukum adalah elemen sikap dan nilai sosial yang diwujudkan di dalam tingkah laku
kongkrit masyarakat.

Rusli Muhammad, Sistem hukum adalah satu kesatuan hukum yang berisi tentang substansi,
struktur, perilaku dan didukung oleh pendidikan dengan tujuan mendatangkan ketertiban,
kedamaian, kemananan dan kebahagian dalam kehidupan masyarakat.

Sifat Sistem hukum :

1. Bersifat terbuka artinya: system hukum itu merupakan kesatuan unsur-unsur (yaitu perautran,
penetapan) yang dipengaruhi oleh factor-faktor kebudayaan, social, ekonomi, sejarah

47
dan sebagainya. Sebaliknya system hukum mempengaruhi factor-faktor di luar system
hukum tersebut.
Menurut Scholten : Hukum itu merupakan system terbuka karena berisi peraturan-
peraturan yang sifatnya tidak lengkap dan tidak mungkin lengakp. Istilah-istilah seperti
“iktikat baik’, “sebagai kepala keluarga yang baik” mengandung pengertian yang luas
memungkinkan penafsiran yang bermacam-macam. Karena sifatnya yang umum maka
istilah “terbuka”, terbuka untuk penafsiran yang luas.
Meskipun sistem hukum itu terbuka, namun di dalam system hukum itu ada bagian-
bagian hukum yang sifatnya tertutup. Misalnya hukum keluarga dan hukum benda.
Kedua hukum ini merupakan system tertutup, yang berarti bahwa lembaga-lembaga
hukum dalam hukum keluarga dan benda jumlah dan jenisnya tetap, tidak
dimungkinkan orang menciptakan hak-hak kebendaan baru kecuali oleh pembentuk
undang-undang.

2. Bersifat abstrak atau konseptual, artinya system hukum terdiri dari bagian-bagian yang tidak
menunjukkan kesatuan yang dapat di lihat, terdiri dari ajaran, gagasan atau ide-ide
yang hanya dapat diketahui melalui tindakan-tindakan atau perbuatan nyata.

3. Bersisfat kontinuitas atau berkesinambungan, artinya sistem hukum itu tersusun secara
sistematik, berurutan dan berkembang sesuai dengan perkembangan hukum

4. Bersifat konsisten atau ajeg, Artinya sistem hukum selalu berada pada keteraturan yang
pelaksanaannya tetap atau konsisten. Jika terjadi konflik misalnya antara dua undang-undang
maka akan berlaku secara konsisten asas-asas lex specialis derogate legi generali

48
.
Berbagai Sistem Hukum Di Dunia.

1. Sistem Hukum Romawi-Jerman


Sistem ini dikenal juga dengan nama Civil Law System, yang terjemahan harafiahnya menajdi
sistem hukum sipil.

Ajaran-Ajaran pokok sistem ini adalah :


 Kelahiran hukum dari sudut yang lebih formil. Formalitas prosedur pembentukan hukum menjadi
unsur terpenting dalam menilai legalits hukum.
 Hukum yang diakui direfrensikan pada “kodifikasi hukum” yang dibuat oleh lembaga formil
legislatif.
 Para hakim terikat untuk mempergunakan dan menerapkannya secara konsisten, tertutup bagi hakim
untuk menambah atau mengurangi substansi hukum dalam kasus konkret.
 Tidak ada hukum di luar aturan perundang-undangan. Hukum hanyalah aturan perundang-undangan
yang telah terkodifikasi secara tertulis dan sistematis.

2. Common Law System.


Ajaran-ajaran pokok dari sistem ini adalah :
 Hukum adalah bagian dari kultur masyarakat dan dipandang sebagai subsistem dari kebudayaan
masyarakat.
 Hukum lahir dan diciptakan oleh masyarakat. “Law is an invention of poeple”.
 Hakim sebagai makhluk yang hidup dan dinamis dalam menggali hukum, hakim memiliki
kewenanan untuk menciptkan hukum “judge made law”.

49
 Hukum tidak memerlukan proses kodifikasi, apa yang disebut dengan hukum akan dikenal dari
putusan-putusan pengadilan.

Sistem Hukum Lainnya.


Sistem hukum yang dimaksudkan di sini adalah sistem hukum yang tidak termasuk ke dalam kedua
jenis sitem yang telah dikemukakan di atas, melainkan bentuk lain dan dapat juga disebut sebagai
sistem hukum, misalnya Sistem Hukum Sosialis, yang berlaku di negra-negara sosialis dan
komunis. Di samping itu kita juga mengenal Sistem Hukum Islam yang terdapat dalam kitab Suci
Al Qur’an dan Al hadist.
Selanjutnya, orang masih juga membuat perbedan antara hukum yang dipakai di suatu negara,
sekalipun pada dasrnya negara itu termsuk ke dalam keluarga Common Law atau Statue Law, hal
ini karena adanya perkembangan model aslinya yang menyesuaiakan dengan lingkungannya.
Dengan demikian kita bisa berbicara tentang Hukum Amerika, Hukum Cina, Hukum Jepang,
Hukum negara-negara Afrika dan termasuk Hukum di Indonesia yang masih mencari bentuk sistem
hukumnya.

B. KLASIFIKASI /PEMBAGIAN HUKUM.

Pembagian Hukum menurut beberapa asas pembagian, sebagai berikut :

1. Menurut sumbernya, hukum dapat dibagi:


a. Hukum Undang-Undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-
undangan.

50
b. Hukum kebiasaan (Adat), yaitu hukum yang terletak di dalam peraturan-peraturan kebiasaan
(adat).
c. Hukum Traktak, yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-negara di dalam suatu perjanjian
antara Negara (rakyat).
d. Hukum jurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.

2. Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam :


a. Hukum tertulis, yaitu hukum yang dirumuskan secara tertulis di dalm berbagai peraturan
perundang-undangan baik yang dikodifikasi maupun yang tidak dikodifikasi.
b. Hukum tak tertulis,(hukum kebiasaan) yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan
masyarakat, tetapi tidak tertulis namun berlakunya ditaati seperti peraturan perundang-
undangan .

3. Menurut tempat berlakunya , hukum dapat dibagi dalam :


a. Hukum Nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara.
b. Hukum Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia
internasional.
c. Hukum Asing, yaitu hukum yang berlaku dalam Negara lain.

4. Menurut Waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:


a. Ius Constitutum (Hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat
tertentu dalam daerah tertentu.
b. Ius Constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang.

51
c. Hukum Asasi (Hukum Alam) yaitu hukum yang berlaku di mana-mana dalam segala waktu
dan untuk, segala bangsa di dunia.

5 Menurut cara mempertahankannya, hukum dapat dibagi dalam :


d. Hukum materiil, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur kepentingan-
kepentingan dan hubungan-hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan-
larangan. Contoh : Hukum materiil: Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang dan
lain-lain.
e. Hukum Formal, (Hukum Proses atau Hukum Acara) yaitu hukum yang memuat peraturan-
peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan dan mempetahankan hukum
materiil atau peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan suatu
perkara ke muka pengadilan dan bagaimana cara-caranya Hakim memberi putusan. Contoh
Hukum Formal : Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata.

6. Menurut sifatnya,hukum dapat dibagi dalam :


a. Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadan bagaimanapun juga harus dan
mempunyai paksaan mutlak .
b. Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang
bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.

7. Menurut wujudnya, hukum dapat dibagi dalam :


a. Hukum Obyektif, yaitu dalam suatu Negara yang berlaku umum dan tidak mengenai orang
dan golongan tertentu. Hukum ini hanya menyebut peraturan hukum saja yang mengatur
hubungan-hubungan hukum antara dua orang atau lebih.

52
b. Hukum Subyektif, yaitu hukum yang timbul dari Hukum Obyektif dan berlaku terhadap
seorang tertentu atau lebih. Hukum Subyektif disebut juga HAK.

8. Menurut isinya, hukum dapat dibagi dalam :


1). Hukum Sipil (Hukum Privat), yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara orang
yang satu dengan orang yang lain, dengan menitik beratkan kepada kepentingan
perseorangan.
Hukum Sipil terdiri dari :
a. Huum sipil dalam arti luas, yang meliputi : Hukum Perdata dan Hukum Dagang.
b. Hukum Sipil dalam arti sempit, yang meliputi Hukum Perdata saja.
2). Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara
dengan alat-alat perlengkapannya atau hubungan antara negara dengan
peseorangan (warganegara).

Hukum Publik (Hukum Negara) terdiri dari :


a. Hukum Tata Negara, yaitu hukum yang mengatur bentuk dan susunan pemerintahan suatu
Negara serta hubungan kekuasan antara alat-alat perlengkapan satu sama lain, dan
hubungan antara Negara (Pemerintah Pusat) dengan bagian-bagian negara (daerah-daerah).
b. Hukum Adminstrasi Negara (Hukum Tatausaha Negara atau Hukum Tata Pemerintahan),
yaitu hukum yang mengatur cara-cara menjalankan tugas(hak dan kewajiban) dari
kekuasaan alat perlengkapan negara.
c. Hukum Pidana, yaitu hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan apa yang dilarang dan
memberikan pidana kepada siapa yang melanggarnya serta mengatur bagaimana cara-cara
mengajukan perkara-perkara ke muka pengadilan.

53
d. Hukum Internasional, yang terdiri dari :
(a) Hukum Perdata Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
warganegara-warganegara sesuatu Negara dengan warganegara-warganegara dari
negara lain dalam hubungan Internasional.
(b) Hukum Publik Internasional, (Hukum Antara Negara), yaitu hukum yang
mengatur hubungan antara Negara yang satu dengan Negara-negara yang lain
dalam hubungan internasional.
Jika orang berbicara tentang Hukum Internasional, maka hampir selalu yang
dimaksudkannya ialah Hukum Publik Internasional.

B. PENAFSIRAN HUKUM (INTERPRETASI HUKUM)

Pengertian Penafsiran Hukum:


Yaitu mencari dan menemukan pengertian dalil-dalil yang terdapat di dalam suatu
peraturan hukum. Sebagaimana diketahui bahwa peraturan hukum itu adalah naskah
tertulis. Untuk mengetahui pengertian hukum yang termuat dalam tulisan tersebut harus
ditafsirkan.

Macam-macam metode Penafsiran:

1. Prenafsiran tata bahasa ( gramatikal), yaitu cara penafsiran berdasarkan pada bunyi
ketentuan undang-undang, dengan berpedoman pada arti perkataan-perkataan dalam
hubungannya satu sama lain dalam kalimat-kalimat yang dipakai oleh undang-undang. Di

54
sini arti dan makna undang-undang dijelaskan menurut bahasa sehari-hari yang umum .
Misalnya dilarang parker “kendaraan” kendaraan di sini tidak jelas kendaraan apa yang
dimaksudkan. Tentu yang dimaksud adalah semua kendaraan dalm pengertian umum yang
digunakan dalam tranportasi. Kata “meninggalkan” dimaksud adalah mentelantarkan. Dll.
2. Penafsiran sahih, (autentik, resmi), ialah penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu
sebagaimana yang diberikan oleh Pembentuk Undang-Undang, msialnya Pasal 98 KUHP:
“malam” berarti waktu antara matahari terbenam dan matahari terbit.
3. Penafsiran historis, yaitu :
a. Sejarah hukumnya, yang diselidiki maksudnya berdasarkan sejarah terjadinya hukum
tersebut. Sejarah terjadinya hukum dapat diselidiki dari memori penjelasan, laporan-
laporan perdebatan dalam DPR dan surat menyurat antara menteri dengan Komisi DPR
yang bersangkutan.
b. Sejarah Undang-undangnya, yang diselidiki maksud pembentuk undang-undang pada
waktu membuat undang-undang itu, misalnya di denda f 25,- sekarang ditafsirkan
dengan uang Republik Indonesia, sebab harga barang lebih mendekati pada waktu
KUHP itu dibuat.
4. Penafsiran sistematis. (dogmatis) penafsiran menilik susunan yang berhubungan dengan
bunyi pasal-pasal lainnya baik dalam undang-undang itu maupun dengan undang-undang
yang lain misalnya “asas monogamy” tersebut di pasal 27 KUHS menjadi dasar pasal-pasal
34, 60, 64, 86, KUHS dan 279 KUHS.
5. Penafsiran Nasional, ialah penafsirn menilik sesuai tidaknya dengan sistem hukum yang
berlaku misalnya hak milik pasal 570 KUHS sekarang harus ditafsirkan menurut hak milik
sistem hukum Indonesia (Pancasila).

55
6. Penafsiran teologis, (Sosiologis) yaitu penafsiran dengan mengingat maksud dan tujuan
undang-undang itu. Ini penting disebabkan kebutuhan-kebutuhan berubah menurut masa
sedangkan bunyi undang-undang tetap sama saja.
7. Penafsiran ekstensif, memberi tafsiran dengan memperluas arti kata -kata dalam peraturan
itu sehingga sesuatu peristiwa dapat dimasukkan seperti “aliran listrik” termasuk juga
“benda’.
8. Penafsiran restriktif, ialah penafsiran yang membatasi (mempersempit) arti kata-kata dalam
peraturan itu, misalnya “kerugian” tidak termasuk kerugian yang “tak berwujud” seperti
sakit, cacat dan sebagainya .
9. Penafsiran analogis, memberi tafsir pada sesuatu peraturan hukum dengan memberi ibarat
(kiyas) pada kata-kata tersebut sesuai dengan asas hukumnya, sehingga sesuatu peristiwa
yang sebenarnya tidak dapat dimasukkan, lalu dianggap sesuai dengan bunyi peraturan
tersebut, misalnya “menyambung” aliran listrik dianggap sama dengan “mengambil” aliran
listrik.
10. Penafsiran a contrario (menurut peringkaran) , ialah suatu cara menafsirkan undang-
undang yang didasarkan pada perlwanan pengertian antara soal yang dihadapi dan soal yang
diatur dalam suatu pasal undang-undang. Dengan berdasarkan perlawanan pengertian
(peringkaran) itu ditarik kesimpulan, bahwa soal yang dihadapi itu tidak diliputi oleh pasal
yang termaksud atau dengan kata lain berbeda di luar pasal tersebut.
Contoh: Pasal 34 KUHS menentukan bahwa seorang perempuan tidak diperkenankan
menikah lagi sebelum lewat 300 hari setelah perkawinannya terdahulu diputuskan.
Timbulah kini pertanyaan, bagaimanakah halnya dengan seorang laki-laki ? Apakah seorang
laki-laki juga harus menunggu waktu 300 hari ?, Jawaban atas pertanyaan ini ialah “tidak”

56
karena pasal 34 KUHS tidak menyebutkan apa-apa tentang orang laki-laki dan khusus
ditujukan kepada orang perempuan.

B VII
PENEMUAN/PEMBENTUKAN DAN PENEGAKAN HUKUM.

A. PEMBENTUKAN HUKUM.

1. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi terbentuknya Hukum.


Faktor eksternal Yakni faktor-faktor yang berada diluar hukum itu sendiri misalnya :
Faktor ekonomi, Faktor kekuasaan, Faktor politik , Faktor budaya dan Faktor agama
Faktor Internal Yakni faktor yang berada di dalam hukum itu sendiri. Artinya adanya
kondisi-kondisi tertentu yang berkaitan dengan hukum itu sendiri yang mengharuskan
dibentuknya hukum tersebut. Misalnya :
 Perintah UUD yang menghendaki adanya suatu undang-undang.
 Adanya UU yang menghendaki peraturan pelaksananya.
 Adanya kekosongan hukum .

2. Tahap Pembentukan Hukum

Pertama, Tahap Inisiasi, Yaitu tahap di mana munculnya gagasan dalam masyarakat tentang
suatu persoalan yang dirasakan penting dan merupakan suatu

57
kebutuhan. Gagasan ini muncul berkaitan dengan adanya kondisi atau
suatu peristiwa yang menghendaki segera adanya perangkat hukum
yang mengaturnya.
Kedua, Tahap Socio-politik, Adalah tahap pematangan dan penajaman gagasan, di mana gagasan
yang muncul diolah oleh masyarakat melalui berbagai kegiatan,
misalnya gagasan tersebut dibicarakan , didiskusikan, dikritik,
dipertahankan melalui pertukaran pendapat antara berbagai golongan
dan kekuatan dalam masyarakat.
Ketiga, Tahap yuridis. Yaitu tahap penyusunan bahan ke dalam rumusan hukum dan kemudian
diundangkan. Tahap ini telah melibatkan para tenaga ahli yang
berpendidikan hukum .

3. StrukturPembuatan Hukum.
Jika mengikuti ajaran Montesquieu yang terkenal dengan Trias Politika maka pembuatan hukum
hanya diserahkan kepada satu badan yang berdiri sendiri yang hanya melakukan satu kewenangan
saja, misalnya badan pembuat hukum. Badan inilah yang disebut badan legislatif yang terpisah
dengan badan yudikatif dan eksekutif. Kendati demikian tidak selamanya suatu praktek
perorganisasian yang mutlak berada di tangan legislatif, namun badan-badan lainya dapat pula
sebagai pembentuk hukum.

B. PENEGAKAN HUKUM

1. Pengertian Penegakan hukum

58
Penegakan hukum adalah serangkaian kegiatan untuk menerapkan atau menjalankan peraturan-
peraturan hukum kedalam peristiwa-peristiwa yang kongkrit. Menurut Satjipto Rahardjo
Penegakan hukum adalah mewujudkan keinginan-kenginan hukum menjadi suatu kenyataan.
Keinginan hukum adalah keinginan dari para pembentuk undang-undang sebagaimana yang
dirumuskan dalam undang-undang.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum


 Faktor Undang-Undang. Faktor ini dapat mempengaruhi penegakan hukum jika memiliki
landasan filosofis, yuridis dan sosiologis.
 Faktor penegak hukum. Faktor ini akan menjadi berpengaruh positif jika penegak hukum
itu memiliki integritas moral dan menjadi teladan dalam kepatuhan
hukum dan merasa bagian dari hukum itu sendiri.
 Faktor sarana prasarana. Faktor ini adalah sarana untuk mencapai tujuan. Meskipun hanya
sebagai faktor penunjang , namun kehadirannya sangat
mempengaruhi penegakan hukum itu. Semakin baik sarana dan
prasarana yang dimiliki akan memperlancar dan mempermudah
penegakan hukum itu.
 Faktor kesadaran hukum masyarakat. Faktor Ini mempengaruhui pula penegakan hukum,
tinggi rendahnya kesadaran hukum masyarakat sedikit banyak
mempengaruhi berfungsinya hukum.
Indikasi Kesadaran hukum : a. adanya pengetahuan terhadap hukum;
b.adanya pemahaman tentang hukum;
c. adanya sikap positif;
d. adanya kepatuhan terhadap hukum.

59
BAB VII
BERLAKUNYA HUKUM.

A. Teori-teori Berlakunya hukum.

1. Teori Teorkrasi/Teori Ketuhanan.


Teori ini menjelaskan bahwa hukum berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, manusia diperintahkan
Tuhan harus tunduk pada hukum. Oleh karena itulah maka berlakunya hukum adalah atas
kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

2. Teori Kedaulatan Rakyat.


Menurut teori ini hukum itu adalah kemauan orang seluruhnya yang telah mereka serahkan
kepada suatu organisasi (yaitu Negara) yang telah lebih dahulu mereka bentuk dan diberi tugas
membentuk hukum yang berlaku dalam masyarakat. Orang mentaati hukum , karena orang
sudah berjanji mentaatinya . Teori ini dapat juga disebut Teori perjanjian Masyarakat.

3. Teori Kedaulatan Negara


Teori ini mengatakan bahwa kekuasaan hukum tidak dapat didasarkan atas kemauaan bersama
seluruh anggota masyarakat. Hukum adalah kehendak Negara dan Negara itu mempunyai
kekuasaan (power) yang tidak terbatas. Oleh karena itu hukum itu ditaati ialah karena negaralah
yang menghendakinya.

60
Penganjur Teori ini adalah hans Kelsen dalam buku “Reine Rechtslehre” mengatakan, bahwa
hukum itu ialah tidak lain daripada “kemauan Negara”. Namun demikian Hans Kelsen
mengatakan bahwa orang taat kepada hukum bukan karena Negara menghendakinya, tetapi
orang taat pada hukum karena ia merasa wajib menataatinya sebagai perintah Negara.

4. Teori Kedaulatan Hukum.


Pelopor teori ini adalah Prof. Mr. H. Krabbe. Beliau mengajarkan, bahwa sumber hukum ialah
“rasa keadilan”. Menurutnya hukum hanyalah apa yang memenuhi rasa keadilan dari orang
banyak yang ditundukkan padanya,. Suatu peraturan-perundangan yang tidak sesuai dengan rasa
keadilan dari jumlah terbanyak orang, tidak dapat mengikat. Peraturan-peraturan yang demikian
bukanlah “hukum”. Berdasarkan teori ini orang mematuhi hukum karena hal itu berarti telah
memenuhi rasa keadilan dari orang banyak yang ditundukkan padanya oleh hukum itu sendiri.

B. Syarat-Syarat Berlakunya hukum.

 Syarat berlakunya secara yuridis, yaitu apabila penentuannya didasarkan pada kaedah lebih
tinggi tingkatannya atau bila berbentuk menurut cara yang
telah ditetapkan.
 Syarat berlakunya secara sosiologis, yaitu apabila peraturan hukum tersebut dapat dipaksakan
berlakunya oleh penguasa walapun tidak diterima oleh warga
masyarakat (teori kekuasaan) atau hukum itu berlaku karena
diterima dan diakui oleh masyarakat .
 Syarat berlakunya secara filosofis, yaitu bahwa hukum tersebut sesuai dengan cita-cita hukum
sebagai nilai positif yang tinggi.

61
C. Fungsi Hukum Dalam Masyarakat.

 Hukum sebagai alat perubahan sosial (as a tool of social engeneering), artinya hukum
berfungsi menciptakan kondisi sosial yang baru, yaitu dengan peraturan-peraturan hukum yang
diciptakan dan dilaksanakan, terjadilah social engineering, terjadilah perubahan sosial dari
keadaan hidup yang serba terbatas menuju ke kehidupan, hidup yang sejahtera atau keadaan
hidup yang lebih baik.
 Hukum sebagai alat mengecek benar tidaknya tingkah laku (as a tool of justification).
yakni sebagai alat untuk mengecek benar tidaknya sesuatu tingkah laku Dengan diketahuinya
ciri-ciri kebenaran yang dikehendaki oleh hukum, maka dengan cepatlah mudah terlihat apabila
ada sesuatu perbuatan yang menyimpang dari kebenaran itu.
 Hukum sebagai kontrol sosial (as a tool of social control) yaitu mengontrol pemikiran dan
langkah-langkah kita agar kita selalu terpelihara tidak melakukan perbuatan yang melanggar
hukum.

BAB VIII
MAZHAB/ALIRAN HUKUM

62
1. Teori Pemikiran Yunani Dan Romawi.

Hubungan keadilan dan hukum positif menjadi pusat perhatian para ahli fikir Yunani, sementara
ahli pikir Romawi telah meletakkan dasar-dasar ilmu hukum analitis modern.
Menurut Plato, keadilan adalah, apabila seorang itu menjalankan pekerjaannya dalam hidup ini
sesuai dengan kemampuan yang ada padanya”. Lebih lanjut Plato mengatakan, bahwa
masyarakat yang adil adalah yang anggota-anggotanya bisa menjalankan kegiatannya sesuai
dengan tugas-tugasnya . “Mengurusi pekerjaan sendiri dan tidak mencampuri orang lain. Itulah
keadilan”.
Aristoteles:
Sumbangan Aristoteles yang lain, yang dipandang sangat besar bagi pemikiran tentang hukum
dan keadilan sampai sekarang, adalah pembedaannya dalam keadilan distributif dan kedilan
korektif.
Keadilan distributif adalah :
“menyangkut pembagian barang-barang dan kehormatan kepada masing-masing orang sesuai
dengan tempatnya dalam masyarakat. Ia menghendaki aar orang-orang yang mempunyai
kedudukan sama memperoleh perlakuan yang sama pula di hadapan hukum.

Keadilan korektif adalah :


Ukuran bagi menjalankan hukum sehari-hari. Dalam menjalankan hukum sehari-hari kita harus
mempunyai suatu standar yang umum guna memperbaiki (memulihkan) konsekwensi-
konsekwensi dari suatu tindakan yang dilakukan orang. Standar tersebut harus diterapkan tanpa
melihat orang dan untuk semuanya tunduk kepada standar yang obyektif.

63
2. Teori Hukum Alam.

Konsep kealaman merupakan pusat perhatian aliran ini. Alam dianggap sebuah prinsip yang
meresapi alam semesta,yang mereka kenal dalam bentuk akal. Akal, yang meresapi seluruh
semesta dianggap sebagai dasar dari hukum dan keadilan (Edgar Bodenheimer, p. 13-14.)

KONSEP DASAR:
 Hukum merupakan kehendak Tuhan;
 Hukum itu sesuai dengan kodrat / alam yang dicurahkan ke dalam jiwa manusia bersifat abadi
(tidak berubah-ubah) ;
 Hukum kodrat diresapkan melalui dua cara yaitu :
A. Kepada alam semesta yang tidak berakal budi
B. Kepada mahluk yang berakal budi.

Thomas Aquinas membagi Hukum empat macam:

a. Lex aeterna adalah hukum abadi, yaitu rencana sebagaimana dibuat oleh Sang Raja Diraja. Ia
adalah akal keilahian yang menuntun semua gerakan dan tindakan dalam alam semesta.
b.Lex naturalis adalah hukum alam/kodrat yaitu bagian lex aeterna yang ditangkap oleh akal
pikiran yang dianugerahkan oleh Tuhan memberikan pengarahan kepada kegiatan manusia
melalui petunjuk-petunjuk umum. Lex ini mengajarkan kepada manusia perbedaan antara yang
baik dan buruk . Petunjuk yang paling dasar adalah, mengajarkan bahwa yang baik harus
dilakukan, sedang yang buruk dihindari.
c. Lex divina adalah hukum yang tercantum dalam Kitab-kitab Suci.

64
d.Lex Humana yaitu hukum manusia atau hukum positif.

3. Teori Positivisme Hukum.


Konsep Dasar
 Suatu tata hukum negara berlaku bukan karena mempunyai dasar kehidupan sosial, bukan
juga karena bersumber pada jiwa bangsa dan juga bukan karena hukum alam, melainkan
karena mendapatkan bentuk positifnya suatu instansi yang berwenang.
 Hukum harus dipandang semata-mata dalam bentuk formal, bentuk hukum formal dipisahkan
dari bentuk hukum material;
 Meskipun isi hukum bertentangan dengan keadilan masyarakat hukum tersebut tetap berlaku.

Kebaikan:
 Menjamin adanya kepastian hukum
 Hukum mudah ditemukan karena tertampung dalam undang-undang.
 Adanya keseragaman undang-undang dan berlaku untuk semua orang.
 Adanya pegangan/pedoman yang jelas bagi penegak hukum.

Kelemahan:
 Hukum positif kadang-kadang tidak mampu untuk menghadapi suatu situasi di mana hukum
sendiri dijadikan alat ketidak adilan
 Hakim sebagai corong undang-undang
 Pemikiran hakim bersifat sillogismus

4. Aliran/Teori Hukum Sejarah/Historis.

65
Teori atau mashhaf ini, mempunyai pendirian yang sangat berbeda dengan aliran teori hukum
posivtisme. Aliran ini justru menekankan bahwa hukum hanya dapat dimengerti dengan
menelaah kerangka sejarah dan kebudayaan di mana hukum tersebut timbul. (Soerjono
Soekanto. 1997. p. 33).
Menurut aliran ini, Pembentuk undang-undang harus mendapatkan bahannya dari rakyat dan ahli
hukum dengan mempertimbangkan perasaan hukum dan perasaan keadilan masyarakat.
Demikianlah hukum tertulis akan menjadi hukum yang diterima masyarakat sumber bahan
hukum itu diambil, dan terhadap siapa hukum itu kemudian diterapkan. Tanpa cara demikian
undang-undang senantiasa akan menjadi sumber persoalan, menghambat dan menghentikan
pembangunan, atau bahkan akan merusak kebiasaan hidup dan jiwa masyarakat. Hukum adalah
bagian dari rohani mereka, yang juga mempengaruhi perilaku mereka. sumber hukum adalah
jiwa masyarakat, dan isinya adalah aturan tentang kebaisaan hidup masyarakt. Hukum tidak
dapat dibentuk, melainkan tumbuh dan berkembang bersama dengan kehidupan masyarakat.

5. Aliran Utilitarianisme.

Prinsip utama pemikiran teori ini adalah mengenai tujuan dan evaluasi hukum. Tujuan hukum
adalah kesejahteraan yang sebesar-beasrnya bagi sebagian terbesar rakyat atau bagi seluruh
rajyat, dan evaluasi hukum dilakukan berdasarkan akibat-akibat yang dihasilkan dari proses
penerapan hukum.

6. Aliran Hukum Realis-Pragmatis (Pragmatic Legal Realism).

66
Aliran ini memberikan perhatian terhadap penerapan hukum dalam kehidupan masyarakat
(bernegara). Hal terpenting bagi teori ini adalah bagaimana hukum itu diterapkan dalam
kenyataan, dan hukum yang sebenarnya adalah hukum yang dijalankan itu. Hukum bukanlah apa
yang tertulis dengan indah dalam udnang-undang, melainkan adalah apa yang dialakukan oleh
aparat penyelenggara hukum, polisi, hakim. Atau siapa saja yang melakukan fungsi pelaksana
hukum (Lili Rasjidi. 1993. hal 85.)
Penekanan penting yang diberikan oleh Aliran Hukum Realis adalah , pertama, esensi praktik
hukum sebagai esensi senyatanya dari hukum. Kedua, bahwa undang-undang bukanlah
keharusan yang serta merta mampu mewujudkan tujuan hukum, melainkan mendapat pengaruh
besar dari unsur-unsur di luar undang-undang. Ketiga, aparatur penyelenggara hukum dan
masyarakat tempat hukum itu diterapkan bukanlah komponen-komponen mekanis yang serta
merta (secara otomatis) mentaati perintah hukum, melainkan merupakan komponen-komponen
kehidupan yang memiliki kemampuan untuk menyampinginya.

6. TEORI HUKUM PROGRESIF

Istilah hukum progresif, diperkenalkan oleh Satjipto Rahardjo, yang delandasi asumsi dasar bahwa
hukum adalah untuk manusia. Adapun pengertian hukum progresif, adalah mengubah secara cepat,
melakukan pemblaikan yang mendasar dalam teori dan parksis hukum, serta melakukan beerbagai
terobosan. Pembebasan tersebut di dasarkan pada pirinsip bahwa hukum untuk manusia dan bukan
sebaliknya dan hukum itu tidak ada untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu yang lebih luas
yaitu untuk harga diri manusia, kebahagiaan, kesejahteraan dan kemuliaan manusia.
Pengertian sebagaimana dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo tersebut berarti hukum progresif adalah
serangkaian tindkan yang radikal, dengan mengubah sistem hukum (termasuk mengubah peraturan

67
hukum bila perlu) agar hukum lebih berguna,terutama dalam mengangkat harga diri serta menjamin
kebahagiaan dan kessejahteraan manusia.
Secara lebih sederhana hukum progresif adalah hukum yang melakukan [pembebasan, baik dalam cara
berpikir mapun bertindak dalam hukum, sehingga mampu membiarkan hukum itu mengalilr saja untuk
menuntastakan tugasnya kemangbdi kepada manusia dan kemanusiaan.
Hukum progresif bermakna hukum yang peduli terhadpa kemanusiaan sehingga bukan sebatas
dogmatis belaka. Secara spesifik hukum progresif antara lain bisa disebut sebagai hukum yang pro
rakyat dan hukum yang berkeadilan. Konsep hukum progresif adalah hukum tidak ada untuk
kepentingannya sendirdi, melainkan untuk suatu tujuan yang berada di luar dirinya. Oleh karena itu ,
hukum progresif meninggalkan tradisi analytical jurisprudence atau rechtsdogmatiiek.
Progresifisme hukum mengajarkan bahwa hukum bukan raja, tetapi alat untuk menjabarkan daar
kemanusiaan yang berfungsi memberikan rahmat kepada dunia dan manusia. . Asumsi yang
mendasari progresisfisme hukum adalah pertama hukum ada untuk menusia dan tidak untuk dirinya
sendiri, kedua hukum selalu berada pada sstatus law in the making dan tidak bersifat final, ketiga
hukum adlah institusi yang bermoral kemanuisaan.
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas maka kreteria hukum progresif adalah :
1. Mempunyai tujuan bersar berupa kessejahteraan dan kebahagiaanh manusia;
2. Memuat kandungan moral kemanusiaan yang sangat kuat;
3. Hukum progresif adalah hukum yang membebaskan meliputi dimensi yang amat luas
yang tidak hanya bergerak pada ranah parktik melainkan juga teori;
4. Bersifat kritis dan fungsional.

Karakteristik Hukum Progresif yang membedakan dengan Hukum yang Lain :

68
Pertama ; paradigma dalam hukum progresif adalah “hukum adalah suatu institusi yang bertujuan
mrengantarkan manusia kepada kehidupan yang adil, sejahtera dan membuat mansuia bahagia. Artinya
paradigma hukum adalah hukum adalah untuk manusia.
Kedua; Hukum progresif menolak untuk mempertahankan status quo dalam berhukum.
Mempertahankan status quo memberikan efek yang sama, seperti pada waktu orang berpendapat,
bahwa hukum adalah tolok ukur semuanya dan manusia adalah untuk hukum. Cara berhukum demikan
adalah sejalan dengan cara positivistik, normatif dan legalistik. Sekali undang-undang mengatakan
atau memutuskan seperti itu, kita tidak bisa berbuat banyak, kecuali hukumnya dirubah lebih dulu.
Ketiga; Hukum progresif memberikan perhatian besar terhadap peranan perilaku manusia dalam
hukum. Ini bertentangan dengan paham, bahwa hukum itu hanya urusan peraturan. Peranan manusia
disini merupakan konsekwensi terhadap pengakuan, bgahwa sebaiknya kita tidak berpekangan secara
mutlak kepada teks formal suatu peraturan.

69

Anda mungkin juga menyukai