Dosen Pengampu
Van Lodewijk Purba, SH, MH.
Disusun Oleh
Kelompok 2:
Tidak lupa juga pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semuanya yang bisa saling bekerjasama dalam penyusunan
dan penyelesaian tugas ini.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna bagi para pembaca,
khususnya bagi diri kami sendiri dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai hukum adat di Indonesia.
Kami juga sepenuhnya menyadari bahwa tugas ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik, saran
dan usulan yang bersifat membangun demi perbaikan tugas yang akan kami buat
di masa yang akan datang nantinya.
A. LATAR BELAKANG
Hukum adat, jika kita mendengar kata itu yang terlintas di fikiran kita
mungkin adalah suatu Corak kedaerahan yang begitu kental di dalamnya. Karena
sifatnya yang tidak tertulis, majemuk antara lingkungan masyarakat sutu dengan
lainnya, maka sangat perlu dikaji perkembangannya.
Hukum adat merupakan salah satu bentuk hukum yang masih eksis/ada
dalam kehidupan masyarakat hukum adat di Indonesia. Perlu kita ketahui pula
bahwa Hukum Adat merupakan salah satu bentuk hukum yang berlaku dalam
kehidupan dan budaya hukum masyarakat Indonesia yang masih berlaku sampai
dengan saat ini.
Hukum Adat adalah hukum Indonesia asli yang tidak tertulis dalam bentuk
perundang-undangan yang mengandung unsur agama, diikuti dan ditaati oleh
masyarakat secara terus-menerus, dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Pelanggaran terhadap aturan tata tertibnya dipandang dapat menimbulkan
kegoncangan dalam masyarakat. Oleh sebab itu, bagi si pelanggar diberikan
sanksi adat, koreksi adat atau sanksi/kewajiban adat oleh masyarakat melalui
pengurus adatnya.
Selain itu, dikenal pula masyarakat hukum adat yaitu sekelompok orang
yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu
persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar
keturunan.
Di dalam Masyarakat Hukum Adat yang merupakan bentuk kehidupan
bersama yang warga-warganya hidup bersama untuk jangka waktu yang cukup
lama hingga menghasilksn kebudayaan. Ternyata kebudayaan itu adalah terlihat
pada struktur-struktur yang secara tradisional diakui untuk mengatur tatanan
kehidupan Masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja sifat-sifat umum Hukum Adat di Indonesia?
2. Bagaimana stuktur masyarakat dan organisasi Hukum Adat?
C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami apa saja sifat-sifat umum Hukum Adat di
Indonesia
2. Memahami struktur masyarakat dan organisasi Hukum Adat
BAB II
PEMBAHASAN
3. Bercorak Demokrasi
Bahwa segala sesuatu selalu diselesaikan dengan rasa kebersamaan
kepentingan bersama lebih diutamakan dari pada kepentingan-kepentingan
pribadi sesuai dengan asas permusyawaratan dan perwakilan sebagai system
pemerintahan. Adanya musyawarah di Balai Desa, setiap tindakan pamong desa
berdasarkan hasil musyawarah dan lain sebagainya.
4. Bercorak Kontan
Pemindahan atau peralihan hak dan kewajiban harus dilakukan pada saat
yang bersamaan yaitu peristiwa penyerahan dan penerimaan harus dilakukan
secara serentak, ini dimaksudkan agar menjaga keseimbangan didalam
pergaulan bermasyarakat.
Asas kontan atau tunai mengandung pengertian bahwa dengan suatu
perbuatan nyata, suatu perbuatan simbolis atau suatu pengucapan, tindakan
hukum yang dimaksud telah selesai seketika itu juga, dengan serentak
bersamaan waktunya tatkala berbuat atau mengucapkan yang diharuskan oleh
adat. Contohnya, perbuatan hukum dalam Hukum Adat tentang suatu perbuatan
yang kontan adalah jual-beli lepas, perkawinan jujur, melepaskan hak atas tanah,
adopsi dan lain-lain.
5. Bercorak Konkrit
Artinya adanya tanda yang kelihatan yaitu tiap-tiap perbuatan atau keinginan
dalam setiap hubungan-hubungan hukum tertentu harus dinyatakan dengan
benda-benda yang berwujud. Tidak ada janji yang dibayar dengan janji,
semuanya harus disertai tindakan nyata, tidak ada saling mencurigai satu dengan
yang lainnya. Contohnya, dalam perjanjian jual beli, si pembeli menyerahkan
uang atau uang panjar, itu suatu bentuk konkrit diberi tanda yang kelihatan,
terhadap obyek yang dikehendaki akan dibeli.
Menurut Hilman Hadikusuma corak hukum adat, adalah sebagai berikut:
1. Tradisional, artinya bersifat turun menurun, berlaku dan dipertahankan oleh
masyarakat bersangkutan.
2. Keagamaan (Magis-religeius), artinya perilaku hukum atau kaedah-kaedah
hukumnya berkaitan dengan kepercayaan terhadap yanag gaib dan atau
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
3. Kebersamaan (Komunal), artinya ia lebih mengutamakan kepentingan
bersama, sehingga kepentingan pribadi diliputi kepentingan bersama.
Ujudnya rumah gadang, tanah pusaka (Minangkabau). Dudu sanak dudu
kadang yang yen mati melu kelangan (Jawa).
4. Kongkrit/Visual, artinya jelas, nyata berujud. Visual artinya dapat terlihat,
tanpak, terbuka, terang dan tunai. Ijab-kabul, jual beli serah terima
bersamaan (samenval van momentum)
5. Terbuka dan Sederhana
6. Dapat berubah dan Menyesuaikan
7. Tidak dikodifikasi
8. Musyawarah dan Mufakat.
A. KESIMPULAN
Hukum adat atau hukum tidak tertulis didasarkan pada proses interaksi
dalam masyarakat, berfungsi sebagai pola untuk mengorganisasikan serta
memperlancar proses interaksi tersebut. Sebagai a system of stabilized
interactional expectancies, hukum adat tetap berfungsi secara efektif dalam
mengatur kehidupan masyarakat walaupun hukum tertulis dalam
perkembangannya telah mengatur bagian terbesar dalam aspek kehidupan
masyarakat. Dengan kata lain, hukum adat mempunyai fungsi manfaat dalam
pembangunan (hukum) karena:
1. Hukum adat merumuskan keteraturan perilaku mengenai peranan;
2. Perilaku-perilaku dengan segala akibat-akibatnya dirumuskan secara
menyeluruh;
3. Pola penyelesaian sengketa yang kadang bersifat simbolis. Sebagai suatu hasil
penelitian hukum adat, masalah-masalah hukum adat Indonesia ini dianalis
dengan mempergunakan pendekatan interdisipliner: yuridis sosiologis
dan antropologis.
DAFTAR PUSTAKA
Yulia, 2016, “Buku Ajar Hukum Adat”, Sulawesi selatan: Unimal Press