Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH HUKUM ADAT

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PANCASILA


TAHUN AJARAN 2016/2017

NAMA KELOMPOK:
HILLARY R SIANRESSY (3014210208)
YASMIEN NUUR DITTRIE (3014210460)
DEWI PRAMESTI (3015210107)
KARINA YUNITA A (3015210197)
OKE SETIA PERMATA DEWI (3015210290)
TEUKU YUDI RANTO (3015210364)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-Nya
sehingga tugas Makalah hukum adat ini dapat kami selesaikan. Makalah ini saya kami buat
sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas.

Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua pihak
yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini.
Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah
ini penulis sangat hargai.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Masyarakat bangsa Indonesia adalah masyarakat yang Bhinneka Tunggal Ika yang berbeda beda
Suku,Agama,Ras dan Antar golongan,yang kemudian bersatu dalam satu kesatuan Negara
Pancasila sejak tanggal 17 Agustus 1945.Sebelum Indonesia merdeka berbagai masyarakat itu
berdiam di berbagai kepulauan yang besar dan kecil menurut hukum adatnya masing masing

Jadi di zaman Hindia Belanda masyarakat bangsa Indonesia itu terkotak kotak ke dalam
lingkungan masyarakat hukumnya,adat budaya dan tempat kediamannya masing masing,
dengan mempunyai kekuasaan dan harta kekayaan sendiri-sendiri.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dibahas beberapa masalah mengenai hukum adat :

a. Istilah lain masyarakat hukum adat

b. Deskripsi masyarakat hukum adat

c. Unsur – unsur masyarakat hukum adat


BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian dan Istilah Masyarakat Hukum Adat


Apa yang dimaksud dengan adat ?
Istilah adat berasal dari bahasa Arab, yang apabila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia
berarti “kebiasaan”. Adat atau kebiasaan telah meresap kedalam Bahasa Indonesia, sehingga
hampir semua bahasa daerah di Indonesia telah menganal dan menggunakan istilah
tersebut.Adat atau kebiasaan dapat diartikan sebagai berikut :
“Tingkah laku seseoarang yang terus-menerus dilakukan dengan cara tertentu dan diikuti oleh
masyarakat luar dalam waktu yang lama”.
Pengertian adat-istiadat menyangkut sikap dan kelakuan seseorang yang diikuti oleh
orang lain dalam suatu proses waktu yang cukup lama, ini menunjukkan begitu luasnya
pengertian adat-iatiadat tersebut. Tiap-tiap masyarakat atau Bangsa dan Negara memiliki adat-
istiadat sendiri-sendiri, yang satu satu dengan yang lainnya pasti tidak sama.
Adat-istiadat dapat mencerminkan jiwa suatu masyarakat atau bangsa dan merupakan
suatu kepribadian dari suatu masyarakat atau bangsa. Tingkat peradaban, cara hidup yang
modern sesorang tidak dapat menghilangkan tingkah laku atau adat-istiadat yang hidup dan
berakar dalam masyarakat.
Adat selalu menyesuaikan diri dengan keadaan dan kemajuan zaman, sehingga adat itu
tetap kekal, karena adat selalu menyesuaikan diri dengan kemajuan masyarakat dan kehendak
zaman. Adat-istiadat yang hidup didalam masyarakat erat sekali kaitannya dengan tradisi-tradisi
rakyat dan ini merupakan sumber pokok dari pada hukum adat.
Menurut Prof. Kusumadi Pudjosewojo, mengatakan bahwa adat adalah tingkah laku yang
oleh masyarakat diadatkan. Adat ini ada yang tebal dan ada yang tipis dan senantiasa menebal
dan menipis. Aturan-aturan tingkah laku didalam masyarakat ini adalah aturan adat dan bukan
merupakan aturan hukum
A.Istilah Hukum Adat
Istilah “Hukum Adat” dikemukakan pertama kalinya oleh Prof.Dr. Cristian Snouck
Hurgronye dalam bukunya yang berjudul “De Acheers” (orang-orang Aceh), yang kemudian
diikuti oleh Prof.Mr.Cornelis van Vollen Hoven dalam bukunya yang berjudul “Het Adat Recht
van Nederland Indie”.
Dengan adanya istilah ini, maka Pemerintah Kolonial Belanda pada akhir tahun 1929
meulai menggunakan secara resmi dalam peraturan perundangundangan Belanda.
Istilah hukum adat sebenarnya tidak dikenal didalam masyarakat, dan masyarakat hanya
mengenal kata “adat” atau kebiasaan. Adat Recht yang diterjemahkan menjadi Hukum Adat
dapatkah dialihkan menjadi Hukum Kebiasaan. Van Dijk tidak menyetujui istilah hukum
kebiasaan sebagai terjemahan dari adat recht untuk menggantikan hukum adata dengan alasan
:
“ Tidaklah tepat menerjemahkan adat recht menjadi hukum kebiasaan untuk
menggantikan hukum adat, karena yang dimaksud dengan hukum kebiasaan adalah kompleks
peraturan hukum yang timbul karena kebiasaan, artinya karena telah demikian lamanya orang
biasa bertingkah laku menurut suatu cara tertentu sehingga timbulah suatu peraturan kelakuan
yang diterima dan juga diinginkan oleh masyarakat, sedangkan apabila orang mencari sumber
yang nyata dari mana peraturan itu berasal, maka hampir senantiasa akan dikemukakan suatu
alat perlengkapan masyarakat tertentu dalam lingkungan besar atau kecil sebagai pangkalnya.
Hukum adat pada dasarnya merupakan sebagian dari adat istiadat masyarakat. Adat-istiadat
mencakup konsep yang
luas. Sehubungan dengan itu dalam penelaahan hukum adat harus dibedakan antara
adat-istiadat (non-hukum) dengan hukum adat, walaupun keduanya sulit sekali untuk
dibedakan karena keduanya erat sekali kaitannya.
B.Deskripsi Masyarakat Hukum Adat

1.Masyarakat Hukum Teritorial


Masyarakat Hukum Teritorial adalah masyarakatnya terikat pada suatu daerah kediaman
tertentu, baik dalam kaitan duniawi sebagai tempat kehidupan maupun dalam ikatan rohani
sebagai tempat pemujaan terhadap roh-roh leluhur.
Menurut van Dijk, persekutuan hukum teritorial itu dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu :
a. Persekutuan Desa
b. Persekutuan Daerah
c. Perserikatan Desa
Persekutuan desa adalah seperti desa orang Jawa, yang merupakan suatu tempat kediaman
bersama di dalam daerahnya sendiri termasuk beberapa pedukuhan yang terletak di sekitarnya
yang tunduk pada perangkat desa yang berkediaman di pusat desa
Persekutuan daerah adalah yang merupakan suatu daerah kediaman bersama dan menguasai
tanah hak ulayat bersama yang terdiri dari beberapa dusun atau kampung dengan satu pusat
pemerintahan adat bersama
Perserikatan desa adalah apabila di antara beberapa desa atau marga yang terletak
berdampingan yang masing-masing berdiri sendiri mengadakan perjanjian krjasama untuk
mengatur kepentingan bersama.

Masyarakat Hukum Genealogis


Masyarakat hukum genealogis adalah suatu kesatuan masyarakat yang teratur, dimana para
anggotanya terikat pada suatu garis keturunan yang sama dari satu leluhur, baik secara
langsung karena hubungan darah maupun tidak langsung karena pertalian perkawinan atau
pertalian adat. Dimasa Hindia Belanda masyarakat genealogis ini dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
a. Masyarakat patrilinial;
b. Masyarakat matrilinial;
c. Masyarakat bilateral/ parental.

 Masyarakat patrilineal adalah susunan masyarakatnya ditarik menurut garis keturunan


ayah (garis lelaki)
 Masyarakat matrilineal adalah susnan masyarakatnya ditarik menurut garis keturunan
ibu (garis wanita)
 Masyarakat bilateral/parental adalah susunan masyarakatnya ditarik menurut garis
keturunan orang tua, yaitu bapak dan ibu bersama-sama
Masyarakat Hukum Teritorial-Genealogis
Masyarakat Hukum Teritorial-Genealogis, adalah kesatuan masyarakat yang tetap dan
teratur dimana para anggotanya bukan saja terikat pada tempat kediaman pada suatu daerah
tertentu, tetapi juga terikat pada hubungan keturunan dalam ikatan pertalian darah dan atau
kekerabatan.
Suatu daerah dimana terdapat masyarakat yang territorial-genealogis akan berlaku
dualisme atau pluralisme hukum, yaitu hukum administrasi pemerintahan berdasarkan
perundangan, hukum adat (yang baru) berlaku bagi semua anggota kesatuan masyarakat desa
bersangkutan dan hukum adat yang tradisional bagi kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
tertentu menurut daerah asalnya masing-masing.

Masyarakat Adat Keagamaan


Di antara berbagai kesatuan masyarakat adat yang dikemukakan diatas akan terdapat
kesatuan masyarakat adat yang khususnya bersifat keagamaan di beberapa daerah tertentu.
Jadi, kesatuan masyarakat adat keagamaan menurut kepercayaan lama ada kesatuan
masyarakat yang khusus beragama Hindu, Islam, Kristen/Katolik, dan ada yang sifatnya
campuran.

Masyarakat Adat di Perantauan


Masyarakat desa adat keagamaan Sadwirama, merupakan suatu bentuk baru bagi orang-
orang Bali untuk tetap mempertahankan eksistensi adat dan agama Hindunya di daerah-daerah
perantauan. Di kalangan masyarakat adat Jawa, di daerah-daerah transmigrasi, seperti di
Lampung, dapat dikatakan tidak pernah terjadi pembentukan masyaraakat adat sendkat adat
tersendiri, disamping desa yang resmi. Masyarakat adat Jawa yang bersifat ketetanggaan itu
mudah membaur dengan penduduk setempat.

1. Kepengurusan Masyarakat Adat


Seperti yang kita lihat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dilingkungan kita, bahwa
setiap kelompok kesatuan masyarakat hukum adat atau persekutuan hukum adat, baik yang
bersifat teritorial maupun genealogis ataupun dalam bentuknya yang baru seperti organisasi
perkumpulan adat/ keagamaan, kekeluargaan di perantauan, kekaryaan daan lainnya diatur
menurut hukum adat (kebiasaan) mempunyai susunan pengurus yang menyatu dengan
kepengurusan resmi ataupun tern lainnya diatur menurut hukum adat (kebiasaan) mempunyai
susunan pengurus yang menyatu dengan kepengurusan resmi ataupun terpisah berdiri sendiri,
yang jelas tetap memiliki kepengurusan.
Kepengurusan Masyarakat Adat Teritorial

Kepengurusan masyarakat adat yang bersifat teritorial ini yang lebih menunjukkan hubungan
yang bersifat kekeluargaan dalam ketetanggaan terdapat didaerah-daerah sebagai berikut :

a. Di Aceh
Di Aceh ada suatu tempat kediaman yang disebut ”Mukim” yang dahulu dipimpin oleh
seorang Ulebalang. Mukim ini merupakan kesatuan dari beberapagampong (kampung) dan juga
mennasah (lembaga agama). Setiap gampong dipimpin oleh seorang Keuciq sebagai kepala
kampung dan imeum (imam) atauTeungku Meunasah.

b. Di Sumatra Selatan
Di Sumatra Selatan desanya disebut ”marga” sebagai merupakan kesatuan dari beberapa
dusun. Diantara marga-marga itu sebagian besar bersifat teritorial, hanya sebagian kecil saja
yang bersifat genealogis. Kepala marganya disebut Pasirah dengan gelar Pangeran atau Depati,
sedangkan kepala dusun disebut Krio atau mangku atau prowatin. Para staf pembantu disebut
”Punggawa”.

c. Di Jawa
Di Jawa dan Madura, Desa merupakan tempat kediaman yang meliputi beberapa pedukuhan.
Dukuh yang utama tempat kedudukan Kepala Desa disebut Krajan, sedangkan dukuh lainnya
terletak tidak jauh dari pusat desa. Setiap desa dikepalai oleh Kepala Desa yang dahulu dijabat
secara turun temurun yang disebut Lurah (Kuwu/ Bekel/ Petinggi) dengan beberapa staf
pembantu dalam melaksanakan kepengurusan desanya, yaitu :
• Carik, sebagai juru tulis desa
• Kami Tuwo, sebagai kepala pedukuhan
• Modin, sebagai pengurus keagamaan
• Jogoboyo, sebagai pengurus keamanan
• Bahu, Bayan dan lain sebagainya.

Kepengurusan Masyarakat Territorial Genealogis


Masyarakat adat teritorial-genealogis ini merupakan masyarakat yang jalinan hubungan
antara warganya tidak saja bersifat kekeluargaan dalam ketetanggaan, akan tetapi juga dalam
hubungan keturunan dan kekerabatan.
a. Di daerah Gayo-Alas
Masyarakat di daerah ini bersifat genealogis patrilineal

b. Di daerah Minangkabau
Masyarakat di daerah ini pada umumnya menganut agama islam yang masyarakat
adatnya bersifat genealogis matrilineal
c. Di daerah Dayak Kalimantan
Masyarakat di daerah ini terutama orang Dayak di daerah pedalaman pada umumnya
bersifat genealogis bilateral

Kepengurusan Masyarakat Adat-Keagamaan


a. Di lingkungan masyarakat kepercayaan lama
Masyarakat yang masih menganut kepercayaan lama ini ada di tanah Batak
bagian utara, di sana suatu cabang marga yang disebut “Horja” yang merupakan
persekutuan pujaan. Masyarakat Batak percaya adanya 5 dewata, yaitu :

 Batara Guru;
 Soripada;
 Mangala Bulan (Debata na Tolu);
 Mulajadi na Balon dan
 Debataasiasai. (Hilman Hadikusuma, 1992, 144)

b. Di lingkungan masyarakat Hindu Bali


Dilihat dari segi upacara adat keagamaan Hindu Bali ada 5 macam, yang disebut
Panca Yadnya yaitu:
 Manusia Yadnya yaitu meliputi siklus hidup dari masa kanak-kanak sampai
dewasa
 Pitra Yadnya yaitu meliputi upacara pemujaan kepada roh leluhur termasuk
upacara kematian dan pencucian roh
 Dewa Yadnya yaitu meliputi upacara-upacara di pura keluarga dan pura
umum
 Resi Yadnya yaitu meliputi upacara yang berkenaan dengan penahbisan
pendeta
 Buta Yadnya meliputi upacara yang ditujukan pada buta dank ala yaitu roh
yang sifatnya mengganggu

c. Di lingkungan masyarakat Kristen


Kepengurusan dan keanggotaan umat Katolik tersusun menurut jenjang
hierarkisnya sebagaimana diatur dalam Kitab Hukum Kanonik dari atas kebawah
 Sri Paus berkedudukan di Vatikan
 Kardinal adalah pembesar tertinggi gereja dan yang membantu Sri Paus
 Uskup Agung, mengepalai suatu propinsi gerejani yang besar
 Uskup diosesan, uskup yang mengepalai suatu daerah keuskupan
 Pastor, diangkat oleh Uskup sebagai kepala Paroki

d. Di lingkungan masyarakat Islam


Pengaruh hukum islam yang sifatnya nasional hanya nampak dalam pemasalahan
ibadah dan dalam pelaksanaan mu’amalah.

2. Kepengurusan Masyarakat adat Lainnya

a. Masyarakat adat di perantauan


Perpindahan masyarakat adat dari satu daerah kedaerah lain dengan berbagai alas an sudah
terjadi sejak lama, terutama alas an mata pencaharian. Perpindahan itu lebih banyak agi terjadi
setelah kemerdekaan, baik itu yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam bentuk
transmigrasi maupun atas inisiatif sendiri kaena kebutuhan hidup.

b. Masyarakat keorganisasian umum


Rakyat Indonesia sudah mengenal berbagai organisasi mdern sejak sebelum perang dunia
pertama, dimulai dari Budi Utomo, Sarekat dagang Islam, Muhammadiyah, Nahdalatul ‘Ulama
dan organisasi-organisasi yang berhaluan politik seperti Perserikatan Nasional Indonesia dan
lain sebagainya. Setelah kemerdekaan organisasi-organisasi tersebut kemudian semakin maju
dan berkembang baik dilingkungan instansi pemerintah maupun swasta.

c. Masyarakat keturunan Cina


Masyarakat adat keturunan Cina di zaman Hindia Belanda kependudukannya digolongkan
dalam golongan Timur Asing, terhadap mereka berdasarkan pasal 131 ayat 2 b IS berlaku
hukum adatnya masing-masing. Orang-orang Cina tersebut memasuki Indonesia sebagai
Imigran, terutama dari sukuHokkien dari profinsi Fu Kien Cina Selatan.
Sistem kekerabatan masyarakat Cina bersifat patrilinial dan virilokal, yang terdiri dari
keluarga orangtua dengan anak lelaki sulung yang telah berkeluarga atau juga bersama adik-
adiknya pria dan wanita yang belum juga berkeluarga atau berkeluarga.
C.Unsur – Unsur Masyarakat Hukum Adat

 Hidup bersama.
 Memiliki aturan.
 Menghasilkan Kebudayaan.
 Adanya tingkah laku seseorang.
 Adanya dimensi waktu.
 Diikuti oleh orang lain / masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
Sejak awal manusia diciptakan telah dikarunia akal, pikiran dan prilaku yang ketiga hal ini
mendorong timbulnya kebiasaan pribadi , dan apabila kebiasaan ini ditiru oleh orang lain, maka
ia akan menjadi kebiasaan orang itu dan seterusnya sampai kebiaasaan itu menjadi adat, jadi
adat adalah kebiasaan masyarakat yang harus dilaksanakan oleh masyarakat yang
bersangkutan. Masyarakat Indonesia memiliki kedinamikaan suku adat, yang pada prinsipnya
hanya ada satu tujuan yakni membangun dan mempertahankan negara Republik Indonesia.
Kedinamikaan suku merupakan kepribadian bangsa Indonesia, kepribadian ini adalah hukum
adat yang ditransformkan menjadi hukum nasioanal dan dicantumkan dalam UUD 1945.
DAFTAR PUSTAKA
- Prof.H. Hadikusuma,Hilman.SH Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia (Mandar maju )
- Prof. Muhammad,Bushar.SH Asas-asas Hukum Adat Suatu Pengantar (Pradnya paramita)

Anda mungkin juga menyukai