Anda di halaman 1dari 18

NAMA KELOMPOK :

Michelle setiawan/81921912
Dewi Ayu Merle/81921853
I Gede Eka Sanjaya/81921896
I Made Dion Devano Putra Tirta/81921863
Mutiara Rahmadani/81921892
Kania Putri A.B/81921848
I Putu Krisna Aditya/81921828
Ni Putu Cahyani Dewi Antari/81921883
I Made Doni Kusuma Raharja Putra/81921933
Ni Putu Ayu Asri Meila Wati/81921886
Ni Kadek Candra Nanda Devi/81921862
I Nyoman Arya Yoga Kusuma/81921851
Abe Pramuda Wardana Sudarta/81921858
PENGERTIAN HUKUM ADAT

Definisi dari hukum adat sendiri adalah suatu hukum


yang hidup karena dia menjelmakan perasaan hukum
yang nyata dari rakyat sesuai dengan fitrahnya sendiri,
hukum adat terus menerus dalam keadaan tumbuh dan
berkembang seperti hidup itu sendiri.
SEJARAH PENEMUAN HUKUM ADAT

Hukum adat dieksplorasi secara ilmiah pertama kali dilakukan oleh William
Marsden (1783), orang Irlandia yang melakukan penelitian di Bengkulu, semasa
dikuasai Inggris, kemudian diikuti oleh Muntinghe, Raffles. Namun kajian secara
sistimatis dilakukan oleh Snouck Hourgronye, yang pertama kali menggunakan
istilah “adatrecht” (hukum adat), dan ia sebagai peletak teori Receptie, ia
memandang hukum adat identik dengan hukum kebiasaan. Istilah Hukum Adat atau
adatrecht pertama kali digunakan pada tahun 1906, ketika Snouck Hurgronye
menggunakan istilah ini untuk menunjukkan bentuk-bentuk adat yang mempunyai
konsekwensi hukum.
CIRI-CIRI HUKUM ADAT

1.Bercorak Relegiues- Magis :


Menurut kepercayaan tradisionil Indonesia, tiap-tiap masyarakat diliputi oleh
kekuatan gaib yang harus dipelihara agar masyarakat itu tetap aman tentram
bahagia dan lain-lain.
2. Bercorak Komunal atau Kemasyarakatan
Artinya bahwa kehidupan manusia selalu dilihat dalam wujud kelompok, sebagai
satu kesatuan yang utuh. Individu satu dengan yang lainnya tidak dapat hidup
sendiri, manusia adalah makluk sosial, manusia selalu hidup bermasyarakatan,
kepentingan bersama lebih diutamakan dari pada kepentingan perseorangan.
3. Bercorak DemokrasiBahwa segala sesuatu selalu diselesaikan dengan rasa
kebersamaan, kepentingan bersama lebih diutamakan dari pada kepentingan-
kepentingan pribadi sesuai dengan asas permusyawaratan dan perwakilan sebagai
system pemerintahan.
4 Bercorak Kontan

Pemindahan atau peralihan hak dan kewajiban harus dilakukan pada saat yang
bersamaan yaitu peristiwa penyerahan dan penerimaan harus dilakukan secara
serentak, ini dimaksudkan agar menjaga keseimbangan didalam pergaulan
bermasyarakat.
5.Bercorak Konkrit
Artinya adanya tanda yang kelihatan yaitu tiap-tiap perbuatan atau keinginan dalam
setiap hubungan-hubungan hukum tertentu harus dinyatakan dengan benda-benda
yang berwujud. Tidak ada janji yang dibayar dengan janji, semuanya harus disertai
tindakan nyata, tidak ada saling mencurigai satu dengan yang lainnya.
SUMBER-SUMBER HUKUM ADAT

1. Kebiasaan atau adat kebiasaan


Sumber ini merupakan bagian yang paling besar yang timbul dan tumbuh dalam masyarakat
yang berupa norma-norma aturan tingkah laku yang sudah ada sejak dahulu. Adat kebiasaan
ini meskipun tidak tertulis tetapi selalu dihormati dan ditaati oleh warga masyarakat, sebagai
aturan hidup manusia dalam hubungannya dengan manusia lain.
2.Keputusan para petugas hukum
Hukum adat juga dapat diketahui dari berbagai macam keputusan para petugas hukum
adat, seperti Kepala Adat, Kepala Suku, Hakim Adat, rapat Desa (rembug Desa) dan
sebagainya.
3. Hukum Islam
Norma hukum islam atau yang lebih dikenal dengan istilah Hukum FIQH, juga
merupakan sumber hukum adat, terutama mengenai ajaran hukum Islam yang sudah
meresap dalam kesadaran hukum masyarakat yang sebagian besar beragama Islam.
Misalnya mengenai perkawinan, warisan, wakaf dsb.
.
4.Piagam Raja-raja dan kitab Hukum Adat
Hukum Adat Indonesia sekarang ini ada juga yang bersumber pada hukum tertulis dalam
Piagam dan Pranatan Raja-raja dahulu seperti : Pranatan Bekel dari Kraton Yogyakarta,
Angger-angger Arubiru dari Surakarta, kitab hukum kertagama dari Majapahit, kitab hukum
Kutaramanawa dari Bali dsb.
5.Peraturan-peraturan Perkumpulan Adat
Beberapa perhimpunan yang dibentuk oleh masyarakat juga sering membuat ketentuan-
ketentuan yang mengikat para anggotanya, awig-awig untuk para anggota perkumpulan
pengairan/subak di Bali, Perkumpulan kematian, Perkumpulan arisan dsb.
6.Buku-buku standart mengenai hukum adat
Buku-buku mengenai hukum adat, terutama yang merupakan hasil penelitian dan
pengamatan para sarjana hukum adat yang terkenal, merupakan sumber adat yang penting,
terutama bagi para pelajar dan mahasiswa yang sedang mempelajari hukum adat, .
ASAS-ASAS HUKUM ADAT

ü Asas Hukum Perorangan


ü Asas Hukum Kekeluargaan
ü Asas Hukum Perkawinan
ü Asas Hukum Adat Waris
ü Asas Hukum Tanah
ü Asas Hukum Hutang Piutang
ü Asas Hukum Adat Delik
SISTEM HUKUM ADAT

Sistem hukum adat pada dasarnya bersendikan pada


alam fikiran bangsa Indonesia yang tidak sama
dengan alam pikiran masyarakat Barat.
Oleh karena itu sistem hukum adat dan sistem hukum Barat terdapat beberapa perbedaan
diantaranya :
Hukum Barat
Hukum Adat
■ Mengenal hak suatu barang dan hak orang seorang atas sesuatu objek yang hanya berlaku
terhadap sesuatu orang lain yang tertentu
■ Tidak mengenal dua pembagian hak tersebut, perlindungan hak
■ ditangan hakim
■ Mengenal Hukum Umum dan Hukum Privat
■ Berlainan daripada batas antara lapangan public dan lapangan privat pada Hukum Barat
■ Ada Hakim Pidana dan Hakim Perdata
■ Pembetulan hukum kembali kepada hakim (kepala adat) dan upaya adat (adat reaksi)
CORAK DAN SIFAT HUKUM ADAT

Corak Hukum Adat


Hukum adat sebagai hasil budaya bangsa Indonesia bersendi
pada dasar pikiran dan kebudayaan Barat, dan oleh karena itu
untuk dapat memahami hukum adat kita harus dapat menyelami
dasar alam pikiran yang hidup pada masyarakat Indonesia.
Hukum adat yang bersendi pada alam pikiran Indonesia itu mempunyai corak yang khusus, yaitu :
■ Corak Komunal (communal)
Corak komunal atau kebersamaan terlihat apabila warga desa melakukan kerja bakti ataugugur gunung,
Nampak sekali adanya kebiasaan hidup bergotong-royong, tolong-menolong atau saling bantu-
membantu. Rasa solidaritas yang tinggi menyebabkan orang selalu lebih mengutamakan kepentingan
umum daripada diri sendiri.
■ Corak Religio Magis (magisch-religieus)
Corak religio magis terlihat jelas sekali pada upacara-upacara adat dimana lazimnya diadakan sesajen-
sesajen yang ditujukan kepada roh-roh leluhur yang ingin diminta restu serta bantuannya. Juga
selamatan pada setiap kali menghadapi peristiwa penting, seperti : kelahiran, khitanan, perkawinan,
kematian, mendirikan rumah, pindah rumah, dan sebagainya.
■ Corak Konkrit (concreeto)
Corak konkrit, tergambar dalam kehidupan masyarakat bahwa : pikiran penataan serba konkrit dalam
realitas kehidupan sehari-hari menyebabkan satunya kata dengan perbuatan (perbuatan itu betul-betul
merupakan realitasi dari perkataannya).
■ Corak Visual
Corak visual atau kelihatan menyebabkan dalam kehidupan sehari-hari adanya pemberian tanda-tanda
yang kelihatan sebagaibukti penegasan atau peneguhan dari apa yang telah dilakukan atau dalam
waktu dekat akan dilakukan
Sifat Hukum Adat
■ Dr. Holleman, dalam pidato inaugurasinya yang berjudul De Commune trek in Indonesische
rechtsieven, menyimpulkan adanya empat sifat umum hukum adat Indonesia, yang hendaknya
dipandang juga sebagai suatu kesatuan. yaitu sifat religio-magis., sifat komunal, sifat contant dan
sifat konkret. "Religio-magis" itu sebenarnya adalah pembulatan atau perpaduan kata yang
mengandung unsur beberapa sifat atau cara berpikir seperti prelogis, animisme, pantangan, ilmu
gaib, dan lain-lain.
■ F. D. Hollemen juga memberikan uraian yang menjelaskan tentang sifat-sifat Hukum Adat yaitu :
a. Sifat Commune, kepentingan indibvidu dalam hukum selalu diimbangi dengan kepentingan umum.
b. Sifat Concreet, yang menjadi objek dalam hukum adat itu harus konkret atau harus jelas
c. Sifat Constant, penyerahan masalah transaksi harus dilakukan dengan konstan
d. Sifat Magisch, hukum adat mengandung hal-hal yang gaib yang apabila dilanggar akan menimbulkan
bencana terhadap masyarakat.
LINGKUNGAN DAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

Prof. Mr. Cornelis van Vollenhoven membagi Indonesia menjadi


19 lingkungan Hukum adat (rechtsringen). Satu daerah yang garis-
garis besar, corak dan sifat hukum adatnya seragam disebutnya
sebagai rechtskring. Setiap lingkungan hukum adat tersebut di bagi
lagi dalam beberapa bagian yang disebut Kukuban Hukum
(Rechtsgouw).
Masyarakat Hukum Adat
Susunan masyarakat hukum Indonesia dalam garis besarnya dapat dibedakan
dalam empat system, yaitu :
1. Masyarakat hukum yang Genealogis (tunggal Darah), ialah suatu masyarakat
hukum yang anggota-anggotanya merasa bersatu karena adanya persamaan asal-
usul keturunan atau nenek moyangnya.
■ Masyarakat genealogis ini dapat dibedakan dalam :
■ a.Masyarakat Patrilineal, yaitu yang pertalian kekeluargaannya dilacak dari garis
keturunan laki-laki; misalnya : Marga di Batak.
■ b.Masyarakat Matrilineal, yaitu yang pertalian kekeluargaannya dilacak dari
garis keturunan perempuan, misalnya Paruik di Minangkabau.
■ c. Masyarakat Parental, yaitu yang pertalian kekeluargaannya dilacak dari garis
keturunan laki-laki dan perempuan (kedua orang tuanya) seperti : Pandam di
Dayak (Kalimantan Tengah).
■ Masyarakat dalam susunan Patrilineal dan Matrilineal termasuk dalam susunan
yang Unilateral/ satu Garis, sedangkan yang Parental termasuk susunan yang
Bilateral (Dua garis)
2. Masyarakat hukum territorial (tunggal daerah), ialah masyarakat hukum yang anggota-
anggotanya mewrasa bersatu karena bersama-sama menempati suatu dearah tertentu. Masyarakat
yang semacam ini biasanya disebut masyarakat Desa, yang mempunyai bentuk bermacam-macam,
Antara lain :
■ a. Desa Kesatan atau Persekutuan Desa, yaitu suatu tempat tinggal bersama yang merupakan
pusat dimana warga desa bersama-sama tinggal dalam wilayahnya sendiri. Misalnya : Desa di
Jawa dan Bali.
■ b. Desa Serikat atau Persekutuan wilayah, yaitu suatu tempat tinggal yang terdiri dari beberapa
pusat yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi bersama-sama merupakan bagian yang
tercakup dalam suatu masyarakat territorial yang lebih besar. Misalnya : Kuria dengan huta-
hutanya di Mandailing, Marga dengan dusun-dusunnya di Sumatra Selatan.
■ c. Perserikatan Desa-desa (Dorpen bond), ialah perserikatan beberapa desa yang berdiri sendiri
dengan tujuan menyelenggarakan kepentingan bersama. Misalnya : Perserikatan Desa di Bali
dalam mengatur masalah pengairan sawah-sawah dan sebagainya.
3. Masyarakat hokum yang merupakan campuran dari keduasistem diatas; jadi mempunyai bentuk
genealogis tetapi juga territorial, misalnya : Marga di Tapanuli yang menempati suatu daerah
tertentu Nagari di Minagkabau yang di dalamnya terdapat Paruik-paruik dan Jurai yang genealogis,
Kurai dan Huta-hutanya di Batak,Dusun di daerah Rejang (Bengkulu) dan sebagainya.
4. Masyarakat hokum yang bedasarkan pemufakatan, ialah suatu masyarakat hukum adat yang
terjadi karena adanya kehendak bersama dari para anggotanya untuk menyelenggarakan
kepentingan bersama./ misalnya Subak di Bali, Darma Tirta di Jawa dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai