Anda di halaman 1dari 6

SISTEM HUKUM ADAT

Oleh :

Bagus Wahyu Rahmanto (105120401121009)


M. Didik Rahadian (105120403121004)
I Nyoman Raditya (105120401121024)
Wahyu Deni Pratama (105120401121020)

Ilmu Hubungan Internasional (Eng)


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univerditas Brawijaya
Malang
2011
Sistem Hukum Adat di Indonesia

Abstrak

Indonesia mempunyai beragam suku dan budaya dan terdapat sebuah hukum didalamnya. Hukum
adat di Indonesia sangat beragam, hampir setiap etnis, suku maupun sebuah kebudayaan
mempunyai hum sendiri. Hukum tersebut tidak tertilis, melainkan dipertahankan secara turun
temurun, dan sudah menjadi sebuah kebiasaan dalam keseharian masyarakatnya. Ada hal yang
berbeda antara sistem hukum adat dan sistem hukum yang lain, yaitu pada penegak hukum. Dalam
sistem hukum adat penegak hukum merupakan seorang yang paling disegani, berpengaruh, dan
berjasa dalam menjaga dan menyejahterakan masyarakatnya. Dalam mempelajari hukum adat maka
kita memerlukan mempelajari corak hukum adat itu sendiri untuk dapat mempelajarinya lebih
dalam. Menurut Hilman ada 8 corak dalam sisitem hukum adat di indonesia, yaitu tradisional,
keagamaan/religio magis, keberasmaan/komunal, kongkrit dan visual, terbuka dan sederhana, dapat
berubah menyesuaikan keadaan, tidak dikodifikasi, dan musyawarah mufakat.

Pendahuluan kebiasaan itu akan dibawa dalam


bermasyarakat dan negara.
Sistem hukum adat merupakan salah satu
sistem hukum yang ada di indonesia, tetapi Kepribadian bangsa kita dapat dilihat dari
sejauh ini belum nampak keberadaan sistem keanekaragaman suku bangsa di negara ini
hukum adat itu sendiri. Hal itu dikarenakan yang ada pada Lambang negara kita Garuda
sistem yang dianut oleh bangsa kita sangat Pancasila dengan slogannya “Bhineka Tunggal
beraneka ragam dan sistem hukum adat Ika” (Berbeda – Beda tetapi tetap satu jua).
hanya terdapat pada masyarakat tradisional, Dengan mempelajari hukum adat di Indonesia
sehingga untuk lebih mendalaminya kita perlu maka kita akan mendapatkan wawasan
terjun langsung kemasyarakatnya. Walaupun berbagai macam budaya hukum Indonesia,
begitu hampir semua warga indonesia dan sekaligus kita dapat ketahui hukum adat
menganut sistem hukum adat, karena hampir yang mana ternyata tidak sesuai lagi dengan
semua warga indonesia hidup dalam sebuah perkembangan zaman, dan hukum adat yang
adat ataupun kebudayaan setempat. Artikel mana dapat di konkordasikan dan
ini akan mengulas mengenai hukum adat diperlakukan sebagai hukum nasional.
tersebut, mulai dari definisi, bentuk-
Berkat hasil penelitian Prof. Mr. C.
bentuknya, sejak kapan hukum adat itu
Vollenhoven di Indonesia yang membuktikan
berlaku, unsur-unsurnya, hingga corak yang
bahwa bangsa Indonesia mempunyai hukum
ada didalamnya.
pribadi asli, dan dengan demikian bangsa
Definisi dari Hukum Adat menurut Prof. H.
Indonesia semenjak tanggal 17 Agustus 1945
Hilman Hadikusuma adalah aturan kebiasaan
melalui undang – undang dasarnya dapat
manusia dalam hidup bermasyarakat.
mewujudkan tata hukum Indonesia. Sifat dari
Kehidupan manusia berawal dari berkeluarga
hukum adat memiliki unsur elasitas, flesible,
dan mereka telah mengatur dirinya dan
dan Inovasi, ini dikarenakan hukum adat
anggotanya menurut kebiasaan, dan
bukan merupakan tipe hukum yang
dikodifikasi (dibukukan). Istilah Hukum adat - Pasal 25 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004
Indonesia pertama kali disebutkan dalam
Pendapat lain terkait bentuk dari hukum adat,
buku Journal Of The Indian Archipelago
selain hukum tidak tertulis, ada juga hukum
karangan James Richardson Tahun 1850.
tertulis. Hukum tertulis ini secara lebih detail
terdiri dari hukum adat yang tercatat
(beschreven), seperti yang dituliskan oleh
Pembahasan para penulis sarjana hukum yang cukup
terkenal di Indonesia, dan hukum adat yang
Hukum adat merupakan salah sistem hukum
didokumentasikan (gedocumenteerch) seperti
yang berlaku di Indonesia.Melihat
dokumentasi awig-awig di Bali.
keberagaman masyarakat indonesia dengan
berbagai macam kebudayaan dan aturan yang Istilah Hukum Adat pertama kali
mengatur budaya itu sendiri, maka dapat diperkenalkan secara ilmiah oleh Prof. Dr. C
dipastikan bahwa sistem hukum adat ini Snouck Hurgronje, Kemudian pada tahun
dianut oleh hampir setiap masyarakat 1893, Prof. Dr. C. Snouck Hurgronje dalam
Indonesia. Sistem hukum adat itu sendiri bukunya yang berjudul "De Atjehers"
merupakan sistem hukum yang tidak tertulis menyebutkan istilah hukum adat sebagai
dan dipertahankan atas kesadaran hukum "adat recht" (bahasa Belanda) yaitu untuk
masyarakatnya. Oleh karenanya sistem memberi nama pada satu sistem
hukum adat itu terus menyesuaikan dengan pengendalian sosial (social control) yang
perkembangan masyarakatnya itu sendiri. hidup dalam Masyarakat Indonesia. Istilah ini
kemudian dikembangkan secara ilmiah oleh
Hukum Adat di Indonesia
Cornelis van Vollenhoven yang dikenal
Hukum adat itu sendiri ada sejak jaman sebagai pakar Hukum Adat di Hindia Belanda
Hindia-Belanda, lalu masa pendudukan Jepang (sebelum menjadi Indonesia).
hingga sekarang ini. Berikut dasar perundang-
Di Indonesia sekarang ini dapat dibagi menjadi
undangan Dasar hukum adat di Indonesia:
beberapa lingkungan atau lingkaran adat
A. Masa Hindia Belanda (Adatrechtkringen). Seorang pakar Belanda,
Cornelis van Vollenhoven adalah yang
- Pasal 131 ayat (2) Indische Staatregeling pertama mencanangkan gagasan seperti ini.
B. Masa Penjajahan Jepang Menurutnya daerah di Nusantara menurut
hukum adat bisa dibagi menjadi 23 lingkungan
- UU No 1 Tahun 1942 adat berikut:
C. Masa Pasca Kemerdekaan
Aceh, Gayo dan Batak, Nias dan sekitarnya.
- Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 Minangkabau, Mentawai, Sumatra Selatan,
Enggano, Melayu, Bangka dan Belitung,
- Pasal 104 ayat (1) UUDS 1950 Kalimantan (Dayak), Sangihe-Talaud,
Gorontalo, Toraja, Sulawesi Selatan
- Pasal 17 ayat (2) UU No 19 Tahun 1964 (Bugis/Makassar), Maluku Utara, Maluku
Ambon, Maluku Tenggara, Papua, Nusa
- Pasal 23 ayat (1) & Pasal 27 ayat (1) UU
Tenggara dan Timor, Bali dan Lombok, Jawa
No. 14 Th 1970
dan Madura (Jawa Pesisiran), Jawa
- UU No 22 Tahun 1999 jo UU No 32 Tahun Mataraman, Jawa Barat (Sunda).
2004
Penegak Hukum Adat
Ada perbedaan antara hukum adat dan sistem untuk melangsungkan fungsi dan
hukum lainnya dalam hal seseorang yang kelangsungan masyarakat. [M.Koesnoe]
berhak mengadili dalam sebuah perkara. Hal yang disampaikan M. Koesnoe berarti
Sistem hukum konvensional mempunyai bahwa setiap individu mempunyai rasa
hakim sebagai penegak hukum. Sedangkan kebersamaan yang tinggi dan rasa saling
hukum adat menggunakan pemimpin terikat satu sama lain. Dengan adanya rasa
setempat untuk menegakan hukum di tersebut setiap individu selalu
wilayahnya. Pemimpin tersebut merupakan mengutamakan kepentingan bersama dan
orang yang sangat disegani dan mempunyai kepentingan mereka sendiri selalu dibangun
pengaruh yang besar untuk menjaga dari kepentingan masyarakatnya.
keutuhan dan kesejahteraan masyarakatnya. Corak kebersamaan ini dapat dilihat pada
Biasanya pemimpin itu adalah ketua adat, acara:
dukun, kepala desa, dll.  Acara “gugur gunung” [Soerojo 1979]
 Semangat kekeluargaan, gotong-royong,
Corak Hukum Adat tolongmenolong
 Pasal 33 (1) UUD 1945 [Hilman1992] :
Untuk mempelajari sistem hukum adat secara
Perekonomian disusun sebagai usaha
mendalam maka kita harus mempelajari corak
bersama berdasar atas asas kekeluargaan
hukum adat itu sendiri. Menurut Hilman
Penjelasan:
(1992) terdapat 8 corak dalam sistem hukum
Dalam pasal 33 tercantum dasar
adat, antara lain:
demokrasi ekonomi, ekonomi dikerjakan
1. Tradisional oleh semua untuk semua di bawah
pimpinan atau penilikan anggota-anggota
Tradisional berarti sistem hukum adat itu masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah
diturunkan secara turun-temurun dari zaman yang diutamakan, bukan
nenek moyang hingga sekarang. Sistem kemakmuran orang-perorang. Sebab itu,
hukum tersebut masih berlaku dan perekonomian disusun sebagai usaha
dipertahankan oleh masyarakat yang bersama berdasar atas asas
bersangkutan. (Hilman 1992) kekeluargaan. Bangun perusahaan yang
sesuai dengan itu adalah koperasi.
2. Keagamaan/Religio Magis
4. Kongkrit dan Visual
Perilaku hukum atau kaidah hukum yang ada
berkaitan dengan kepercayaan terhadap hal- Kongkrit bersifat jelas, nyata, dan berwujud.
hal ghaib / magis (animisme- Selain itu menurut Soerojo (1979) kongkrit
dinamisme;kepercayaan terhadap roh-roh merupakan perkataan dan perbuatan, dimana
halus dan roh-roh nenek moyang; perbuatan itu merupakan realisasi ari sebuah
kepercayaan terhadap Tuhan). Hal tersebut perkataan. Contoh yang dapat dilihat pada
dapat dilihat pada adanya upacara-upacara sistem jual beli di masyarakat, dimana mereka
adat yang saling bertemu secara langsung dan
lazimnya diadakan sesajen-sesajen yang bertransaksi di tempat itu secara terang-
ditujukan pada roh-roh leluhur yang terangan, dimana terjadi sebuah kesepakatan
ingindiminta restu / pertolongan [Soerojo (perkataan), lalu terjadi proses pembayaran
1979]. (Perbuatan).
3. Kebersamaan/Komunal Visual berarti dapat dilihat, tampak, terbuka,
dan tidak tersembunyi. Soerojo (1979)
Dalam konsep pemikiran hukum adat, individu menyebutkan bahwa visual merupakan
dipandang sebagai bagian yang tidak pemberian sebuah tanda yang kelihatan untuk
terpisahkan dari masyarakat, dan fungsi dari bukti penegasan atau peneguhan atas apa
masing-masing individu adalah dipandang yang akan terjadi atau telah terjadi. Contoh
adalah dimana saat kita memberikan
jaminanbaik dalm bentuk barang maupun adat merupakan hukum yang tidak tertulis,
uang atas sesuatu yang telah kita beli, dimana semua masyarakatnya melakukanya secara
kita tidak dapat memebelinya secara tunai sadar dan seponta. Mereka dapat menjadikan
saat itu (panjer). itu sebuah hukum walaupun tidak ada sebuah
peraturan yang tertulis, karena hukum
5. Terbuka dan Sederhana tersebut mereka dapat secara turun temurun,
dan sudah menjadi kebiasaan bagi mereka
Terbuka berarti selalu menerima unsur-unsur dalam kehidupan sehari-hari.
dari luar, namun yang sesuai atau yang telah
disesuaikan dengan jiwa hukum adat itu 8. Musyawarah Mufakat
sendiri. Artinya hukum adat selalu menerima
unsur-unsur dari luar baik berupa kebudayaan Biasanya masyarakat selalu melakukannya
ataupun sebuah aturan itu sendiri, tapi diasaat akan memulai sebuah pekerjaan
dengan catatan unsur itu sesuai dengan jiwa maupun sudah selesai mengerjakannya. Hal
hukum mereka. Suatu unsur yang berbeda- tersebut dilakukan untuk mempererat
pun dapat diterima tetapi membutuhkan hubungan diantara mereka. Musyawarah
sebuah proses dan mungkin memakan waktu biasanya juga dilakukan apabila ada sebuah
yang cukup lama sehingga masyarakatnya perselisihan ataupun sengketa, dimana
benar-benar mampu menerimanya. musyawarah merupakan media yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
Sederhana berarti tidak rumit, tidak banyak sedang terjadi dengan asas kerukunan dan
administratif, kebanyakan tidak tertulis, tentunya dengan saling memaafkan
mudah dimengerti, dan dilaksanakan (M.Koesnoe).
berdasarkan rasa saling percaya (Hilman
1992). Apa yang disampaikan oleh Hilman,
bahwa hukum adat tidak menyukai sesuatu
yang rumit seperti masyarakatnya sendiri, Penutup
mereka cenderung menyukai sesuatu yang
praktis dan cenderung instan. Tentu hal ini Sistem hukum adat di Indonesia sangat
menimbulakn dampak posotif maupun beragam, dengan keberagaman tersebut
negatif, tapi mereka melaksanakannya makin membuat kaya kebudayaan indonesia.
dengan rasa saling mempercayai satu sama Akan tetapi sistem hukum adat di Indonesia
lain, sehingga dapat meminimalisir rasa curiga mendapat tantangan dari unsur-unsur
diantara mereka yang dapat menimbulkan kebudayaan lain. Memang sistem hukum adat
sesuatu yang tidak baik. selalu berubah menyesuaikan keadaan, akan
tetapi sistem hukum adat itu dikhawatirkan
6. Dapat Berubah Sesuai Keadaan lama-kelamaan akan kehilangan identitasnya.
Diluar hal tersebut, Sistem hukum adat
Hukum adat terus-menerus dalam keadaan memang unik. Sistem hukum ini mempunyai
tumbuh berkembang seperti hidup itu sendiri beberapa perbedaan dibandingkan dengan
(Soepomo 1996). Artinya hukum adat sisitem hukum yang lain. Mulai dari
merupakan hukum yang dinamis dan tidak bentuknya yang menyesuaikan dengan
statis. Hukum adat akan terus ada dan kebudayaan masyarakatnya, lalu penegak
berkembang selama masyarakatnya masih hukum yang dipilih berdasarkan jassanya
hidup. Masyarakat tersebut akan terus terhadap masyarakat dan bukan berdasarkan
menyesuaikan hukum adat mereka sesuai intelektual. Dan yang paling mengejutkan
dengan keadaan yang ada. ternyata sistem hukum adat sudah ada sejak
zaman kollonial belanda.
7. Tidak Dikodifikasi
Dari materi yang telah diuraikan di atas,
Artinya hukum adat sebagian besar tidak diharapkan memperdalam pengetahuan kita
tertulis (Non Statutair). Sebagian besar hukum mengenai sistem hukum adat. Dengan
mempelajarinya diharapkan kita makin
mencintai keberagaman yang ada di negara
kita, sehingga kita juga dapat menjaganya.
Semoga apa yang telah dibahas bermanfaat
bagi kita semua.

Daftar Pustaka

1. Hilman hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum


Adat, 1992
2. M. Koesnoe, Catatan-Catatan tentang
Hukum Adat Dewasa Ini
3. -----------, Hukum Adat Sebagai Suatu Model
Hukum
4. Soepomo, Bab-Bab tentang Hukum Adat,
1996
5. Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan
Asas-Asas Hukum Adat, 1979
6. Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia,
1981

Anda mungkin juga menyukai