Hazairin mendefinisikan Hukum Adat sebagai suatu endapan atau renapan dari
kesusilaan. Kaidah adat itu merupakan kaidah kesusilaan yang telah diakui
kebenarannya oleh masyarakat umum.
Sistem hukum adat dan hukum kebiasaan mempunyai konsep yang berlainan.
Perbedaan antara keduanya dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
Dari segi bentuk: Dari segi Asal Usul:
a. Hukum adat: a. Hukum adat: merupakan hukum asli
sebagian besar tidak Indonesia yang berasal dari tradisi dan
agama nenek moyang Indonesia sepanjang
tertulis dan ada sejarah yang diwariskan secara turun
sebagian kecil yang temurun kepada generasi-generasi
tertulis. berikutnya.
b. Hukum kebiasaan: b. Hukum kebiasaan: merupakan hukum asli
tidak tertulis. Indonesia yang diresepsi dari hukum asing
dan menjadi hukum Indonesia asli.
HUKUM ADAT
Sejarah Politik Hukum Adat
2. Asas Teritorial
Asas tertorial, yaitu asas yang terikat pada suatu daerah tertentu, merupakan
faktor yang mempunyai peranan yang terpenting dalam tiap timbulnya
persekutuan hukum.
Persekutuan Hukum Adat &
Lingkaran Hukum Adat
1. Persekutuan Desa
3 jenis persekutuan
hukum teritorial
2. Persekutuan Daerah
3. Perserikatan
Persekutuan Hukum Adat &
Lingkaran Hukum Adat
Kesimpulan hasil penelitian Van Vollenhoven dan ter Haar terhadap tata susunan
persekutuan hukum di Indonesia adalah:
1) segala persekutuan hukum dipimpin oleh kepala rakyat;
2) sifat dan susunan pimpinan erat hubungannya dengan sifat dan susunan tiap-tiap jenis
persekutuan yang bersangkutan.
Ada tiga jenis masyarakat hukum adat yang strukturnya bersifat teritorial:
1) Masyarakat hukum desa
2) Masyarakat hukum wilayah (persekutuan desa)
3) Masyarakat hukum serikat desa (perserikatan desa)
Persekutuan Hukum Adat &
Lingkaran Hukum Adat
Diantara tiga jenis masyarakat hukum adat yang teritorial yang disebut diatas tadi, maka
yang merupakan pusat pergaulan sehari-hari adalah desa, huta dan dusun.
Segala aktivitas masyarakat hukum desa dipusatkan dalam tangan kepala desa, yang
menjadi bapak masyarakat desa dan yang dianggap mengetahui segala peraturan-perataran
adat dan hukum adat masyarakat hukum adat yang dipimpinnya itu - oleh sebab itu kepala
desa adalah juga kepala adat (adathoofd).
Aktivitas kepala adat umumnya dapat dibagi dalam tiga bidang, yaitu:
1) urusan tanah;
2) penyelenggaraaa tata-tertib sosial dan tatatertib hukum supaya kehidupan dalam
masyarakat hukum desa berjalan sebagai mestinya, supaya mencegah adanya
pelanggaran hukum (preventif);
3) usaha yang tergolong dalam penyelenggaraan hukum untuk mengembalikan
(memulihkan) tata tertib sosial dan tata tertib hukum serta keseimbangan (tevenwich)
menurut ukuran-ukuran yang bersumber pada pandangan yang religio-magis (represif).
Sistem Perkawinan
Reaksi-reaksi Adat
Reaksi-reaksi adat sebagai koreksi terhadap pelanggaran hukum adat di Indonesia
di berbagai lingkaran hukum yaitu :
a) penggantian kerugian "immateriil” dalam berbagai rupa seperti paksaan
menikahi gadis yang telah dicemarkan
b) bayaran “uang adat” kepada orang-orang yang terkena berupa benda yang
sakti sebagai pengganti kerugian rohani
c) penutup malu, permintaan maaf.
Peranan Hukum Adat
Pada masa sekarang ini hukum adat sudah tercakup dalam sistem hukum nasional
diantaranya dapat dilihat pada beberapa peraturan perundang-undangan, seperti :
UU Darurat No. 1 Tahun 1955 tentang Penyamaan Peradilan di Indonesia,
menjadikan peradilan adat dihapuskan dan proses peradilan diserahkan kepada
pengadilan negeri.
Hukum adat juga diakui dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang UU Pokok Agraria,
Pasal 5 yang menyatakan bahwa hukum agraria nasional itu didasarkan pada
hukum adat.
Konsep hukum adat juga ada yang digunakan secara internasional, diantaranya
adalah konsep bagi hasil (production sharing) atau kontrak karya dan asas
pemisahan horizontal.
SEKIAN &
TERIMA
KASIH