A. Kasus Posisi
Kasus ini berawal dari aktivitas konsumen bernama Mustolih yang melakukan
transaksi barang di gerai Alfamart. Pada saat pengembalian uang, Kasir Alfamart
menawarkan uang tersebut untuk didonasikan. Mustolih akhirnya menyetujui uang
kembaliannya didonasikan, dan hal serupa terus terjadi kepada konsumen lainnya.
Mustolih sebagai konsumen ingin mengetahui informasi mengenai penggunaan dari donasi
yang telah diberikannya, kepada siapa diberikan dan laporannya. Mustolih kemudian
menyurati Direktur Utama PT. Sumber Alfarian Trijaya Tbk (Alfamart) meminta
transparansi penyaluran dana donasi. Namun, balasan yang didapat oleh Mustolih pada
intinya berisikan tentang penolakan dari Alfamart untuk mengabulkan permintaan
transparansi penyaluran donasi tersebut. Mustolih selanjutnya mengirimkan surat balasan
ke Alfamart, namun dari pihak Alfamart tidak memberikan balasan. Berangkat dari
pengalaman itu, Mustolih membawa persoalan ini ke Komisi Informasi Pusat (KIP).
Dalam putusannya, KIP memerintahkan Alfamart memberikan data-data yang diminta
oleh Mustolih. Ada 11 data yang diminta Mustolih untuk dibuka dan dikabulkan KIP yaitu
surat keputusan tim yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pengumpulan donasi,
proposal izin pengajuan penyelenggaraan kegiatan pengumpulan donasi, standar
operasional prosedur pelaksanaan kegiatan, legalitas izin pengumpulan donasi, anggaran
dasar, laporan keuangan pengumpulan donasi, jumlah dan nama-nama penerima manfaat,
MoU dan kontrak kerja sama antara Alfamart dengan yayasan, laporan keuangan
penyaluran donasi, dan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan pengumpulan
donasi. Putusan KIP tidak serta merta inkracht, para pihak dapat mengajukan keberatan
terhadap putusan KIP kepada Pengadilan Negeri. Alfamart merasa putusan KIP tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada. Melalui kuasa hukumnya, Alfamart menyatakan bahwa
perusahaannya bukan tergolong badan publik sebagaimana yang didalilkan sebelumnya.
Alfamart melayangkan gugatan ke Pengadilan Negeri Tangerang atas nama tergugat KIP
dan Mustolih. Alfamart dalam petitumnya menuntut agar Pengadilan membatalkan
putusan KIP tersebut. Mustolih sebagai pengajar hukum perlindungan konsumen disalah
satu universitas di Jakarta merasa bahwa tindakan Alfamart sangat mengecewakan
masyarakat, karena menurutnya permintaan keterbukaan informasi terkait donasi tersebut
adalah hal yang wajar dan wajib dilaksanakan oleh Alfamart sebagai perusahaan publik
yang telah melakukan Go public dan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Alfamart terhitung
memperoleh lebih dari 33 miliar rupiah dari donasi konsumen Alfamart. Selain itu,
Alfamart yang mengatasnamakan sumbangan donasi konsumen ini sebagai bagian
Corporate Social Responsibility adalah sebuah kesalahan besar. Karena CSR itu diambil
dari keuntungan perusahaan bukan donasi. Dari persoalan di atas terdapat persoalan
hukum perlindungan konsumen yang nantinya akan di analisis lebih lanjut.
C. Analisa Kasus
1. The right to safe products artinya konsumen berhak untuk memperoleh produk
yang aman
2. The right to be informed artinya konsumen berhak memperoleh informasi
tentang produk yang digunakan
3. The right to definite choices artinya konsumen berhak untuk memilih produk
yang akan dikonsumsinya
4. The right to be heard artinya konsumen berhak untuk didengar keluhannya
berkaitan dengan produk yang digunakannya.
Dari uraian hak konsumen di atas, maka Mustolih sebagai pengguna jasa donasi
yang diberikan oleh Alfamart berhak untuk memperoleh informasi mengenai jasa yang
gunakannya. Perbuatan Mustolih benar yaitu melayangkan surat yang berisikan pendapat
dan keluhannya berkaitan dengan jasa tentang donasi uang kembaliannya yang merupakan
hak dasar poin 4 dalam UU Perlindungan Konsumen. Sebaliknya hak konsumen di atas
menjadi kewajiban bagi pelaku usaha untuk memenuhinya sesuai dengan amanah UU
Perlindungan Konsumen. Sehingga suatu kewajiban bagi Alfamart untuk memenuhi hal
tersebut.
Sebagai konsumen, Mustolih memiliki hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa. Dalam kasus ini, Mustolih
menggunakan haknya untuk memperoleh informasi mengenai penggunaan uang
kembalian yang didonasikan melalui Alfamart kepada beberapa yayasan sosial. Apabila
dilihat dari produk yang ditawarkan oleh Alfamart, maka Alfamart sebagai penghubung
antara yayasan sosial dengan konsumen Alfamart yang ingin berdonasi ini tergolong
kepada jasa. Dalam Pasal 1 angka 5, jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan
atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Maka
pelayanan yang diberikan Alfamart dalam menjembatani para konsumen yang berbelanja
di gerainya untuk mendonasikan uang kembaliannya dapat dikategorikan sebagai jasa.
Oleh :
1410112084
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017