TUGAS 2
No. Soal
1. Menlu: Diskriminasi terhadap Perempuan Saat Pandemi Covid-19 Harus Dicegah
Menlu RI Retno Marsudi dalam konferensi pers virtual dengan 8 Menlu perempuan baru-baru ini
menyatakan perlu mencegah diskriminasi terhadap perempuan saat pandemi Covid-19, baik dari
sisi ekonomi, akses terhadap layanan kesehatan, akses terhadap stimulus-stimulus oleh
pemerintah dan sebagainya.
JAKARTA (VOA) —
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi baru-baru ini melakukan pertemuan secara virtual melalui
telekonferensi video dengan dua kelompok, salah satunya adalah dengan delapan menteri luar negeri
perempuan. Tema yang dibahas adalah Perempuan dan Covid-19.
Delapan menteri luar negeri perempuan yang ikut dalam telekonferensi itu adalah : Marise Payne
(Australia), Alexandra Hill Tinoco (El Salvador), Kamina Johnson-Smith (Jamaika), Raychelle Omamo
(Kenya), Claudia Blum (Kolombia), Kang Kyung-wha (Korea Selatan), Maria Arancha Gonzalez Laya
(Spanyol) dan Ann Linde (Swedia).
Dalam pertemuan itu dipaparkan bahwa diskriminasi terhadap kaum perempuan yang terjadi selama
masa normal, kini juga terjadi dalam masa pandemi Covid-19. Bahkan ditengarai kondisinya kini lebih
buruk lagi.
Oleh karena itu, Retno menegaskan perlu mencegah diskriminasi terhadap perempuan saat pandemi
Covid-19 terjadi, baik dari sisi ekonomi, akses terhadap layanan kesehatan, akses terhadap stimulus-
stimulus yang diberikan oleh pemerintah dan sebagainya.
Retno juga menyerukan untuk memberdayakan kaum perempuan agar dapat berperan dalam upaya
bersama memberantas Covid-19, sekaligus menghidupkan kegiatan perekonomian. Berdasarkan data
dari UNFPA (Organisasi kependudukan PBB) dan UN Women, peran perempuan dalam melawan
Covid-19 sangat signifikan.
https://www.kompasiana.com/widhasinulingga/58a957ef1cafbdd53920a706/hak-asasi-manusia-
dalam- negara-hukum-indonesia?page=all
1 dari 3
HKUM4201
Pertanyaan:
a. Berdasarkan artikel di atas, berikan analisis anda bahwa untuk mencegah diskriminasi terhadap
perempuan atas hak-hak dalam ekonomi, akses terhadap layanan kesehatan, peran serta
dalam memberantas Covid-19, dan hak untuk menghidupkan kegiatan perekonomian, sudah
dijamin dalam UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM.
Jawaban :
Secara prinsip tidak ada perbedaan Hak asasi antara Laki-laki dan perempuan , sebab tujuan
diundangkannya UU HAM agar setiap orang tanpa terkecuali berhak atas hak asasinya sebagai manusia.
Kalaupun ada perbedaan (secara teknis) perlakuan bagi perempuan dibanding laki-laki, itu semata agar
terciptanya kesetaraan, persamaan dan keadilan antara laki-laki dan perempuan. Perlakuan yang berbeda
tersebut disebut sebagai affirmative action (diskriminasi positif) yaitu tindakan yang mengizinkan negara
untuk memperlakukan secara lebih kepada kelompok tertentu yang tidak terwakili
Selain itu, tindakan afirmatif ini juga terdapat dalam Pasal 41 ayat (2) dan Pasal 49 ayat (2) dan (3) UU
HAM yang berbunyi:
b. Mengapa perempuan mendapatkan jaminan dan diatur tersendiri dalam UU No 39 Tahun 1999.
Jawaban :
Dikarenakan wanita pada umumnya di nilai hanya sebatas pada Fisik tubuhnya dan secara Gendre
Kaum perempuan merupakan kaum yang lemah walaupun pada jaman sekarang banyak perempuan yang
telah memiliki pekerjaan yang hampir sama dilakukan oleh kaum Laki-laki namun itu tidak menghapuskan
bahwa Perampuan merupakan makhluk yang lema dan terbatas pada kondisi fisik tubuhnya yang tidak
sama dengan yang dimiki oleh kaum pria. Demikian.
Merujuk lagi pada pasal 49 ayat (2) dan (3) UU HAM yaitu :
2. Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau
profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya
berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita.
3. Hak khusus yang melekat pada diri wanita dikarenakan fungsi reproduksinya, dijamin dan
dilindungi oleh hukum.Demikian.
HKUM4201
2. Contoh Kasus
Merdeka.com - Polemik kewarganegaraan ganda Bupati terpilih Kabupaten Sabu Raijua, Orient Riwu
Kore terus menyeruak. Protes datang dari banyak pihak, salah satunya dari kubu lawan Orient, yakni
Paslon nomor urut 01, Nikodemus dan Yohanis.
Tim kuasa hukum Paslon 01 mendatangi gedung Mahkamah Konstitusi untuk menyerahkan berkas
gugatan sengketa Pemilu terkait polemik kewarganegaraan Bupati terpilih Orient Riwu Kore.
Meski pendaftaran gugatan sengketa pemilu sudah terlambat, tim kuasa hukum berharap Mahkamah
Konstitusi dapat mempertimbangkan kasus tersebut. Mengingat ada dugaan pelanggaran berat terkait
kewarganegaraan yang baru muncul awal Februari kemarin.
"Mengajukan permohonan pembatalan Paslon nomor 2 pak Orient. Kami berharap MK bisa memberikan
terobosan hukum, bisa memberikan keadilan terlepas dari kekurangan dalam permohonan kami, seperti
tenggat waktu ya supaya dikesampingkan dulu. Ini sudah sama-sama diketahui merupakan satu perkara
yang sangat menggugah rasa keingintahuan," ujar Adhitya Nasution selaku anggota tim kuasa hukum
Paslon 1, Jakarta, Selasa (16/2).
Dia menegaskan, pihaknya tidak mempermasalahkan soal selisih suara atau kemenangan Bupati terpilih
Orient. Namun setelah ada klarifikasi dari Bawaslu, kata dia, pihaknya pun ingin mendapat kepastian
hukum terkait dugaan pelanggaran Bupati Sabu Raijua terpilih Orient.
"Kenapa kami tidak pakai Judisial Review, karena menurut hemat kami tidak serta merta membatalkan
kemenangan. Oleh itu kami memohonkan pembatalan langsung, jadi setidaknya ada yurispudensi ke
depannya. Kami tegaskan tidak mempermasalahkan selisih suara atau kemenangan. Jadi kenapa kami
tidak melakukan upaya hukumnya karena kami menganggap ketentuannya semua sudah diatur. Tapi
setelah diklarifikasi oleh Bawaslu maka saya rasa sudah tepat kami ajukan ke MK," jelas dia.
Tidak hanya itu, tim kuasa hukum juga meminta agar KPU segera memutuskan perkara soal dugaan
kewarganegaraan Bupati Sabu Raijua terpilih Orient Riwu Kore. Sehingga, jika perlu pemilu ulang bisa
segera dilaksanakan.
https://www.merdeka.com/politik/menengok-polemik-kewarganegaraan-bupati-sabu-raijua-terpilih-orient-
riwu.html
Pertanyaan:
a. Berdasarkan artikel di atas, berikan analisis anda mengapa bupati terpilih Kabupaten Sabu
Raijua tidak dapat dilantik walaupun lahir di Indonesia.
Jawaban :
Terkait status kewarganegaraan, Indonesia menganut prinsip kewarganegaraan ganda terbatas
sebagaimana diatur dalam Pasa 6 ayat (1) UndangUndang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
(UU Kewarganegaraan) yang memberikan kewarganegaraan ganda terbatas kepada anak-anak hasil
perkawinan campuran sampai berusia 18 tahun atau sudah menikah. Setelah itu, seseorang dapat memilih
salah satu warga negara untuk menjadi kewarganegaraannya. Selama memiliki kewarganegaraan ganda
terbatas, anak hasil perkawinan campuran tunduk kepada dua yurisdiksi kewarganegaraan orang tua
(Glery Lazuardy, 2020:44). Berdasarkan ketentuan di atas, Indonesia tidak mengenal kewarganegaraan
ganda atau bipatride dan tanpa kewarganegaraan atau apatride. UU Kewarganegaraan mengatur status
kewarganegaraan ganda terbatas hanya untuk anak-anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 18
tahun atau sudah menikah. Dengan demikian status kewarganegaraan ganda yang dimiliki bupati terpilih
Orient bertentangan dengan UU Kewarganegaraan sebagaimana terdapat dalam pasal 6 ayat (1) UU
Kewarganegaraan. Sementara, apabila seorang WNI memiliki kewarganegaraan lain, statusnya sebagai
WNI akan hilang sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2007 tentang Tata
Cara Memperoleh Kehilangan Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik
Indonesiapada Pasal 31 ayat (1) huruf g dan dalam UU Kewarganegaraan pada Pasal 23 huruf h UU
Kewarganegaraan, yang menyatakan bahwa salah satu hal yang membuat seorang WNI kehilangan
kewarganegaraannya adalah karena mempunyai paspor atau surat bersifat paspor dari negara asing atau
surat sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya. Berdasarkan
Pasal 23 tersebut, status kewarganegaraan Amerika Serikat yang masih dimiliki Orient akan membuat
Orient kehilangan kewarganegaraan. Oleh karena itu, Orient harus melepaskan 3status kewarganegaraan
Amerika Serikat apabila memilih menjadi warga negara Indonesia
HKUM4201
6. Menyatakan Sumpah
Orang yang dengan sukarela menyatakan sumpah atau janji setiap kepada negara asing atau bagian dari
negara asing tersebut, dapat kehilangan kewarganegaraannya.
Secara hukum seseorang yang bukan lagi WNI harus diperlakukan seperti orang asing. Namun
demikian, peraturan hukum di Indonesia masih memberikan peluang untuk memperoleh kembali status
WNI dengan persyaratan dan prosedur tertentu.
Persyaratan untuk memperoleh kembali status WNI yang telah hilang sama saja dengan persyaratan
bagi WNA lainnya yang akan menjadi WNI, sebagaimana diatur dalam Pasal 9 UU 12/2006, yakni: