Anda di halaman 1dari 2

NAMA : KIKIS SUKMA MULYANAGARA

NIM : 042928509

MATKUL : Hukum Telematika

Kasus Hate speech di Indonesia

Kasus hate speech atau ujaran kebencian di media sosial bukanlah hal baru di Indonesia.
Banyak yang sudah terjerat hukum akibat ujaran kebencian yang dilontarkan para pelaku di
media sosial. Diantaranya kasus ujaran kebencian yang dilakukan oleh musisi Indonesia,
Ahmad Dhani dalam Twitter pribadinya, kasus Jonru Ginting dalam Facebooknya, kasus
grup Saracen, sebuah grup bayaran yang dapat dipesan untuk memposting berita, informasi
dan foto palsu yang memuat fitnah, propaganda dan ujaran kebencian dan masih banyak
kasus yang berkaitan dengan hate speech.

Soal :

1) Klasifikasikan apa saja yang termasuk ujaran kebencian dan apa dasar hukumnya.
Jelaskan.

Jawaban: Dalam UU ITE Pasal 28 Ayat (2), setiap orang dilarang “dengan
sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan
rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).”

Ujaran kebencian mencakup spektrum yang luas, mulai dari ucapan kasar terhadap
orang lain, ucapan kebencian, hasutan kebencian, perkataan bias yang ekstrim, sampai
hasutan kebencian yang berujung pada kekerasan. Dalam hal ini, menurut Susan
Benesch, batasan mengenai hate speech diindikasikan dengan premis jika ujaran
tersebut dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan kekerasan, menyakiti orang
atau kelompok lain, maka ujaran kebencian itu berhasil dilakukan (Anam dan Hafiz,
2015).

2) Jika seseorang memberikan komentar negatif terhadap suatu konten di media sosial,
apakah termasuk ke dalam ujaran kebencian (hate speech). Berikan pendapat saudara
disertai dengan dasar hukumnya.

Jawaban: Menurut David O. Brink, ada pernyataan atau ujaran yang bersifat
diskriminatif namun tidak termasuk dalam kategori ujaran kebencian. Hal ini dapat
dicontohkan pada stereotip yang bias dan jahat, namun tidak sampai pada derajat
stigmatisasi, merendahkan, sangat menyakiti ataupun melukai. Berlandaskan dari
pendapat tersebut, komentar negatif terhadap suatu konten di media sosial bukanlah
termasuk ke dalam ujaran kebencian apabila tidak melanggar ketentuan dalam
undang-undang, spesifiknya dalam UU ITE Pasal 28 Ayat (2) yang menyatakan setiap
orang dilarang “dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan
untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).”
3) Termasuk ke dalam delik apakah ujaran kebencian? Apakah sama antara ujaran
kebencian dengan pencemaran nama baik? Jelaskan dan berikan dasar hukumnya.

Jawaban: Ditinjau dari pembagian deliknya, ujaran kebencian termasuk ke dalam


delik formal. Delik formal itu sendiri ialah delik yang dianggap telah selesai dengan
dilakukannya tindakan yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-
undang. Dalam hal ini, tindak pidana hate speech disinyalir dalam beberapa undang-
undang berikut:

a) Pasal 310, 165,167, dan 165a ayat (1) DAN (2) Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.
b) Pasal 45 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang ITE.
c) Pasal 16 UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras
dan Etnis.
d) Pasal 45a undang-undnag Nomor 19 tahun 2016 tetang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang ITE.

Dengan adanya undang-undang yang berlaku tersebut diharapkan dapat memberikan


rasa aman dan dapat melindungi bagi mereka yang menjadi korban hate speech.
Terkait ujaran kebencian dan pencemaran nama baik sendiri, secara definitif,
keduanya memiliki unsur yang berbeda. Pencemaran nama baik masuk dalam
kategori penghinaan karena termaktub dalam BAB XVI dari Pasal 310 sampai 321
KUHP. Pencemaran nama baik menurut Pasal 310 KUHP adalah menyerang
kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang
maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum. Sedangkan untuk ujaran
kebencian sudah diatur dalam Pasal 28 ayat (2) UU ITE, yang menyatakan bahwa
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan
untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).”
Hal ini termasuk dalam bentuk tulisan dan gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan,
dan ditempel dimuka umum. Jika pencemaran nama baik menyerang nama dan
kehormatan orang lain atau suatu kelompok, tetapi ujaran kebencian menyerang
harkat dan martabat manusia. Secara klasifikasi, dalam Surat Edaran Kapolri Nomor:
SE/06/ X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate Speech), pencemaran
nama baik merupakan salah satu bentuk ujaran kebencian dan ketentuan tindak pidana
ini diatur dalam Pasal 310 KUHP. Jika pencemaran nama baik tersebut dilakukan di
media sosial, maka ketentuan hukumnya mengacu pada Pasal 27 ayat (3) UU No 19
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.

Sumber dan referensi:

BMP Hukum Telematika Universitas Terbuka.

Artikel “UJARAN KEBENCIAN: BATASAN PENGERTIAN DAN LARANGANNYA”


yang diakses melalui tautan resmi https://berkas.dpr.go.id/sipinter/files/sipinter-2475-180-
20210722101553.pdf pada tanggal 03 November 2022.

Anda mungkin juga menyukai