Anda di halaman 1dari 3

NAMA : KIKIS SUKMA MULYANAGARA

NIM : 042928509

MATKUL : HUKUM LINGKUNGAN

1. Diantara instrumen pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan, yaitu UKL


dan UPL (Usaha Pengelolaan Lingkungan – Usaha Pemantauan Lingkungan). Carilah
kegiatan / usaha yang wajib memiliki dokumen UKL-UPL lalu berikan argumentasi
saudara mengapa kegiatan / usaha tersebut wajib memiliki dokumen UKL-UPL!

Jawaban: Atas dasar hukum Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UKL dan UPL
diwajibkan dimiliki oleh setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk ke dalam
kriteria wajib AMDAL. Dalam hal ini, kegiatan/usaha yang wajib memiliki dokumen
UKL UPL diatur dalam Pasal 5 pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan
Kehutanan Republik Indonesia No. 4 Tahun 2021 Tentang Daftar Usaha Dan/Atau
Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup,
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan
Hidup yang menyatakan daftar usaha/kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL ialah
dengan kriteria sebagai berikut:

1) UKL-UPL wajib dimiliki bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak memiliki
Dampak Penting terhadap lingkungan hidup.
2) Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan berdasarkan KBLI dan/atau non
KBLI.
3) Pengelompokan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku untuk rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha atau instansi
pemerintah.

Lebih lanjut dalam lampiran Permen No. 4 Tahun 2021 ini, jenis kegiatan/usaha yang
mewajibkan untuk memiliki dokumen UKL-UPL diantaranya terbagi menjadi ke
dalam beberapa sektor dengan memperhatikan besaran di multisektor ialah:

a) Sektor Pekerjaan Umum dan Perumahan; dalam hal ini berupa kontruksi
bangunan, Pembangunan Rumah Khusus (Pembangunan Rumah Khusus
adalah pembangunan rumah baru layak huni dengan tipologi rumah tapak
dengan luas 1 unit rumah sebesar 28 m2 – 36 m2 dan dilengkapi dengan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum. Rumah Khusus dibangun diatas lahan
penerima bantuan (Pemda/Kementerian/Lembaga) dan dihuni/dimanfaatkan
oleh Penerima Manfaat sesuai dengan ketentuan Permen PUPR tentang
penyediaan Rumah Khusus), kontruksi gedung hunian, pembangunan dan/atau
pengangkatan jalan, pengadaan lahan, pembangunan dan/atau peningkatan
jalan tol (kota metropolitan/kota besar, pembangunan jembatan/fly
over/underpass dan sejenisnya, pembangunan terowongan, kontruksi drainase,
peningkatan irigasi, pembangunan bendungan, dsb.
b) Sektor perhubungan; dalam hal ini berupa off-street parking, aktivitas terminal
barat, pembangunan pelabuhan sungai dan danau, pengerukan dan reklamasi,
aktivitas stasiun kereta api, aktivitas kebandaudaraan, industri pesawat terbang
sipil dan perlengkapanya, dsb.
c) Bidang penindustrian; dalam hal ini berupa industri besi dan baja dasar,
industri penggilingan baja, industri pipa dan sambungan pipa dari baja dan
besi, industri pembuatan logam dasar mulia, industri pembuatan logam dasar
bukan besi, industri penggilingan bukan besi, industri gips, industri produksi
plastik, industri makanan, dan sejenisnya.
d) Sektor pariwisata; berupa hotel bintang, restoran dan penyediaan makanan
keliling, apartemen hotel, kawasan wisata, penginapan remaja, bumi
perkemahan dan taman karavan, museum pemerintah/swasta, fasilitas stadion,
dan lain sejenisnya.
e) Sektor ketenaganukliran; berupa produksi radioisotop, produksi radiofarmaka
yang menggunakan bahan fosil, dsb.
f) Sektor kesehatan; berupa industri obat dan sejenisnya.
g) Sektor pertanian; dalam hal ini berupa pertanian gandum, pertanian jagung,
pertanian kedelai, dan lain sejenisnya.
h) Sektor perikanan dan kelautan; berupa Aktivitas Profesional, Ilmiah dan
Teknis Lainnya YTDL, salah satunya pengangkatan Benda Muatan Kapal
Tenggelam (BMKT).
i) Sektor ketenagalistrikan; dalam hal ini berupa pembangunan jaringan
transmisi dan sejenisnya.
j) Sektor lingkungan hidup dan kehutanan; bertalian dengan perizinan berusaha
permanfaatan kehutanan.
k) Sektor energi dan sumber daya mineral; berupa pengusahaan panas bumi,
pembangkitan tenaga listrik, dsb.
l) Sektor telekomunikasi; yakni berupa Aktivitas Telekomunikasi dengan Kabel
di laut dan darat.

Seluruh kegiatan/usaha yang terdaftar ke dalam jenis kegiatan/usaha yang


mewajibkan kepemilikan atas dokumen UKL-UPL pada dasarnya bercermin pada
dasar pemahaman juga prinsip mengenai pengelolaan lingkungan hidup. UKL-UPL
ini merupakan usaha untuk menjamin setiap generasi memiliki hak akses yang sama
terhadap segala warisan kekayaan alam dari generasi sebelumnya dan harus
melindungi akses ini untuk generasi mendatang. Lebih lanjut, UKL-UPL
berlandaskan prinsip pencegahan dini (precautionary principle) dan dalam
penerapannya harus berdasarkan oleh: pertama, evaluasi yang sungguh-sungguh
untuk mencegah seoptimal mungkin kerusakan lingkungan dapat dipulihkan. Kedua,
penilaian (assessment) dengan melakukan analisis resiko dengan menggunakan
berbagai opsi (pilihan). Prinsip ini merupakan respon terhadap kebijakan lingkungan
konvensional, dimana upaya yang tidak pencegahan dan penanggulangan baru dapat
dilakukan setelah risiko benar benar terjadi dan terbukti secara meyakinkan. Saya
pribadi berpendapat bahwasannya setiap kegiatan/usaha memang perlu diwajibkan
memiliki UKL-UPL sebagai bentuk upaya pengelolaan dan perlindungan terhadap
lingkungan hidup.

2. PT XYZ bergerak pada bidang usaha pengolahan minyak kelapa sawit. Pada awal
tahun 2020 Masyarakat sekitar pabrik PT XYZ mengeluhkan pembuangan limbah
minyak kelapa sawit yang disalurkan langsung ke sungai yang telah berlangsung
selama setahun. Pemerintah Daerah setempat lalu melakukan inspeksi dan
menemukan ada kebocoran pipa pembuangan limbah sejak awal tahun 2019. Pada
tanggal 1 Juli 2020 kepala daerah setempat langsung mengeluarkan SK Bupati
tentang Pembekuan izin lingkungan PT XYZ. Terhadap penerbitan SK pembekuan
izin tersebut, PT XYZ keberatan dan mengajukan gugatan adminstratif ke PTUN
Privinsi setempat pada tanggal 1 September 2020.

Jawaban: Dengan diundangkannya UU No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja,


perizinan mengenai usaha yang bersinggungan dengan lingkungan kini berbasis
resiko dan tak lagi seragam layaknya terdapat pada UU No. 32 Tahun 2009. Dalam
hal ini, perizinan berbasis risiko yang dimaksud dalam UU Cipta Kerja berhubungan
erat dengan pelaku usaha dan kegiatan usaha yang berpotensi besar merusak atau
mencemari lingkungan. Izin makin ketat diberikan apabila tingkat risikonya makin
tinggi. Apabila terjadi pelanggaran atau pelaku usaha tidak dapat mempertahankan
kualitas lingkungannya sebagaimana yang tertuang dalam Dokumen Amdal, maka
“risk based”-nya negatif, dan yang akan terkena konsekuensi adalah izin utamanya
yaitu Perizinan Berusaha. Pencabutan izin Perizinan 16 Usaha bagi perusahaan yang
telah mencemari lingkungan merupakan salah satu upaya agar kerusakan lingkungan
tidak semakin parah. Meninjau dari tanggal pada kasus tersebut, maka dasar hukum
yang diacu adalah UU Cipta Kerja dengan sistem tahapan terbarunya ialah sebagai
berikut:

a) Proses dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL-UPL),


b) Persetujuan Lingkungan,
c) Perizinan Berusaha

Dengan ini, pembekuan izin lingkungan PT XYZ didasari atas proses perizinan yang
berbasis resiko dan tahapan sebelum pembekuan izin tersebut diantaranya dengan
meninjau proses dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL-PKL), lalu persetujuan
lingkungan dengan pemerintah ybs dan terakhir mengenai perizinan berusaha.

Sumber dan referensi:

BMP Hukum Lingkungan Hidup Universitas Terbuka.

UU No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia No. 4 Tahun 2021
Tentang Daftar Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup Atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan
Lingkungan Hidup.

Anda mungkin juga menyukai